#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar Dewi Sartika sebagai Tokoh Perintis Pendidikan
untuk Kaum wanita Indonesia)
_____________________________________________________________________
_______________
Kata Pengantar
_______________
Para kawan dimanapun berada...!
Dalam rangka menyambut
25 November: Hari Guru
29 November: Hari Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI)
penulis akan menyajikan info untuk anda sekitar Dewi Sartika Sebagai
Tokoh Perintis Pendidikan untuk Kaum wanita Indonesia.
Dari segi nama bisa jadi, Dewi Sartika adalah nama yang cukup populer
di beberapa wilayah Indonesia, khsusnya Tanah Jawa dan tak terkecuali
Jabodetabek.
Tapi dari segi, siapa dia, bagaimana beliau dapat menjadi tokoh dan
bagaimana ceritanya beiau dalam memperjuangkan pendidikan kaum wanita
Indonesia bisa jadi kita belum banyak tahu.
Karena itu...!
info ini-pun akan menyajikan macam hal tentang beliau.
Selamat menyimak...!
____________________________________________________________________
Sekilas info tentang Dewi Sartika Sebagai Tokoh Perintis Pendidikan
untuk Kaum wanita Indonesia
____________________________________________________________________
* Pemahaman Umum
Ket :
Dewi Sartika.jpg
Raden Dewi Sartika (lahir di Bandung, 4 Desember 1884 – meninggal
di Tasikmalaya, 11 September 1947 pada umur 62 tahun) adalah tokoh
perintis pendidikan untuk kaum wanita, diakui sebagai Pahlawan
Nasional oleh Pemerintah Indonesia tahun 1966.
Dewi Sartika adalah puteri dari suami-istri Raden Somanagara dan
Raden Ayu Rajapermas. Waktu menjadi patih di Bandung, Somanegara
pernah menentang Pemerintah Hindia-Belanda. Karena itu istrinya
dibuang di Ternate. Dewi Sartika dititipkan pada pamannya,
Patih Arya Cicalengka.
* Biografi
Ket :
Seperti halnya Sakola Kautamaan Istri yang didirikan Lasminingrat,
Sekolah Dewi Sartika merupakan salah satu kontribusi kaum perempuan
Sunda di Tatar Pasundan dalam mengangkat kesetaraan dan mutu
pendidikan Bumiputra sejak era kolonial
Dewi Sartika dilahirkan dari keluarga priyayi Sunda, Nyi Raden
Rajapermas dengan Raden Somanagara. Meskipun bertentangan dengan
adat waktu itu, ayah-ibunya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika
di sekolah Belanda.
Setelah ayahnya wafat, Dewi Sartika diasuh oleh pamannya (kakak ibunya)
yang menjadi patih di Cicalengka. Oleh pamannya itu, ia mendapatkan
pengetahuan mengenai kebudayaan Sunda, sementara wawasan kebudayaan
Barat didapatkannya dari seorang nyonya Asisten Residen
berkebangsaan Belanda.
Sedari kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan bakat pendidik dan
kegigihan untuk meraih kemajuan. Sambil bermain di belakang gedung
kepatihan, ia sering memperagakan praktik di sekolah, belajar baca-
tulis, dan bahasa Belanda, kepada anak-anak pembantu di kepatihan.
Papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan genting dijadikannya
alat bantu belajar.
Waktu itu, Dewi Sartika baru berumur sekitar sepuluh tahun, ketika
Cicalengka digemparkan oleh kemampuan baca-tulis dan beberapa patah
kata dalam bahasa Belanda yang ditunjukkan oleh anak-anak pembantu
kepatihan. Gempar, karena waktu itu belum ada anak (apalagi anak
rakyat jelata) yang memiliki kemampuan seperti itu, dan diajarkan
oleh seorang anak perempuan.
Setelah remaja, Dewi Sartika kembali lagi kepada ibunya di Bandung.
Jiwanya yang telah dewasa semakin menggiringnya untuk mewujudkan
cita-citanya. Hal ini didorong pula oleh pamannya, Bupati Martanagara,
yang memang memiliki keinginan yang sama. Tetapi, meski keinginan yang
sama dimiliki oleh pamannya, tidak menjadikannya serta merta dapat
mewujudkan cita-citanya.
Adat yang mengekang kaum wanita pada waktu itu, membuat pamannya
mengalami kesulitan dan khawatir. Namun karena kegigihan semangatnya
yang tak pernah surut, akhirnya Dewi Sartika bisa meyakinkan pamannya
dan diizinkan mendirikan sekolah untuk perempuan.
Tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata,
dari pernikahannya itu ia memiliki putra bernama R. Atot, yang merupakan
Ketua Umum BIVB, sebuah klub sepak bola yang merupakan cikal bakal
dari Persib Bandung.
Suami dari Dewi Sartika memiliki visi dan cita-cita yang sama dengan
Dewi Sartika, guru di sekolah Karang Pamulang, yang saat itu
merupakan sekolah Latihan Guru.
Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan.
Di sebuah ruangan kecil, di belakang rumah ibunya di Bandung, Dewi
Sartika mengajar di hadapan anggota keluarganya yang perempuan.
Merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis dan sebagainya,
menjadi materi pelajaran saat itu
Usai berkonsultasi dengan Bupati R.A.A Martanagara [note 1], pada
16 Januari 1904, Dewi Sartika membuka Sakola Istri (Sekolah Perempuan)
pertama se-Hindia-Belanda. Tenaga pengajarnya tiga orang : Dewi Sartika
dibantu dua saudara misannya, Ny. Poerwa dan Nyi. Oewid. Murid-murid
angkatan pertamanya terdiri dari 20 orang, menggunakan ruangan pendopo
kabupaten Bandung.
Setahun kemudian, 1905, sekolahnya menambah kelas, sehingga kemudian
pindah ke Jalan Ciguriang, Kebon Cau. Lokasi baru ini dibeli Dewi
Sartika dengan uang tabungan pribadinya, serta bantuan dana pribadi
dari Bupati Bandung. Lulusan pertama keluar pada tahun 1909, bahasa
sundabisa lebih mememenuhi syarat kelengkapan sekolah formal.
Pada tahun-tahun berikutnya di beberapa wilayah Pasundan bermunculan
beberapa Sakola Istri, terutama yang dikelola oleh perempuan-perempuan
Sunda yang memiliki cita-cita yang sama dengan Dewi Sartika. Pada tahun
1912 sudah berdiri sembilan Sakola Istri di kota-kota kabupaten (setengah
dari seluruh kota kabupaten se-Pasundan). Memasuki usia ke-sepuluh,
tahun 1914, nama sekolahnya diganti menjadi Sakola Kautamaan Istri
(Sekolah Keutamaan Perempuan).
Kota-kota kabupaten wilayah Pasundan yang belum memiliki Sakola Kautamaan
Istri tinggal tiga/empat, semangat ini menyeberang ke Bukittinggi,
di mana Sakola Kautamaan Istri didirikan oleh Encik Rama Saleh.
Seluruh wilayah Pasundan lengkap memiliki Sakola Kautamaan Istri di
tiap kota kabupatennya pada tahun 1920, ditambah beberapa yang
berdiri di kota kewedanaan.
Bulan September 1929, Dewi Sartika mengadakan peringatan pendirian
sekolahnya yang telah berumur 25 tahun, yang kemudian berganti nama
menjadi "Sakola Raden Déwi". Atas jasanya dalam bidang ini, Dewi
Sartika dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia-Belanda.
Dewi Sartika meninggal 11 September 1947 di Tasikmalaya, dan dimakamkan
dengan suatu upacara pemakaman sederhana di pemakaman Cigagadon-Desa
Rahayu Kecamatan Cineam. Tiga tahun kemudian dimakamkan kembali di
kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Kabupaten Bandung.
__________
Penutup
__________
Demikian infonya para kawan sekalian...!
Dan selain Dewi Sartika, masih banyak lagi yang termasuk dalam Tokoh
Perintis Pendikan Indonesia ini yang dalam Bahasa lainnya disebut
"Guru Legendaris".
Wikipedia Indonesia mengatakan, tokoh atau guru legendari tersebut, al :
Abdurrahman Wahid
Ki Hadjar Dewantara
Ki Sarmidi Mangunsarkoro
Nurcholish Madjid
Zainuddin MZ
Dewi Sartika
Haji Abdul Malik Karim Amrullah
Sartono
"Selamat Hari Guru Indonesia 2015"
Semoga pendidikan Indonesia lewat Para Guru Wanitanya dapat lebih
memjukan Pendidikan Nusantara, khsusnya untuk wilayah-khilayah
pelosok Tanah Air.
Selamat malam...!
Dan berikut beberapa animasi Guru Wanita saat mengajar yang mana
pada saat "dewi Sartika" masih hidup belum ada animasi ini,
dalam iringan Lagu Ibu Dewi Sartika :
_______________________________________________________
Cat :
http://amzn.to/1VW0ktU
(Menyimak info sekitar Dewi Sartika sebagai Tokoh Perintis Pendidikan
untuk Kaum wanita Indonesia)
_____________________________________________________________________
_______________
Kata Pengantar
_______________
Para kawan dimanapun berada...!
