Wednesday, August 13, 2014

Tonggak Sejarah Konflik Palestina Israel dan Dunia Dalam Berita TVRI 70-80'an"


#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak Tonggak Sejarah Konflik Palestina Israel)
__________________________________________________________











________________

Kata Pengantar
________________

Diperkirakan disekitar tahun "Lapan puluhan awal" atau di taon
"Pitupuluhan akhir" kalau tidak salah, maka wilayah Tapanuli
Selatan dan sekitarnya yang dapat giliran untuk dipasang pemancar
TVRI tepatnya disalah satu wilayah pilihannya yaitu di tor Sibohi,
yang masuk dalam wilayah gunung Sibualbuali, Sipirok, Angkola Jae
di najolo.

Dengan adanya pemancar ini, maka para masyarakat Tapsel dan sekitar
nyapun mulai bekerja keras untuk kemudian berondong-bondong membeli
pesawat yang bukan pesawat yaitu pesawat televisi.

"Teng teng teng..teng..teng...teng..." demikian bunyi pesawat itu
setiap hari tepatnya di jam 9 malam sebagai bentuk kode pemberitahuan
pada pemirsa atu penontonya bahwa "Dunia Dalam Berita" akan segera
di mulai.

"Tut...tut...tut..." demkian bunyi kelanjutannya untuk kemudian disampaikan
pemberitahuan, "

Setelah Teng teng teng..teng..teng...teng...tersebut berbunyi kurang
lebih 7 X maka Toeti Adhitama sebagai penyiar yang penulis sukai suaranya
pada itupun mulai membacakan berita :

"Selamat malam...!" katanya.


Singkat kata...!
Berita tentang dunia itupun satu persatu dibacakan.

Para kawan...!

Dari sekian banyak berita yang dibacakan itu, salah satunya yang
paling tidak pernah ketinggalan adalah berita tentang "Konflik
Palestina Israel".

Menurut hemat penulis...!

Masyarakat umum Tapsel najolo berkesimpulan bahwa, "Masyarakat
Palestinalah yang paling teraniaya atas terjadi konflik itu,
karena itu masyarakatpun banyak yang tidak menyukai orang-orang
Israel).

Dan ketidak sukaan ini cukup berpengaruh pada masyarakat Tapsel
najoloi, hingga beberapa pebuatan yang tidak terpuji di Tapsel
sering disimbolkan atau disebutkan sebagai perbuata Israel.

"Botul maho Israel ba...!" kata seorang kawan pada kawannya yang
merasa telah dicurangi.

"Anggoho damang ma pas ho songon halak Israel" kata seorang ayah
pula sama anaknya atas perbuatan anaknya yang lebih memilih
bermain bola daripada membantunya kesawah.

"Hauakku ma disia, parangena pas songon halak Israel hurasa" kata
seorang Boru Tulang pula pada Anak Namborunya, yang mungkin suka
berbohong, mangoto-otoi atau mangkuntonya.

Para kawan...!

"Betulkah masyarakat Palestina lebih teraniaya dari pada masyarakat
Israel selama terjadi konflik antara kedua negara tersebut...?"

Postingan ini bertujuan untuk mencoba menjawabnya setelah terlebih
dahulu melihat "Tonggak Sejarah Konflik Palestina Israel" tersebut.

Selamat menyimak...!
_________________________________________________

Tonggak Sejarah Konflik Palestina - Israel 
_________________________________________________

Konflik Palestina – Israel menurut sejarah sudah 31 tahun ketika pada tahun 1967
Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut Sinai dan Jalur
Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania)..
Sampai sekarang perdamaian sepertinya jauh dari harapan. Ditambah lagi terjadi
ketidaksepakatan tentang masa depan Palestina dan hubungannya dengan Israel di
antara faksi-faksi di Palestina sendiri.

Tulisan ini dimaksudkan sebagai pengingat sekaligus upaya membuka pemahaman kita

mengenai latar belakang sejarah sebab terjadinya konflik ini.

2000 SM – 1500 SM

Istri Nabi Ibrahim A.s., Siti Hajar mempunyai anak Nabi Ismail A.s. (bapaknya

bangsa Arab) dan Siti Sarah mempunyai anak Nabi Ishak A.s. yang kemudian mempunyai
anak Nabi Ya’qub A.s. alias Israel (Israil, Qur’an).

Anak keturunannya disebut Bani Israel sebanyak 7 (tujuh) orang. Salah satunya
bernama Nabi Yusuf A.s. yang ketika kecil dibuang oleh saudara-saudaranya yang
dengki kepadanya. Nasibnya yang baik membawanya ke tanah Mesir dan kemudian dia
menjadi bendahara kerajaan Mesir.

Ketika masa paceklik, Nabi Ya’qub A.s. beserta saudara-saudara Yusuf bermigrasi
ke Mesir. Populasi anak keturunan Israel (Nabi Ya’qub A.s.) membesar.

1550 SM – 1200 SM

Politik di Mesir berubah. Bangsa Israel dianggap sebagai masalah bagi negara Mesir.
Banyak dari bangsa Israel yang lebih pintar dari orang asli Mesir dan menguasai
perekonomian. Oleh pemerintah Firaun bangsa Israel diturunkan statusnya menjadi
 budak.

