Thursday, September 11, 2014

Museum Fatahillah Jakarta (Museum Sejarah Jakarta)


#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar Museum Fatahillah atau museum Sejarah Jakarta)
____________________________________________________________











_______________

Kata Pengantar
_______________

Seperti apa yang dinginkan oleh "Pemda DKI Jakarta" khsusnya
mereka para pengelola museum Fatahillah, agar masyarakat Nusantara
meluangkan waktunya untuk mengunjungi museumnya guna perluasan
wawasan sekaligus untuk lebih menumbuhkan rasa cinta tanah air
Indonesia.

Maka...!

Penulis bersama keluargapun mengunjungi museum tersebut pada hari
Minggu, 7 September 2014. Bagaimana ringkasan cerita hasil
berkunjungnya akan penulis sampaikan pada penutup tulisan.

Dan sebelum penulis menguraikannya, mari terlebih dahulu kita simak
info wikipedia mengenai museum tersebut "Selamat Menyimak" dengan
lagu pembukaan "Nusantara".


___________________________

Sekilas Museum Fatahillah
___________________________
















Ket :
Gambar gedung Museum Fatahillah saat masih merupakan Balai
Kota Batavia, tahun 1770

Museum Fatahillah yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta
atau Museum Batavia adalah sebuah museum yang terletak di Jalan
Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat dengan luas lebih dari
1.300 meter persegi.

Gedung ini dulu adalah sebuah Balai Kota (bahasa Belanda: Stadhuis) yang
dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan
van Hoorn.

Bangunan itu menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan
utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan
sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-
ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.

Pada tanggal 30 Maret 1974, gedung ini kemudian diresmikan sebagai
Museum Fatahillah.

Gedung Stadhuis di awal abad ke-20, dihubungkan dengan jalur trem
ke pusat pemerintahan di kawasan Weltevreden. Arsitektur bangunannya
bergaya abad ke-17 bergaya neoklasik dengan tiga lantai dengan
cat kuning tanah, kusen pintu dan jendela dari kayu jati berwarna
hijau tua. Bagian atap utama memiliki penunjuk arah mata angin.

Museum ini memiliki luas lebih dari 1.300 meter persegi. Pekarangan
dengan susunan konblok, dan sebuah kolam dihiasi beberapa pohon tua.

Koleksi

Plang Peringatan Pembangunan Museum Fatahillah yang dahulunya
adalah Balai Kota

Objek-objek yang dapat ditemui di museum ini antara lain perjalanan
sejarah Jakarta, replika peninggalan masa Tarumanegara dan
Pajajaran, hasil penggalian arkeologi di Jakarta, mebel antik mulai
dari abad ke-17 sampai 19, yang merupakan perpaduan dari gaya Eropa,
Republik Rakyat Tiongkok, dan Indonesia.

Juga ada keramik, gerabah, dan batu prasasti. Koleksi-koleksi
ini terdapat di berbagai ruang, seperti Ruang Prasejarah Jakarta,
Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan
Agung, dan Ruang MH Thamrin.

Terdapat juga berbagai koleksi tentang kebudayaan Betawi,
numismatik, dan becak. Bahkan kini juga diletakkan patung Dewa
Hermes (menurut mitologi Yunani, merupakan dewa keberuntungan dan
perlindungan bagi kaum pedagang) yang tadinya terletak di
perempatan Harmoni dan meriam Si Jagur yang dianggap mempunyai
kekuatan magis.

Selain itu, di Museum Fatahillah juga terdapat bekas penjara bawah
tanah yang dulu sempat digunakan pada zaman penjajahan Belanda.


* Sejarah Museum Fatahillah





















Pada tahun 1937, Yayasan Oud Batavia mengajukan rencana untuk
mendirikan sebuah museum mengenai sejarah Batavia, yayasan
tersebut kemudian membeli gudang perusahaan Geo Wehry & Co
yang terletak di sebelah timur Kali Besar tepatnya di
Jl. Pintu Besar Utara No. 27 (kini museum Wayang) dan membangunnya
kembali sebagai Museum Oud Batavia. Museum Batavia Lama ini
dibuka untuk umum pada tahun 1939.

