#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Meyimak info sekitar Kota Jakarta - Indonesia)
_________________________________________________________________
__________________
Kata Pengantar
__________________
Para kawan sekalian...!
Lewat beberapa link dibawah ini, penuls mengurai mengenai
beberapa Kota di dunia, al :
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2017/02/tokyo-city-japan-and-animation.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2017/02/beautiful-place-of-moscow-russia.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2017/02/berlin-city-amazing-berlin-city-in.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2017/02/beautiful-places-city-of-kiev-ukraine.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2017/02/chicago-35-things-to-do-in-chicago-top.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2017/02/beautiful-paris-city-in-france.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2017/02/rio-de-janeiro-brazil.html
Bagaimna dengan Jakarta...?
Berikut infonya.
Selamat menyimak...!
_______________________________________________________________
Sekilas info tentang Kota Jakarta - Indonesia (Wikipedia)
_______________________________________________________________
* Pengertian
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara
Republik Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia
yang memiliki status setingkat provinsi.
Jakarta terletak di pesisir bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah
dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-1619),
Batavia/Batauia, atau Jaccatra (1619-1942), Jakarta Tokubetsu Shi
(1942-1945) dan Djakarta (1945-1972). Di dunia internasional Jakarta
juga mempunyai julukan seperti J-Town, atau lebih populer lagi The
Big Durian karena dianggap kota yang sebanding New York City
(Big Apple) di Indonesia.
Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan
penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa (2011).[10] Wilayah metropolitan
Jakarta (Jabodetabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa,
merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan
kedua di dunia.
Sebagai pusat bisnis, politik, dan kebudayaan, Jakarta merupakan
tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan
perusahaan asing.
Kota ini juga menjadi tempat kedudukan lembaga-lembaga pemerintahan
dan kantor sekretariat ASEAN. Jakarta dilayani oleh dua bandar udara,
yakni Bandara Soekarno–Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma, serta
tiga pelabuhan laut di Tanjung Priok, Sunda Kelapa, dan Ancol.
* Etimologi
Nama Jakarta sudah digunakan sejak masa pendudukan Jepang tahun
1942, untuk menyebut wilayah bekas Gemeente Batavia yang diresmikan
pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905.[11] Nama ini dianggap
sebagai kependekan dari kata Jayakarta (Dewanagari ?????), yang
diberikan oleh orang-orang Demak dan Cirebon di bawah pimpinan
Fatahillah (Faletehan) setelah menyerang dan menduduki pelabuhan
Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Nama ini biasanya
diterjemahkan sebagai "kota kemenangan" atau "kota kejayaan",
namun sejatinya artinya ialah "kemenangan yang diraih oleh sebuah
perbuatan atau usaha".
Bentuk lain ejaan nama kota ini telah sejak lama digunakan.
Sejarawan Portugis, João de Barros, dalam Décadas da Ásia (1553)
menyebutkan keberadaan "Xacatara dengan nama lain Caravam
(Karawang)".[12] Sebuah dokumen (piagam) dari Banten (k. 1600)
yang dibaca ahli epigrafi Van der Tuuk juga telah menyebut istilah
wong Jaketra, demikian pula nama Jaketra juga disebutkan dalam
surat-surat Sultan Banten[14] dan Sajarah Banten (pupuh 45 dan 47)
sebagaimana diteliti Hoessein Djajadiningrat.[16] Laporan Cornelis
de Houtman tahun 1596 menyebut Pangeran Wijayakrama sebagai
koning van Jacatra (raja Jakarta).
* Sunda Kelapa (397–1527)
Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan
Sunda yang bernama Sunda Kalapa (Aksara Sunda: ????? ???), berlokasi
di muara Sungai Ciliwung. Ibu kota Kerajaan Sunda yang dikenal
sebagai Dayeuh Pakuan Padjadjaran atau Pajajaran (sekarang Bogor)
dapat ditempuh dari pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan.
Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu pelabuhan
yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede,
Tamgara dan Cimanuk. Sunda Kalapa yang dalam teks ini disebut Kalapa
dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu
kota kerajaan yang disebut dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda
modern: dayeuh yang berarti "ibu kota") dalam tempo dua hari.
