#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar Buaya dalam hubungannya dengan
Pengertian, Kerabat, Prilaku, kulit dan Penyebaran)
________________________________________________________________
___________________
Kata Pengantar
___________________
Penulis telah mengurai macam nama, hewan dan ikan yang hidup didarat
dan air lewat beberapa postingan dibawah ini, al :
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/01/lumba-lumba-dan-seluk-beluknya.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/01/dari-tupai-ke-bajing-dan-loncat-ke-kotok.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2015/12/kucing-dalam-macam-ragam-persoalan-nya.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2015/12/landak-dan-seluk-beluknya.html
http://angkolafacebook.blogspot.com/2015/12/anjing-tano-batak-dan-anjing-kintamani.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2015/12/naga-pemahaman-umum-pandangan-naga.html
http://angkolafacebook.blogspot.com/2015/11/dinosaurus-dan-seluk-beluknya.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2015/01/taman-marga-satwa-ragunan-soro-babiat.html
Untuk melengkapi-nya berikut info sekitar Buaya.
Selamat menyimak...!
________________________________
Sekilas info tentang Buaya
________________________________
* Pengertian
Buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air. Secara ilmiah,
buaya meliputi seluruh spesies anggota suku Crocodylidae, termasuk pula
buaya sepit (Tomistoma schlegelii). Meski demikian nama ini dapat pula
dikenakan secara longgar untuk menyebut ‘buaya’ aligator, kaiman dan
gavial; yakni kerabat-kerabat buaya yang berlainan suku.
Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau,
rawa dan lahan basah lainnya, namun ada pula yang hidup di air payau
seperti buaya muara. Makanan utama buaya adalah hewan-hewan bertulang
belakang seperti bangsa ikan, reptil dan mamalia, kadang-kadang juga
memangsa moluska dan krustasea bergantung pada spesiesnya. Buaya
merupakan hewan purba, yang hanya sedikit berubah karena evolusi
semenjak zaman dinosaurus.
Dikenal pula beberapa nama daerah untuk menyebut buaya, seperti misalnya
buhaya (Sd.); buhaya (bjn); baya atau bajul (Jw.); bicokok (Btw.),
bekatak, atau buaya katak untuk menyebut buaya bertubuh kecil gemuk;
senyulong, buaya jolong-jolong (Mly.), atau buaya julung-julung untuk
menyebut buaya ikan; buaya pandan, yakni buaya yang berwarna kehijauan;
buaya tembaga, buaya yang berwarna kuning kecoklatan; dan lain-lain.
* Peta persebaran buaya
Dalam bahasa Inggris buaya dikenal sebagai crocodile. Nama ini berasal
dari penyebutan orang Yunani terhadap buaya yang mereka saksikan di
Sungai Nil, krokodilos; kata bentukan yang berakar dari kata kroko, yang
berarti ‘batu kerikil’, dan deilos yang berarti ‘cacing’ atau ‘orang’.
Mereka menyebutnya ‘cacing bebatuan’ karena mengamati kebiasaan buaya
berjemur di tepian sungai yang berbatu-batu.
* Biologi dan perilaku
Buaya seperti halnya dinosaurus yang memiliki tulang-tulang iga yang
termodifikasi menjadi gastralia.Di luar bentuknya yang purba, buaya
sesungguhnya merupakan hewan melata yang kompleks. Tak seperti lazimnya
reptil, buaya memiliki jantung beruang empat, sekat rongga badan (diafragma)
dan cerebral cortex. Pada sisi lain, morfologi luarnya memperlihatkan
dengan jelas cara hidup pemangsa akuatik. Tubuhnya yang "streamline"
memungkinkannya untuk berenang cepat. Buaya melipat kakinya ke belakang
melekat pada tubuhnya, untuk mengurangi hambatan air dan memungkinkannya
menambah kecepatan pada saat berenang. Jari-jari kaki belakangnya berselaput
renang, yang meskipun tak digunakan sebagai pendorong ketika berenang cepat,
selaput ini amat berguna tatkala ia harus mendadak berbalik atau melakukan
gerakan tiba-tiba di air, atau untuk memulai berenang. Kaki berselaput
juga merupakan keuntungan manakala buaya perlu bergerak atau berjalan
di air dangkal.
Buaya dapat bergerak dengan sangat cepat pada jarak pendek, bahkan
juga di luar air. Binatang ini memiliki rahang yang sangat kuat,
yang dapat menggigit dengan kekuatan luar biasa, menjadikannya sebagai
hewan dengan kekuatan gigitan yang paling besar. Tekanan gigitan buaya
ini tak kurang dari 5.000 psi (pounds per square inch; setara dengan
315 kg/cm²)[1]; bandingkan dengan kekuatan gigitan anjing rottweiler
yang hanya 335 psi, hiu putih raksasa sebesar 400 psi, atau dubuk (hyena)
sekitar 800 – 1.000 psi. Gigi-gigi buaya runcing dan tajam, amat berguna
untuk memegangi mangsanya. Buaya menyerang mangsanya dengan cara menerkam
sekaligus menggigit mangsanya itu, kemudian menariknya dengan kuat dan
tiba-tiba ke air. Oleh sebab itu otot-otot di sekitar rahangnya
berkembang sedemikian baik sehingga dapat mengatup dengan amat kuat.
Mulut yang telah mengatup demikian juga amat sukar dibuka, serupa dengan
gigitan tokek. Akan tetapi sebaliknya, otot-otot yang berfungsi untuk
membuka mulut buaya amat lemah. Para peneliti buaya cukup melilitkan
pita perekat besar (lakban) beberapa kali atau mengikatkan tali karet
ban dalam di ujung moncong yang menutup, untuk menjaganya agar mulut itu
tetap mengatup sementara dilakukan pengamatan dan pengukuran, atau
manakala ingin mengangkut binatang itu dengan aman.
Cakar dan kuku buaya pun kuat dan tajam, akan tetapi lehernya amat
kaku sehingga buaya tidak begitu mudah menyerang ke samping atau ke belakang.