Pada masa kemerdekaan museum ini berubah menjadi Museum Djakarta
Lama di bawah naungan LKI (Lembaga Kebudayaan Indonesia) dan
selanjutnya pada tahun 1968 ‘’Museum Djakarta Lama'’ diserahkan
kepada PEMDA DKI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta pada saat itu,
Ali Sadikin, kemudian meresmikan gedung ini menjadi Museum
Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.

Untuk meningkatkan kinerja dan penampilannya, Museum Sejarah
Jakarta sejak tahun 1999 bertekad menjadikan museum ini bukan
sekedar tempat untuk merawat, memamerkan benda yang berasal
dari periode Batavia, tetapi juga harus bisa menjadi tempat
bagi semua orang baik bangsa Indonesia maupun asing, anak-anak,
orang dewasa bahkan bagi penyandang cacat untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman serta dapat dinikmati sebagai
tempat rekreasi.

Untuk itu Museum Sejarah Jakarta berusaha menyediakan informasi
mengenai perjalanan panjang sejarah kota Jakarta, sejak masa
prasejarah hingga masa kini dalam bentuk yang lebih rekreatif.

Selain itu, melalui tata pamernya Museum Sejarah Jakarta
berusaha menggambarkan “Jakarta Sebagai Pusat Pertemuan Budaya”
dari berbagai kelompok suku baik dari dalam maupun dari luar
Indonesia dan sejarah kota Jakarta seutuhnya.

Museum Sejarah Jakarta juga selalu berusaha menyelenggarakan
kegiatan yang rekreatif sehingga dapat merangasang pengunjung
untuk tertarik kepada Jakarta dan meningkatkan kesadaran akan
pentingnya warisan budaya.

Sejarah Gedung


















Ket :
Bercandanya...!


Gedung Museum Sejarah Jakarta mulai dibangun pada tahun 1620
oleh Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen sebagai gedung balai
kota kedua pada tahun 1626 (balai kota pertama dibangun pada
tahun 1620 di dekat Kalibesar Timur). Menurut catatan sejarah,
gedung ini hanya bertingkat satu dan pembangunan tingkat kedua
dilakukan kemudian. Tahun 1648 kondisi gedung sangat buruk.

Tanah Jakarta yang sangat labil dan beratnya gedung menyebabkan
bangunan ini turun dari permukaan tanah. Solusi mudah yang
dilakukan oleh pemerintah Belanda adalah tidak mengubah pondasi
yang sudah ada, tetapi menaikkan lantai sekitar 2 kaki (56 cm).
Menurut suatu laporan 5 buah sel yang berada di bawah gedung
dibangun pada tahun 1649.

Tahun 1665 gedung utama diperlebar dengan menambah masing-masing
satu ruangan di bagian Barat dan Timur. Setelah itu beberapa
perbaikan dan perubahan di gedung stadhuis dan penjara-penjaranya
terus dilakukan hingga menjadi bentuk yang kita lihat sekarang ini.

Selain digunakan sebagai stadhuis, gedung ini juga digunakan
sebagai ‘’Raad van Justitie'’ (dewan pengadilan). Pada tahun
1925-1942, gedung ini dimanfaatkan sebagai Kantor Pemerintah
Provinsi Jawa Barat dan pada tahun 1942-1945 dipakai untuk
kantor pengumpulan logistik Dai Nippon.

Tahun 1952 gedung ini menjadi markas Komando Militer Kota
(KMK) I, lalu diubah kembali menjadi KODIM 0503 Jakarta Barat.
Tahun 1968, gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta,
lalu diresmikan menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal
30 Maret 1974.



















Seperti umumnya di Eropa, gedung balaikota dilengkapi dengan
lapangan yang dinamakan ‘’stadhuisplein'’. Menurut sebuah
lukisan uang dibuat oleh pegawai VOC ‘'’Johannes Rach”’ yang
berasal dari ‘'’Denmark”’, di tengah lapangan tersebut terdapat
sebuah air mancur yang merupakan satu-satunya sumber air bagi
masyarakat setempat.

Air itu berasal dari Pancoran Glodok yang dihubungkan dengan
pipa menuju stadhuiplein. Pada tahun 1972, diadakan penggalian
terhadap lapangan tersebut dan ditemukan pondasi air mancur
lengkap dengan pipa-pipanya.

