#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar Duku atau Langsat atau Latcat)
____________________________________________________________________
____________________
Kata Pengantar
____________________
Untuk melengkapi macam buah Nusantara yang diposting di blog ini,
maka berikut info sekitar "Duku" atau "Langsat" para kawan sekalian.
...dan...
Selamat menyimak...!
__________________________________________________
Sekilas info tentang Duku / Langsat
__________________________________________________
* Pengertian
Duku adalah jenis buah-buahan dari anggota suku Meliaceae. Tanaman
yang berasal dari Asia Tenggara sebelah barat ini memiliki kemiripan
dengan buah langsat, kokosan, pisitan, celoring dan lain-lain dengan
pelbagai variasinya.
Nama-nama yang beraneka ragam ini sekaligus menunjukkan adanya aneka
kultivar yang tercermin dari bentuk buah dan pohon yang berbeda-beda.
Duku adalah tumbuhan identitas untuk Provinsi Sumatera Selatan.
* Pemerian botani
Pohon yang berukuran sedang, dengan tinggi mencapai 30 m dan gemang
hingga 75 cm. Batang biasanya beralur-alur dalam tak teratur, dengan
banir (akar papan) yang pipih menonjol di atas tanah. Pepagan (kulit kayu)
berwarna kelabu berbintik-bintik gelap dan jingga, mengandung getah
kental berwarna susu yang lengket (resin).
Daun majemuk menyirip ganjil, gundul atau berbulu halus, dengan 6–9
anak daun yang tersusun berseling, anak daun jorong (eliptis) sampai
lonjong, 9–21 cm × 5–10 cm, mengkilap di sisi atas, seperti jangat,
dengan pangkal runcing dan ujung meluncip (meruncing) pendek, anak
daun bertangkai 5–12 mm.
Bunga terletak dalam tandan yang muncul pada batang atau cabang yang
besar, menggantung, sendiri atau dalam berkas 2–5 tandan atau lebih,
kerap bercabang pada pangkalnya, 10–30 cm panjangnya, berambut.[3] Bunga-
bunga berukuran kecil, duduk atau bertangkai pendek, menyendiri, berkelamin
dua.
Kelopak berbentuk cawan bercuping-5, berdaging, kuning kehijauan.
Mahkota bundar telur, tegak, berdaging, 2–3 mm × 4–5 mm, putih hingga
kuning pucat. Benang sari satu berkas, tabungnya mencapai 2 mm, kepala-
kepala sari dalam satu lingkaran. Putiknya tebal dan pendek.[2]
Buah buni yang berbentuk jorong, bulat atau bulat memanjang, 2-4(-7)
cm × 1,5–5 cm, dengan bulu halus kekuning-kuningan dan daun kelopak
yang tidak rontok. Kulit (dinding) buah tipis hingga tebal (kira-kira
6 mm). Berbiji 1–3, pipih, hijau, berasa pahit; biji terbungkus oleh
salut biji (arilus) yang putih bening dan tebal, berair, manis hingga
masam.Kultivar-kultivar yang unggul memiliki biji yang kecil atau tidak
berkembang (rudimenter), namun arilusnya tumbuh baik dan tebal, manis.
Perbanyakan duku yang dilakukan menggunakan biji mengakibatkan lambannya
tanaman dalam menghasilkan buah. Tanaman baru berbunga pada umur 10 sampai
15 tahun. Perkecambahan tumbuhan ini memiliki perilaku poliembrioni
(satu biji menghasilkan banyak embrio atau semai): satu embrio hasil
pembuahan, dan sisanya embrio apomiktik,[5]. Embrio apomiktik berkembang
dari jaringan pohon induk sehingga keturunannya memiliki karakter yang
serupa dengan induknya. Biji bersifat rekalsitran, penyimpanan lebih
daripada tujuh hari akan menyebabkan kemunduran daya kecambah
yang cepat.
Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan pencangkokan dan sambung pucuk
* Keanekaragaman
Langsat, dijual dalam tandannya di lapak tepi jalan, Kutai Barat.
Duku amat bervariasi dalam sifat-sifat pohon dan buahnya; sehingga
ada pula ahli yang memisah-misahkannya ke dalam jenis-jenis (spesies)
yang berlainan.