Buaya memangsa ikan, burung, mamalia, dan kadang-kadang juga buaya
lain yang lebih kecil bahkan bangkai buaya dewasa. Reptil ini merupakan
pemangsa penyergap; ia menunggu mangsanya hewan darat atau ikan mendekat,
lalu menerkamnya dengan tiba-tiba. Sebagai hewan yang berdarah dingin,
predator ini dapat bertahan cukup lama tanpa makanan, dan jarang benar-
benar perlu bergerak untuk memburu mangsanya. Meskipun nampaknya lamban,
buaya merupakan pemangsa puncak di lingkungannya, dan beberapa
jenisnya teramati pernah menyerang dan membunuh ikan hiu.
Perkecualiannya adalah burung cerek Mesir, yang dikenal memiliki
hubungan simbiotik dengan buaya. Konon, burung ini biasa memakan hewan-
hewan parasit dan sisa daging yang berdiam di mulut buaya, dan untuk
itu sang raja sungai membuka mulutnya lebar-lebar serta membiarkan
si cerek masuk untuk membersihkannya.
Selain memakan daging, 13 dari 23 spesies buaya kini diketahui juga
memakan buah. Pada sebuah analisis rutin yang dilakukan terhadap
buaya Amerika (Alligator mississippiensis) yang tinggal di Taman
Nasional Everglades, Florida, para peneliti dari US Fish and
Wildlife Service menemukan sebuah "kolam apel" di dalam perut buaya.
Tahun 2012, seorang peneliti dari Asia Tenggara juga melihat seekor
buaya siam melahap semangka.
Ket :
Patung Saint Theodore of Amasea menginjak seekor buaya (Venesia, Italia).
Pada musim kawin dan bertelur buaya dapat menjadi sangat agresif dan
mudah menyerang manusia atau hewan lain yang mendekat. Di musim bertelur
buaya amat buas menjaga sarang dan telur-telurnya.
Induk buaya betina umumnya menyimpan telur-telurnya dengan dibenamkan
di bawah gundukan tanah atau pasir bercampur dengan serasah dedaunan.
Induk tersebut kemudian menungguinya dari jarak sekitar 2 meter.
Embrio buaya tak memiliki kromosom seksual, yakni kromosom yang
menentukan jenis kelamin anak yang akan ditetaskan. Jadi tak
sebagaimana manusia, jenis kelamin buaya tak ditentukan secara
genetik. Alih-alih, jenis kelamin ini ditentukan oleh suhu
pengeraman atau suhu sarang tempat telur ditetaskan.
Pada buaya muara, suhu sekitar 31,6°C akan menghasilkan hewan jantan,
sedikit lebih rendah atau lebih tinggi dari angka itu akan menghasilkan
buaya betina. Masa pengeraman telur adalah sekitar 80 hari,
tergantung pada suhu rata-rata sarang.
Buaya ditengarai memiliki insting untuk kembali ke tempat tinggalnya
semula (homing instinct).[5] [6] Tiga ekor buaya yang ganas di
Australia Utara telah dipindahkan ke lokasinya yang baru, sejauh 400 km,
dengan menggunakan helikopter. Akan tetapi dalam tiga minggu hewan-hewan
ini diketahui telah tiba kembali di tempat asalnya. Kejadian ini
terpantau melalui alat pelacak yang dipasang pada tubuh reptil tersebut.
Menurut pengetahuan sekarang, buaya memiliki kekerabatan yang lebih
erat dengan burung dan dinosaurus, dibandingkan dengan kebanyakan
reptil umumnya. Tiga kelompok yang pertama itu, ditambah dengan
kelompok pterosaurus, digolongkan menjadi grup besar Archosauria
(='reptil yang menguasai'
* Umur
Tidak ada cara yang meyakinkan untuk menghitung umur buaya, selain
dengan mengetahui waktu penetasannya dahulu, meskipun ada beberapa
teknik yang telah dikembangkan. Metode yang paling umum digunakan
untuk menaksir umur hewan ini ialah dengan menghitung lingkaran
tumbuh pada tulang dan gigi. Tiap-tiap lapis lingkaran menggambarkan
adanya perubahan pada laju pertumbuhan, yang mungkin disebabkan oleh
perubahan musim kemarau dan hujan yang berulang setiap tahun.
Dengan tetap mengingat peluang ketidaktepatan metode ini, buaya yang
tertua kemungkinan adalah spesies yang terbesar. Buaya muara
(C. porosus) diperkirakan dapat hidup rata-rata hingga 70 tahun,
dengan sedikit individu yang terbukti dapat melebihi umur 100 tahun.
Salah satu buaya tertua yang tercatat, mati di kebun binatang Rusia
pada usia sekitar 115 tahun.
Seekor buaya air tawar jantan yang dipelihara di Kebun Binatang
Australia diperkirakan berumur 130 tahun. Hewan ini diselamatkan
Bob Irwin dan Steve Irwin dari alam liar setelah ditembak dua kali
oleh pemburu. Akibat tembakan senjata itu, buaya tersebut (yang kini
dijuluki sebagai "Mr. Freshy") kehilangan mata kanannya.
* Ukuran
Ukuran tubuh buaya sangat bervariasi dari jenis ke jenis, mulai dari
buaya kerdil hingga buaya muara raksasa. Spesies bertubuh besar dapat
tumbuh lebih panjang dari 5 m dan memiliki berat melebihi 1.200 kg.
Walaupun demikian, bayi-bayi buaya hanya berukuran sekitar 20 cm tatkala
menetas dari telur. Spesies buaya terbesar adalah buaya muara, yang
hidup di wilayah Asia Tenggara hingga ke Australia utara.
Ukuran terbesar buaya muara hingga kini masih diperdebatkan. Buaya
terbesar yang pernah tercatat adalah seekor buaya muara raksasa
sepanjang 8,6 m, yang tertembak oleh seorang guru sekolah di Australia.
Sedangkan buaya terbesar yang masih hidup adalah seekor buaya muara
sepanjang 7,1 m di Suaka Margasatwa Bhitarkanika, Orissa, India.
Pada bulan Juni 2006, rekornya dicatat pada The Guinness Book of
World Records.
