#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar kecintaan Parlindoengan Loebis dalam
menuntut Ilmu Kedokteran sampai jadi tawanan Nazi Jerman pun
menyimak info sekitar Parlindungan-Parlindungan lainnya
dalam macam Perjalan Cinta dalam iringan musik Muppet.
Madung...?)
_______________________________________________________
________________
Kata Pengantar
________________
Jika anda halak hita berpendapat bahaso, "Hampir do sude halak hita
namargoar si Parlindungani adalah orang-orang hebat dalam tanda
kutip" maka penulis ingin berkata, "Anda tidak salah pendapat" dan
itulah sebabnya sangape sobabna, biasi halak hitai sampe sannarion
"Lek bahat namambaen goar ni anak si Parlindungan". Botulkan...?
Umumna pula yang bergoar si Parlindungan ini karena rasa bangga
atapun rasa cintanya pada marganya selau mencantumkan marga
tersebut di belakang namanya, seperti atau songon si :
Parlindungan Pasaribu
Parlindungan Nasution
Parlindungan Hutasuhut
Parlindungan Pulungan
Parlindungan Hasibuan
Parlindungan Simbolan
Parlindungan Harahap
Parlindungan Daulay
Parlindungan Ritonga
Parlindungan Siregar
Parlindungan Situmorang
Parlindungan Nababan
Parlindungan Harahap
Parlindungan Simatupang
Parlindungan Pardede
Parlindungan Siagian
Parlindungan Dasopang
Parlindungan Daulay
Parlindungan Matondang
Parlindungan Siregar
...dan Parlindungan dan...dan...dan...dan lain-lain...
Para kawan dimanapun berada.
khususnya yang bernama si Parlindungan...!
Nama jelas kita boleh sama tapi nasib, taqdir, kekuatan ekonomi.
politik, sosial dan budaya bisa jadi kita berbeda-beda termasuk
bidang profesi, kepopuleran, keseteresan dan kecintaanpun ketaatan
beragamanya kita tetap bisa berbeda-beda
Si Parlindungan Pasaribu misalnya, kecintaannya pada dunia hukum,
maka jadilah belia si Parlindungan SH. Begitupun si Parlindungan
Nasution karena keahliannya dibidang pahabangkon kapal maka jadilah
belia Ir. Parlindungan Nasution. Tak terkecuali Parlindungan Ritonga
karena kecintaannya pada dunia kelautan maka jadilah beliau
parlindungan Ritongan Kelautan. Begitupun pada Parlindungan Hutasuhut
karena kecintannya pada dunia jurnalistik, maka jadilah beliau
Parlindungan Hutasuhut wartawani.
Pokoknya para kawan...!
Para kawan yang bukan bernama si Parlindungan.
"Karena baik dan padenya, karena bisuk dan petonya, karena ganteng
dan romatisnya, maka yang bernama si Parlindungan inipun nyaris di
perebutkan bunga-bunga desa se tano batak.
Para bunga-bunga desa ini umumnya merasa bangga hidup berdampingan
dengan yang bernama si Parlindungan ini.
"Kau selalu di hatiku, terpaut didalam sukma
tiada ku bimbamg, tiada ku ragu, akan setia janjimu".
Katanya para kawan.
Karena para bunga desa ini sudah merasa dekat di hati, maka tak
jarang pula merekalah yang datang berkunjung ke rumah si Parlindungan
dengan alasan jalan-jalan. Dan kejadian ini cukup sering mereka ingat.
Teringat pada suatu waktu
kuberjalan-jalan di muka rumahmu
rasa berdebar dalam hati ku
ingin dekat s'lalu...
Sisi lainnya...!
"Idia hatcit anggi aso hu ubati..." adalah pernyataan umum para
pemilik nama Parlindungan ini pada pasangan hidupnya sebagai salah
satu bukti kecintaan dan perhatiannya pada pasangan hidupnya pun
sebagai salah satu bukti bahwa si Parlindungan juga bisa mengobati
karena beliau adalah seorang dokter juga.
Para kawan di langit, darat laut dan luat manapun berada...!
"Tahukah anda siapa si Parlindungan yang jadi dokter itu, yang bisa
mengobati itu...? yang namanya cukup populer itu, yang pernah di
tawan oleh Nazi Jerman itu...?"
"Tidak tahu nimmu mattong" agar tulisan ini berlanjut. Madung...?
Beliau adalah si Parlindungan Lubis atau si Dr. Parlindoengan Loebis
dalam bahasa ejaan najolona. Dan postingan inipun berisi sekitar
beliau dalam hubungannya dengan kecintaannya pada Ilmu Kedokteran.