1200 SM – 1100 SM

Nabi Musa A.s. memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, mengembara
di gurun Sinai menuju tanah yang dijanjikan, asalkan mereka taat kepada
Allah Swt – dikenal dengan cerita Nabi Musa A.s. membelah laut ketika

bersama dengan bangsa Israel dikejar-kejar oleh tentara Mesir menyeberangi
Laut Merah. Namun saat mereka diperintah untuk memasuki tanah Filistin
(Palestina), mereka membandel dan berkata: “Hai, Musa, kami sekali-kali tidak
akan memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang yang gagah perkasa di
dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu (Tuhanmu), dan berperanglah
kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (QS 5:24)

Akibatnya mereka dikutuk oleh Allah Swt dan hanya berputar-putar saja di sekitar
Palestina. Belakangan agama yang dibawa Nabi Musa A.s. disebut Yahudi – menurut
salah satu marga dari bangsa Israel yang paling banyak keturunannya, yakni
Yehuda, dan akhirnya bangsa Israil – tanpa memandang warga negara atau tanah
airnya – disebut juga orang-orang Yahudi.

1000 SM – 922 SM 

Nabi Daud A.s. (anak Nabi Musa A.s.) mengalahkan Goliath (Jalut, Qur’an) dari
Filistin. Palestina berhasil direbut dan Daud dijadikan raja. Wilayah kerajaannya
membentang dari tepi sungai Nil hingga sungai Efrat di Iraq. Sekarang ini
Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran Israel Raya seperti yang dipimpin
raja Daud. Bendera Israel adalah dua garis biru (sungai Nil dan Eufrat) dan
Bintang Daud. Kepemimpinan Daud A.s. diteruskan oleh anaknya Nabi Sulaiman A.s.
dan Masjidil Aqsa pun dibangun.

922 SM – 800 SM

Sepeninggal Sulaiman A.s., Israel dilanda perang saudara yang berlarut-larut,
hingga akhirnya kerajaan itu terbelah menjadi dua, yakni bagian Utara bernama
Israel beribukota Samaria dan Selatan bernama Yehuda beribukota Yerusalem.

800 SM – 600 SM

Karena kerajaan Israel sudah terlalu durhaka kepada Allah Swt maka kerajaan
tersebut dihancurkan oleh Allah Swt melalui penyerangan kerajaan Asyiria.

“Sesungguhnya Kami telah mengambil kembali perjanjian dari Bani Israil, dan
telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul
kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini hawa nafsu mereka, maka
sebagian rasul-rasul itu mereka dustakan atau mereka bunuh.” (QS 5:70)

Hal ini juga bisa dibaca di Injil (Bible) pada Kitab Raja-raja ke-1 14:15 dan
Kitab Raja-raja ke-2 17:18.

600 SM – 500 SM

Kerajaan Yehuda dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar dari Babylonia. Dalam Injil
Kitab Raja-raja ke-2 23:27 dinyatakan bahwa mereka tidak mempunyai hak lagi atas
Yerusalem. Mereka diusir dari Yerusalem dan dipenjara di Babylonia.

500 SM – 400 SM

Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan bangsa Israel kembali
ke Yerusalem.

330 SM – 322 SM

Israel diduduki Alexander Agung dari Macedonia (Yunani). Ia melakukan hellenisasi
terhadap bangsa-bangsa taklukannya. Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi Israel,
sehingga nantinya Injil pun ditulis dalam bahasa Yunani dan bukan dalam bahasa
Ibrani.

300 SM – 190 SM

Yunani dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun dikuasai imperium Romawi.

1 M – 100 M 

Nabi Isa A.s. / Yesus lahir, kemudian menjadi pemimpin gerakan melawan penguasa
Romawi. Namun selain dianggap subversi oleh penguasa Romawi (dengan ancaman
hukuman tertinggi yakni dihukum mati di kayu salib), ajaran Yesus sendiri
ditolak oleh para Rabbi Yahudi. Namun setelah Isa tiada, bangsa Yahudi
memberontak terhadap Romawi.

100 M – 300 M

Pemberontakan berulang. Akibatnya Palestina dihancurkan dan dijadikan area
bebas Yahudi. Mereka dideportasi keluar Palestina dan terdiaspora ke segala
penjuru imperium Romawi. Namun demikian tetap ada sejumlah kecil pemeluk Yahudi
yang tetap bertahan di Palestina. Dengan masuknya Islam kemudian, serta
dipakainya bahasa Arab di dalam kehidupan sehari-hari, mereka lambat laun
terarabisasi atau bahkan masuk Islam.

313 M

Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan agama Kristen dijadikan
agama negara.

500 M – 600 M

Nabi Muhammad Saw lahir di tahun 571 M. Bangsa Yahudi merembes ke semenanjung
Arabia (di antaranya di Khaibar dan sekitar Madinah), kemudian berimigrasi dalam
jumlah besar ke daerah tersebut ketika terjadi perang antara Romawi dengan Persia.

