#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak antar info sekitar Suku Bugis Sulawesi Selatan dalam
hubungannya dengan Sejarah dan konflik antar suku)
____________________________________________________________
___________________
Kata Pengantar
___________________
Sekitar tiga hari yang lalu, penulis melengkapi website yang
ada di alamat :
http://galeri3msad.blogspot.co.id/
dengan macam Lagu Qasidah yang berasal dari beberapa daerah di
Nusantara.(Website ini sebelumnya hanyalah berisi Qasidah
yang berasal dari Tapanuli Selatan /Angkola, mandailing
Sekitarnya - Sumut.
Dan ternyata...!
Qasidah-Qasidah yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan
cukup banyak. Ada yang mernamakannya Qasidah Bone dan ada
pula yang menamakannya Qaidah Bugis.
Para kawan dimanapun berada...!
Hari ini dan untuk beberapa hari kedepan, penulis akan memposting
macam hal yang berhubungan dengan Sulawesi Selatan, apakah dalam
hubungannya dengan Nama-nama Kerajaan yang pernah populer di Sulsel,
hubungan Kerajaan-kerajaan tersebut dengan kerajaan-kerjaan lainnya
khsusnya Aceh dan Padang.
Atau mengenai hal lainnya dalam hubungannya dengan masuknya agama
Islam ke Sulawesi Selatan yang memeang bersal dari daerah Padang
seperti halnya masuknya agama Islam ke Tanah Batak yang juga
berasal dari daerah Padang Sumatra Barat.
Nah...!
Berikut postingan pertamanya dan merupakan Bab 1-nya yaitu
mengenai "Gambaran Sejarah Sulawesi Selatan dengan fokus pada
sejarah Suku Bugis"..
Selamat menyimak...!
________________________________________________________________
Sekilas Sejarah Suku Bugis - Sulawesi Selatan Dalam
Hubungannya dengan Suku-Suku lainnya di Sulawesi Selatan
________________________________________________________________
* Pemahaman Umum
Bugis merupakan kelompok etnik dengan wilayah asal Sulawesi Selatan.
Penciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat,
sehingga pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi
sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan
Gowa dan telah terakulturasi, juga dikategorikan sebagai orang Bugis.
Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2000, populasi orang
Bugis sebanyak sekitar enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis
menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, DKI Jakarta, Kalimantan Timur,
dan Kalimantan Selatan.
Disamping itu orang-orang Bugis juga banyak ditemukan di Semenanjung
Melayu ( Malaysia) dan Singapura yang telah beranak pinak dan
keturunannya telah menjadi bagian dari negara tersebut.
Karena jiwa perantau dari masyarakat Bugis, maka orang-orang Bugis
sangat banyak yang pergi merantau ke mancanegara.
* Sejarah
Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku Melayu
Deutero. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi
pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata "Bugis" berasal
dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis.
Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang
terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi.
Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk
pada raja mereka.
Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau
pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari
We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayah dari
Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We
Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang
membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang
lebih 9000 halaman folio.
Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) adalah kisah
yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi
masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi
masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di
Sulawesi seperti Buton.
* Perkembangan
Dalam perkembangannya, komunitas ini berkembang dan membentuk
beberapa kerajaan. Masyarakat ini kemudian mengembangkan kebudayaan,
bahasa, aksara, dan pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan
Bugis klasik antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa, Sawitto,
Sidenreng dan Rappang. Meski tersebar dan membentuk suku Bugis,
tapi proses pernikahan menyebabkan adanya pertalian darah dengan
Makassar dan Mandar.
Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu,
Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Barru. Daerah peralihan
antara Bugis dengan Makassar adalah Bulukumba, Sinjai, Maros,
Pangkajene Kepulauan.
Daerah peralihan Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan
Pinrang. Kerajaan Luwu adalah kerajaan yang dianggap tertua
bersama kerajaan Cina (yang kelak menjadi Pammana), Mario
(kelak menjadi bagian Soppeng) dan Siang (daerah di Pangkajene
Kepulauan)
* Masa kerajaan-kerajaan di Suawesi Selatan tempoe Doeloe
1. Kerajaan Bone
Di daerah Bone terjadi kekacauan selama tujuh generasi, yang
kemudian muncul seorang To Manurung yang dikenal Manurungnge
ri Matajang. Tujuh raja-raja kecil melantik Manurungnge ri
Matajang sebagai raja mereka dengan nama Arumpone dan mereka
menjadi dewan legislatif yang dikenal dengan istilah ade pitue.