Dua catatan lain yang tepercaya mengenai ukuran buaya terbesar adalah
rekor dua ekor buaya sepanjang 6,2 m. Buaya yang pertama ditembak di
Sungai Mary, Northern Territory, Australia pada 1974 oleh seorang
pemburu gelap, yang kemudian diukur oleh seorang petugas kehutanan.
Sedangkan buaya yang kedua dibunuh di Sungai Fly, Papua Nugini. Ukuran
buaya kedua ini sebetulnya diperoleh dari kulit, yang diukur oleh
Jerome Montague, seorang peneliti margasatwa. Dan karena ukuran kulit
selalu lebih kecil (menyusut) dari ukuran hewan aslinya, dipercaya
bahwa buaya kedua ini sedikitnya berukuran 10 cm lebih panjang ketika hidup.
Ket :
Penangkaran buaya Samutprakarn di Bangkok.
Buaya terbesar yang pernah dipelihara di penangkaran adalah seekor
blasteran buaya muara dengan buaya Siam yang diberi nama Yai (Th.: ????,
berarti besar) (menetas pada 10 Juni 1972) di Kebun Penangkaran
Buaya Samutprakarn yang terkenal di Thailand. Binatang melata ini
memiliki panjang tubuh hingga 6 m dan berat mencapai 1.114,27 kg.
Buaya raksasa peliharaan yang lain adalah seekor buaya muara yang
bernama Gomek. Hewan ini ditangkap oleh George Craig di Papua Nugini
dan kemudian dijual ke St. Augustine Alligator Farm di Florida,
Amerika. Buaya ini mati karena penyakit jantung pada Februari 1997
dalam usia yang cukup tua. Menurut catatan penangkaran tersebut,
ketika mati Gomek memiliki panjang 5,5 m dan mungkin berusia antara
70–80 tahun.
Buaya Bhitarkanika yang terbesar diperkirakan sepanjang 7,62 m.
Dugaan ini diperoleh para ahli berdasarkan ukuran sebuah tengkorak
buaya yang disimpan oleh keluarga Kerajaan Kanika. Buaya tersebut
kemungkinan ditembak mati di dekat Dhamara sekitar tahun 1926 dan
kemudian tengkoraknya diawetkan oleh Raja Kanika ketika itu.
Dugaan panjang di atas didapat melalui perhitungan, dengan mengingat
bahwa panjang tengkorak buaya sekitar sepertujuh panjang total badannya.
* Taksonomi dan penyebaran
Buaya amerika di La Manzanilla, Jalisco, Meksiko.
Kebanyakan buaya tergolong ke dalam marga Crocodylus. Dua marga lain yang
masih hidup anggota suku Crocodylia ini adalah Osteolaemus dan Tomistoma,
masing-masingnya bersifat monotipik.
Suku Crocodylidae
Anak suku Mekosuchinae (punah)
Anak suku Crocodylinae
Marga Euthecodon (punah)
Marga Rimasuchus (punah, sebelumnya Crocodylus lloydi)
Marga Osteolaemus
Buaya kerdil, Osteolaemus tetraspis (para ahli berbeda pendapat apakah
spesies ini sebetulnya terdiri dari dua spesies. Kebanyakan berpandangan
bahwa buaya kerdil adalah satu spesies dengan dua anak jenis (subspesies):
O. tetraspis tetraspis & O. t. osborni)
Marga Crocodylus
Crocodylus acutus, buaya Amerika
Crocodylus cataphractus, Buaya moncong-ramping (kajian DNA terbaru
menyarankan bahwa spesies ini mungkin lebih tepat digolongkan ke
dalam marga tersendiri, Mecistops)
Crocodylus intermedius , buaya Orinoco
Crocodylus johnsoni, buaya air-tawar Australia
Crocodylus mindorensis, buaya Filipina
Crocodylus moreletii , buaya Meksiko
Crocodylus niloticus, buaya Nil atau buaya Afrika
(anak jenis Madagaskar kadang-kadang dinamai buaya hitam)
Crocodylus novaeguineae, buaya Irian
Crocodylus palustris, buaya India atau buaya rawa
Crocodylus porosus , buaya air asin
Crocodylus rhombifer , buaya Kuba
Crocodylus siamensis, buaya Siam atau buaya air-tawar Asia
Anak suku Tomistominae (kajian terbaru mendapatkan bahwa kelompok
ini sesungguhnya lebih dekat berkerabat dengan gavial, suku Gavialidae)
Marga Kentisuchus (punah)
Marga Gavialosuchus (punah)
Marga Paratomistoma (punah)
Marga Thecachampsa (punah)
Marga Rhamphosuchus (punah)
Marga Tomistoma
Tomistoma schlegelii, buaya senyulong atau gavial Malaya
Tomistoma lusitanica (punah)
Tomistoma cairense (punah)
Tomistoma machikanense (punah, spesies kala Pleistosen dari Jepang)
Buaya di Indonesia[sunting | sunting sumber]
Sejauh ini diketahui sekitar tujuh spesies (atau subspesies)
buaya yang ditemukan di Indonesia[11], yakni:
Buaya sejati
Buaya mindoro atau buaya Filipina (Crocodylus mindorensis)
Buaya irian (C. novaeguineae)
Buaya air asin (C. porosus)
Buaya kalimantan (C. raninus)
Buaya air tawar atau Buaya Siam (C. siamensis)
Buaya sahul (Crocodylus sp.nov.), dan
Bukan buaya sejati
Buaya sepit (Tomistoma schlegelii)
†Gavial bengawan solo (Gavialis bengawanicus). Sudah punah, fosilnya
ditemukan oleh Eugène Dubois di sungai Bengawan Solo tahun 1908.[12]
Keberadaan buaya mindoro di Indonesia (yakni di Sulawesi timur dan
tenggara) baru dilaporkan semenjak 1996. Buaya kalimantan (diketahui
dari Kalimantan Barat dan Selatan) statusnya masih diperdebatkan,
mengingat jenis ini serupa bentuk dan habitatnya dengan buaya air
tawar, namun dengan beberapa ciri lain yang membedakannya.
Demikian pula status buaya Sahul, yang selama ini dianggap identik
dengan buaya irian. Buaya Sahul menyebar terbatas di sebelah selatan
Papua, sementara buaya irian di sebelah utara pegunungan tengah.