621 M

Nabi Muhammad Saw melakukan perjalanan ruhani Isra’ dari masjidil Haram di Makkah
ke masjidil Aqsa di Palestina dilanjutkan perjalana Mi’raj ke Sidrathul Muntaha
(langit lapis ke-7). Rasulullah menetapkan Yerusalem sebagai kota suci ke-3 ummat
Islam, dimana sholat di masjidil Aqsa dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid
lain selain masjidil Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah.

Masjidil Aqsa juga menjadi kiblat umat Islam sebelum dipindah arahnya ke Ka’bah
di masjidil Haram, Makkah.

622 M 

Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah dan pendirian negara Islam – yang selanjutnya
disebut khilafah. Nabi mengadakan perjanjian dengan bangsa Yahudi yang menjadi
penduduk Madinah dan sekitarnya, yang dikenal dengan “Piagam Madinah”.

626 M

Pengkhianatan Yahudi dalam perang Ahzab (perang parit) dan berarti melanggar
Perjanjian Madinah. Sesuai dengan aturan di dalam kitab Taurat mereka sendiri,
mereka harus menerima hukuman dibunuh atau diusir.

638 M 

Di bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnu Khattab ra. Seluruh Palestina dimerdekakan
dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk Palestina, Muslim maupun Non
Muslim, hidup aman di bawah pemerintahan khilafah. Kebebasan beragama dijamin
sepenuhnya.

700 M – 1000 M

Wilayah Islam meluas dari Asia Tengah, Afrika hingga Spanyol. Di dalamnya, bangsa
Yahudi mendapat peluang ekonomi dan intelektual yang sama. Ada beberapa ilmuwan
terkenal di dunia Islam yang sesungguhnya adalah orang Yahudi.

1076 M

Yerusalem dikepung oleh tentara salib dari Eropa. Karena pengkhianatan kaum munafik
(sekte Drusiah yang mengaku Islam tetapi ajarannya sesat), pada tahun 1099 M
tentara salib berhasil menguasai Yerusalem dan mengangkat seorang raja Kristen.
Penjajahan ini berlangsung hingga 1187 M sampai Salahuddin Al-Ayyubi membebaskannya
dan setelah itu ummat Islam yang terlena sufisme yang sesat bisa dibangkitkan kembali.

1453 M

Setelah melalui proses reunifikasi dan revitalisasi wilayah-wilayah khilafah yang
tercerai berai setelah hancurnya Baghdad oleh tentara Mongol (1258 M), khilafah
Utsmaniah dibawah Muhammad Fatih menaklukan Konstatinopel, dan mewujudkan nubuwwah
Rasulullah.

1492 M

Andalusia sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol (reconquista). Karena cemas
suatu saat umat Islam bisa bangkit lagi, maka terjadi pembunuhan, pengusiran dan
pengkristenan massal. Hal ini tidak cuma diarahkan pada Muslim namun juga pada
Yahudi. Mereka lari ke wilayah khilafah Utsmaniyah, diantaranya ke Bosnia. Pada
1992 Raja Juan Carlos dari Spanyol secara resmi meminta maaf kepada pemerintah
Israel atas holocaust (pemusnahan etnis) 500 tahun sebelumnya. (Tapi tidak
permintaan maaf kepada umat Islam).

1500 – 1700 M

Kebangkitan pemikiran di Eropa, munculnya sekularisme (pemisahan agama / gereja
dengan negara), nasionalisme dan kapitalisme. Mulainya kemajuan teknologi moderen
di Eropa. Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka mencari jalur perdagangan a
lternatif ke India dan Cina, tanpa melalui daerah-daerah Islam. Tapi akhirnya
mereka didorong oleh semangat kolonialisme dan imperialisme, yakni Gold, Glory
dan Gospel. Gold berarti mencari kekayaan di tanah jajahan, Glory artinya mencari
kemasyuran di atas bangsa lain dan Gospel (Injil) artinya menyebarkan agama
Kristen ke penjuru dunia.

1529 M

Tentara khilafah berusaha menghentikan arus kolonialisme/imperialisme serta membalas
reconquista langsung ke jantung Eropa dengan mengepung Wina, namun gagal. Tahun 1683 M
kepungan diulang, dan gagal lagi. Kegagalan ini terutama karena tentara Islam terlalu
yakin pada jumlah dan perlengkapannya.

“… yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang
banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa
sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dan bercerai-berai.” (QS 9:25).

1798 M

Napoleon berpendapat bahwa bangsa Yahudi bisa diperalat bagi tujuan-tujuan Perancis
di Timur Tengah. Wilayah itu secara resmi masih di bawah Khilafah.

1831 M

Untuk mendukung strategi “devide et impera” Perancis mendukung gerakan nasionalisme
Arab, yakni Muhammad Ali di Mesir dan Pasya Basyir di Libanon. Khilafah mulai
lemah dirongrong oleh semangat nasionalisme yang menular begitu cepat di tanah Arab.

1835 M

Sekelompok Yahudi membeli tanah di Palestina, dan lalu mendirikan sekolah Yahudi
pertama di sana. Sponsornya adalah milyuder Yahudi di Inggris, Sir Moshe Monteveury,
anggota Free Masonry. Ini adalah pertama kalinya sekolah berkurikulum asing di wilayah
Khilafah.