Pada garis besarnya, ada dua kelompok besar buah ini, yakni yang dikenal
sebagai duku, dan yang dinamakan langsat. Kemudian ada kelompok campuran
antara keduanya yang disebut duku-langsat, serta kelompok terakhir yang
di Indonesia dikenal sebagai kokosan.
Kelompok yang dikenal sebagai duku (L. domesticum var. duku) umumnya
memiliki pohon yang bertajuk besar, padat oleh dedaunan yang berwarna
hijau cerah, dengan tandan yang relatif pendek dan berisi sedikit buah.
Butiran buahnya besar, cenderung bulat, berkulit agak tebal namun
cenderung tidak bergetah bila masak, umumnya berbiji kecil dan berdaging
tebal, manis atau masam, dan berbau harum.
Langsat (L. domesticum var. domesticum) kebanyakan memiliki pohon yang
lebih kurus, berdaun kurang lebat yang berwarna hijau tua, dengan
percabangan tegak. Tandan buahnya panjang, padat berisi 15–25 butir
buah yang berbentuk bulat telur dan besar-besar. Buah langsat berkulit
tipis dan selalu bergetah (putih) sekalipun telah masak. Daging buahnya
banyak berair, rasanya masam manis dan menyegarkan.[2][7] Tak seperti duku,
langsat bukanlah buah yang bisa bertahan lama setelah dipetik. Dalam
tiga hari setelah dipetik, kulit langsat akan menghitam sekalipun itu
tidak merusak rasa manisnya. Hanya saja tampilannya menjadi tidak menarik.
Ket :
Memanen duku di Mandi Angin, Rawas Ilir, Musi Rawas. Perhatikan tandannya
yang renggang, berbeda dengan langsat yang rapat.
Kokosan (L. domesticumvar. aquaeum) dibedakan oleh daunnya yang
berbulu, tandannya yang penuh butir buah yang berjejalan sangat rapat,
dan kulit buahnya yang berwarna kuning tua.
Butir-butir buahnya umumnya kecil, berkulit tipis dan sedikit bergetah,
namun sukar dikupas. Sehingga buah dimakan dengan cara digigit dan
disedot cairan dan bijinya (maka disebut kokosan),[2] atau dipijit agar
kulitnya pecah dan keluar bijinya (maka dinamai pisitan, pijetan, bijitan).
Berbiji relatif besar dan berdaging tipis, kokosan umumnya berasa masam
sampai masam sekali.
Kultivar duku yang paling terkenal di Indonesia adalah duku palembang,
terutama karena manis rasanya dan sedikit bijinya. Sebetulnya penghasil
utama duku ini bukanlah Kota Palembang, melainkan daerah Komering
(Kabupaten OKU dan OKI) serta beberapa wilayah lain yang berdekatan
di Sumatera Selatan.
Tempat lain yang juga menghasilkannya adalah kawasan Kumpeh, Muaro Jambi,
Jambi. Duku dari wilayah-wilayah ini dipasarkan ke pelbagai daerah di
Sumatera dan Jawa, dan bahkan diekspor.[8][9]
Di samping duku palembang, berbagai daerah juga menghasilkan dukunya
masing-masing. Di Jawa, beberapa yang terkenal secara lokal adalah duku
condet (dahulu juga duku menteng dan duku depok) dari seputaran Jakarta;
duku papongan dari Tegal; duku kalikajar dari Purbalingga; duku karangkajen
dan duku klaten dari Yogyakarta; duku matesih dari Karanganyar; duku woro
dari Rembang; duku sumber dari Kudus, dan lain-lain. Di Kalimantan Selatan,
dikenal duku Padang Batung dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Mengingat daya tahan buahnya yang tak seperti duku, langsat umumnya dikenal
secara lebih terbatas dan lokal. Beberapa kultivar yang populer, di
antaranya adalah langsep singosari dari Malang,[9] langsat tanjung dari
Kalsel, langsat punggur dari Kalbar, dan sebagainya. Dari Thailand
dikenal langsat uttaradit, dan dari Luzon, Filipina, dikenal langsat paete.
* Manfaat
Ket :
Buah duku yang dikupas, memperlihatkan arilus (selubung biji)
yang putih bening.
Duku terutama ditanam untuk buahnya, yang biasa dimakan dalam
keadaan segar. Ada pula yang mengawetkannya dalam sirup dan dibotolkan.