Manurungnge ri Matajang dikenal juga dengan nama Mata Silompoe.
Adapun ade' pitue terdiri dari matoa ta, matoa tibojong, matoa
tanete riattang, matoa tanete riawang, matoa macege, matoa
ponceng.
istilah matoa kemudian menjadi arung. setelah Manurungnge ri
Matajang, kerajaan Bone dipimpin oleh putranya yaitu La Ummasa'
Petta Panre Bessie. Kemudian kemanakan La Ummasa' anak dari
adiknya yang menikah raja Palakka lahirlah La Saliyu Kerrempelua.
pada masa Arumpone (gelar raja bone) ketiga ini, secara massif
Bone semakin memperluas wilayahnya ke utara, selatan dan barat
2. Kerajaan Makassar
Di abad ke-12, 13, dan 14 berdiri kerajaan Gowa, Soppeng, Bone,
dan Wajo, yang diawali dengan krisis sosial, dimana orang saling
memangsa laksana ikan. Kerajaan Makassar (Gowa) kemudian
mendirikan kerajaan pendamping, yaitu kerajaan Tallo.
Tapi dalam perkembangannya kerajaan kembar ini (Gowa & Tallo)
kembali menyatu menjadi kerajaan Makassar (Gowa).
3. Kerajaan Soppeng
Di saat terjadi kekacauan, di Soppeng muncul dua orang To
Manurung. Pertama, seorang wanita yang dikenal dengan
nama Manurungnge ri Goarie yang kemudian memerintah Soppeng
ri Aja. dan kedua, seorang laki-laki yang bernama La Temmamala
Manurungnge ri Sekkanyili yang memerintah di Soppeng ri Lau.
Akhirnya dua kerajaan kembar ini menjadi Kerajaaan Soppeng.
4. Kerajaan Wajo
Sementara kerajaan Wajo berasal dari komune-komune dari
berbagai arah yang berkumpul di sekitar danau Lampulungeng
yang dipimpin seorang yang memiliki kemampuan supranatural
yang disebut puangnge ri lampulung. Sepeninggal dia, komune
tersebut berpindah ke Boli yang dipimpin oleh seseorang yang
juga memiliki kemampuan supranatural.
Datangnya Lapaukke seorang pangeran dari kerajaan Cina (Pammana)
beberapa lama setelahnya, kemudian membangun kerajaan Cinnotabbi.
Selama lima generasi, kerajaan ini bubar dan terbentuk Kerajaan
Wajo. Kerajaan pra-wajo yakni Cinnongtabi dipimpin oleh masing-
masing : La Paukke Arung Cinnotabi I, We Panangngareng Arung
Cinnotabi II, We Tenrisui Arung Cinnotabi III, La Patiroi
Arung Cinnotabi IV.
setelahnya, kedua putranya menjabat sekaligus sebagai Arung
Cinnotabi V yakni La Tenribali dan La Tenritippe. Setelah
mengalami masa krisis, sisa-sisa pejabat kerajaan Cinnotabi
dan rakyatnya bersepakat memilih La Tenribali sebagai raja
mereka dan mendirikan kerajaan baru yaitu Wajo. adapun
rajanya bergelar Batara Wajo.
Wajo dipimpin oleh, La Tenribali Batara Wajo I (bekas arung
cinnotabi V), kemudian La Mataesso Batara Wajo II dan La
Pateddungi Batara Wajo III. Pada masanya, terjadi lagi krisis
bahkan Batara Wajo III dibunuh. kekosongan kekuasaan
menyebabkan lahirnya perjanjian La Paddeppa yang berisi
hak-hak kemerdekaan Wajo.
setelahnya, gelar raja Wajo bukan lagi Batara Wajo akan tetapi
Arung Matowa Wajo hingga adanya Negara Kesatuan Republik
Indonesia @arm
________________________________________________________________
Sekilas Sejarah Suku Bugis - Sulawesi Selatan Dalam
Hubungannya dengan "Terjadinya Konflik" antara Suku-Suku
lainnya di Sulawesi Selatan sampai masuknya agama Islam
________________________________________________________________
* Konflik antar Suku
Pada abad ke-15 ketika kerajaan Gowa dan Bone mulai menguat,
dan Soppeng serta Wajo mulai muncul, maka terjadi konflik
perbatasan dalam menguasai dominasi politik dan ekonomi antar
kerajaan. Kerajaan Bone memperluas wilayahnya sehingga bertemu
dengan wilayah Gowa di Bulukumba.