1838 M

Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di Palestina.

1849 M

Kampanye mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa itu jumlah Yahudi
di Palestina baru sekitar 12.000 orang. Pada tahun 1948 jumlahnya menjadi 716.700
dan pada tahun 1964 sudah hampir 3 juta orang.

1882 M

Imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang berselubung agama, simpati
dan kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.

1891 M

Para penduduk Palestina mengirim petisi ke Khalifah, menuntut dilarangnya imigrasi
besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu khilafah sudah “sakit-sakitan”
(dijuluki “the sick man at Bosporus). Dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan Abdul
Hamid sempat membuat terobosan dengan memodernisir infrastruktur, termasuk memasang
jalur kereta api dari Damaskus ke Madinah via Palestina! Sayang, sebelum selesai,
Sultan Abdul Hamid dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim Agung) yang telah dipegaruhi
oleh Inggris. Perang Dunia I meletus, dan jalur kereta tersebut dihancurkan.

1897 M

Theodore Herzl menggelar kongres Zionis sedunia di Basel Swiss. Peserta Kongres I
Zionis mengeluarkan resolusi, bahwa umat Yahudi tidaklah sekedar umat beragama,
namun adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara berbangsa dan bernegara.
Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah air bagi umat Yahudi – walaupun
secara rahasia – pada “tanah yang bersejarah bagi mereka”. Sebelumnya Inggris
hampir menjanjikan tanah protektorat Uganda atau di Amerika Latin ! Di kongres i
tu, Herzl menyebut, Zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan penindasan”
atas umat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun.

Pergerakan ini mengenang kembali bahwa nasib umat Yahudi hanya bisa diselesaikan
di tangan umat Yahudi sendiri. Di depan kongres, Herzl berkata, “Dalam 50 tahun
akan ada negara Yahudi !” Apa yang direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada
tahun 1948.

1916 M

Perjanjian rahasia Sykes – Picot oleh sekutu (Inggris, Perancis, Rusia) dibuat
saat meletusnya Perang Dunia (PD) I, untuk mencengkeram wilayah-wilayah Arab
dan Khalifah Utsmaniyah dan membagi-bagi di antara mereka. PD I berakhir dengan
kemenangan sekutu, Inggris mendapat kontrol atas Palestina.

Di PD I ini, Yahudi Jerman berkomplot dengan Sekutu untuk tujuan mereka sendiri
(memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih besar).

1917 M

Menlu Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour, dalam deklarasi Balfour
emberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, bahwa Inggris akan memperkokoh
pemukiman Yahudi di Palestina dalam membantu pembentukan tanah air Yahudi.

Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa (cikal bakal PBB) memberi mandat
kepada Inggris untuk menguasai Palestina.

1938 M

Nazi Jerman menganggap bahwa pengkhianatan Yahudi Jerman adalah biang keladi ke
kalahan mereka pada PD I yang telah menghancurkan ekonomi Jerman. Maka mereka
perlu “penyelesaian terakhir” (endivsung). Ratusan ribu keturunan Yahudi dikirim
ke kamp konsentrasi atau lari ke luar negeri (terutama ke AS). Sebenarnya ada
etnis lain serta kaum intelektual yang berbeda politik dengan Nazi yang bernasib
sama, namun setelah PD II Yahudi lebih berhasil menjual ceritanya karena menguasai
banyak surat kabar atau kantor-kantor berita di dunia.

1944 M

Partai buruh Inggris yang sedang berkuasa secara terbuka memaparkan politik
“membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk ke Palestina, jika mereka ingin jadi
mayoritas. Masuknya mereka akan mendorong keluarnya pribumi Arab dari sana.”
Kondisi Palestina pun memanas.

1947 M

PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua negara: Arab dan Israel.

1948 M, 14 Mei.

Sehari sebelum habisnya perwalian Inggris di Palestina, para pemukim Yahudi
memproklamirkan kemerdekaan negara Israel. Mereka melakukan agresi bersenjata
terhadap rakyat Palestina yang masih lemah, hingga jutaan dari mereka terpaksa
mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir dan lain-lain. Palestina Refugees
menjadi tema dunia. Namun mereka menolak eksistensi Palestina dan menganggap
mereka telah memajukan areal yang semula kosong dan terbelakang.

Timbullah perang antara Israel dan negara-negara Arab tetangganya. Namun karena
para pemimpin Arab sebenarnya ada di bawah pengaruh Inggris – lihat Imperialisme
Perancis dan Inggris di tanah Arab sejak tahun 1798 – maka Israel mudah merebut
daerah Arab Palestina yang telah ditetapkan PBB.

1948 M, 2 Desember

Protes keras Liga Arab atas tindakan AS dan sekutunya berupa dorongan dan
fasilitas yang mereka berikan bagi imigrasi zionis ke Palestina. Pada waktu
itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di bawah Hasan Al-Banna mengirim 10.000 mujahidin
untuk berjihad melawan Israel. Usaha ini kandas bukan karena mereka dikalahkan
Israel, namun karena Raja Farouk yang korup dari Mesir takut bahwa di dalam
negeri IM bisa melakukan kudeta, akibatnya tokoh-tokoh IM dipenjara atau
dihukum mati.