Kayunya keras, padat, berat dan awet, sehingga kerap digunakan sebagai
bahan perkakas dan konstruksi rumah di desa, terutama kayu pisitan.[7]
Beberapa bagian tanaman digunakan sebagai bahan obat tradisional. Biji
duku yang pahit rasanya, ditumbuk dan dicampur air untuk obat cacing
dan juga obat demam. Kulit kayunya dimanfaatkan sebagai obat disentri
dan malaria; sementara tepung kulit kayu ini dijadikan tapal untuk
mengobati gigitan kalajengking. Kulit buahnya juga digunakan sebagai
obat diare; dan kulit buah yang dikeringkan, di Filipina biasa dibakar
sebagai pengusir nyamuk.[2][7] Kulit buah langsat terutama, dikeringkan
dan diolah untuk dicampurkan dalam setanggi atau dupa.
Ket :
Wanatani duku di Mandi Angin, Rawas Ilir, Musi Rawas.
* Ekologi
Sebagai tanaman bertajuk menengah, duku tumbuh baik dalam kebun-kebun
campuran (wanatani). Tanaman ini, terutama varietas duku, menyukai
tempat-tempat yang ternaung dan lembap. Di daerah-daerah produksinya,
duku biasa ditanam bercampur dengan durian, petai, jengkol, serta aneka
tanaman buah dan kayu-kayuan lainnya, meski umumnya duku yang mendominasi.
Duku biasa ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl., di
wilayah dengan curah hujan antara 1.500-2.500 mm per tahun. Tanaman ini
dapat tumbuh dan berbuah baik pada berbagai jenis tanah, terutama tipe
tanah latosol, podsolik kuning, dan aluvial.[10] Duku menyenangi tanah
bertekstur sedang dan berdrainase baik, kaya bahan organik dan sedikit
asam, namun dengan ketersediaan air tanah yang cukup. Sementara itu
varietas langsat lebih tahan terhadap perubahan musim, dan dapat
menenggang musim kemarau asalkan cukup ternaungi dan mendapatkan air.
Duku tidak tahan penggenangan.
Duku umumnya berbuah sekali dalam setahun, sehingga dikenal adanya musim
buah duku. Musim ini dapat berlainan antar daerah, namun umumnya terjadi
di sekitar awal musim hujan.
* Perbanyakan
Ket :
Langsat di Filipina.
Duku biasanya diperbanyak dengan biji, yang sengaja disemaikan atau
dengan mengumpulkan cabutan semai yang tumbuh spontan di bawah pohon
induknya. Akan tetapi menunggu hingga pohon baru ini menghasilkan,
memakan waktu yang lama (20–25 tahun) dan belum pasti pula kualitasnya
sama dengan induknya.[15]
Cara lain yang juga populer adalah dengan mencangkoknya. Meskipun proses
mencangkok ini memakan waktu yang relatif lama (8-9 bulan, akar keluar
setelah 134 hari[4]) namun pohon baru hasil cangkokan sudah dapat berbuah
pada umur sekitar dua tahun.[11] Kelemahannya, persen kematian anakan
hasil cangkokan cukup besar.[2] Lagi pula pertumbuhannya tidak seberapa
kuat.
Perbanyakan secara modern yang kini banyak dilakukan adalah dengan sambung
pucuk (grafting). Teknik ini memungkinkan sifat-sifat genetik batang atas
anakan yang dihasilkan sama dengan induknya, sementara waktu tunggunya
dipersingkat menjadi 5–6 tahun. Anakan hasil sambung pucuk ini juga
lebih kuat perakarannya daripada anakan hasil cangkokan.
Ket :
Memilah duku yang baru dipanen.
* Penyebaran dan nama-nama lokal
Wilayah asal usul duku membentang dari sekitar Semenanjung Siam di
barat hingga Kalimantan di timur, termasuk pula Filipina. Di daerah-
daerah itu, duku ditanam sebagai salah satu buah-buahan yang penting.
Bahkan varietas-varietas liar atau yang meliar dapat dijumpai di alam.
Kini duku juga dibudidayakan, walau tidak besar, di Vietnam, Burma,
Srilanka, India, Australia, Hawaii, Suriname, dan Puerto Rico.