Selamat menyimak...!
Lewat iringan musik latihan "Teluk Batang Toru"
Musik...!
Selamat tinggal teluk bayur permai
daku pergi jauh ke negeri seberang
ku kan mencari ilmu di negeri orang
bekal hidup kelak di hari tua...
_________________________________________________
Sekilas perjalanan Parlindoengan Loebis dalam
menuntut Ilmu sampai jadi tawanan Nazi Jerman
dalam potong cerita
________________________________________________
Anak Batangtoru: Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi
dr. Parlindoengan Loebis
Parlindoengan Loebis lahir di Batangtoru, Tapanuli Selatan 30 Juni 1910.
Setelah tamat sekolah dasar berbahasa Belanda, HIS Padang Sidempuan, 1924,
Parlindoengan melanjutkan pendidikan sekolah menengah (MULO) ke Medan.
Parlindoengan Loebis bersama teman-temannya dari Tapanuli Selatan,
Abdul Azis Harahap, Jawhara Loebis dan Casmir Harahap sama-sama lulus
MULO tahun 1927 sebagaimana diberitakan De Sumatra Post, 17-05-1927.
Selanjutnya, Parlindoengan Loebis dan Casmir Harahap melanjutkan
pendidikan kelas 4--AMS Afdeeling B (bidang Matematika dan Fisika)
ke Weltevreden, Batavia. Parlindoengan Loebis sendiri lulus dari AMS
tahun 1930 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 14-05-1930).
Setelah lulus sekolah menengah (AMS) di Weltevreden, Batavia (kini Pasar
Baru, Jakarta), Parlindoengan Loebis mendaftar ke sekolah tinggi
pelatihan dokter Geneeskundige hoogeshool di Batavia. Pada tahun 1931
sebagaimana diberitakan Bataviaasch nieuwsblad (edisi 18-12-1931)
Parlindoengan Loebis lulus ujian kandidat bagian I sebagai asisten
medis. Namun karena dianggap memenuhi syarat, Parlindoengan Loebis
direkomendasikan menjalani pendidikan yang lebih tinggi di bidang
kedokteran di Negeri Belanda.
Potong Cerita :
Musik...!
***
Parlindoengan Loebis, anak Batangtoru, dari Padang Sidempuan, Medan
dan Batavia bersiap-siap menuju Nederland. Parlindoengan berangkat
dari Tandjong Priok dengan menumpang s.s. Ophir menuju Singapura
tanggal 6 Agustus 1932. Di Singapura Parlindoengan Loebis ditransfer
ke s.s. Trier yang akan berangkat dari Singapura menuju Rotterdam tanggal
8 Agustus 1932 (lihat, Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie,
04-08-1932).
Di Belanda, Parlindoengan Loebis diterima di Fakultas Kedokteran,
Universitas Leiden. 1932. Selama kuliah, waktunya banyak tersita
untuk kegiatan organisasi kemahasiswaan (pernah menjadi Ketua Perhimpunan
Indonesia, 1938). Pada tahun itu, Perhimpunan Indonesia telah berusia
30 tahun. Pada saat pendiriannya, tahun 1908, Perhimpunan Indonesia
bernama Indisch Vereneeging, yang mana penggagasnya dan ketua
pertamakali adalah seniornya di Padang Sidempuan, Soetan Casajangan
(Harahap). Parlindoengan Loebis dan Soetan Casajangan adalah sama-sama
alumni Padang Sidempuan.
Akhirnya, Parlindoengan Loebis lulus ujian doktoral Januari, 1938
(lihat, De T?d : godsdienstig-staatkundig dagblad, 09-02-1938), lulus
ujian dokter gelar pertama (eerste gedeelte) September 1939 (lihat
Nieuwsblad van het Noorden, 07-10-1939) dan dipromosikan menjadi dokter
setelah lulus ujian akademik Oktober 1940 sebagaimana diberitakan
De standard, 26-10-1940. Tidak lama kemudian saudara sepupu Parlindoengan
Loebis yang bernama Daliloeddein Loebis juga lulus di universitas yang
sama dalam bidang Art.
***
Parlindoengan Loebis ditangkap Nazi dan dimasukkan ke kamp. Kisah
ini dapat dibaca dalam buku: ‘Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi
Nazi - Otobiografi Parlindoengan Loebis’ yang disusun oleh Parlindoengan
Loebis sendiri dengan JJ Rizal sebagai editor. Buku ini diterbitkan
oleh Komunitas Bambu (1997). Parlindoengan Loebis akhirnya, bisa
pulang ke tanah air 1947 (menumpang kapal Weltevrede). Parlindoengan
Loebis meninggal tahun 1995 di Jakarta.