1956 M, 29 Oktober

Israel dibantu Inggris dan Perancis menyerang Sinai untuk menguasai terusan Suez.
Pada kurun waktu ini, militer di Yordania menawarkan baiat ke Hizbut Tahrir
(salah satu harakah Islam) untuk mendirikan kembali Khilafah. Namun Hizbut
Tahrir menolak, karena melihat rakyat belum siap.

1964

Para pemimpin Arab membentuk PLO (Palestine Liberation Organization). Dengan ini
secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak bangsa Arab-Palestina sendiri,
dan tidak lagi urusan umat Islam. Masalah Palestina direduksi menjadi persoalan
nasional bangsa Palestina.

1967 M

Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria selama 6 hari dengan dalih pencegahan,
Israel berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria),
Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Israel dengan mudah menghancurkan angkatan
udara musuhnya karena dibantu informasi dari CIA (Central Intelligence Agency =
Badan Intelijen Pusat milik USA).

Sementara itu angkatan udara Mesir ragu membalas serangan Israel, karena Menteri
Pertahanan Mesir ikut terbang dan memerintahkan untuk tidak melakukan tembakan
selama dia ada di udara.

1967 M, Nopember

Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 242, untuk perintah penarikan
mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang 6 hari, pengakuan
semua negara di kawasan itu, dan penyelesaian secara adil masalah pengungsi
Palestina.

1969 M

Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai ketua Komite Eksekutif PLO
dengan markas di Yordania.

1970 M

Berbagai pembajakan pesawat sebagai publikasi perjuangan rakyat Palestina membuat
PLO dikecam oleh opini dunia, dan Yordania pun dikucilkan. Karena ekonomi Yordania
sangat tergantung dari AS, maka akhirnya Raja Husein mengusir markas PLO dari
Yordania. Dan akhirnya PLO pindah ke Libanon.

1973 M, 6 Oktober

Mesir dan Syria menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan pada
hari puasanya Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini dikenal dengan Perang Oktober.
Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel tidak tiba-tiba dibantu oleh AS.
Presiden Mesir Anwar Sadat terpaksa berkompromi, karena dia cuma siap untuk
melawan Israel, namun tidak siap berhadapan dengan AS. Arab membalas kekalahan
itu dengan menutup keran minyak. Akibatnya harga minyak melonjak pesat.

1973 M, 22 Oktober

Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi Nomor 338, untuk gencatan senjata,
pelaksanaan resolusi Nomor 242 dan perundingan damai di Timur Tengah.

1977 M

Pertimbangan ekonomi (perang telah memboroskan kas negara) membuat Anwar Sadat
pergi ke Israel tanpa konsultasi dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian,
jika Israel mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara Arab merasa dikhianati.
Karena langkah politiknya ini, belakangan Anwar Sadat dibunuh pada tahun 1982.

1978 M, September

Mesir dan Israel menandatangani perjanjian Camp David yang diprakarsai AS.
Perjanjian itu menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat Palestina di wilayah-
wilayah pendudukan Israel. Sadat dan PM Israel Menachem Begin dianugerahi Nobel
Perdamaian 1979. namun Israel tetap menolak perundingan dengan PLO dan PLO
menolak otonomi. Belakangan, otonomi versi Camp David ini tidak pernah diwujudkan,
demikian juga otonomi versi lainnya. Dan AS sebagai pemrakarsanya juga tidak
merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu memveto resolusi PBB yang tidak
menguntungkan pihak Israel.

1980 M

Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim panas 1980 kota Yerussalem
yang didudukinya itu resmi sebagai ibukota.

1982 M

Israel menyerang Libanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan
Shatila. Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa
ke forum PBB karena – lagi-lagi – veto dari AS. Belakangan Israel juga dengan
enaknya melakukan serangkaian pemboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq,
Libya dan Tunis.

1987 M

Intifadhah, perlawanan dengan batu oleh orang-orang Palestina yang tinggal di
daerah pendudukan terhadap tentara Israel mulai meledak. Intifadhah ini
diprakarsai oleh HAMAS, suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya dengan
pendidikan dan sosial.

1988 M, 15 Nopember

Diumumkan berdirinya negara Palestina di Aljiria, ibu kota Aljazair. Dengan bentuk
negara Republik Parlementer. Ditetapkan bahwa Yerussalem Timur sebagai ibukota negara
dengan Presiden pertamanya adalah Yasser Arafat.

Setelah Yasser Arafat mangkat kursi presiden diduduki oleh Mahmud Abbas. Dewan
Nasional Palestina, yang identik dengan Parlemen Palestina beranggotakan 500 orang.

1988 M, Desember

AS membenarkan pembukaan dialog dengan PLO setelah Arafat secara tidak
mengakui eksistensi Israel dengan menuntut realisasi resolusi PBB Nomor 242 pada
waktu memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di Tunis.

1991 M, Maret

Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita Kristen. Sebelumnya Arafat selalu
mengatakan “menikah dengan revolusi Palestina”.