Duku dikenal dengan banyak nama, seperti langsat, langseh, langsep,
lansa (Mal.); lansones, lanzone, lanzon, dan buahan, (Fil.); langsad,
longkong (Thailand); lòn bon dan bòn bon (Vietnam); langsak, duku
(Burma); serta gadu guda (Srilanka). Dalam bahasa Inggris juga disebut
sebagai langsat dan duku.
Di Indonesia sendiri duku disebut dengan berbagai nama, yang
mirip maupun yang tidak. Misalnya langsat (umum); lansat, lancat
(Aceh dan Sumut); lasé (Nias); langsék (Min.); langsak, lasak,
rarsak, rasak (Lampung); lansét, lasat, losot, léhat, lihat, rihat,
richat (Kal.); lansa, lasat, lasot, lansot, dansot, ranso, lantat
(Sulut); lansa, lasa, lasé, lésé (Sulsel); lasat, lasaté, lasété,
nasaté, lasato, lalasat, lasa (Maluku) dan sejenisnya. Serta langsat,
langsep dan duku, dukuh (Jw., Sd.); kokosan, pisitan, bijitan (Sd.);
pijetan, celuring (Jw.); celoréng (Md.; celoring, ceroring (Bali); dan
lain-lain.
* Perdagangan
Negara-negara penghasil utama duku adalah Malaysia, Thailand, Filipina
dan Indonesia. Namun umumnya duku habis dikonsumsi di dalam negeri masing-
masing, kecuali sedikit yang diekspor ke Singapura dan Hongkong. Duku
belum menembus pasar buah-buahan di Eropa dan Amerika.
_______________
Penutup
_______________
Demikian infonya para kawan sekalian...!
...dan...
Selamat malam....!
__________________________________________________________________________
Cat :
- Musim Duku Palembang, Harga Buah Turun
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/02/apel-pengertian-sejarah-aspek-budaya.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/02/jeruk-dan-seluk-beluknya.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/02/jagung-pengertian-klasifikasi-sejarah.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/01/pisang-abang-dan-kopi-adek-bagi-la-dek.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/02/salak-salak-merah-padang-sidempuan-dan.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/03/duku-langsat-pengertian-pemerian-botani.html
http://amzn.to/1VW0ktU
(Menyimak info sekitar Duku atau Langsat atau Latcat)
____________________________________________________________________
____________________
Kata Pengantar
____________________
Untuk melengkapi macam buah Nusantara yang diposting di blog ini,
maka berikut info sekitar "Duku" atau "Langsat" para kawan sekalian.
...dan...
Selamat menyimak...!
__________________________________________________
Sekilas info tentang Duku / Langsat
__________________________________________________
* Pengertian
Duku adalah jenis buah-buahan dari anggota suku Meliaceae. Tanaman
yang berasal dari Asia Tenggara sebelah barat ini memiliki kemiripan
dengan buah langsat, kokosan, pisitan, celoring dan lain-lain dengan
pelbagai variasinya.
Nama-nama yang beraneka ragam ini sekaligus menunjukkan adanya aneka
kultivar yang tercermin dari bentuk buah dan pohon yang berbeda-beda.
Duku adalah tumbuhan identitas untuk Provinsi Sumatera Selatan.
* Pemerian botani
Pohon yang berukuran sedang, dengan tinggi mencapai 30 m dan gemang
hingga 75 cm. Batang biasanya beralur-alur dalam tak teratur, dengan
banir (akar papan) yang pipih menonjol di atas tanah. Pepagan (kulit kayu)
berwarna kelabu berbintik-bintik gelap dan jingga, mengandung getah
kental berwarna susu yang lengket (resin).
Daun majemuk menyirip ganjil, gundul atau berbulu halus, dengan 6–9
anak daun yang tersusun berseling, anak daun jorong (eliptis) sampai
lonjong, 9–21 cm × 5–10 cm, mengkilap di sisi atas, seperti jangat,
dengan pangkal runcing dan ujung meluncip (meruncing) pendek, anak
daun bertangkai 5–12 mm.
Bunga terletak dalam tandan yang muncul pada batang atau cabang yang
besar, menggantung, sendiri atau dalam berkas 2–5 tandan atau lebih,
kerap bercabang pada pangkalnya, 10–30 cm panjangnya, berambut.[3] Bunga-
bunga berukuran kecil, duduk atau bertangkai pendek, menyendiri, berkelamin
dua.