* Kerabat dekat
Aligator dan kaiman (caiman atau cayman) adalah kerabat dekat buaya
yang termasuk suku Alligatoridae. Aligator memiliki tubuh mirip buaya,
yang kadang-kadang dikelirukan satu sama lain. Bedanya, aligator
memiliki moncong yang cenderung lebar ujungnya, bentuk huruf U apabila
dilihat dari atas; sedangkan buaya bermoncong lebih sempit meruncing,
bentuk huruf V. Gigi ke-4 di rahang bawah buaya berukuran besar dan
muncul di sisi luar rahang atas manakala moncongnya terkatup.
Gigi-gigi rahang bawah aligator tersembunyi oleh bibir atasnya
manakala moncongnya terkatup.
Gavial alias buaya julung-julung adalah jenis buaya lain lagi yang
tergolong suku Gavialidae. Buaya ini memiliki tubuh yang gemuk, namun
dengan moncong yang panjang dan kurus, bukan tak mirip dengan kepala
ikan julung-julung. Buaya ini juga disebut buaya ikan, karena memang
makanan utamanya adalah ikan. Selain itu gavial juga hampir sepenuhnya
akuatik, dan hanya sesekali naik ke darat untuk berjemur. Crocodylidae,
Alligatoridae dan Gavialidae tergolong ke dalam bangsa (ordo) Crocodilia.
Beberapa kerabat buaya yang telah punah, anggota kelompok yang lebih
besar lagi, yakni Crocodylomorpha, yang bersifat herbivora.
* Buaya dan manusia
'
Jenis-jenis buaya bertubuh besar dapat sangat berbahaya bagi manusia.
Buaya muara dan buaya Nil adalah yang paling berbahaya, membunuh ratusan
orang tiap tahun di berbagai daerah di Asia Tenggara dan Afrika. Buaya
rawa dan mungkin pula kaiman hitam yang terancam punah, juga amat berbahaya.
Aligator Amerika kurang agresif dan jarang menyerang manusia apabila
tak diganggu.
Peristiwa serangan buaya yang paling banyak memakan jiwa kemungkinan
adalah yang terjadi di Burma, 19 Februari 1945, semasa Perang Pulau
Ramree. Sejumlah 900 orang tentara Kekaisaran Jepang, dalam upayanya
untuk mundur dan bergabung dengan pasukan infantri yang lebih besar,
telah menyeberangi rawa-rawa bakau sepanjang 10 mil yang dihuni buaya-
buaya muara. Dua puluh tentara akhirnya tertawan hidup-hidup oleh pasukan
Inggris, dan hampir 500 orang lagi diketahui telah melarikan diri
dari Pulau Ramree. Banyak tentara selebihnya yang tewas dimangsa oleh buaya,
meskipun senjata tentara Inggris pun tak pelak lagi turut berperan
menewaskan pasukan yang malang itu. Di samping nyamuk, buaya tercatat
sebagai hewan yang paling banyak menyebabkan kematian pada tahun 2001.
* Kulit buaya
Ket :
Dompet kulit buaya diproduksi dari Bangkok Crocodile Farm.
Meskipun buaya hidup ditakuti orang, namun produk-produk dari kulitnya
banyak disukai dan berharga mahal. Kulit buaya diolah untuk dijadikan
aneka barang kerajinan kulit seperti dompet, tas, topi, ikat pinggang,
sepatu dan lain-lain. Indonesia mengekspor cukup banyak kulit buaya,
sekitar 15.228 potong pada tahun 2002, dengan negara-negara tujuan ekspor
di antaranya ke Singapura, Jepang, Korea, Italia, dan beberapa negara
lainnya. Empat perlimanya adalah dari kulit buaya Irian, dan sekitar
90% di antaranya dihasilkan dari penangkaran buaya.
Daging buaya juga dimakan di beberapa negara seperti di Australia,
Etiopia, Thailand, Afrika Selatan, Kuba, dan juga di sebagian tempat
di Indonesia dan Amerika Serikat.
* Konservasi
Mengingat banyak populasinya yang terus menurun dan menuju kepunahan,
banyak jenis buaya di pelbagai negara yang dimasukkan ke dalam status
dilindungi. Empat jenis buaya yang ada di Indonesia, yakni Crocodylus
novaeguineae (buaya Irian); C. porosus (buaya muara); C. siamensis
(buaya Siam); dan Tomistoma schlegelii (buaya sinyulong)
telah dilindungi oleh undang-undang.
Untuk mengurangi tekanan terhadap populasi buaya di alam, berbagai upaya
penangkaran telah dikembangkan. Buaya muara dan buaya Nil adalah jenis-
jenis yang paling banyak ditangkarkan. Penangkaran buaya muara cenderung
meningkat, terutama di Australia. Di Indonesia pun telah banyak dilakukan
upaya penangkaran buaya ini, meskipun masih setengah bergantung ke alam,
mengingat stok buaya yang dipelihara masih mengandalkan pemungutan
telurnya dari alam, untuk kemudian ditetaskan dan dibesarkan di
penangkaran.
___________
Penutup
___________
Demikian infonya para kawan sekalian...!
Semoga memberi manfaat dalam perluasan pengetahuan kita dibidang per-
Buayaan dalam arti denotatif atau arti sebenarnya.
Par kawan seklian...!
Pada saat menguarai postingan ini penulis terinpirasi pada "Huta Muara"
di Tapanuli Utara yang merupakan sejarah asal muasalnya Marga Siregar
yang secara mayoritas ada di Tapanuli Selatan sekarang ini.
Sejarah Huta Muara ini, mengingatkan penulis pada istilah Batak yang
cukup populer digunakan Marga yang bukan Siregar pada marga Siregar,
khsusnya yang ada di Tapanuli Utara. Istilah yang penulis maksud adalah
"Buaya Siregar".
Betulkah Buaya Siregar dalam hubungannya dengan Sejarah Tanah Batak...?
Maka berikut jawabab penulis, link :
...........menyusul...
Selamat malam...!
Hidup itu keras bung...!