Maka dengan bukti sejarah itu dapat dibangun kembali sesuai
gambar Johannes Rach, lalu terciptalah air mancur di tengah
Taman Fatahillah. Pada tahun 1973 Pemda DKI Jakarta memfungsikan
kembali taman tersebut dengan memberi nama baru yaitu ‘'’
Taman Fatahillah”’ untuk mengenang panglima Fatahillah
pendiri kota Jakarta.

Sejarah Kota Jakarta

Berdasarkan penggalian arkeologi, terdapat bukti bahwa pemukiman
pertama di Jakarta terdapat di tepi sungai Ciliwung. Pemukiman
ini di duga berasal dari 2500 SM (Masa Neolothicum). Bukti
tertulis pertama yang diketemukan adalah prasasti Tugu yang
dikeluarkan oleh Raja Tarumanegara pada abad ke-5.

Prasasti merupakan bukti adanya kegiatan keagamaan pada masa itu.
Pada masa berikutnya sekitar abad ke-12 daerah ini berada di
bawah kekuasaan kerajaan Sunda dengan pelabuhannya yang
terkenal pelabuhan Sunda Kelapa.

Pada masa inilah diadakan perjanjian perdagangan antara pihak
Portugis dengan raja Sunda. Pada abad ke-17 perdagangan
dengan pihak-pihak asing makin meluas, pelabuhan Sunda Kelapa
berubah menjadi Jayakarta (1527) dan kemudian menjadi Batavia
(1619). Tahun 1942 bangsa Jepang merebut kekuasaan dari tangan
Belanda dan berkuasa di Indonesia sampai tahun 1945.

Koleksi













Perbendaharaannya mencapai jumlah 23.500 buah berasal dari
warisan Museum Jakarta Lama (Oud Batavia Museum), hasil upaya
pengadaan Pemerintah DKI Jakarta dan sumbangan perorangan
maupun institusi. Terdiri atas ragam bahan material baik
yang sejenis maupun campuran, meliputi logam, batu, kayu,
kaca, kristal, gerabah, keramik, porselen, kain, kulit,
kertas dan tulang. Di antara koleksi yang patut diketahui
masyarakat adalah Meriam si Jagur, sketsel, patung Hermes,
pedang eksekusi, lemari arsip, lukisan Gubernur Jendral VOC
Hindia Belanda tahun 1602-1942, meja bulat berdiameter 2,25
meter tanpa sambungan, peralatan masyarakat prasejarah,
prasasti dan senjata.

















Koleksi yang dipamerkan berjumlah lebih dari 500 buah, yang
lainnya disimpan di storage (ruang penyimpanan). Umur koleksi
ada yang mencapai lebih 1.500 tahun khususnya koleksi peralatan
hidup masyarakat prasejarah seperti kapak batu, beliung persegi,
kendi gerabah. Koleksi warisan Museum Jakarta Lama berasal dari
abad ke-18 dan 19 seperti kursi, meja, lemari arsip, tempat
tidur dan senjata. Secara berkala dilakukan rotasi sehingga
semua koleksi dapat dinikmati pengunjung.

Untuk memperkaya perbendaharaan koleksi museum membuka
kesempatan kepada masyarakat perorangan maupun institusi
meminjamkan atau menyumbangkan koleksinya kepada Museum
Sejarah Jakarta.

Tata Pamer Tetap


















Dengan mengikuti perkembangan dinamika masyarakat yang
menghendaki perubahan agar tidak tenggelam dalam suasana
yang statis dan membosankan, serta ditunjang dengan
kebijakan yang tertuang dalam visi dan misi museum, mengenai
penyelenggaraan museum yang berorientasi kepada kepentingan
pelayanan masyarakat, maka tata pamer tetap Museum Sejarah
Jakarta dilakukan berdasarkan kronologis sejarah Jakarta, dan
Jakarta sebagi pusat pertemuan budaya dari berbagai kelompok
suku bangsa baik dari dalam maupun dari luar Indonesia,
Untuk menampilkan cerita berdasarkan kronologis sejarah Jakarta
dalam bentuk display, diperlukan koleksi-koleksi yang
berkaitan dengan sejarah dan ditunjang secara grafis dengan
menggunakan foto-foto, gambar-gambar dan sketsa, peta dan
label penjelasan agar mudah dipahami dalam kaitannya dengan
faktor sejarah dan latar belakang sejarah Jakarta.