Dalam rangka menyambut
25 November: Hari Guru
29 November: Hari Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI)
penulis akan menyajikan info untuk anda sekitar Dewi Sartika Sebagai
Tokoh Perintis Pendidikan untuk Kaum wanita Indonesia.
Dari segi nama bisa jadi, Dewi Sartika adalah nama yang cukup populer
di beberapa wilayah Indonesia, khsusnya Tanah Jawa dan tak terkecuali
Jabodetabek.
Tapi dari segi, siapa dia, bagaimana beliau dapat menjadi tokoh dan
bagaimana ceritanya beiau dalam memperjuangkan pendidikan kaum wanita
Indonesia bisa jadi kita belum banyak tahu.
Karena itu...!
info ini-pun akan menyajikan macam hal tentang beliau.
Selamat menyimak...!
____________________________________________________________________
Sekilas info tentang Dewi Sartika Sebagai Tokoh Perintis Pendidikan
untuk Kaum wanita Indonesia
____________________________________________________________________
* Pemahaman Umum
Ket :
Dewi Sartika.jpg
Raden Dewi Sartika (lahir di Bandung, 4 Desember 1884 – meninggal
di Tasikmalaya, 11 September 1947 pada umur 62 tahun) adalah tokoh
perintis pendidikan untuk kaum wanita, diakui sebagai Pahlawan
Nasional oleh Pemerintah Indonesia tahun 1966.
Dewi Sartika adalah puteri dari suami-istri Raden Somanagara dan
Raden Ayu Rajapermas. Waktu menjadi patih di Bandung, Somanegara
pernah menentang Pemerintah Hindia-Belanda. Karena itu istrinya
dibuang di Ternate. Dewi Sartika dititipkan pada pamannya,
Patih Arya Cicalengka.
* Biografi
Ket :
Seperti halnya Sakola Kautamaan Istri yang didirikan Lasminingrat,
Sekolah Dewi Sartika merupakan salah satu kontribusi kaum perempuan
Sunda di Tatar Pasundan dalam mengangkat kesetaraan dan mutu
pendidikan Bumiputra sejak era kolonial
Dewi Sartika dilahirkan dari keluarga priyayi Sunda, Nyi Raden
Rajapermas dengan Raden Somanagara. Meskipun bertentangan dengan
adat waktu itu, ayah-ibunya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika
di sekolah Belanda.
Setelah ayahnya wafat, Dewi Sartika diasuh oleh pamannya (kakak ibunya)
yang menjadi patih di Cicalengka. Oleh pamannya itu, ia mendapatkan
pengetahuan mengenai kebudayaan Sunda, sementara wawasan kebudayaan
Barat didapatkannya dari seorang nyonya Asisten Residen
berkebangsaan Belanda.
Sedari kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan bakat pendidik dan
kegigihan untuk meraih kemajuan. Sambil bermain di belakang gedung
kepatihan, ia sering memperagakan praktik di sekolah, belajar baca-
tulis, dan bahasa Belanda, kepada anak-anak pembantu di kepatihan.
Papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan genting dijadikannya
alat bantu belajar.
Waktu itu, Dewi Sartika baru berumur sekitar sepuluh tahun, ketika
Cicalengka digemparkan oleh kemampuan baca-tulis dan beberapa patah
kata dalam bahasa Belanda yang ditunjukkan oleh anak-anak pembantu
kepatihan. Gempar, karena waktu itu belum ada anak (apalagi anak
rakyat jelata) yang memiliki kemampuan seperti itu, dan diajarkan
oleh seorang anak perempuan.
Setelah remaja, Dewi Sartika kembali lagi kepada ibunya di Bandung.
Jiwanya yang telah dewasa semakin menggiringnya untuk mewujudkan
cita-citanya. Hal ini didorong pula oleh pamannya, Bupati Martanagara,
yang memang memiliki keinginan yang sama. Tetapi, meski keinginan yang
sama dimiliki oleh pamannya, tidak menjadikannya serta merta dapat
mewujudkan cita-citanya.
Adat yang mengekang kaum wanita pada waktu itu, membuat pamannya
mengalami kesulitan dan khawatir. Namun karena kegigihan semangatnya
yang tak pernah surut, akhirnya Dewi Sartika bisa meyakinkan pamannya
dan diizinkan mendirikan sekolah untuk perempuan.
Tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata,
dari pernikahannya itu ia memiliki putra bernama R. Atot, yang merupakan
Ketua Umum BIVB, sebuah klub sepak bola yang merupakan cikal bakal
dari Persib Bandung.
Suami dari Dewi Sartika memiliki visi dan cita-cita yang sama dengan
Dewi Sartika, guru di sekolah Karang Pamulang, yang saat itu
merupakan sekolah Latihan Guru.
Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan.
Di sebuah ruangan kecil, di belakang rumah ibunya di Bandung, Dewi
Sartika mengajar di hadapan anggota keluarganya yang perempuan.
Merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis dan sebagainya,
menjadi materi pelajaran saat itu
Usai berkonsultasi dengan Bupati R.A.A Martanagara [note 1], pada
16 Januari 1904, Dewi Sartika membuka Sakola Istri (Sekolah Perempuan)
pertama se-Hindia-Belanda. Tenaga pengajarnya tiga orang : Dewi Sartika
dibantu dua saudara misannya, Ny. Poerwa dan Nyi. Oewid. Murid-murid
angkatan pertamanya terdiri dari 20 orang, menggunakan ruangan pendopo
kabupaten Bandung.
Setahun kemudian, 1905, sekolahnya menambah kelas, sehingga kemudian
pindah ke Jalan Ciguriang, Kebon Cau. Lokasi baru ini dibeli Dewi
Sartika dengan uang tabungan pribadinya, serta bantuan dana pribadi
dari Bupati Bandung. Lulusan pertama keluar pada tahun 1909, bahasa
sundabisa lebih mememenuhi syarat kelengkapan sekolah formal.
Pada tahun-tahun berikutnya di beberapa wilayah Pasundan bermunculan
beberapa Sakola Istri, terutama yang dikelola oleh perempuan-perempuan
Sunda yang memiliki cita-cita yang sama dengan Dewi Sartika. Pada tahun
1912 sudah berdiri sembilan Sakola Istri di kota-kota kabupaten (setengah
dari seluruh kota kabupaten se-Pasundan). Memasuki usia ke-sepuluh,
tahun 1914, nama sekolahnya diganti menjadi Sakola Kautamaan Istri
(Sekolah Keutamaan Perempuan).
Kota-kota kabupaten wilayah Pasundan yang belum memiliki Sakola Kautamaan
Istri tinggal tiga/empat, semangat ini menyeberang ke Bukittinggi,
di mana Sakola Kautamaan Istri didirikan oleh Encik Rama Saleh.
Seluruh wilayah Pasundan lengkap memiliki Sakola Kautamaan Istri di
tiap kota kabupatennya pada tahun 1920, ditambah beberapa yang
berdiri di kota kewedanaan.
Bulan September 1929, Dewi Sartika mengadakan peringatan pendirian
sekolahnya yang telah berumur 25 tahun, yang kemudian berganti nama
menjadi "Sakola Raden Déwi". Atas jasanya dalam bidang ini, Dewi
Sartika dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia-Belanda.
Dewi Sartika meninggal 11 September 1947 di Tasikmalaya, dan dimakamkan
dengan suatu upacara pemakaman sederhana di pemakaman Cigagadon-Desa
Rahayu Kecamatan Cineam. Tiga tahun kemudian dimakamkan kembali di
kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Kabupaten Bandung.
__________
Penutup
__________
Demikian infonya para kawan sekalian...!
Dan selain Dewi Sartika, masih banyak lagi yang termasuk dalam Tokoh
Perintis Pendikan Indonesia ini yang dalam Bahasa lainnya disebut
"Guru Legendaris".
Wikipedia Indonesia mengatakan, tokoh atau guru legendari tersebut, al :
Abdurrahman Wahid
Ki Hadjar Dewantara
Ki Sarmidi Mangunsarkoro
Nurcholish Madjid
Zainuddin MZ
Dewi Sartika
Haji Abdul Malik Karim Amrullah
Sartono
"Selamat Hari Guru Indonesia 2015"
Semoga pendidikan Indonesia lewat Para Guru Wanitanya dapat lebih
memjukan Pendidikan Nusantara, khsusnya untuk wilayah-khilayah
pelosok Tanah Air.
Selamat malam...!
Dan berikut beberapa animasi Guru Wanita saat mengajar yang mana
pada saat "dewi Sartika" masih hidup belum ada animasi ini,
dalam iringan Lagu Ibu Dewi Sartika :
_______________________________________________________
Cat :
http://amzn.to/1VW0ktU
No comments:
Post a Comment