Monday, November 16, 2015

Sejarah Pertambangan Indonesia : Dari Pertambangan Grasberg (PT Freeport) Papua / Iran Jaya sampai ke Pertambangan Martabe (G-resources Group Ltd.) Sumatra Utara

#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar Tambang Grasberg dan PT Freeport di Papua
d/h Irian Jaya sebagai gambaran Sejarah Tambang di Inonesia)
______________________________________________________________________











____________________

Kata Pengantar
____________________

Postingan ini adalah pendalaman dari lik :
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2015/11/tambang-mas-martabe-batang-toru-dalam.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2015/11/saham-dan-seluk-beluknya.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2015/11/memantau-pertambangan-martabe-batang.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2015/11/the-mask-of-zorro-dan-pertambangan.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2015/11/kontrak-karya-dan-kontrak-kontrak-kerja.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2015/11/10-daerah-pertambangan-terbesar-di.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2015/11/pt-freeport-indonesia-dan-g-resources.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2015/11/dari-pt-preeport-sampai-ke-kolam-susu.html
dengan dukungan kata pengantar, sbb :


























______________________________________________________________________

Sekilas Sejarah Tambang Grasberg dalam hubungannya dengan PT Freeport
______________________________________________________________________











Tambang Grasberg adalah tambang emas terbesar di dunia dan tambang
tembaga ketiga terbesar di dunia. Tambang ini terletak di provinsi
Papua di Indonesia dekat latitude -4,053 dan longitude 137,116, dan
dimiliki oleh Freeport yang berbasis di AS (67.3%), Rio Tinto Group
(13%), Pemerintah Indonesia (9.3%) dan PT Indocopper Investama
Corporation (9%).

Operator tambang ini adalah PT Freeport Indonesia (anak perusahaan dari
Freeport McMoran Copper and Gold). Biaya membangun tambang di atas
gunung sebesar 3 miliar dolar AS.

Pada 2004, tambang ini diperkirakan memiliki cadangan 46 juta ons emas.
Pada 2006 produksinya adalah 610.800 ton tembaga; 58.474.392 gram emas;
dan 174.458.971 gram perak.

Geologis Belanda Jean-Jacquez Dozy mengunjungi Indonesia pada 1936
untuk menskala glasier Pegunungan Jayawijaya di provinsi Irian Jaya
di Papua Barat.

Dia membuat catatan di atas batu hitam yang aneh dengan warna kehijauan.
Pada 1939, dia mengisi catatan tentang Ertsberg (bahasa Belanda untuk
"gunung ore"). Namun, peristiwa Perang Dunia II menyebabkan laporan
tersebut tidak diperhatikan.

Dua puluh tahun kemudian, geologis Forbes Wilson, bekerja untuk perusahaan
pertambangan Freeport, membaca laporan tersebut. Dia dalam tuga mencari
cadangan nikel, tetapi kemudian melupakan hal tersebut setelah dia membaca
laporan tersebut.

Dia berhenti merokok dan melatih badannya untuk menyiapkan perjalanan
untuk memeriksa Ertsberg. Ekspedisi yang dipimpin oleh Forbes Wilson
dan Del Flint, menemukan deposit tembaga yang besar di Ertsberg pada 1960.

Penghasilan tembaga Grasberg meningkat dari 515.400 ton pada 2004 menjadi
793.000 ton pada 2005. Produksi emas meningkat dari 1,58 juta ons
menjadi 3,55 juta ons.

___________________________________________________________________

Sekilas Sejarah Pertambangan di Indoensia dalam hubungannya
dengan  PT Freeport Indonesia
___________________________________________________________________











* Pemahaman Umum

PT Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan
Copper & Gold Inc.. PT Freeport Indonesia menambang, memproses dan melakukan
eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas, dan perak.

Beroperasi di daerah dataran tinggi di kabupaten Mimika, provinsi Papua,
Indonesia. Freeport Indonesia memasarkan konsentrat yang mengandung
tembaga, emas dan perak ke seluruh penjuru dunia.

Awal mula PT Freeport Indonesia berdiri, sesungguhnya terdapat
kisah perjalanan yang unik untuk diketahui. Pada tahun 1904-1905 suatu
lembaga swasta dari Belanda Koninklijke Nederlandsche Aardrijkskundig
Genootschap (KNAG) yakni Lembaga Geografi Kerajaan Belanda, menyelenggarakan
suatu ekspedisi ke Papua Barat Daya yang tujuan utamanya adalah mengunjungi
Pegunungan Salju yang konon kabarnya ada di Tanah Papua.