__________________________________________________________________
Cat :
http://amzn.to/1VW0ktU
(Menyimak info sekitar Buaya dalam hubungannya dengan
Pengertian, Kerabat, Prilaku, kulit dan Penyebaran)
________________________________________________________________
___________________
Kata Pengantar
___________________
Penulis telah mengurai macam nama, hewan dan ikan yang hidup didarat
dan air lewat beberapa postingan dibawah ini, al :
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/01/lumba-lumba-dan-seluk-beluknya.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/01/dari-tupai-ke-bajing-dan-loncat-ke-kotok.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2015/12/kucing-dalam-macam-ragam-persoalan-nya.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2015/12/landak-dan-seluk-beluknya.html
http://angkolafacebook.blogspot.com/2015/12/anjing-tano-batak-dan-anjing-kintamani.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2015/12/naga-pemahaman-umum-pandangan-naga.html
http://angkolafacebook.blogspot.com/2015/11/dinosaurus-dan-seluk-beluknya.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2015/01/taman-marga-satwa-ragunan-soro-babiat.html
Untuk melengkapi-nya berikut info sekitar Buaya.
Selamat menyimak...!
________________________________
Sekilas info tentang Buaya
________________________________
* Pengertian
Buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air. Secara ilmiah,
buaya meliputi seluruh spesies anggota suku Crocodylidae, termasuk pula
buaya sepit (Tomistoma schlegelii). Meski demikian nama ini dapat pula
dikenakan secara longgar untuk menyebut ‘buaya’ aligator, kaiman dan
gavial; yakni kerabat-kerabat buaya yang berlainan suku.
Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau,
rawa dan lahan basah lainnya, namun ada pula yang hidup di air payau
seperti buaya muara. Makanan utama buaya adalah hewan-hewan bertulang
belakang seperti bangsa ikan, reptil dan mamalia, kadang-kadang juga
memangsa moluska dan krustasea bergantung pada spesiesnya. Buaya
merupakan hewan purba, yang hanya sedikit berubah karena evolusi
semenjak zaman dinosaurus.
Dikenal pula beberapa nama daerah untuk menyebut buaya, seperti misalnya
buhaya (Sd.); buhaya (bjn); baya atau bajul (Jw.); bicokok (Btw.),
bekatak, atau buaya katak untuk menyebut buaya bertubuh kecil gemuk;
senyulong, buaya jolong-jolong (Mly.), atau buaya julung-julung untuk
menyebut buaya ikan; buaya pandan, yakni buaya yang berwarna kehijauan;
buaya tembaga, buaya yang berwarna kuning kecoklatan; dan lain-lain.
* Peta persebaran buaya
Dalam bahasa Inggris buaya dikenal sebagai crocodile. Nama ini berasal
dari penyebutan orang Yunani terhadap buaya yang mereka saksikan di
Sungai Nil, krokodilos; kata bentukan yang berakar dari kata kroko, yang
berarti ‘batu kerikil’, dan deilos yang berarti ‘cacing’ atau ‘orang’.
Mereka menyebutnya ‘cacing bebatuan’ karena mengamati kebiasaan buaya
berjemur di tepian sungai yang berbatu-batu.
* Biologi dan perilaku
Buaya seperti halnya dinosaurus yang memiliki tulang-tulang iga yang
termodifikasi menjadi gastralia.Di luar bentuknya yang purba, buaya
sesungguhnya merupakan hewan melata yang kompleks. Tak seperti lazimnya
reptil, buaya memiliki jantung beruang empat, sekat rongga badan (diafragma)
dan cerebral cortex. Pada sisi lain, morfologi luarnya memperlihatkan
dengan jelas cara hidup pemangsa akuatik. Tubuhnya yang "streamline"
memungkinkannya untuk berenang cepat. Buaya melipat kakinya ke belakang
melekat pada tubuhnya, untuk mengurangi hambatan air dan memungkinkannya
menambah kecepatan pada saat berenang. Jari-jari kaki belakangnya berselaput
renang, yang meskipun tak digunakan sebagai pendorong ketika berenang cepat,
selaput ini amat berguna tatkala ia harus mendadak berbalik atau melakukan
gerakan tiba-tiba di air, atau untuk memulai berenang. Kaki berselaput
juga merupakan keuntungan manakala buaya perlu bergerak atau berjalan
di air dangkal.
Buaya dapat bergerak dengan sangat cepat pada jarak pendek, bahkan
juga di luar air. Binatang ini memiliki rahang yang sangat kuat,
yang dapat menggigit dengan kekuatan luar biasa, menjadikannya sebagai
hewan dengan kekuatan gigitan yang paling besar. Tekanan gigitan buaya
ini tak kurang dari 5.000 psi (pounds per square inch; setara dengan
315 kg/cm²)[1]; bandingkan dengan kekuatan gigitan anjing rottweiler
yang hanya 335 psi, hiu putih raksasa sebesar 400 psi, atau dubuk (hyena)
sekitar 800 – 1.000 psi. Gigi-gigi buaya runcing dan tajam, amat berguna
untuk memegangi mangsanya. Buaya menyerang mangsanya dengan cara menerkam
sekaligus menggigit mangsanya itu, kemudian menariknya dengan kuat dan
tiba-tiba ke air. Oleh sebab itu otot-otot di sekitar rahangnya
berkembang sedemikian baik sehingga dapat mengatup dengan amat kuat.
Mulut yang telah mengatup demikian juga amat sukar dibuka, serupa dengan
gigitan tokek. Akan tetapi sebaliknya, otot-otot yang berfungsi untuk
membuka mulut buaya amat lemah. Para peneliti buaya cukup melilitkan
pita perekat besar (lakban) beberapa kali atau mengikatkan tali karet
ban dalam di ujung moncong yang menutup, untuk menjaganya agar mulut itu
tetap mengatup sementara dilakukan pengamatan dan pengukuran, atau
manakala ingin mengangkut binatang itu dengan aman.
Cakar dan kuku buaya pun kuat dan tajam, akan tetapi lehernya amat
kaku sehingga buaya tidak begitu mudah menyerang ke samping atau ke belakang.