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap dari berbagai sumber.
http://akhirmh.blogspot.com/2014/07/dr-parlindoengan-loebis-anak-batangtoru.html
Mengapa kau menagis sayang
_________________________________________________
Macam Dukungan Data Dr. Parlindoengan Loebis
_________________________________________________
Di DALAM tubuh Parlindungan Lubis, tidak
...setetes pun mengalir darah Yahudi. Dia Batak tulen dari Mandailing.
Namun kenyataannya, dia harus mendekam selama lima tahun di kamp
konsentrasi NAZI , dan masih beruntung bisa keluar dari tempat
penyiksaan dan pembantaian yang sadis tiada tandingannya itu.
Lubis mengisahkan pengalamannya yang luar biasa itu dalam sebuah
otobiografi. Sudah agak lama beredar; namun buku tersebut masih tetap
aktual sampai sekarang. Pasalnya, dialah satu-satunya orang Indonesia
yang mengalami langsung hari-hari mencekam di kamp konsentrasi Nazi.
Tempat pembantaian yang mengerikan itu sengaja dibangun untuk
mewujudkan impian gila Hitler, yaitu memusnahkan etnis Yahudi, kaum
gay, orang-orang cacat, gipsi dan Saksi Jehovah.
Berikut ini Anda bisa menyimak mosaik-mosaik pengalaman Pandapotan
Lubis yang sungguh dramatis itu, melalui resensi buku tersebut yang ditulis
oleh Koencoro :
Otobiografi Parlindoengan Loebis.
LUBIS berangkat ke Negeri Belanda untuk belajar Kedokteran, setelah
lulus Kandidat I di Betawi (begitu dia menuliskannya). Semasa di Betawi,
ia sempat aktif di Jong Islamieten Bond dan Jong Batak, yang kemudian
bersama perhimpunan mahasiswa lain (selain Jong Java) bersatu membentuk
PPPI dan Indonesia Moeda.
Di Leiden, tak lama ia direkrut Perhimpoenan Indonesia. Sepeninggal
Hatta cs, PI bersifat kekirian, dengan garis Stalinis yang jelas. Sempat
Lubis menjadi ketua, selama 3 tahun, dan membawa PI ke arah yang tak
begitu kiri. Kerjasama dengan Partai Komunis Belanda dihentikan, lalu
bekerjasama dengan Partai Sosialis (SDAP).
Kemudian PD II pecah. Mei 1940, saat Jerman bergerak ke barat,
Belanda menyerah nyaris tanpa perlawanan. Dan bahkan kemudian kehidupan
masih tampak normal dalam pendudukan Jerman. Sebelum serangan Jerman
pun, partai NSB yang pro Jerman pernah memperoleh suara cukup besar
(separuh suara) dari rakyat Belanda.
Selama pendudukan Jerman ini, Lubis sempat menyelesaikan kuliah di
Leiden, lalu menikah di Haarlem, menjajagi bekerja di Utrecht, dan
akhirnya membuka praktek di Amsterdam. Tapi kemudian, 26 Juni 1941, dua
orang reserse Belanda menjemputnya. Loebis dipenjarakan, dan kemudian
dipindahkan ke Kamp Konsentrasi. (Baru pada tahun 1945, Loebis
mengetahui alasan penahanannya: Ternyata Jerman sedang membuka front
baru melawan Sovyet, dan para aktivis gerakan pro komunis ditakutkan
menjadi partisan di belakang front).
Kamp Konsentrasi yang pertama dihuni adalah Kamp Schoorl. Di sini,
tawanan belum disuruh bekerja, tetapi hanya disuruh apel dan berolah
raga. Kemudian seluruh isi kamp ini digabungkan ke Kamp Amersfoort. Di
sini, tawanan memperoleh perkerjaan konstruksi, termasuk memasang kawat
berduri. Juga mulai sering disiksa secara kejam, baik oleh orang Jerman,
maupun terutama oleh orang NSB.
Lubis kemudian dipindahkan ke Kamp Buchenwald di Jerman. Di sini
Lubis mulai kehilangan harapan untuk dibebaskan, kecuali perang berakhir
dengan kekalahan Jerman. Ia memutuskan untuk hidup secara efisien dan
tanpa hati, untuk bertahan hidup selama mungkin. Di Buchenwald, mereka
membuka hutan di pegunungan berkabut, memecah batu, membuat barak,
saluran air, listrik, bengkel, dll, selama 7 hari seminggu, 14 jam
sehari. Tawanan sering dipukuli, bahkan hingga mati. Tawanan yang
mengobrol ditembak.