Catatan pertama tentang pegunungan salju ini adalah dari Kapten Johan
Carstensz yang dalam perjalanan dengan dua kapalnya Aernem dan Pera ke
“selatan” pada tahun 1623 di perairan sebelah selatan Tanah Papua,
tiba-tiba jauh di - pedalaman melihat kilauan salju dan mencatat di
dalam buku hariannya pada tanggal 16 Februari 1623 tentang suatu
pegungungan yang “teramat tingginya” yang pada bagian-bagiannya
tertutup oleh salju. –Catatan Carsztensz ini menjadi cemoohan kawan-
kawannya yang menganggap Carstensz hanya berkhayal.

Walaupun ekspedisi pertama KNAG tersebut tidak berhasil menemukan
gunung es yang disebut-sebut dalam catatan harian Kapten Carstensz,
inilah cikal bakal perhatian besar Belanda terhadap daerah Papua.
Peta wilayah Papua pertama kali dibuat dari hasil ekspedisi militer
ke daerah ini pada tahun 1907 hingga 1915.

Ekspedisi-ekspedisi militer ini kemudian membangkitkan hasrat para
ilmuwan sipil untuk mendaki dan mencapai pegunungan salju.

Beberapa ekspedisi Belanda yang terkenal dipimpin oleh Dr. HA.Lorentz
dan Kapten A. Franzen Henderschee. Semua dilakukan dengan sasaran
untuk mencapai puncak Wilhelmina (Puncak Sudirman sekarang) pada
ketinggian 4,750 meter. Nama Lorentz belakangan diabadikan untuk
nama Taman Nasional Lorentz di wilayah suku Asmat di pantai selatan.

Pada pertengahan tahun 1930, dua pemuda Belanda Colijn dan Dozy,
keduanya adalah pegawai perusahaan minyak NNGPM yang merencanakan
pelaksanaan cita-cita mereka untuk mencapai puncak Cartensz.

Petualangan mereka kemudian menjadi langkah pertama bagi pembukaan
pertambangan di Tanah Papua empat puluh tahun kemudian.

Pada tahun 1936, Jean Jacques Dozy menemukan cadangan Ertsberg atau
disebut gunung bijih, lalu data mengenai batuan ini dibawa ke Belanda.
Setelah sekian lama bertemulah seorang Jan Van Gruisen – Managing Director
perusahaan Oost Maatchappij, yang mengeksploitasi batu bara di Kalimantan
Timur dan Sulawesi Tengggara dengan kawan lamanya Forbes Wilson, seorang
kepala eksplorasi pada perusahaan Freeport Sulphur Company yang operasi
utamanya ketika itu adalah menambang belerang di bawah dasar laut.

Kemudian Van Gruisen berhasil meyakinkan Wilson untuk mendanai ekspedisi
ke gunung bijih serta mengambil contoh bebatuan dan menganalisanya
serta melakukan penilaian.

Pada awal periode pemerintahan Soeharto, pemerintah mengambil kebijakan
untuk segera melakukan berbagai langkah nyata demi meningkatkan pembanguan
ekonomi. Namun dengan kondisi ekonomi nasional yang terbatas setelah
penggantian kekuasaan, pemerintah segera mengambil langkah strategis
dengan mengeluarkan Undang-undang Modal Asing (UU No. 1 Tahun 1967).

Pimpinan tertinggi Freeport pada masa itu yang bernama Langbourne
Williams melihat peluang untuk meneruskan proyek Ertsberg. Dia bertemu
Julius Tahija yang pada zaman Presiden Soekarno memimpin perusahaan
Texaco dan dilanjutkan pertemuan dengan Jendral Ibnu Sutowo,
yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Perminyakan
Indonesia.

Inti dalam pertemuan tersebut adalah permohonan agar Freeport dapat
meneruskan proyek Ertsberg. Akhirnya dari hasil pertemuan demi
pertemuan yang panjang Freeport mendapatkan izin dari pemerintah untuk
meneruskan proyek tersebut pada tahun 1967.

Itulah Kontrak Karya Pertama Freeport (KK-I). Kontrak karya tersebut
merupakan bahan promosi yang dibawa Julius Tahija untuk memperkenalkan
Indonesia ke luar negeri dan misi pertamanya adalah mempromosikan
Kebijakan Penanaman Modal Asing ke Australia.