Kelopak berbentuk cawan bercuping-5, berdaging, kuning kehijauan.
Mahkota bundar telur, tegak, berdaging, 2–3 mm × 4–5 mm, putih hingga
kuning pucat. Benang sari satu berkas, tabungnya mencapai 2 mm, kepala-
kepala sari dalam satu lingkaran. Putiknya tebal dan pendek.[2]
Buah buni yang berbentuk jorong, bulat atau bulat memanjang, 2-4(-7)
cm × 1,5–5 cm, dengan bulu halus kekuning-kuningan dan daun kelopak
yang tidak rontok. Kulit (dinding) buah tipis hingga tebal (kira-kira
6 mm). Berbiji 1–3, pipih, hijau, berasa pahit; biji terbungkus oleh
salut biji (arilus) yang putih bening dan tebal, berair, manis hingga
masam.Kultivar-kultivar yang unggul memiliki biji yang kecil atau tidak
berkembang (rudimenter), namun arilusnya tumbuh baik dan tebal, manis.
Perbanyakan duku yang dilakukan menggunakan biji mengakibatkan lambannya
tanaman dalam menghasilkan buah. Tanaman baru berbunga pada umur 10 sampai
15 tahun. Perkecambahan tumbuhan ini memiliki perilaku poliembrioni
(satu biji menghasilkan banyak embrio atau semai): satu embrio hasil
pembuahan, dan sisanya embrio apomiktik,[5]. Embrio apomiktik berkembang
dari jaringan pohon induk sehingga keturunannya memiliki karakter yang
serupa dengan induknya. Biji bersifat rekalsitran, penyimpanan lebih
daripada tujuh hari akan menyebabkan kemunduran daya kecambah
yang cepat.
Perbanyakan vegetatif dilakukan dengan pencangkokan dan sambung pucuk
* Keanekaragaman
Langsat, dijual dalam tandannya di lapak tepi jalan, Kutai Barat.
Duku amat bervariasi dalam sifat-sifat pohon dan buahnya; sehingga
ada pula ahli yang memisah-misahkannya ke dalam jenis-jenis (spesies)
yang berlainan.
Pada garis besarnya, ada dua kelompok besar buah ini, yakni yang dikenal
sebagai duku, dan yang dinamakan langsat. Kemudian ada kelompok campuran
antara keduanya yang disebut duku-langsat, serta kelompok terakhir yang
di Indonesia dikenal sebagai kokosan.
Kelompok yang dikenal sebagai duku (L. domesticum var. duku) umumnya
memiliki pohon yang bertajuk besar, padat oleh dedaunan yang berwarna
hijau cerah, dengan tandan yang relatif pendek dan berisi sedikit buah.
Butiran buahnya besar, cenderung bulat, berkulit agak tebal namun
cenderung tidak bergetah bila masak, umumnya berbiji kecil dan berdaging
tebal, manis atau masam, dan berbau harum.
Langsat (L. domesticum var. domesticum) kebanyakan memiliki pohon yang
lebih kurus, berdaun kurang lebat yang berwarna hijau tua, dengan
percabangan tegak. Tandan buahnya panjang, padat berisi 15–25 butir
buah yang berbentuk bulat telur dan besar-besar. Buah langsat berkulit
tipis dan selalu bergetah (putih) sekalipun telah masak. Daging buahnya
banyak berair, rasanya masam manis dan menyegarkan.[2][7] Tak seperti duku,
langsat bukanlah buah yang bisa bertahan lama setelah dipetik. Dalam
tiga hari setelah dipetik, kulit langsat akan menghitam sekalipun itu
tidak merusak rasa manisnya. Hanya saja tampilannya menjadi tidak menarik.
Ket :
Memanen duku di Mandi Angin, Rawas Ilir, Musi Rawas. Perhatikan tandannya
yang renggang, berbeda dengan langsat yang rapat.
Kokosan (L. domesticumvar. aquaeum) dibedakan oleh daunnya yang
berbulu, tandannya yang penuh butir buah yang berjejalan sangat rapat,
dan kulit buahnya yang berwarna kuning tua.
Butir-butir buahnya umumnya kecil, berkulit tipis dan sedikit bergetah,
namun sukar dikupas. Sehingga buah dimakan dengan cara digigit dan
disedot cairan dan bijinya (maka disebut kokosan),[2] atau dipijit agar
kulitnya pecah dan keluar bijinya (maka dinamai pisitan, pijetan, bijitan).