Namun kemudian Lubis dipindahkan lagi, pada Oktober 1942, ke
Sachsenhausen, ke instalasi pabrik pesawat perang Heinkel. Di sini
situasi lebih baik. Kamp lebih difokuskan pada pekerjaan teknis, biarpun
kekejaman masih berlangsung, dan menyita nyawa manusia segala bangsa di
sana. Kali ini, dia ditugaskan sebagai dokter kamp, sehingga tugasnya
lebih ringan. Lubis jarang mengulas tentang Yahudi. Ia beralasan bahwa
barangkali para Yahudi dipisahkan, dan ditempatkan di kamp tersendiri.
Atau barangkali … entahlah.
Saat akhirnya pasukan sekutu berhasil masuk ke Jerman, Kamp kacau.
Para tawanan dan penjaga membentuk barisan tak teratur yang terus
bergerak ke barat. Tawanan yang keluar barisan langsung ditembak di
belakang kepala. Tapi banyak juga penjaga yang juga lari memisahkan
diri. Mereka akhirnya berhenti di kampung Grabouw. Sempat barisan dari
kamp lain bergabung. Dan akhirnya tentara Russia masuk juga ke kampung
itu. Mereka resmi lepas dari tawanan. Tapi perlu waktu untuk memulihkan
diri, dan mencari cara untuk lepas dari kawasan Russia, menyeberangi
sungai Elbe, masuk ke kawasan Sekutu Barat, dan akhirnya kembali ke
Belanda dengan kereta ke Maastricht, lalu naik mobil ke keluarganya di
Amsterdam.
Namun, nun di timur, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, dan pada
akhir 1945, berita itu mulai terdengar masyarakat Indonesia di Belanda.
Lubis dkk langsung menyatakan diri bagian dari Republik Indonesia yang
merdeka, dan kekikukan kemudian terjadi lagi. Sempat ada Kongres Pemuda
Demokrat Sedunia di Cekoslovakia, dan Loebis ingin menghadiri kongres
ini, atas nama Indonesia. Tentu Belanda tak memberikan pass, tetapi atas
bantuan Inggris, dia bisa berangkat. Sambutan untuk Indonesia amat
meriah, membuat berang para pemuda Belanda. Lubis kembali ke Belanda
menumpang tim Belgia. Pemerintah Belanda akhirnya memperbolehkan orang
Indonesia kembali ke negerinya.
Namun dengan status sebagai NICA. Banyak yang mengira bahwa ini
adalah support yang baik, karena tidak menyadari bahwa NICA justru
memusuhi Pemerintah Indonesia Merdeka. Lubis sempat menyadari, dan
memberi peringatan kepada lainnya. Namun saat ia bertolak pulang, ia
diberi juga pangkat Mayor NICA, yang tentu ia tolak. Ia mengambil status
sebagai dokter kapal, dan dalam status itu sempat menyelundupkan Dr
Setia Boedi (Douwes Dekker) kembali ke Indonesia.
Di Indonesia, Lubis meneruskan karir sebagai dokter, dan menolak
berpolitik. Bekerja sebagai dokter di PT Timah, Belitung. Zaman kaum
komunis Indonesia bangkit, Lubis difitnah dan dipensiunkan dini, karena
dianggap tak mau mendukung kaum komunis. Tapi ia tetap tinggal di
Belitung. Saat istrinya meninggal, baru ia pindah ke Jakarta. Lubis
meninggal di ujung tahun 1994, nyaris tanpa perhatian dari bangsa kita.
Sumber :
http://mydogrun.blogspot.com/2010/10/kisah-orang-indonesia-lolos-dari-kamp.html
___________
Penutup
___________
Demkian infonya para kawan...!
Kiranya otobiografi Parlindoengan Loebis ini khususnya dibidang
kegigihannya dalam menuntut ilmu atau bisuk napeto dapat menjadi
salah satu pemotivasi khsusnya pada para generasi Tapanulis Selatan
atau Angkola untuk masa sekarang tentunya dan masa yang akan datang
pula tentunya muse.
Adapun pada Parlindungan-Parlindungan lainnya, "Tetaplah sehat,
murah rezeki tabah dalam menghadapi segalamacam cobaan, sukses
selalu pun jadilah pemilik cinta "Saiyas ni Roha" pada apapun yang
anda cintai khususnya pada pasangan hidup anda.
Selamat malam...!
Dari jauh terdengar sangat merdu
itulagu meresap dalam jiwaku
Seruling bambu...