Sebelum 1967 wilayah Timika adalah hutan belantara. Pada awal Freeport
mulai beroperasi, banyak penduduk yang pada awalnya berpencar-pencar
mulai masuk ke wilayah sekitar tambang Freeport sehingga pertumbuhan
penduduk di Timika meningkat.

Tahun 1970 pemerintah dan Freeport secara bersama-sama membangun
rumah-rumah penduduk yang layak di jalan Kamuki. Kemudian dibangun
juga perumahan penduduk di sekitar selatan Bandar Udara yang sekarang
menjadi Kota Timika.

Pada tahun 1971 Freeport membangun Bandar Udara Timika dan pusat perbekalan,
kemudian juga membangun jalan-jalan utama sebagai akses ke tambang
dan juga jalan-jalan di daerah terpencil sebagai akses ke desa-desa
Tahun 1972,

Presiden Soeharto menamakan kota yang dibangun secara bertahap oleh
Freeport tersebut dengan nama Tembagapura. Pada tahun 1973 Freeport
menunjuk kepala perwakilannya untuk Indonesia sekaligus sebagai
presiden direktur pertama Freeport Indonesia. Adalah Ali Budiarjo,
yang mempunyai latar belakang pernah menjabat Sekretaris Pertahanan
dan Direktur Pembangunan Nasional pada tahun 1950-an, suami dari
Miriam Budiarjo yang juga berperan dalam beberapa perundingan
kemerdekaan Indonesia, sebagai sekretaris delegasi Perundingan
Linggarjati dan anggota delegasi dalam perjanjian Renville.

1936 – Jacques Dozy menemukan cadangan ‘Ertsberg’.
1960 – Ekspedisi Forbes Wilson untuk menemukan kembali ‘Ertsberg’.
1967 – Kontrak Karya I (Freeport Indonesia Inc.) berlaku selama 30
tahun sejak mulai beroperasi tahun 1973.

1988 – Freeport menemukan cadangan Grasberg. Investasi yang besar
dan risiko tinggi, sehingga memerlukan jaminan investasi
jangka panjang.

1991 – Kontrak Karya II (PT Freeport Indonesia) berlaku 30 tahun
dengan periode produksi akan berakhir pada tahun 2021, serta
kemungkinan perpanjangan 2x10 tahun (sampai tahun 2041).

Eksplorasi KK-A = 10.000 Ha
Eksplorasi KK-B = 202.950 Ha
Total Wilayah = 212.950 Ha

Luas wilayah KK Blok B terakhir seluas 212.950 hektare tersebut
hanya tinggal 7,8% dari total luas wilayah eksplorasi pada tahun 1991.

1991 = 2,6 juta Ha
2012 = 212.950 Ha

*8,6 miliar dengan perkiraan tambahan investasi sebesar USD 16-18
Miliar untuk pengembangan bawah tanah ke depan.

94% total investasi tambang tembaga di Indonesia
30% total investasi di Papua
5% total investasi di Indonesia
Sumber: Data terakhir di MP3EI hingga tahun 2012.

2,52 Miliar ton bijih:
0,97 gram/ton tembaga
0,83 gram/ton emas
4,13 gram/ton perak

PTFI telah membayar PPh Badan lebih tinggi dari tarif UU yang kini berlaku.
Pembayaran ini merupakan porsi terbesar dalam pembayaran ke penerimaan Negara.
UU PPh Nasional 25% sementara PPh Badan PTFI 35%. Sejak tahun 1999, PTFI
secara sukarela telah melakukan pembayaran royalti tambahan untuk tembaga,
emas dan perak jika produksi melebih tingkat tertentu yang disetujui.

40% produk konsentrat PTFI dikirim ke PT Smelting Gresik PTFI membangun
pabrik peleburan tembaga (smelter) pertama di Indonesia, yaitu
PT Smelting tahun 1998. Kami memasarkan konsentrat dengan harga pasar
berdasarkan kontrak jangka panjang dengan sejumlah smelter internasional,
dan akan tetap menghormati kontrak-kontrak tersebut.

* Divestasi

PTFI mendukung penuh semangat nasional yang digagas dalam UU Minerba
dan telah secara konsisten menerapkannya. Saat ini 18,72% sebelum
terdelusi dari 20%, saham PTFI dimiliki oleh Pemerintah Indonesia
dan PT Indocopper Investama masing-masing 9,36%. Berkaitan dengan
IPO, PTFI menyambut baik gagasan tersebut dan sedang melakukan
pengkajian.