Buaya memangsa ikan, burung, mamalia, dan kadang-kadang juga buaya
lain yang lebih kecil bahkan bangkai buaya dewasa. Reptil ini merupakan
pemangsa penyergap; ia menunggu mangsanya hewan darat atau ikan mendekat,
lalu menerkamnya dengan tiba-tiba. Sebagai hewan yang berdarah dingin,
predator ini dapat bertahan cukup lama tanpa makanan, dan jarang benar-
benar perlu bergerak untuk memburu mangsanya. Meskipun nampaknya lamban,
buaya merupakan pemangsa puncak di lingkungannya, dan beberapa
jenisnya teramati pernah menyerang dan membunuh ikan hiu.
Perkecualiannya adalah burung cerek Mesir, yang dikenal memiliki
hubungan simbiotik dengan buaya. Konon, burung ini biasa memakan hewan-
hewan parasit dan sisa daging yang berdiam di mulut buaya, dan untuk
itu sang raja sungai membuka mulutnya lebar-lebar serta membiarkan
si cerek masuk untuk membersihkannya.
Selain memakan daging, 13 dari 23 spesies buaya kini diketahui juga
memakan buah. Pada sebuah analisis rutin yang dilakukan terhadap
buaya Amerika (Alligator mississippiensis) yang tinggal di Taman
Nasional Everglades, Florida, para peneliti dari US Fish and
Wildlife Service menemukan sebuah "kolam apel" di dalam perut buaya.
Tahun 2012, seorang peneliti dari Asia Tenggara juga melihat seekor
buaya siam melahap semangka.
Ket :
Patung Saint Theodore of Amasea menginjak seekor buaya (Venesia, Italia).
Pada musim kawin dan bertelur buaya dapat menjadi sangat agresif dan
mudah menyerang manusia atau hewan lain yang mendekat. Di musim bertelur
buaya amat buas menjaga sarang dan telur-telurnya.
Induk buaya betina umumnya menyimpan telur-telurnya dengan dibenamkan
di bawah gundukan tanah atau pasir bercampur dengan serasah dedaunan.
Induk tersebut kemudian menungguinya dari jarak sekitar 2 meter.
Embrio buaya tak memiliki kromosom seksual, yakni kromosom yang
menentukan jenis kelamin anak yang akan ditetaskan. Jadi tak
sebagaimana manusia, jenis kelamin buaya tak ditentukan secara
genetik. Alih-alih, jenis kelamin ini ditentukan oleh suhu
pengeraman atau suhu sarang tempat telur ditetaskan.
Pada buaya muara, suhu sekitar 31,6°C akan menghasilkan hewan jantan,
sedikit lebih rendah atau lebih tinggi dari angka itu akan menghasilkan
buaya betina. Masa pengeraman telur adalah sekitar 80 hari,
tergantung pada suhu rata-rata sarang.
Buaya ditengarai memiliki insting untuk kembali ke tempat tinggalnya
semula (homing instinct).[5] [6] Tiga ekor buaya yang ganas di
Australia Utara telah dipindahkan ke lokasinya yang baru, sejauh 400 km,
dengan menggunakan helikopter. Akan tetapi dalam tiga minggu hewan-hewan
ini diketahui telah tiba kembali di tempat asalnya. Kejadian ini
terpantau melalui alat pelacak yang dipasang pada tubuh reptil tersebut.
Menurut pengetahuan sekarang, buaya memiliki kekerabatan yang lebih
erat dengan burung dan dinosaurus, dibandingkan dengan kebanyakan
reptil umumnya. Tiga kelompok yang pertama itu, ditambah dengan
kelompok pterosaurus, digolongkan menjadi grup besar Archosauria
(='reptil yang menguasai'
* Umur
Tidak ada cara yang meyakinkan untuk menghitung umur buaya, selain
dengan mengetahui waktu penetasannya dahulu, meskipun ada beberapa
teknik yang telah dikembangkan. Metode yang paling umum digunakan
untuk menaksir umur hewan ini ialah dengan menghitung lingkaran
tumbuh pada tulang dan gigi. Tiap-tiap lapis lingkaran menggambarkan
adanya perubahan pada laju pertumbuhan, yang mungkin disebabkan oleh
perubahan musim kemarau dan hujan yang berulang setiap tahun.
Dengan tetap mengingat peluang ketidaktepatan metode ini, buaya yang
tertua kemungkinan adalah spesies yang terbesar. Buaya muara
(C. porosus) diperkirakan dapat hidup rata-rata hingga 70 tahun,
dengan sedikit individu yang terbukti dapat melebihi umur 100 tahun.
Salah satu buaya tertua yang tercatat, mati di kebun binatang Rusia
pada usia sekitar 115 tahun.
Seekor buaya air tawar jantan yang dipelihara di Kebun Binatang
Australia diperkirakan berumur 130 tahun. Hewan ini diselamatkan
Bob Irwin dan Steve Irwin dari alam liar setelah ditembak dua kali
oleh pemburu. Akibat tembakan senjata itu, buaya tersebut (yang kini
dijuluki sebagai "Mr. Freshy") kehilangan mata kanannya.
* Ukuran
Ukuran tubuh buaya sangat bervariasi dari jenis ke jenis, mulai dari
buaya kerdil hingga buaya muara raksasa. Spesies bertubuh besar dapat
tumbuh lebih panjang dari 5 m dan memiliki berat melebihi 1.200 kg.
Walaupun demikian, bayi-bayi buaya hanya berukuran sekitar 20 cm tatkala
menetas dari telur. Spesies buaya terbesar adalah buaya muara, yang
hidup di wilayah Asia Tenggara hingga ke Australia utara.
Ukuran terbesar buaya muara hingga kini masih diperdebatkan. Buaya
terbesar yang pernah tercatat adalah seekor buaya muara raksasa
sepanjang 8,6 m, yang tertembak oleh seorang guru sekolah di Australia.
Sedangkan buaya terbesar yang masih hidup adalah seekor buaya muara
sepanjang 7,1 m di Suaka Margasatwa Bhitarkanika, Orissa, India.
Pada bulan Juni 2006, rekornya dicatat pada The Guinness Book of
World Records.