Kerajaan Sunda sendiri merupakan kelanjutan dari Kerajaan
Tarumanagara pada abad ke-5 sehingga pelabuhan ini diperkirakan
telah ada sejak abad ke-5 dan diperkirakan merupakan ibu kota
Tarumanagara yang disebut Sundapura.
Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang
sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India
Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa
barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian,
kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah
yang menjadi komoditas dagang saat itu.
* Jayakarta (1527–1619)
Bangsa Portugis merupakan Bangsa Eropa pertama yang datang ke Jakarta.
Pada abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda meminta bantuan Portugis yang
ada di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai
perlindungan dari kemungkinan serangan Cirebon yang akan memisahkan
diri dari Kerajaan Sunda. Upaya permintaan bantuan Surawisesa kepada
Portugis di Malaka tersebut diabadikan oleh orang Sunda dalam cerita
pantun seloka Mundinglaya Dikusumah, di mana Surawisesa diselokakan
dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya.
Namun sebelum pendirian benteng tersebut terlaksana, Cirebon yang
dibantu Demak langsung menyerang pelabuhan tersebut. Orang Sunda
menyebut peristiwa ini tragedi, karena penyerangan tersebut
membungihanguskan kota pelabuhan tersebut dan membunuh banyak
rakyat Sunda di sana termasuk syahbandar pelabuhan. Penetapan
hari jadi Jakarta tanggal 22 Juni oleh Sudiro, wali kota Jakarta,
pada tahun 1956 adalah berdasarkan tragedi pendudukan pelabuhan
Sunda Kalapa oleh Fatahillah pada tahun 1527. Fatahillah mengganti
nama kota tersebut menjadi Jayakarta yang berarti "kota kemenangan".
Selanjutnya Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon, menyerahkan
pemerintahan di Jayakarta kepada putranya yaitu Maulana Hasanuddin
dari Banten yang menjadi sultan di Kesultanan Banten.
* Batavia (1619–1942)
Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16, setelah singgah
di Banten pada tahun 1596. Jayakarta pada awal abad ke-17 diperintah
oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Kesultanan Banten.
Pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki Jayakarta
setelah mengalahkan pasukan Kesultanan Banten dan kemudian mengubah
namanya menjadi Batavia. Selama kolonialisasi Belanda, Batavia
berkembang menjadi kota yang besar dan penting. (Lihat Batavia).
Untuk pembangunan kota, Belanda banyak mengimpor budak-budak sebagai
pekerja. Kebanyakan dari mereka berasal dari Bali, Sulawesi, Maluku,
Tiongkok, dan pesisir Malabar, India. Sebagian berpendapat bahwa
mereka inilah yang kemudian membentuk komunitas yang dikenal
dengan nama suku Betawi. Waktu itu luas Batavia hanya mencakup
daerah yang saat ini dikenal sebagai Kota Tua di Jakarta Utara.
Sebelum kedatangan para budak tersebut, sudah ada masyarakat Sunda
yang tinggal di wilayah Jayakarta seperti masyarakat Jatinegara Kaum.
Sedangkan suku-suku dari etnis pendatang, pada zaman kolinialisme
Belanda, membentuk wilayah komunitasnya masing-masing. Maka di
Jakarta ada wilayah-wilayah bekas komunitas itu seperti Pecinan,
Pekojan, Kampung Melayu, Kampung Bandan, Kampung Ambon,
Kampung Bali, dan Manggarai.
Pada tanggal 9 Oktober 1740, terjadi kerusuhan di Batavia dengan
terbunuhnya 5.000 orang Tionghoa. Dengan terjadinya kerusuhan ini,
banyak orang Tionghoa yang lari ke luar kota dan melakukan perlawanan
terhadap Belanda.[18] Dengan selesainya Koningsplein (Gambir) pada
tahun 1818, Batavia berkembang ke arah selatan. Tanggal 1 April 1905
di Ibukota Batavia dibentuk dua kotapraja atau gemeente, yakni
Gemeente Batavia dan Meester Cornelis. Tahun 1920, Belanda membangun
kota taman Menteng, dan wilayah ini menjadi tempat baru bagi petinggi
Belanda menggantikan Molenvliet di utara. Pada tahun 1935, Batavia
dan Meester Cornelis (Jatinegara) telah terintegrasi menjadi
sebuah wilayah Jakarta Raya.
Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan
untuk pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang lebih
luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom provinsi.
Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di
wilayah Jawa yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1
Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara)
1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932
No. 507. Batavia menjadi salah satu keresidenan dalam Provincie
West Java disamping Banten, Buitenzorg (Bogor),
Priangan, dan Cirebon.
* Jakarta (1942–sekarang)
Pendudukan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti
nama Batavia menjadi Djakarta untuk menarik hati penduduk pada
Perang Dunia II. Kota ini juga merupakan tempat dilangsungkannya
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945
dan diduduki Belanda sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949.
* Jakarta (1945-sekarang)
Sebelum tahun 1959, Djakarta merupakan bagian dari Provinsi
Jawa Barat. Pada tahun 1959, status Kota Djakarta mengalami
perubahan dari sebuah kotapraja di bawah wali kota ditingkatkan
menjadi daerah tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh gubernur.
Yang menjadi gubernur pertama ialah Soemarno Sosroatmodjo,
seorang dokter tentara. Pengangkatan Gubernur DKI waktu itu
dilakukan langsung oleh Presiden Sukarno. Pada tahun 1961,
status Djakarta diubah dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah
Khusus Ibukota (DKI) dan gubernurnya tetap dijabat oleh Sumarno.
Semenjak dinyatakan sebagai ibu kota, penduduk Jakarta melonjak
sangat pesat akibat kebutuhan tenaga kerja kepemerintahan yang
hampir semua terpusat di Jakarta. Dalam waktu 5 tahun penduduknya
berlipat lebih dari dua kali. Berbagai kantung permukiman kelas
menengah baru kemudian berkembang, seperti Kebayoran Baru,
Cempaka Putih, Pulo Mas, Tebet, dan Pejompongan. Pusat-pusat
permukiman juga banyak dibangun secara mandiri oleh berbagai
kementerian dan institusi milik negara seperti Perum Perumnas.
Pada masa pemerintahan Soekarno, Jakarta melakukan pembangunan
proyek besar, antara lain Gelora Bung Karno, Masjid Istiqlal,
dan Monumen Nasional. Pada masa ini pula Poros Medan Merdeka-
Thamrin-Sudirman mulai dikembangkan sebagai pusat bisnis kota,
menggantikan poros Medan Merdeka-Senen-Salemba-Jatinegara.
Pusat permukiman besar pertama yang dibuat oleh pihak pengembang
swasta adalah Pondok Indah (oleh PT Pembangunan Jaya) pada akhir
dekade 1970-an di wilayah Jakarta Selatan.
Laju perkembangan penduduk ini pernah coba ditekan oleh gubernur
Ali Sadikin pada awal 1970-an dengan menyatakan Jakarta sebagai
"kota tertutup" bagi pendatang.
Kebijakan ini tidak bisa berjalan dan dilupakan pada masa-masa
kepemimpinan gubernur selanjutnya. Hingga saat ini, Jakarta masih
harus bergelut dengan masalah-masalah yang terjadi akibat
kepadatan penduduk, seperti banjir, kemacetan, serta kekurangan
alat transportasi umum yang memadai.
Pada Mei 1998, terjadi kerusuhan di Jakarta yang memakan korban
banyak etnis Tionghoa. Gedung MPR/DPR diduduki oleh para mahasiswa
yang menginginkan reformasi. Buntut kerusuhan ini adalah
turunnya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan. (Lihat
Kerusuhan Mei 1998).
* Ekonomi
Jakarta merupakan kota dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
cukup pesat. Saat ini, lebih dari 70% uang negara beredar di
Jakarta. Perekonomian Jakarta terutama ditunjang oleh sektor
perdagangan, jasa, properti, industri kreatif, dan keuangan.