Sementara, di utara, Bone bertemu Luwu di Sungai Walennae.
Sedang Wajo, perlahan juga melakukan perluasan wilayah.
Sementara Soppeng memperluas ke arah barat sampai di Barru.
Perang antara Luwu dan Bone dimenangkan oleh Bone dan
merampas payung kerajaan Luwu kemudian mempersaudarakan
kerajaan mereka.
Sungai Walennae adalah jalur ekonomi dari Danau Tempe dan
Danau Sidenreng menuju Teluk Bone. Untuk mempertahankan
posisinya, Luwu membangun aliansi dengan Wajo, dengan
menyerang beberapa daerah Bone dan Sidenreng.
Berikutnya wilayah Luwu semakin tergeser ke utara dan dikuasai
Wajo melalui penaklukan ataupun penggabungan. Wajo kemudian
bergesek dengan Bone. Invasi Gowa kemudian merebut beberapa
daerah Bone serta menaklukkan Wajo dan Soppeng.
Untuk menghadapi hegemoni Gowa, Kerajaan Bone, Wajo dan Soppeng
membuat aliansi yang disebut "Tellumpoccoe".
* Penyebaran Islam
Pada awal abad ke-17, datang penyiar agama Islam dari Minangkabau
atas perintah Sultan Iskandar Muda dari Aceh. Mereka adalah Abdul
Makmur (Datuk ri Bandang) yang mengislamkan Gowa dan Tallo,
Suleiman (Datuk Patimang) menyebarkan Islam di Luwu, dan Nurdin
Ariyani (Datuk ri Tiro) yang menyiarkan Islam di Bulukumba.
______________
Penutup
______________
Demikian infonya para kawan Sekalian...!
Karena postingan ini terispirasi dari Qasidah Bugis, maka penulis
telah punya gambaran tentang masuknya Agama Islam ke Sulawesi
Selatan dengan fokus Suku Bugis.
Isya Allah...!
Sejarah lebih terperincinya mengenai Masuknya agama Islam ke
Sulsel ini akan penulis posting di lain kesempatan.
Selamat malam...!
___________________________________________________________
Cat :
Bersambung ke ;
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2015/09/suku-bugis-sulawesi-selatan-masa.html
(Menyimak antar info sekitar Suku Bugis Sulawesi Selatan dalam
hubungannya dengan Sejarah dan konflik antar suku)
____________________________________________________________
___________________
Kata Pengantar
___________________
Sekitar tiga hari yang lalu, penulis melengkapi website yang
ada di alamat :
http://galeri3msad.blogspot.co.id/
dengan macam Lagu Qasidah yang berasal dari beberapa daerah di
Nusantara.(Website ini sebelumnya hanyalah berisi Qasidah
yang berasal dari Tapanuli Selatan /Angkola, mandailing
Sekitarnya - Sumut.
Dan ternyata...!
Qasidah-Qasidah yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan
cukup banyak. Ada yang mernamakannya Qasidah Bone dan ada
pula yang menamakannya Qaidah Bugis.
Para kawan dimanapun berada...!
Hari ini dan untuk beberapa hari kedepan, penulis akan memposting
macam hal yang berhubungan dengan Sulawesi Selatan, apakah dalam
hubungannya dengan Nama-nama Kerajaan yang pernah populer di Sulsel,
hubungan Kerajaan-kerajaan tersebut dengan kerajaan-kerjaan lainnya
khsusnya Aceh dan Padang.
Atau mengenai hal lainnya dalam hubungannya dengan masuknya agama
Islam ke Sulawesi Selatan yang memeang bersal dari daerah Padang
seperti halnya masuknya agama Islam ke Tanah Batak yang juga
berasal dari daerah Padang Sumatra Barat.
Nah...!
Berikut postingan pertamanya dan merupakan Bab 1-nya yaitu
mengenai "Gambaran Sejarah Sulawesi Selatan dengan fokus pada
sejarah Suku Bugis"..
Selamat menyimak...!
________________________________________________________________
Sekilas Sejarah Suku Bugis - Sulawesi Selatan Dalam
Hubungannya dengan Suku-Suku lainnya di Sulawesi Selatan
________________________________________________________________
* Pemahaman Umum
Bugis merupakan kelompok etnik dengan wilayah asal Sulawesi Selatan.
Penciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat,
sehingga pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi
sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan
Gowa dan telah terakulturasi, juga dikategorikan sebagai orang Bugis.
Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2000, populasi orang
Bugis sebanyak sekitar enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis
menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, DKI Jakarta, Kalimantan Timur,
dan Kalimantan Selatan.
Disamping itu orang-orang Bugis juga banyak ditemukan di Semenanjung
Melayu ( Malaysia) dan Singapura yang telah beranak pinak dan
keturunannya telah menjadi bagian dari negara tersebut.
Karena jiwa perantau dari masyarakat Bugis, maka orang-orang Bugis
sangat banyak yang pergi merantau ke mancanegara.
* Sejarah
Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku Melayu
Deutero. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi
pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata "Bugis" berasal
dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis.
Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang
terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi.
Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk
pada raja mereka.
Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau
pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari
We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayah dari
Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We
Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang
membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang
lebih 9000 halaman folio.
Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) adalah kisah
yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi
masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi
masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di
Sulawesi seperti Buton.
* Perkembangan
Dalam perkembangannya, komunitas ini berkembang dan membentuk
beberapa kerajaan. Masyarakat ini kemudian mengembangkan kebudayaan,
bahasa, aksara, dan pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan
Bugis klasik antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa, Sawitto,
Sidenreng dan Rappang. Meski tersebar dan membentuk suku Bugis,
tapi proses pernikahan menyebabkan adanya pertalian darah dengan
Makassar dan Mandar.
Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu,
Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Barru. Daerah peralihan
antara Bugis dengan Makassar adalah Bulukumba, Sinjai, Maros,
Pangkajene Kepulauan.
Daerah peralihan Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan
Pinrang. Kerajaan Luwu adalah kerajaan yang dianggap tertua
bersama kerajaan Cina (yang kelak menjadi Pammana), Mario
(kelak menjadi bagian Soppeng) dan Siang (daerah di Pangkajene
Kepulauan)
* Masa kerajaan-kerajaan di Suawesi Selatan tempoe Doeloe
1. Kerajaan Bone
Di daerah Bone terjadi kekacauan selama tujuh generasi, yang
kemudian muncul seorang To Manurung yang dikenal Manurungnge
ri Matajang. Tujuh raja-raja kecil melantik Manurungnge ri
Matajang sebagai raja mereka dengan nama Arumpone dan mereka
menjadi dewan legislatif yang dikenal dengan istilah ade pitue.
Manurungnge ri Matajang dikenal juga dengan nama Mata Silompoe.
Adapun ade' pitue terdiri dari matoa ta, matoa tibojong, matoa
tanete riattang, matoa tanete riawang, matoa macege, matoa
ponceng.
istilah matoa kemudian menjadi arung. setelah Manurungnge ri
Matajang, kerajaan Bone dipimpin oleh putranya yaitu La Ummasa'
Petta Panre Bessie. Kemudian kemanakan La Ummasa' anak dari
adiknya yang menikah raja Palakka lahirlah La Saliyu Kerrempelua.
pada masa Arumpone (gelar raja bone) ketiga ini, secara massif
Bone semakin memperluas wilayahnya ke utara, selatan dan barat
2. Kerajaan Makassar
Di abad ke-12, 13, dan 14 berdiri kerajaan Gowa, Soppeng, Bone,
dan Wajo, yang diawali dengan krisis sosial, dimana orang saling
memangsa laksana ikan. Kerajaan Makassar (Gowa) kemudian
mendirikan kerajaan pendamping, yaitu kerajaan Tallo.
Tapi dalam perkembangannya kerajaan kembar ini (Gowa & Tallo)
kembali menyatu menjadi kerajaan Makassar (Gowa).
3. Kerajaan Soppeng
Di saat terjadi kekacauan, di Soppeng muncul dua orang To
Manurung. Pertama, seorang wanita yang dikenal dengan
nama Manurungnge ri Goarie yang kemudian memerintah Soppeng
ri Aja. dan kedua, seorang laki-laki yang bernama La Temmamala
Manurungnge ri Sekkanyili yang memerintah di Soppeng ri Lau.
Akhirnya dua kerajaan kembar ini menjadi Kerajaaan Soppeng.
4. Kerajaan Wajo
Sementara kerajaan Wajo berasal dari komune-komune dari
berbagai arah yang berkumpul di sekitar danau Lampulungeng
yang dipimpin seorang yang memiliki kemampuan supranatural
yang disebut puangnge ri lampulung. Sepeninggal dia, komune
tersebut berpindah ke Boli yang dipimpin oleh seseorang yang
juga memiliki kemampuan supranatural.