Berbiji relatif besar dan berdaging tipis, kokosan umumnya berasa masam
sampai masam sekali.
Kultivar duku yang paling terkenal di Indonesia adalah duku palembang,
terutama karena manis rasanya dan sedikit bijinya. Sebetulnya penghasil
utama duku ini bukanlah Kota Palembang, melainkan daerah Komering
(Kabupaten OKU dan OKI) serta beberapa wilayah lain yang berdekatan
di Sumatera Selatan.
Tempat lain yang juga menghasilkannya adalah kawasan Kumpeh, Muaro Jambi,
Jambi. Duku dari wilayah-wilayah ini dipasarkan ke pelbagai daerah di
Sumatera dan Jawa, dan bahkan diekspor.[8][9]
Di samping duku palembang, berbagai daerah juga menghasilkan dukunya
masing-masing. Di Jawa, beberapa yang terkenal secara lokal adalah duku
condet (dahulu juga duku menteng dan duku depok) dari seputaran Jakarta;
duku papongan dari Tegal; duku kalikajar dari Purbalingga; duku karangkajen
dan duku klaten dari Yogyakarta; duku matesih dari Karanganyar; duku woro
dari Rembang; duku sumber dari Kudus, dan lain-lain. Di Kalimantan Selatan,
dikenal duku Padang Batung dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Mengingat daya tahan buahnya yang tak seperti duku, langsat umumnya dikenal
secara lebih terbatas dan lokal. Beberapa kultivar yang populer, di
antaranya adalah langsep singosari dari Malang,[9] langsat tanjung dari
Kalsel, langsat punggur dari Kalbar, dan sebagainya. Dari Thailand
dikenal langsat uttaradit, dan dari Luzon, Filipina, dikenal langsat paete.
* Manfaat
Ket :
Buah duku yang dikupas, memperlihatkan arilus (selubung biji)
yang putih bening.
Duku terutama ditanam untuk buahnya, yang biasa dimakan dalam
keadaan segar. Ada pula yang mengawetkannya dalam sirup dan dibotolkan.
Kayunya keras, padat, berat dan awet, sehingga kerap digunakan sebagai
bahan perkakas dan konstruksi rumah di desa, terutama kayu pisitan.[7]
Beberapa bagian tanaman digunakan sebagai bahan obat tradisional. Biji
duku yang pahit rasanya, ditumbuk dan dicampur air untuk obat cacing
dan juga obat demam. Kulit kayunya dimanfaatkan sebagai obat disentri
dan malaria; sementara tepung kulit kayu ini dijadikan tapal untuk
mengobati gigitan kalajengking. Kulit buahnya juga digunakan sebagai
obat diare; dan kulit buah yang dikeringkan, di Filipina biasa dibakar
sebagai pengusir nyamuk.[2][7] Kulit buah langsat terutama, dikeringkan
dan diolah untuk dicampurkan dalam setanggi atau dupa.
Ket :
Wanatani duku di Mandi Angin, Rawas Ilir, Musi Rawas.
* Ekologi
Sebagai tanaman bertajuk menengah, duku tumbuh baik dalam kebun-kebun
campuran (wanatani). Tanaman ini, terutama varietas duku, menyukai
tempat-tempat yang ternaung dan lembap. Di daerah-daerah produksinya,
duku biasa ditanam bercampur dengan durian, petai, jengkol, serta aneka
tanaman buah dan kayu-kayuan lainnya, meski umumnya duku yang mendominasi.
Duku biasa ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl., di
wilayah dengan curah hujan antara 1.500-2.500 mm per tahun. Tanaman ini
dapat tumbuh dan berbuah baik pada berbagai jenis tanah, terutama tipe
tanah latosol, podsolik kuning, dan aluvial.[10] Duku menyenangi tanah
bertekstur sedang dan berdrainase baik, kaya bahan organik dan sedikit
asam, namun dengan ketersediaan air tanah yang cukup. Sementara itu
varietas langsat lebih tahan terhadap perubahan musim, dan dapat
menenggang musim kemarau asalkan cukup ternaungi dan mendapatkan air.
Duku tidak tahan penggenangan.