Beberapa sentra perdagangan di Jakarta yang menjadi tempat
perputaran uang cukup besar adalah kawasan Tanah Abang dan
Glodok. Kedua kawasan ini masing-masing menjadi pusat perdagangan
tekstil serta dengan sirkulasi ke seluruh Indonesia. Bahkan untuk
barang tekstil dari Tanah Abang, banyak pula yang menjadi
komoditi ekspor. Sedangkan untuk sektor keuangan, yang memberikan
kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Jakarta adalah
industri perbankan dan pasar modal. Untuk industri pasar modal,
pada bulan Mei 2013 Bursa Efek Indonesia tercatat sebagai bursa
yang memberikan keuntungan terbesar, setelah Bursa Efek Tokyo.Pada
bulan yang sama, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia telah
mencapai USD 510,98 miliar atau nomor dua tertinggi di kawasan ASEAN.
Pada tahun 2012, pendapatan per kapita masyarakat Jakarta sebesar
Rp 110,46 juta per tahun (USD 12,270).[24] Sedangkan untuk kalangan
menengah atas dengan penghasilan Rp 240,62 juta per tahun
(USD 26,735), mencapai 20% dari jumlah penduduk. Di sini juga
bermukim lebih dari separuh orang-orang kaya di Indonesia dengan
penghasilan minimal USD 100,000 per tahun. Kekayaan mereka
terutama ditopang oleh kenaikan harga saham serta properti yang
cukup signifikan. Saat ini Jakarta merupakan kota dengan tingkat
pertumbuhan harga properti mewah yang tertinggi di dunia,
yakni mencapai 38,1%.[25] Selain hunian mewah, pertumbuhan properti
Jakarta juga ditopang oleh penjualan dan penyewaan ruang kantor.
Pada periode 2009-2012, pembangunan gedung-gedung pencakar langit
(di atas 150 meter) di Jakarta mencapai 87,5%. Hal ini telah
menempatkan Jakarta sebagai salah satu kota dengan pertumbuhan
pencakar langit tercepat di dunia.[26] Pada tahun 2020,
diperkirakan jumlah pencakar langit di Jakarta akan mencapai
250 unit. Dan pada saat itu Jakarta telah memiliki
gedung tertinggi di Asia Tenggara dengan ketinggian mencapai
638 meter (The Signature Tower).
* Transportasi
Di DKI Jakarta, tersedia jaringan jalan raya dan jalan tol yang
melayani seluruh kota, namun perkembangan jumlah mobil dengan jumlah
jalan sangatlah timpang (5-10% dengan 4-5%).
Menurut data dari Dinas Perhubungan DKI, tercatat 46 kawasan dengan
100 titik simpang rawan macet di Jakarta. Definisi rawan macet adalah
arus tidak stabil, kecepatan rendah serta antrean panjang.
Selain oleh warga Jakarta, kemacetan juga diperparah oleh para
pelaju dari kota-kota di sekitar Jakarta seperti Depok, Bekasi,
Tangerang, dan Bogor yang bekerja di Jakarta. Untuk di dalam kota,
kemacetan dapat dilihat di Jalan Sudirman, Jalan Thamrin, Jalan
Rasuna Said, Jalan Satrio, dan Jalan Gatot Subroto. Kemacetan
sering terjadi pada pagi dan sore hari, yakni di saat jam pergi
dan pulang kantor.
Untuk melayani mobilitas penduduk Jakarta, pemerintah menyediakan
sarana bus PPD. Selain itu terdapat pula bus kota yang dikelola
oleh pihak swasta, seperti Mayasari Bhakti, Metro Mini, Kopaja,
dan Bianglala. Bus-bus ini melayani rute yang menghubungkan
terminal-terminal dalam kota, antara lain Pulogadung, Kampung
Rambutan, Blok M, Kalideres, Grogol, Tanjung Priok, Lebak Bulus,
Rawamangun, dan Kampung Melayu. Untuk angkutan lingkungan, terdapat
angkutan kota seperti Mikrolet dan KWK, dengan rute dari terminal
ke lingkungan sekitar terminal. Selain itu ada pula ojek, bajaj,
dan bemo untuk angkutan jarak pendek. Tidak seperti wilayah
lainnya di Jakarta yang menggunakan sepeda motor, di kawasan
Tanjung Priok dan Jakarta Kota, pengendara ojek menggunakan
sepeda ontel. Angkutan becak masih banyak dijumpai di wilayah
pinggiran Jakarta seperti di Bekasi, Tangerang, dan Depok.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memulai pembangunan kereta
bawah tanah (subway) dan MRT Jakarta pada Tahun 2013. Subway jalur
Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia sepanjang 15 km
ditargetkan beroperasi pada 2017. Jalur kereta monorel juga
sedang dipersiapkan melayani jalur Semanggi - Roxy yang dibiayai
swasta dan jalur Kuningan - Cawang - Bekasi - Bandara Soekarno
Hatta yang dibiayai pemerintah pusat. Untuk lintasan kereta api,
pemerintah pusat sedang menyiapkan double track pada jalur lintasan
kereta api Manggarai Cikarang. Selain itu juga, saat ini sedang
dibangun jalur kereta api dari Manggarai menuju Bandara
Soekarno-Hatta di Cengkareng.