1993 M, September

PLO – Israel saling mengakui eksistensi masing-masing dan Israel berjanji membe
rikan hak otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel adalah
“land for peace” (tanah untuk perdamaian). Pengakuan itu dikecam keras oleh pihak
ultra-kanan Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun negara-
negara Arab (Saudi Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania) menyambut baik perjanjian itu.
Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk mendukung perdamaian.

Setelah kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO, maka sesuai perjanjian
dengan Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti Israel. Dengan ini maka
sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan Yahudi.

Yasser Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon Peres mendapat Nobel Perdamaian atas
usahanya tersebut.

1995 M

Rabin dibunuh oleh Yigar Amir, seorang Yahudi fanatik. Sebelumnya, di Hebron,
seorang Yahudi fanatik membantai puluhan Muslim yang sedang shalat subuh. Hampir
iap orang dewasa di Israel, laki-laki maupun wanita, pernah mendapat latihan dan
melakukan wajib militer. Gerakan Palestina yang menuntut kemerdekaan total menteror
ke tengah masyarakat Israel dengan bom “bunuh diri”.

Targetnya, menggagalkan usaha perdamaian yang tidak adil itu. Sebenarnya
“land for peace” diartikan Israel sebagai “Israel dapat tanah, dan Arab Palestina
tidak diganggu (bisa hidup damai).”

1996 M

Pemilu di Israel dimenangkan secara tipis oleh Netanyahu dari partai kanan,
yang berarti kemenangan Yahudi yang anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur
waktu pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina,
agar Palestina tetap sekedar daerah otonom di dalam Israel. Ia bahkan ingin
menunggu/menciptakan kontelasi baru (pemukiman Yahudi di daerah pendudukan, bila
perlu perluasan hingga ke Syria dan Yordania) untuk sama sekali membuat
perjanjian baru.

AS tidak senang bahwa Israel jalan sendiri di luar garis yang ditetapkannya.
Namun karena lobby Yahudi di AS terlalu kuat, maka Bill Clinton harus memakai
agen-agennya di negara-negara Arab untuk “mengingatkan” si “anak emasnya” ini.
Maka sikap negara-negara Arab tiba-tiba kembali memusuhi Israel. Mufti Mesir
malah kini memfatwakan jihad terhadap Israel. Sementara itu Uni Eropa (
terutama Inggris dan Perancis) juga mencoba “aktif” menjadi penengah, yang
sebenarnya juga hanya untuk kepentingan masing-masing dalam rangka menanamkan
pengaruhnya di wilayah itu. Mereka juga tidak rela kalau AS “jalan sendiri” t
anpa bicara dengan Eropa.

Maret 2000  M

Kunjungan pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon ke Masjidil Aqsa memicu kerusuhan.
Masjidil Aqsa dianggap sebagai salah satu tempat suci umat Islam. Intifadah
gelombang kedua pun dimulai.

KTT Camp David 2000 antara Palestina dan Israel

Maret-April 2002  M

Israel membangun Tembok Pertahanan di Tepi Barat dan diiringi
rangkaian serangan bunuh diri Palestina.

Sebuah usul perdamaian saat ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan
oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September
2002. Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 “reservasi”. Pada
saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial
yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan
kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh “kehadiran
sipil dan militer yang permanen” di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi
di sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan “mengawasi dan mengawal
kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di
wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut
dari Jalur Gaza.” Pemerintah Israel berpendapat bahwa “akibatnya, tidak akan
ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan,” sementara
yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat
satu-satunya ialah bahwa Israel “akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok –
artinya, Penghalang Tepi Barat Israel – dan mempertahankan situasi di Tepi
arat seperti adanya sekarang ini”

Juli 2004  M

Mahkamah Internasional menetapkan pembangunan batas pertahanan
menyalahi hukum internasional dan Israel harus merobohkannya.

9 Januari 2005  M

Mahmud Abbas, dari Fatah, terpilih sebagai Presiden Otoritas Palestina.
Ia menggantikan Yasser Arafat yang wafat pada 11 November 2004
Peta menuju perdamaian

Juni 2005  M

Mahmud Abbas dan Ariel Sharon bertemu di Yerusalem. Abbas mengulur jadwal
pemilu karena khawatir Hamas akan menang.

Agustus 2005 Israel hengkang dari permukiman Gaza dan empat wilayah permukiman
di Tepi Barat.

Januari 2006  M

Hamas memenangkan kursi Dewan Legislatif, menyudahi dominasi Fatah selama 40 tahun.

Di hari kemenangan Partai Kadima pada pemilu tanggal 28 Maret 2006 di Israel,
Ehud Olmert – yang kemudian diangkat sebagai Perdana Menteri Israel menggantikan
Ariel Sharon yang berhalangan tetap karena sakit – berpidato.

Dalam pidato kemenangan partainya, Olmert berjanji untuk menjadikan Israel
negara yang adil, kuat, damai, dan makmur, menghargai hak-hak kaum minoritas,
mementingkan pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan serta terutama sekali
berjuang untuk mencapai perdamaian yang kekal dan pasti dengan bangsa Palestina.
Olmert menyatakan bahwa sebagaimana Israel bersedia berkompromi untuk perdamaian,
ia mengharapkan bangsa Palestina pun harus fleksibel dengan posisi mereka.

