Saturday, September 22, 2012

"MATUMONA"

#SELAMAT MALAM PARA KAWAN"
(Melihat sejarah dan perjuangan sastrawan Tapanuli)
~ Oleh : Rahmat Parlindungan Siregar ~ ______________________________________________________________

Para kawan...! Berikut sekilas info mengenai Matumona :
________________

Lahir dan Wafat
________________

Matu Mona lahir di Kesawan, Deli, Sumatera Utara, pada tanggal 21 Juni 1910. Matu mona meninggal pada tanggal 8 Juli 1987 di Jakarta. Dari pernikahannya dengan Nurlela Lubis, Matu Mona dikaruniai enam orang anak, empat perempuan, dan dua laki-laki.

______________________________________________________

Arti Matumona
______________

Matu Mona atau Hasbullah Parinduri adalah pengarang sekaligus
wartawan pada masa sebelum perang. Matu Mona adalah nama samaran
yang dalam bahasa Tapanuli Selatan artinya 'mulai' atau
'baru mulai'.Hingga sekarang nama tersebut lebih banyak dikenal
daripada nama aslinya.
__________________________

Sekilas tentang Matumona
__________________________

Pada situs Matumona.blogspot.com disebutkan mengenai asal muasal
matumona jadi pengarang :

"Pertaliannya dengan dunia menulis berasal dari sang ayah, Haji
Mohammad Thahir, yang pernah mengarang buku Syair Puteri Maryam
Zanari. Sang ayahlah yang mendorong untuk terjun ke dunia karang-
mengarang dan kewartawanan. Profesi wartawan disandangnya pertama
kali tanggal 1 Januari 1931 di surat kabar Pewarta Deli, Medan,
yang saat itu dipimpin oleh Adinegoro. Sebelumnya Matu Mona sering
mengirimkan tulisan berupa cerita pendek, cerita bersambung,
maupun sajak ke Pewarta Deli.

"Menurut Soebagijo, pada masa sebelum perang kemerdekaan, nama Matu
Mona sangat melejit. Karya-karyanya selalu ditanyakan di toko-toko
buku apabila sudah diiklankan di surat kabar ataupun majalah,
terutama yang terbit di Medan. Karya yang paling mengharumkan
namanya adalah Patjar Merah Indonesia." Demikian selanjutnya
disebutkan.
_________________

Hasil Karyanya
_________________

Harry A Poeze dan Jap Erkelens dari KITLV membuat daftar karya-karya
yang pernah ditulis oleh Matu Mona sejak tahun 1933 hingga 1978
yang berhasil ditemukan kembali di sejumlah perpustakaan.

Ada 28 karya berupa buku, cerita bersambung di berbagai surat
kabar harian ataupun berkala bulanan dan tengah bulanan. Sebagian
besar karyanya diterbitkan di Medan dan sebagian kecil di Jakarta.

Beberapa karya yang bisa disebutkan antara lain Zaman Gemilang :
* Tjintjin Permata dari Cambodja;
* Riwajat Penghidupan dan Perdjuangan M Husni Thamrin;
* Arek Soerobojo; Detectief Rindu (Tjintjin Berlian dari Golconda).
______________________

Sering Masuk Penjara
______________________

SEBAGAI wartawan dan pengarang, ia beberapa kali harus berurusan
dengan polisi maupun aparat militer, baik di masa kolonial maupun
setelah kemerdekaan. Di sekitar tahun 1930-an, Medan dikelilingi
oleh banyak onderneming (perkebunan) besar yang di bagian depannya
ditanami pohon jati. Suatu ketika, ia melihat seorang ibu tua
renta memunguti ranting kayu jati yang berjatuhan.

Peristiwa itu ditulisnya untuk Pewarta Deli dengan judul
"Ranting Emas Pohon Perak" sebagai sindiran terhadap situasi
kemiskinan yang dialami rakyat saat itu di Deli. Akibatnya,
polisi kolonial mengadukannya ke pengadilan dan ia dipenjara
selama satu minggu.

Menjelang keruntuhan kolonialisme Belanda, Matu Mona menulis
cerita bersambung di majalah yang dipimpinnya, Penyedar.
Sebenarnya, penulis cerita itu adalah seorang pembantu di
Banjarmasin, tetapi Matu Mona ikut membumbuinya. Ia dihadapkan
ke pengadilan Banjarmasin dan dihukum dua tahun di Penjara
Sukamiskin, Bandung.

Urusannya dengan aparat keamanan tidak selesai sampai di situ.
Pada awal revolusi kemerdekaan, Matu Mona menerbitkan harian
Perjuangan Rakyat. Salah satu tulisannya di harian itu dianggap
mengkritik tindakan main hakim sendiri oleh penguasa militer
setempat. Akibatnya, ia diseret di depan markas dan hampir-
hampir golok menghabisi nyawanya.
_______________________________

Kesimpulan dan Pendapat saotik
_______________________________

Para kawan...! Demikian sekilas info mengenai siapa Matumona,
apa hasil karyannya dan bagaimana kehidupannya selama berkarya.

Hal yang dapat saya sampaikan setelah mengetahui hal ini,
sungguh para wartawan dan sastrawan itu berperan besar dalam
mengusir pihak penjajah dari negeri ini. Tapi sayang, pemerintah
kita kurang memperhatikannya, tak terkecuali para sastrawan
kita yang dari sumatra utara sana.

Selamat malam...!
____________________________________________________
Sumber : matumona.blogspot.com dan situs lainnya.

PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork

No comments:

Post a Comment