__________________________________________________
Cat :
(Menyimak info sekitar kecintaan Parlindoengan Loebis dalam
menuntut Ilmu Kedokteran sampai jadi tawanan Nazi Jerman pun
menyimak info sekitar Parlindungan-Parlindungan lainnya
dalam macam Perjalan Cinta dalam iringan musik Muppet.
Madung...?)
_______________________________________________________
________________
Kata Pengantar
________________
Jika anda halak hita berpendapat bahaso, "Hampir do sude halak hita
namargoar si Parlindungani adalah orang-orang hebat dalam tanda
kutip" maka penulis ingin berkata, "Anda tidak salah pendapat" dan
itulah sebabnya sangape sobabna, biasi halak hitai sampe sannarion
"Lek bahat namambaen goar ni anak si Parlindungan". Botulkan...?
Umumna pula yang bergoar si Parlindungan ini karena rasa bangga
atapun rasa cintanya pada marganya selau mencantumkan marga
tersebut di belakang namanya, seperti atau songon si :
Parlindungan Pasaribu
Parlindungan Nasution
Parlindungan Hutasuhut
Parlindungan Pulungan
Parlindungan Hasibuan
Parlindungan Simbolan
Parlindungan Harahap
Parlindungan Daulay
Parlindungan Ritonga
Parlindungan Siregar
Parlindungan Situmorang
Parlindungan Nababan
Parlindungan Harahap
Parlindungan Simatupang
Parlindungan Pardede
Parlindungan Siagian
Parlindungan Dasopang
Parlindungan Daulay
Parlindungan Matondang
Parlindungan Siregar
...dan Parlindungan dan...dan...dan...dan lain-lain...
Para kawan dimanapun berada.
khususnya yang bernama si Parlindungan...!
Nama jelas kita boleh sama tapi nasib, taqdir, kekuatan ekonomi.
politik, sosial dan budaya bisa jadi kita berbeda-beda termasuk
bidang profesi, kepopuleran, keseteresan dan kecintaanpun ketaatan
beragamanya kita tetap bisa berbeda-beda
Si Parlindungan Pasaribu misalnya, kecintaannya pada dunia hukum,
maka jadilah belia si Parlindungan SH. Begitupun si Parlindungan
Nasution karena keahliannya dibidang pahabangkon kapal maka jadilah
belia Ir. Parlindungan Nasution. Tak terkecuali Parlindungan Ritonga
karena kecintaannya pada dunia kelautan maka jadilah beliau
parlindungan Ritongan Kelautan. Begitupun pada Parlindungan Hutasuhut
karena kecintannya pada dunia jurnalistik, maka jadilah beliau
Parlindungan Hutasuhut wartawani.
Pokoknya para kawan...!
Para kawan yang bukan bernama si Parlindungan.
"Karena baik dan padenya, karena bisuk dan petonya, karena ganteng
dan romatisnya, maka yang bernama si Parlindungan inipun nyaris di
perebutkan bunga-bunga desa se tano batak.
Para bunga-bunga desa ini umumnya merasa bangga hidup berdampingan
dengan yang bernama si Parlindungan ini.
"Kau selalu di hatiku, terpaut didalam sukma
tiada ku bimbamg, tiada ku ragu, akan setia janjimu".
Katanya para kawan.
Karena para bunga desa ini sudah merasa dekat di hati, maka tak
jarang pula merekalah yang datang berkunjung ke rumah si Parlindungan
dengan alasan jalan-jalan. Dan kejadian ini cukup sering mereka ingat.
Teringat pada suatu waktu
kuberjalan-jalan di muka rumahmu
rasa berdebar dalam hati ku
ingin dekat s'lalu...
Sisi lainnya...!
"Idia hatcit anggi aso hu ubati..." adalah pernyataan umum para
pemilik nama Parlindungan ini pada pasangan hidupnya sebagai salah
satu bukti kecintaan dan perhatiannya pada pasangan hidupnya pun
sebagai salah satu bukti bahwa si Parlindungan juga bisa mengobati
karena beliau adalah seorang dokter juga.
Para kawan di langit, darat laut dan luat manapun berada...!
"Tahukah anda siapa si Parlindungan yang jadi dokter itu, yang bisa
mengobati itu...? yang namanya cukup populer itu, yang pernah di
tawan oleh Nazi Jerman itu...?"
"Tidak tahu nimmu mattong" agar tulisan ini berlanjut. Madung...?
Beliau adalah si Parlindungan Lubis atau si Dr. Parlindoengan Loebis
dalam bahasa ejaan najolona. Dan postingan inipun berisi sekitar
beliau dalam hubungannya dengan kecintaannya pada Ilmu Kedokteran.