Sedangkan penyajian yang bernuansa budaya juga dikemas secara
artistik dimana terlihat terjadinya proses interaksi budaya
antar suku bangsa. Penataannya disesuaikan dencan cara yang
seefektif mungkin untuk menghayati budaya-budaya yang ada
sehingga dapat mengundang partisipasi masyarakat.

Penataan tata pamer tetap Museum Sejarah Jakarta dilakukan
secara terencana, bertahap, skematis dan artistik, sehingga
menimbulkan kenyamanan serta menambah wawasan bagi pengunjungnya.

Aktivitas




Sejak tahun 2001 sampai dengan 2002 Museum Sejarah Jakarta
menyelenggarakan Program Kesenian Nusantara setiap minggu
ke-II dan ke-IV untuk tahun 2003 Museum Sejarah Jakarta
memfokuskan kegiatan ini pada kesenian yang bernuansa Betawi
yang dikaitkan dengan kegiatan wisata kampung tua setian
minggu ke III setiap bulannya.

Selain itu, sejak tahun 2001 Museum Sejarah Jakarta setiap
tahunnya menyelenggarakan seminar mengenai keberadaan Museum
Sejarah Jakarta baik berskala nasional maupun internasional.

Seminar yang telah diselenggarakan antara lain adalah seminar
tentang keberadaan museum ditinjau dari berbagai aspek dan
seminar internasional mengenai arsitektur gedung museum.

Untuk merekonstruksi sejarah masa lampau khususnya peristiwa
pengadilan atas masyarakat yang dinyatakan bersalah, ditampilkan
teater pengadilan dimana masyarakat dapat berimprovisasi
tentang pelaksanaan pengadilan sekaligus memahami jiwa
zaman pada abad ke-17.



















Aktivitas Yang Dapat Diikuti Pengunjung

Wisata Kampung Tua, minimal 20 Orang
Jelajah Malam Museum, minimal 20 Orang
Workshop Sketsa Gedung Tua, minimal 10 Orang
Nonton Bareng film-film Jadul, minimal 20 Orang
Pentas Seni Ala Jakarta
Kunjungan ala tentara indonesia

Fasilitas

Perpustakaan

Perpustakaan Museum Sejarah Jakarta mempunyai koleksi buku
1200 judul. Bagi para pengunjung dapat memanfaatkan perpustakaan
tersebut pada jam dan hari kerja Museum.

Buku-buku tersebut sebagian besar peninggalan masa kolonial,
dalam berbagai bahasa diantaranya bahasa Belanda, Melayu, Inggris
dan Arab. Yang tertua adalah Alkitab/Bible tahun 1702.

Kantin Museum

dengan suasana nyaman Taman menawarkan makanan dan minuman khas
betawi yang khas.

Souvenir Shop

Museum menyediakan cinderamata untuk kenang-kenangan para
pengunjung yang dapat diperoleh di "souvenir shop" dengan
harga terjangkau.

Sinema Fatahillah

Menampilkan Film-film Dokumenter Zaman Batavia dan Film Populer
Dalam Dan Luar Negeri.

Musholla

Museum ini menyediakan musholla dengan perlengkapannya
sehingga pengunjung tidak perlu khawatir kehilangan waktu salat.

Ruang Pertemuan dan Pameran

Menyediakan ruangan yang representatif untuk kegiatan pertemuan,
diskusi, seminar dan pameran dengan daya tampung lebih dari 150 orang.

Taman Dalam

Taman yang asri dengan luas 1000 meter lebih, serta dapat
dimanfaatkan untuk Gathering, resepsi pernikahan, Pentas Seni.

_____________

Penutup
_____________






Pengacu pada uraian diatas dan hasil berkunjung penulis
ingin berkata :

* Perluas kalianlah para kawan, khusoson tu para perantau
Jabodetabek halak hita wawsan kalian. Kunjungi jugalah museum
tersebut.

* Letaknya tidak jauh darti Stasiun Keretas Api Jakarta Kota.

* Biaya masuknya hanya lima ribai rupiah



















* Fasulitas yang tersedia seperti yang dikatakan wikipedia
memang benar adanya, macam bukti sejarah keberadaan kota
Jakrta zam dulu memang ada disana.

* Berphoto pada semua tempat di izinkan. Suasana sungguh terasa
seperti berada pada masa kololonial Belanda.

Para kawan...!

Selamat malam...!




















___________________________________________________________________
Cat :


PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork


No comments:

Post a Comment