Duku umumnya berbuah sekali dalam setahun, sehingga dikenal adanya musim
buah duku. Musim ini dapat berlainan antar daerah, namun umumnya terjadi
di sekitar awal musim hujan.
* Perbanyakan
Ket :
Langsat di Filipina.
Duku biasanya diperbanyak dengan biji, yang sengaja disemaikan atau
dengan mengumpulkan cabutan semai yang tumbuh spontan di bawah pohon
induknya. Akan tetapi menunggu hingga pohon baru ini menghasilkan,
memakan waktu yang lama (20–25 tahun) dan belum pasti pula kualitasnya
sama dengan induknya.[15]
Cara lain yang juga populer adalah dengan mencangkoknya. Meskipun proses
mencangkok ini memakan waktu yang relatif lama (8-9 bulan, akar keluar
setelah 134 hari[4]) namun pohon baru hasil cangkokan sudah dapat berbuah
pada umur sekitar dua tahun.[11] Kelemahannya, persen kematian anakan
hasil cangkokan cukup besar.[2] Lagi pula pertumbuhannya tidak seberapa
kuat.
Perbanyakan secara modern yang kini banyak dilakukan adalah dengan sambung
pucuk (grafting). Teknik ini memungkinkan sifat-sifat genetik batang atas
anakan yang dihasilkan sama dengan induknya, sementara waktu tunggunya
dipersingkat menjadi 5–6 tahun. Anakan hasil sambung pucuk ini juga
lebih kuat perakarannya daripada anakan hasil cangkokan.
Ket :
Memilah duku yang baru dipanen.
* Penyebaran dan nama-nama lokal
Wilayah asal usul duku membentang dari sekitar Semenanjung Siam di
barat hingga Kalimantan di timur, termasuk pula Filipina. Di daerah-
daerah itu, duku ditanam sebagai salah satu buah-buahan yang penting.
Bahkan varietas-varietas liar atau yang meliar dapat dijumpai di alam.
Kini duku juga dibudidayakan, walau tidak besar, di Vietnam, Burma,
Srilanka, India, Australia, Hawaii, Suriname, dan Puerto Rico.
Duku dikenal dengan banyak nama, seperti langsat, langseh, langsep,
lansa (Mal.); lansones, lanzone, lanzon, dan buahan, (Fil.); langsad,
longkong (Thailand); lòn bon dan bòn bon (Vietnam); langsak, duku
(Burma); serta gadu guda (Srilanka). Dalam bahasa Inggris juga disebut
sebagai langsat dan duku.
Di Indonesia sendiri duku disebut dengan berbagai nama, yang
mirip maupun yang tidak. Misalnya langsat (umum); lansat, lancat
(Aceh dan Sumut); lasé (Nias); langsék (Min.); langsak, lasak,
rarsak, rasak (Lampung); lansét, lasat, losot, léhat, lihat, rihat,
richat (Kal.); lansa, lasat, lasot, lansot, dansot, ranso, lantat
(Sulut); lansa, lasa, lasé, lésé (Sulsel); lasat, lasaté, lasété,
nasaté, lasato, lalasat, lasa (Maluku) dan sejenisnya. Serta langsat,
langsep dan duku, dukuh (Jw., Sd.); kokosan, pisitan, bijitan (Sd.);
pijetan, celuring (Jw.); celoréng (Md.; celoring, ceroring (Bali); dan
lain-lain.
* Perdagangan
Negara-negara penghasil utama duku adalah Malaysia, Thailand, Filipina
dan Indonesia. Namun umumnya duku habis dikonsumsi di dalam negeri masing-
masing, kecuali sedikit yang diekspor ke Singapura dan Hongkong. Duku
belum menembus pasar buah-buahan di Eropa dan Amerika.
_______________
Penutup
_______________
Demikian infonya para kawan sekalian...!
...dan...
Selamat malam....!
__________________________________________________________________________
Cat :
- Musim Duku Palembang, Harga Buah Turun
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/02/apel-pengertian-sejarah-aspek-budaya.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/02/jeruk-dan-seluk-beluknya.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/02/jagung-pengertian-klasifikasi-sejarah.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/01/pisang-abang-dan-kopi-adek-bagi-la-dek.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/02/salak-salak-merah-padang-sidempuan-dan.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/03/duku-langsat-pengertian-pemerian-botani.html
http://amzn.to/1VW0ktU
No comments:
Post a Comment