Semua pengertian tentang program pengembangan masyarakat PTFI harus
didahului oleh pengertian tentang sejarah Papua. Pertama kali PTFI
beroperasi pada tahun 1967, masyarakat Papua merupakan masyarakat
pra-moderen.

Pada saat itu, masyarakat di sana memiliki tingkat baca-tulis yang
sangat rendah, rentan terhadap wabah penyakit seperti malaria, dan
hidup dalam kemiskinan. Lokasi yang terpencil dan medan yang sulit
ditempuh membuat situasi kurang kondusif.

Oleh karena itu, program pengembangan masyarakat PTFI difokuskan untuk
membantu masyarakat setempat untuk membangun program ekonomi yang
berkelanjutan, meningkatkan kemampuan baca-tulis, memberikan pelatihan-
pelatihan kejuruan, dan mengadakan program kesehatan yang memadai.

USD 110,9 juta investasi di program pembangunan berkelanjutan di Papua
selama 2012. USD 68,14 juta program pengembangan sosial melalui dana
operasional. USD 39,36 juta program pengembangan masyarakat melalui
dana kemitraan.

Ditambah USD 600 juta investasi dalam bentuk infrastruktur sosial
yang bermanfaat bagi masyarakat lokal secara langsung (sekolah,
rumah sakit, asrama siswa).

___________

Penutup
___________

Demikian infonya para kawan sekalian...!

Dan jika kita sepakat bahwa Pertambangan Grasberg atau Pertembangan
yang dalam olahan Pt.PT Freeport ini, yang berlakasi di Papua d/h.
Irian Jaya adalah suatu kesalahan, hingga tak dapat menjadi milik
sendiri (RI), maka penulis ingin berkata :

~ Salahnya adalah, salahnya sejarah ~

Jika pertambangan Grasberg yang dalam olahan PT Freeport ini tidak
demikian sejarahnya, apakah keadaannya seperti sekarang ini...?

Jika penulis yang menjawab maka, hasilnya bisa jadi akan lebih
baik daripada sekarang ini untuk pembangunan Indonesia. Tak usah
di th. 1967 kita meniadakan kontraknnya, cukup kita mulai dari
tahun 1991 setelah kita punya pengalaman kurang lebih 24 tahun.

Berarti...!
Tambang Mas tersebut telah dalam pengelolaan Pemerintah RI secara
mulak 2015 - 1991 = 24 tahun juga.

Percayakah anda, Tambang Mas Papua ini akan lebih banyak hasilnya
untuk Pmerintah RI dalam olahan Kontrak Karya dibandingkan di olah
sendiri...?

Lantas apa gunanya Pt. Antam itu...?

Para kawan dimanpun berada...!

"Sayangnnya Sejarah tak dapat di rubah".

Karena itu pula, "Mau tak mau sejarah tetap harus diterima"










Begitupun sejarah akan tetap dapat menjadi bahan pelajaran bagi
semua orang untuk dapat lebih baik atau mungkin untuk dapat lebih
buruk dari yang disejarahkan.

Dalam hubungannya dengan Pertambangan Martabe Batang Toru Tapsel :

1. Maka sejarah Pertambangan hasil olah Pt. Freeport di Irian Jaya
   ini dapat menjadi pelajaran bagi G-Reseurces yang sekarang ini
   sedang mengolah Pertambangan Martabe.

























2. Begitupun pada Pemkab Tapsel, dapat mencari masukan dari Pem.kab-
   Pemkab yang ada di Prov. Papua sana, tentang bagimana sebaiknya
   lingkungan, kondisi masyarakat, budaya, dll yang ada disuatu
   lingkungan Pertambangan di perbuat.

Sehingga...!

- G-Resources group Ltd puas dengan Pertambangan Martabe
- Pemprov. Sumut dan PemKab. puas pula dengan keberadaan tambang martabe.
- Begitupun masyarkat di lingkungan sekitar pertambangan, puas juga

tak terkecuali...!

MPR dan DPR RI, merasa puas juga.

Dan jika semua elemen sudah merasa puas, maka puas pula-lah kita
dengan lagu "Tanah Air ku Indonesia".

Dan jika tidak...!

Mengapa pula kita keberatan dengan adanya demonstrasi di Negeri ini.

Para kawan...!

Selamat malam...!

Tanah airku Indonesia untuk anda.

Musik...!

_________________________________________________________________________
Cat :
cara membuat link pada gambar cara membuat link pada gambar cara membuat link pada gambar PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork cara membuat link pada gambar
cara membuat link pada gambar cara membuat link pada gambar

No comments:

Post a Comment