Selamat menyimak...!
Lewat iringan musik latihan "Teluk Batang Toru"
Musik...!
Selamat tinggal teluk bayur permai
daku pergi jauh ke negeri seberang
ku kan mencari ilmu di negeri orang
bekal hidup kelak di hari tua...
_________________________________________________
Sekilas perjalanan Parlindoengan Loebis dalam
menuntut Ilmu sampai jadi tawanan Nazi Jerman
dalam potong cerita
________________________________________________
Anak Batangtoru: Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi
dr. Parlindoengan Loebis
Parlindoengan Loebis lahir di Batangtoru, Tapanuli Selatan 30 Juni 1910.
Setelah tamat sekolah dasar berbahasa Belanda, HIS Padang Sidempuan, 1924,
Parlindoengan melanjutkan pendidikan sekolah menengah (MULO) ke Medan.
Parlindoengan Loebis bersama teman-temannya dari Tapanuli Selatan,
Abdul Azis Harahap, Jawhara Loebis dan Casmir Harahap sama-sama lulus
MULO tahun 1927 sebagaimana diberitakan De Sumatra Post, 17-05-1927.
Selanjutnya, Parlindoengan Loebis dan Casmir Harahap melanjutkan
pendidikan kelas 4--AMS Afdeeling B (bidang Matematika dan Fisika)
ke Weltevreden, Batavia. Parlindoengan Loebis sendiri lulus dari AMS
tahun 1930 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 14-05-1930).
Setelah lulus sekolah menengah (AMS) di Weltevreden, Batavia (kini Pasar
Baru, Jakarta), Parlindoengan Loebis mendaftar ke sekolah tinggi
pelatihan dokter Geneeskundige hoogeshool di Batavia. Pada tahun 1931
sebagaimana diberitakan Bataviaasch nieuwsblad (edisi 18-12-1931)
Parlindoengan Loebis lulus ujian kandidat bagian I sebagai asisten
medis. Namun karena dianggap memenuhi syarat, Parlindoengan Loebis
direkomendasikan menjalani pendidikan yang lebih tinggi di bidang
kedokteran di Negeri Belanda.
Potong Cerita :
Musik...!
***
Parlindoengan Loebis, anak Batangtoru, dari Padang Sidempuan, Medan
dan Batavia bersiap-siap menuju Nederland. Parlindoengan berangkat
dari Tandjong Priok dengan menumpang s.s. Ophir menuju Singapura
tanggal 6 Agustus 1932. Di Singapura Parlindoengan Loebis ditransfer
ke s.s. Trier yang akan berangkat dari Singapura menuju Rotterdam tanggal
8 Agustus 1932 (lihat, Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie,
04-08-1932).
Di Belanda, Parlindoengan Loebis diterima di Fakultas Kedokteran,
Universitas Leiden. 1932. Selama kuliah, waktunya banyak tersita
untuk kegiatan organisasi kemahasiswaan (pernah menjadi Ketua Perhimpunan
Indonesia, 1938). Pada tahun itu, Perhimpunan Indonesia telah berusia
30 tahun. Pada saat pendiriannya, tahun 1908, Perhimpunan Indonesia
bernama Indisch Vereneeging, yang mana penggagasnya dan ketua
pertamakali adalah seniornya di Padang Sidempuan, Soetan Casajangan
(Harahap). Parlindoengan Loebis dan Soetan Casajangan adalah sama-sama
alumni Padang Sidempuan.
Akhirnya, Parlindoengan Loebis lulus ujian doktoral Januari, 1938
(lihat, De T?d : godsdienstig-staatkundig dagblad, 09-02-1938), lulus
ujian dokter gelar pertama (eerste gedeelte) September 1939 (lihat
Nieuwsblad van het Noorden, 07-10-1939) dan dipromosikan menjadi dokter
setelah lulus ujian akademik Oktober 1940 sebagaimana diberitakan
De standard, 26-10-1940. Tidak lama kemudian saudara sepupu Parlindoengan
Loebis yang bernama Daliloeddein Loebis juga lulus di universitas yang
sama dalam bidang Art.
***
Parlindoengan Loebis ditangkap Nazi dan dimasukkan ke kamp. Kisah
ini dapat dibaca dalam buku: ‘Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi
Nazi - Otobiografi Parlindoengan Loebis’ yang disusun oleh Parlindoengan
Loebis sendiri dengan JJ Rizal sebagai editor. Buku ini diterbitkan
oleh Komunitas Bambu (1997). Parlindoengan Loebis akhirnya, bisa
pulang ke tanah air 1947 (menumpang kapal Weltevrede). Parlindoengan
Loebis meninggal tahun 1995 di Jakarta.