Dua catatan lain yang tepercaya mengenai ukuran buaya terbesar adalah
rekor dua ekor buaya sepanjang 6,2 m. Buaya yang pertama ditembak di
Sungai Mary, Northern Territory, Australia pada 1974 oleh seorang
pemburu gelap, yang kemudian diukur oleh seorang petugas kehutanan.
Sedangkan buaya yang kedua dibunuh di Sungai Fly, Papua Nugini. Ukuran
buaya kedua ini sebetulnya diperoleh dari kulit, yang diukur oleh
Jerome Montague, seorang peneliti margasatwa. Dan karena ukuran kulit
selalu lebih kecil (menyusut) dari ukuran hewan aslinya, dipercaya
bahwa buaya kedua ini sedikitnya berukuran 10 cm lebih panjang ketika hidup.
Ket :
Penangkaran buaya Samutprakarn di Bangkok.
Buaya terbesar yang pernah dipelihara di penangkaran adalah seekor
blasteran buaya muara dengan buaya Siam yang diberi nama Yai (Th.: ????,
berarti besar) (menetas pada 10 Juni 1972) di Kebun Penangkaran
Buaya Samutprakarn yang terkenal di Thailand. Binatang melata ini
memiliki panjang tubuh hingga 6 m dan berat mencapai 1.114,27 kg.
Buaya raksasa peliharaan yang lain adalah seekor buaya muara yang
bernama Gomek. Hewan ini ditangkap oleh George Craig di Papua Nugini
dan kemudian dijual ke St. Augustine Alligator Farm di Florida,
Amerika. Buaya ini mati karena penyakit jantung pada Februari 1997
dalam usia yang cukup tua. Menurut catatan penangkaran tersebut,
ketika mati Gomek memiliki panjang 5,5 m dan mungkin berusia antara
70–80 tahun.
Buaya Bhitarkanika yang terbesar diperkirakan sepanjang 7,62 m.
Dugaan ini diperoleh para ahli berdasarkan ukuran sebuah tengkorak
buaya yang disimpan oleh keluarga Kerajaan Kanika. Buaya tersebut
kemungkinan ditembak mati di dekat Dhamara sekitar tahun 1926 dan
kemudian tengkoraknya diawetkan oleh Raja Kanika ketika itu.
Dugaan panjang di atas didapat melalui perhitungan, dengan mengingat
bahwa panjang tengkorak buaya sekitar sepertujuh panjang total badannya.
* Taksonomi dan penyebaran
Buaya amerika di La Manzanilla, Jalisco, Meksiko.
Kebanyakan buaya tergolong ke dalam marga Crocodylus. Dua marga lain yang
masih hidup anggota suku Crocodylia ini adalah Osteolaemus dan Tomistoma,
masing-masingnya bersifat monotipik.
Suku Crocodylidae
Anak suku Mekosuchinae (punah)
Anak suku Crocodylinae
Marga Euthecodon (punah)
Marga Rimasuchus (punah, sebelumnya Crocodylus lloydi)
Marga Osteolaemus
Buaya kerdil, Osteolaemus tetraspis (para ahli berbeda pendapat apakah
spesies ini sebetulnya terdiri dari dua spesies. Kebanyakan berpandangan
bahwa buaya kerdil adalah satu spesies dengan dua anak jenis (subspesies):
O. tetraspis tetraspis & O. t. osborni)
Marga Crocodylus
Crocodylus acutus, buaya Amerika
Crocodylus cataphractus, Buaya moncong-ramping (kajian DNA terbaru
menyarankan bahwa spesies ini mungkin lebih tepat digolongkan ke
dalam marga tersendiri, Mecistops)
Crocodylus intermedius , buaya Orinoco
Crocodylus johnsoni, buaya air-tawar Australia
Crocodylus mindorensis, buaya Filipina
Crocodylus moreletii , buaya Meksiko
Crocodylus niloticus, buaya Nil atau buaya Afrika
(anak jenis Madagaskar kadang-kadang dinamai buaya hitam)
Crocodylus novaeguineae, buaya Irian
Crocodylus palustris, buaya India atau buaya rawa
Crocodylus porosus , buaya air asin
Crocodylus rhombifer , buaya Kuba
Crocodylus siamensis, buaya Siam atau buaya air-tawar Asia
Anak suku Tomistominae (kajian terbaru mendapatkan bahwa kelompok
ini sesungguhnya lebih dekat berkerabat dengan gavial, suku Gavialidae)
Marga Kentisuchus (punah)
Marga Gavialosuchus (punah)
Marga Paratomistoma (punah)
Marga Thecachampsa (punah)
Marga Rhamphosuchus (punah)
Marga Tomistoma
Tomistoma schlegelii, buaya senyulong atau gavial Malaya
Tomistoma lusitanica (punah)
Tomistoma cairense (punah)
Tomistoma machikanense (punah, spesies kala Pleistosen dari Jepang)
Buaya di Indonesia[sunting | sunting sumber]
Sejauh ini diketahui sekitar tujuh spesies (atau subspesies)
buaya yang ditemukan di Indonesia[11], yakni:
Buaya sejati
Buaya mindoro atau buaya Filipina (Crocodylus mindorensis)
Buaya irian (C. novaeguineae)
Buaya air asin (C. porosus)
Buaya kalimantan (C. raninus)
Buaya air tawar atau Buaya Siam (C. siamensis)
Buaya sahul (Crocodylus sp.nov.), dan
Bukan buaya sejati
Buaya sepit (Tomistoma schlegelii)
†Gavial bengawan solo (Gavialis bengawanicus). Sudah punah, fosilnya
ditemukan oleh Eugène Dubois di sungai Bengawan Solo tahun 1908.[12]
Keberadaan buaya mindoro di Indonesia (yakni di Sulawesi timur dan
tenggara) baru dilaporkan semenjak 1996. Buaya kalimantan (diketahui
dari Kalimantan Barat dan Selatan) statusnya masih diperdebatkan,
mengingat jenis ini serupa bentuk dan habitatnya dengan buaya air
tawar, namun dengan beberapa ciri lain yang membedakannya.
Demikian pula status buaya Sahul, yang selama ini dianggap identik
dengan buaya irian. Buaya Sahul menyebar terbatas di sebelah selatan
Papua, sementara buaya irian di sebelah utara pegunungan tengah.