Ia menyatakan bahwa bila Otoritas Palestina, yang kini dipimpin Hamas, menolak
mengakui Negara Israel, maka Israel “akan menentukan nasibnya di tangannya sendiri”
dan secara langsung menyiratkan aksi sepihak. Masa depan pemerintahan koalisi ini
sebagian besar tergantung pada niat baik partai-partai lain untuk bekerja sama
dengan perdana menteri yang baru terpilih.

Januari-Juli 2008  M

Ketegangan meningkat di Gaza. Israel memutus suplai listrik dan gas. Dunia
menuding Hamas tak berhasil mengendalikan tindak kekerasan. PM Palestina
Ismail Haniyeh berkeras pihaknya tak akan tunduk.

November 2008  M

Hamas batal ikut serta dalam pertemuan unifikasi Palestina yang diadakan di Kairo,
Mesir. Serangan roket kecil berjatuhan di wilayah Israel.

Serangan Israel ke Gaza dimulai 26 Desember 2008. Israel melancarkan Operasi
Oferet Yetsuka, yang dilanjutkan dengan serangan udara ke pusat-pusat operasi
Hamas. Korban dari warga sipil berjatuhan.

sebelum terjadinya serangan habis-habisan Israel ke Gaza (27/12/2008),
sudah terjadi serangan-serangan kecil di antara kedua belah pihak di sekitar Jalur
Gaza, disebabkan Israel menutup tempat-tempat penyeberangan atau jalur komersial
ke Gaza sehingga pasokan bahan bakar minyak terhenti, yang memaksa satu-satunya
pusat pembangkit listrik di Jalur Gaza tutup.

Sebagai catatan akhir, Perdana Menteri Israel setelah Benjamin Netanyahu berutur-
urut adalah Ehud Barak, Ariel Sharon, dan yang masih berkuasa di Israel dalam
penyerangan di Gaza sekarang adalah Ehud Olmert. Sedangkan 4 faksi utama di
Palestina adalah PLO, Al-Fatah, Jihad Islam Palestina (JIP), dan yang berkuasa
sekarang di Palestina adalah Hamas dengan Perdana Menterinya Ismail Haniya.

Mei 2010  M

Israel mem-blokede seluruh jalur bantuan menuju palestina

30 Mei 2010 Tentara Israel Menembaki kapal bantuan Mavi Marmara yang membawa
ratusan Relawan dan belasan ton bantuan untuk palestina
Tarik ulur usaha perdamaian mutakhir

Sejak Persetujuan Oslo, Pemerintah Israel dan Otoritas Nasional Palestina secara
resmi telah bertekad untuk akhirnya tiba pada solusi dua negara. Masalah-masalah
utama yang tidak terpecahkan di antara kedua pemerintah ini adalah:

Status dan masa depan Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur yang mencakup
wilayah-wilayah dari Negara Palestina yang diusulkan.
Keamanan Israel.
Keamanan Palestina.
Hakikat masa depan negara Palestina.
Nasib para pengungsi Palestina.
Kebijakan-kebijakan pemukiman pemerintah Israel, dan nasib para penduduk pemukiman itu.
Kedaulatan terhadap tempat-tempat suci di Yerusalem, termasuk Bukit Bait Suci dan
kompleks Tembok (Ratapan) Barat.

Masalah pengungsi muncul sebagai akibat dari perang Arab-Israel 1948. Masalah
Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur muncul sebagai akibat dari Perang
Enam Haripada 1967.

Selama ini telah terjadi konflik yang penuh kekerasan, dengan berbagai tingkat
intensitasnya dan konflik gagasan, tujuan, dan prinsip-prinsip yang berada di
balik semuanya. Pada kedua belah pihak, pada berbagai kesempatan, telah muncul
kelompok-kelompok yang berbeda pendapat dalam berbagai tingkatannya tentang
penganjuran atau penggunaan taktik-taktik kekerasan, anti kekerasan yang aktif,
dll. Ada pula orang-orang yang bersimpati dengan tujuan-tujuan dari pihak yang
satu atau yang lainnya, walaupun itu tidak berarti mereka merangkul taktik-taktik
yang telah digunakan demi tujuan-tujuan itu. Lebih jauh, ada pula orang-orang
yang merangkul sekurang-kurangnya sebagian dari tujuan-tujuan dari kedua belah pihak.
Dan menyebutkan “kedua belah” pihak itu sendiri adalah suatu penyederhanaan:

Al-Fatah dan Hamas saling berbeda pendapat tentang tujuan-tujuan bagi bangsa
Palestina. Hal yang sama dapat digunakan tentang berbagai partai politik Israel,
meskipun misalnya pembicaraannya dibatasi pada partai-partai Yahudi Israel.

Mengingat pembatasan-pembatasan di atas, setiap gambaran ringkas mengenai sifat
konflik ini pasti akan sangat sepihak. Itu berarti, mereka yang menganjurkan
perlawanan Palestina dengan kekerasan biasanya membenarkannya sebagai
perlawanan yang sah terhadap pendudukan militer oleh bangsa Israel yang tidak
sah atas Palestina, yang didukung oleh bantuan militer dan diplomatik oleh A.S.