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap dari berbagai sumber.
http://akhirmh.blogspot.com/2014/07/dr-parlindoengan-loebis-anak-batangtoru.html
Mengapa kau menagis sayang
_________________________________________________
Macam Dukungan Data Dr. Parlindoengan Loebis
_________________________________________________
Di DALAM tubuh Parlindungan Lubis, tidak
...setetes pun mengalir darah Yahudi. Dia Batak tulen dari Mandailing.
Namun kenyataannya, dia harus mendekam selama lima tahun di kamp
konsentrasi NAZI , dan masih beruntung bisa keluar dari tempat
penyiksaan dan pembantaian yang sadis tiada tandingannya itu.
Lubis mengisahkan pengalamannya yang luar biasa itu dalam sebuah
otobiografi. Sudah agak lama beredar; namun buku tersebut masih tetap
aktual sampai sekarang. Pasalnya, dialah satu-satunya orang Indonesia
yang mengalami langsung hari-hari mencekam di kamp konsentrasi Nazi.
Tempat pembantaian yang mengerikan itu sengaja dibangun untuk
mewujudkan impian gila Hitler, yaitu memusnahkan etnis Yahudi, kaum
gay, orang-orang cacat, gipsi dan Saksi Jehovah.
Berikut ini Anda bisa menyimak mosaik-mosaik pengalaman Pandapotan
Lubis yang sungguh dramatis itu, melalui resensi buku tersebut yang ditulis
oleh Koencoro :
Otobiografi Parlindoengan Loebis.
LUBIS berangkat ke Negeri Belanda untuk belajar Kedokteran, setelah
lulus Kandidat I di Betawi (begitu dia menuliskannya). Semasa di Betawi,
ia sempat aktif di Jong Islamieten Bond dan Jong Batak, yang kemudian
bersama perhimpunan mahasiswa lain (selain Jong Java) bersatu membentuk
PPPI dan Indonesia Moeda.
Di Leiden, tak lama ia direkrut Perhimpoenan Indonesia. Sepeninggal
Hatta cs, PI bersifat kekirian, dengan garis Stalinis yang jelas. Sempat
Lubis menjadi ketua, selama 3 tahun, dan membawa PI ke arah yang tak
begitu kiri. Kerjasama dengan Partai Komunis Belanda dihentikan, lalu
bekerjasama dengan Partai Sosialis (SDAP).
Kemudian PD II pecah. Mei 1940, saat Jerman bergerak ke barat,
Belanda menyerah nyaris tanpa perlawanan. Dan bahkan kemudian kehidupan
masih tampak normal dalam pendudukan Jerman. Sebelum serangan Jerman
pun, partai NSB yang pro Jerman pernah memperoleh suara cukup besar
(separuh suara) dari rakyat Belanda.
Selama pendudukan Jerman ini, Lubis sempat menyelesaikan kuliah di
Leiden, lalu menikah di Haarlem, menjajagi bekerja di Utrecht, dan
akhirnya membuka praktek di Amsterdam. Tapi kemudian, 26 Juni 1941, dua
orang reserse Belanda menjemputnya. Loebis dipenjarakan, dan kemudian
dipindahkan ke Kamp Konsentrasi. (Baru pada tahun 1945, Loebis
mengetahui alasan penahanannya: Ternyata Jerman sedang membuka front
baru melawan Sovyet, dan para aktivis gerakan pro komunis ditakutkan
menjadi partisan di belakang front).
Kamp Konsentrasi yang pertama dihuni adalah Kamp Schoorl. Di sini,
tawanan belum disuruh bekerja, tetapi hanya disuruh apel dan berolah
raga. Kemudian seluruh isi kamp ini digabungkan ke Kamp Amersfoort. Di
sini, tawanan memperoleh perkerjaan konstruksi, termasuk memasang kawat
berduri. Juga mulai sering disiksa secara kejam, baik oleh orang Jerman,
maupun terutama oleh orang NSB.
Lubis kemudian dipindahkan ke Kamp Buchenwald di Jerman. Di sini
Lubis mulai kehilangan harapan untuk dibebaskan, kecuali perang berakhir
dengan kekalahan Jerman. Ia memutuskan untuk hidup secara efisien dan
tanpa hati, untuk bertahan hidup selama mungkin. Di Buchenwald, mereka
membuka hutan di pegunungan berkabut, memecah batu, membuat barak,
saluran air, listrik, bengkel, dll, selama 7 hari seminggu, 14 jam
sehari. Tawanan sering dipukuli, bahkan hingga mati. Tawanan yang
mengobrol ditembak.