* Kerabat dekat
Aligator dan kaiman (caiman atau cayman) adalah kerabat dekat buaya
yang termasuk suku Alligatoridae. Aligator memiliki tubuh mirip buaya,
yang kadang-kadang dikelirukan satu sama lain. Bedanya, aligator
memiliki moncong yang cenderung lebar ujungnya, bentuk huruf U apabila
dilihat dari atas; sedangkan buaya bermoncong lebih sempit meruncing,
bentuk huruf V. Gigi ke-4 di rahang bawah buaya berukuran besar dan
muncul di sisi luar rahang atas manakala moncongnya terkatup.
Gigi-gigi rahang bawah aligator tersembunyi oleh bibir atasnya
manakala moncongnya terkatup.
Gavial alias buaya julung-julung adalah jenis buaya lain lagi yang
tergolong suku Gavialidae. Buaya ini memiliki tubuh yang gemuk, namun
dengan moncong yang panjang dan kurus, bukan tak mirip dengan kepala
ikan julung-julung. Buaya ini juga disebut buaya ikan, karena memang
makanan utamanya adalah ikan. Selain itu gavial juga hampir sepenuhnya
akuatik, dan hanya sesekali naik ke darat untuk berjemur. Crocodylidae,
Alligatoridae dan Gavialidae tergolong ke dalam bangsa (ordo) Crocodilia.
Beberapa kerabat buaya yang telah punah, anggota kelompok yang lebih
besar lagi, yakni Crocodylomorpha, yang bersifat herbivora.
* Buaya dan manusia
'
Jenis-jenis buaya bertubuh besar dapat sangat berbahaya bagi manusia.
Buaya muara dan buaya Nil adalah yang paling berbahaya, membunuh ratusan
orang tiap tahun di berbagai daerah di Asia Tenggara dan Afrika. Buaya
rawa dan mungkin pula kaiman hitam yang terancam punah, juga amat berbahaya.
Aligator Amerika kurang agresif dan jarang menyerang manusia apabila
tak diganggu.
Peristiwa serangan buaya yang paling banyak memakan jiwa kemungkinan
adalah yang terjadi di Burma, 19 Februari 1945, semasa Perang Pulau
Ramree. Sejumlah 900 orang tentara Kekaisaran Jepang, dalam upayanya
untuk mundur dan bergabung dengan pasukan infantri yang lebih besar,
telah menyeberangi rawa-rawa bakau sepanjang 10 mil yang dihuni buaya-
buaya muara. Dua puluh tentara akhirnya tertawan hidup-hidup oleh pasukan
Inggris, dan hampir 500 orang lagi diketahui telah melarikan diri
dari Pulau Ramree. Banyak tentara selebihnya yang tewas dimangsa oleh buaya,
meskipun senjata tentara Inggris pun tak pelak lagi turut berperan
menewaskan pasukan yang malang itu. Di samping nyamuk, buaya tercatat
sebagai hewan yang paling banyak menyebabkan kematian pada tahun 2001.
* Kulit buaya
Ket :
Dompet kulit buaya diproduksi dari Bangkok Crocodile Farm.
Meskipun buaya hidup ditakuti orang, namun produk-produk dari kulitnya
banyak disukai dan berharga mahal. Kulit buaya diolah untuk dijadikan
aneka barang kerajinan kulit seperti dompet, tas, topi, ikat pinggang,
sepatu dan lain-lain. Indonesia mengekspor cukup banyak kulit buaya,
sekitar 15.228 potong pada tahun 2002, dengan negara-negara tujuan ekspor
di antaranya ke Singapura, Jepang, Korea, Italia, dan beberapa negara
lainnya. Empat perlimanya adalah dari kulit buaya Irian, dan sekitar
90% di antaranya dihasilkan dari penangkaran buaya.
Daging buaya juga dimakan di beberapa negara seperti di Australia,
Etiopia, Thailand, Afrika Selatan, Kuba, dan juga di sebagian tempat
di Indonesia dan Amerika Serikat.
* Konservasi
Mengingat banyak populasinya yang terus menurun dan menuju kepunahan,
banyak jenis buaya di pelbagai negara yang dimasukkan ke dalam status
dilindungi. Empat jenis buaya yang ada di Indonesia, yakni Crocodylus
novaeguineae (buaya Irian); C. porosus (buaya muara); C. siamensis
(buaya Siam); dan Tomistoma schlegelii (buaya sinyulong)
telah dilindungi oleh undang-undang.
Untuk mengurangi tekanan terhadap populasi buaya di alam, berbagai upaya
penangkaran telah dikembangkan. Buaya muara dan buaya Nil adalah jenis-
jenis yang paling banyak ditangkarkan. Penangkaran buaya muara cenderung
meningkat, terutama di Australia. Di Indonesia pun telah banyak dilakukan
upaya penangkaran buaya ini, meskipun masih setengah bergantung ke alam,
mengingat stok buaya yang dipelihara masih mengandalkan pemungutan
telurnya dari alam, untuk kemudian ditetaskan dan dibesarkan di
penangkaran.
___________
Penutup
___________
Demikian infonya para kawan sekalian...!
Semoga memberi manfaat dalam perluasan pengetahuan kita dibidang per-
Buayaan dalam arti denotatif atau arti sebenarnya.
Par kawan seklian...!
Pada saat menguarai postingan ini penulis terinpirasi pada "Huta Muara"
di Tapanuli Utara yang merupakan sejarah asal muasalnya Marga Siregar
yang secara mayoritas ada di Tapanuli Selatan sekarang ini.
Sejarah Huta Muara ini, mengingatkan penulis pada istilah Batak yang
cukup populer digunakan Marga yang bukan Siregar pada marga Siregar,
khsusnya yang ada di Tapanuli Utara. Istilah yang penulis maksud adalah
"Buaya Siregar".
Betulkah Buaya Siregar dalam hubungannya dengan Sejarah Tanah Batak...?
Maka berikut jawabab penulis, link :
...........menyusul...
Selamat malam...!
Hidup itu keras bung...!
__________________________________________________________________
Cat :
http://amzn.to/1VW0ktU
No comments:
Post a Comment