Banyak yang cenderung memandang perlawanan bersenjata Palestina di lingkungan
Tepi Barat dan Jalur Gaza sebagai hak yang diberikan oleh persetujuan Jenewa dan
Piagam PBB. Sebagian memperluas pandangan ini untuk membenarkan serangan-serangan,
yang seringkali dilakukan terhadap warga sipil, di wilayah Israel itu sendiri.

Demikian pula, mereka yang bersimpati dengan aksi militer Israel dan langkah-
langkah Israel lainnya dalam menghadapi bangsa Palestina cenderung memandang
tindakan-tindakan ini sebagai pembelaan diri yang sah oleh bangsa Israsel dalam
melawan kampanye terorisme yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Palestina
seperti Hamas, Jihad Islami, Al Fatah dan lain-lainnya, dan didukung oleh
negara-negara lain di wilayah itu dan oleh kebanyakan bangsa Palestina, sekurang-
kurangnya oleh warga Palestina yang bukan merupakan warga negara Israel.

Banyak yang cenderung percaya bahwa Israel perlu menguasai sebagian atau
seluruh wilayah ini demi keamanannya sendiri. Pandangan-pandangan yang sangat
berbeda mengenai keabsahan dari tindakan-tindakan dari masing-masing pihak di
dalam konflik ini telah menjadi penghalang utama bagi pemecahannya.

Sebuah usul perdamaian yang muncul adalah peta menuju perdamaian yang diajukan
oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002.
Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 “reservasi”. Pada saat ini
Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang
diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon.

Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan
menyingkirkan seluruh “kehadiran sipil dan militer… yang permanen” di Jalur
Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun
akan “mengawasi dan mengawal kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan
kontrol eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer
di wilayah laut dari Jalur Gaza.” Pemerintah Israel berpendapat bahwa “akibatnya,
tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan,”
sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi,
akibat satu-satunya ialah bahwa Israel “akan diizinkan untuk menyelesaikan
tembok [artinya, Penghalang Tepi Barat Israel] dan mempertahankan situasi di
Tepi Barat seperti adanya sekarang ini”

Dengan rencana pemisahan diri sepihak, pemerintah Israel menyatakan bahwa rencananya
adalah mengizinkan bangsa Palestina untuk membangun sebuah tanah air dengan
campur tangan Israel yang minimal, sementara menarik Israel dari situasi yang
diyakininya terlalu mahal dan secara strategis tidak layak dipertahankan dalam
jangka panjang. Banyak orang Israel, termasuk sejumlah besar anggota partai Likud —
hingga beberapa minggu sebelum 2005 berakhir merupakan partai Sharon — kuatir
bahwa kurangnya kehadiran militer di Jalur Gaza akan mengakibatkan meningkatnya
kegiatan penembakan roket ke kota-kota Israel di sekitar Gaza. Secara khusus
muncul keprihatinan terhadap kelompok-kelompok militan Palestina seperti Hamas,
Jihad Islami atau Front Rakyat Pembebasan Palestina akan muncul dari kevakuman
kekuasaan apabila Israel memisahkan diri dari Gaza.

Sumber :
http://simomot.com/2014/07/14/sejarah-dan-latar-belakang-konflik-israel-palestina-dari-2000sm-sampai-sekarang/


11 Agustus 2014 M (Berita)


















Kabar terbaru Gaza hari ini meberitakan bahwa Dalam kesepakatan
Kairo disetujui adanya gencatan senjata selama 72 jam akan
tetapi tentara pendudukan Israel melakukan serangan udara
pada rumah warga palestina di Kota Beit Lahia utara dan bagian
lagin di Jalur Gaza.

Serangan udara intensif berlangsung selama satu jam, menewaskan
sedikitnya empat warga sipil dan melukai 25 lainnya di Beit Lahia,
kata sumber-sumber medis setempat seperti dikutip kantor b
erita KUNA Senin (11/8).

Lebih lanjut di :
http://www.aktualpost.com/2014/08/12/24846/berita-palestina-terbaru-gaza-kembali-diserang-8-warga-tewas/
_________

Penutup
_________

Karena postingan ini bertujuan untuk mengetahui :

"Betulkah masyarakat Palestina lebih teraniaya dari pada masyarakat
Israel selama terjadi konflik antara kedua negara tersebut...?"

Maka penulispun memberikan gambaran datanya, sebagai berikut :
























Dari data diatas maka penulis punya gambaran masyarakat Palestinalah
yang lebih menderita ada selisih korban sekitar 6.475 orang yang mati
dari tahun 1987 - 2011.

Terlepas dari jumlah korban penulis berharap lewat do'a, kiranya, "Konflik
Palestina Israel ini cepat teratasi. Perdamaian dapat tercipta".
Amin ya robbal alamin.

Selamat malam...!

Perdamaian...perdamaian...
Perdamaian...perdamaian...



_____________________________________________________________
Cat :



PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork


PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork

No comments:

Post a Comment