Namun kemudian Lubis dipindahkan lagi, pada Oktober 1942, ke
Sachsenhausen, ke instalasi pabrik pesawat perang Heinkel. Di sini
situasi lebih baik. Kamp lebih difokuskan pada pekerjaan teknis, biarpun
kekejaman masih berlangsung, dan menyita nyawa manusia segala bangsa di
sana. Kali ini, dia ditugaskan sebagai dokter kamp, sehingga tugasnya
lebih ringan. Lubis jarang mengulas tentang Yahudi. Ia beralasan bahwa
barangkali para Yahudi dipisahkan, dan ditempatkan di kamp tersendiri.
Atau barangkali … entahlah.
Saat akhirnya pasukan sekutu berhasil masuk ke Jerman, Kamp kacau.
Para tawanan dan penjaga membentuk barisan tak teratur yang terus
bergerak ke barat. Tawanan yang keluar barisan langsung ditembak di
belakang kepala. Tapi banyak juga penjaga yang juga lari memisahkan
diri. Mereka akhirnya berhenti di kampung Grabouw. Sempat barisan dari
kamp lain bergabung. Dan akhirnya tentara Russia masuk juga ke kampung
itu. Mereka resmi lepas dari tawanan. Tapi perlu waktu untuk memulihkan
diri, dan mencari cara untuk lepas dari kawasan Russia, menyeberangi
sungai Elbe, masuk ke kawasan Sekutu Barat, dan akhirnya kembali ke
Belanda dengan kereta ke Maastricht, lalu naik mobil ke keluarganya di
Amsterdam.
Namun, nun di timur, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, dan pada
akhir 1945, berita itu mulai terdengar masyarakat Indonesia di Belanda.
Lubis dkk langsung menyatakan diri bagian dari Republik Indonesia yang
merdeka, dan kekikukan kemudian terjadi lagi. Sempat ada Kongres Pemuda
Demokrat Sedunia di Cekoslovakia, dan Loebis ingin menghadiri kongres
ini, atas nama Indonesia. Tentu Belanda tak memberikan pass, tetapi atas
bantuan Inggris, dia bisa berangkat. Sambutan untuk Indonesia amat
meriah, membuat berang para pemuda Belanda. Lubis kembali ke Belanda
menumpang tim Belgia. Pemerintah Belanda akhirnya memperbolehkan orang
Indonesia kembali ke negerinya.
Namun dengan status sebagai NICA. Banyak yang mengira bahwa ini
adalah support yang baik, karena tidak menyadari bahwa NICA justru
memusuhi Pemerintah Indonesia Merdeka. Lubis sempat menyadari, dan
memberi peringatan kepada lainnya. Namun saat ia bertolak pulang, ia
diberi juga pangkat Mayor NICA, yang tentu ia tolak. Ia mengambil status
sebagai dokter kapal, dan dalam status itu sempat menyelundupkan Dr
Setia Boedi (Douwes Dekker) kembali ke Indonesia.
Di Indonesia, Lubis meneruskan karir sebagai dokter, dan menolak
berpolitik. Bekerja sebagai dokter di PT Timah, Belitung. Zaman kaum
komunis Indonesia bangkit, Lubis difitnah dan dipensiunkan dini, karena
dianggap tak mau mendukung kaum komunis. Tapi ia tetap tinggal di
Belitung. Saat istrinya meninggal, baru ia pindah ke Jakarta. Lubis
meninggal di ujung tahun 1994, nyaris tanpa perhatian dari bangsa kita.
Sumber :
http://mydogrun.blogspot.com/2010/10/kisah-orang-indonesia-lolos-dari-kamp.html
___________
Penutup
___________
Demkian infonya para kawan...!
Kiranya otobiografi Parlindoengan Loebis ini khususnya dibidang
kegigihannya dalam menuntut ilmu atau bisuk napeto dapat menjadi
salah satu pemotivasi khsusnya pada para generasi Tapanulis Selatan
atau Angkola untuk masa sekarang tentunya dan masa yang akan datang
pula tentunya muse.
Adapun pada Parlindungan-Parlindungan lainnya, "Tetaplah sehat,
murah rezeki tabah dalam menghadapi segalamacam cobaan, sukses
selalu pun jadilah pemilik cinta "Saiyas ni Roha" pada apapun yang
anda cintai khususnya pada pasangan hidup anda.
Selamat malam...!
Dari jauh terdengar sangat merdu
itulagu meresap dalam jiwaku
Seruling bambu...
__________________________________________________
Cat :
No comments:
Post a Comment