Datangnya Lapaukke seorang pangeran dari kerajaan Cina (Pammana)
beberapa lama setelahnya, kemudian membangun kerajaan Cinnotabbi.
Selama lima generasi, kerajaan ini bubar dan terbentuk Kerajaan
Wajo. Kerajaan pra-wajo yakni Cinnongtabi dipimpin oleh masing-
masing : La Paukke Arung Cinnotabi I, We Panangngareng Arung
Cinnotabi II, We Tenrisui Arung Cinnotabi III, La Patiroi
Arung Cinnotabi IV.
setelahnya, kedua putranya menjabat sekaligus sebagai Arung
Cinnotabi V yakni La Tenribali dan La Tenritippe. Setelah
mengalami masa krisis, sisa-sisa pejabat kerajaan Cinnotabi
dan rakyatnya bersepakat memilih La Tenribali sebagai raja
mereka dan mendirikan kerajaan baru yaitu Wajo. adapun
rajanya bergelar Batara Wajo.
Wajo dipimpin oleh, La Tenribali Batara Wajo I (bekas arung
cinnotabi V), kemudian La Mataesso Batara Wajo II dan La
Pateddungi Batara Wajo III. Pada masanya, terjadi lagi krisis
bahkan Batara Wajo III dibunuh. kekosongan kekuasaan
menyebabkan lahirnya perjanjian La Paddeppa yang berisi
hak-hak kemerdekaan Wajo.
setelahnya, gelar raja Wajo bukan lagi Batara Wajo akan tetapi
Arung Matowa Wajo hingga adanya Negara Kesatuan Republik
Indonesia @arm
________________________________________________________________
Sekilas Sejarah Suku Bugis - Sulawesi Selatan Dalam
Hubungannya dengan "Terjadinya Konflik" antara Suku-Suku
lainnya di Sulawesi Selatan sampai masuknya agama Islam
________________________________________________________________
* Konflik antar Suku
Pada abad ke-15 ketika kerajaan Gowa dan Bone mulai menguat,
dan Soppeng serta Wajo mulai muncul, maka terjadi konflik
perbatasan dalam menguasai dominasi politik dan ekonomi antar
kerajaan. Kerajaan Bone memperluas wilayahnya sehingga bertemu
dengan wilayah Gowa di Bulukumba.
Sementara, di utara, Bone bertemu Luwu di Sungai Walennae.
Sedang Wajo, perlahan juga melakukan perluasan wilayah.
Sementara Soppeng memperluas ke arah barat sampai di Barru.
Perang antara Luwu dan Bone dimenangkan oleh Bone dan
merampas payung kerajaan Luwu kemudian mempersaudarakan
kerajaan mereka.
Sungai Walennae adalah jalur ekonomi dari Danau Tempe dan
Danau Sidenreng menuju Teluk Bone. Untuk mempertahankan
posisinya, Luwu membangun aliansi dengan Wajo, dengan
menyerang beberapa daerah Bone dan Sidenreng.
Berikutnya wilayah Luwu semakin tergeser ke utara dan dikuasai
Wajo melalui penaklukan ataupun penggabungan. Wajo kemudian
bergesek dengan Bone. Invasi Gowa kemudian merebut beberapa
daerah Bone serta menaklukkan Wajo dan Soppeng.
Untuk menghadapi hegemoni Gowa, Kerajaan Bone, Wajo dan Soppeng
membuat aliansi yang disebut "Tellumpoccoe".
* Penyebaran Islam
Pada awal abad ke-17, datang penyiar agama Islam dari Minangkabau
atas perintah Sultan Iskandar Muda dari Aceh. Mereka adalah Abdul
Makmur (Datuk ri Bandang) yang mengislamkan Gowa dan Tallo,
Suleiman (Datuk Patimang) menyebarkan Islam di Luwu, dan Nurdin
Ariyani (Datuk ri Tiro) yang menyiarkan Islam di Bulukumba.
______________
Penutup
______________
Demikian infonya para kawan Sekalian...!
Karena postingan ini terispirasi dari Qasidah Bugis, maka penulis
telah punya gambaran tentang masuknya Agama Islam ke Sulawesi
Selatan dengan fokus Suku Bugis.
Isya Allah...!
Sejarah lebih terperincinya mengenai Masuknya agama Islam ke
Sulsel ini akan penulis posting di lain kesempatan.
Selamat malam...!
___________________________________________________________
Cat :
Bersambung ke ;
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2015/09/suku-bugis-sulawesi-selatan-masa.html
No comments:
Post a Comment