* Transjakarta
Bus Transjakarta.Sejak tahun 2004, Pemerintah DKI Jakarta telah
menghadirkan layanan transportasi umum yang dikenal dengan
TransJakarta. Layanan ini menggunakan bus AC dan halte yang berada
di jalur khusus. Saat ini dua belas koridor Transjakarta yang
telah beroperasi, yaitu:
Koridor 1 Blok M - Kota
Koridor 2 Pulogadung - Harmoni
Koridor 3 Kalideres - Pasar Baru
Koridor 4 Pulogadung - Dukuh Atas
Koridor 5 Kampung Melayu - Ancol
Koridor 6 Ragunan - Latuharhary - Dukuh Atas
Koridor 7 Kampung Rambutan - Kampung Melayu
Koridor 8 Lebak Bulus - Harmoni
Koridor 9 Pluit - Pinang Ranti
Koridor 10 Cililitan - Tanjung Priok
Koridor 11 Kampung Melayu - Pulo Gebang
Koridor 12 Pluit - Tanjung Priok
* Kereta listrik
Selain bus kota, angkutan kota, becak dan bus Transjakarta, sarana
transportasi andalan masyarakat Jakarta adalah kereta rel listrik
atau yang biasa dikenal dengan KRL Jabotabek. Kereta listrik ini
beroperasi dari pagi hari hingga malam hari, melayani masyrakat
penglaju yang bertempat tinggal di seputaran Jabodetabek. Ada
beberapa jalur kereta rel listrik, yakni
Jalur Merah Jakarta Kota - Bogor, lewat Gambir, Manggarai,
Pasar Minggu, dan Depok.
Jalur Jingga Bogor - Jatinegara / Nambo - Duri, lewat Manggarai,
Tanah Abang, Kampung Bandan dan Pasar Senen.
Jalur Biru Jakarta Kota - Bekasi, lewat Gambir, Manggarai,
dan Jatinegara.
Jalur Hijau Tanah Abang - Maja, lewat Kebayoran Lama dan Serpong.
Jalur Coklat Duri - Tangerang, lewat Rawa Buaya.
Jalur Pink Jakarta Kota - Pelabuhan Tanjung Priok. Saat ini sudah
bisa dipergunakan untuk jalur Commuter Line dan angkutan Barang.
* Angkutan sungai
Angkutan Sungai, atau lebih populer dengan sebutan "Waterways",
adalah sebuah sistem transportasi alternatif melalui sungai di
Jakarta, Indonesia. Sistem transportasi ini diresmikan penggunaannya
oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada tanggal 6 Juni 2007.
Sistem ini merupakan bagian dari penataan sistem transportasi di
Jakarta yang disebut Pola Transportasi Makro (PTM). Dalam PTM
disebutkan bahwa arah penataan sistem transportasi merupakan
integrasi beberapa model transportasi yang meliputi Bus Rapid
Transit (BRT), Light Rapid Transit (LRT), Mass Rapid Transit (MRT),
dan Angkutan Sungai (Waterways).
Waterways mulai dioperasikan dan diintegrasikan dalam transportasi
makro Jakarta setelah peresmian rute Halimun-Karet sepanjang 1,7
kilometer oleh Gubernur Sutiyoso pada 6 Juni 2007. Rute ini
merupakan bagian dari perencanaan rute Manggarai-Karet sepanjang
3,6 kilometer. Waterways merupakan kelanjutan dari pengoperasian
sistem transportasi TransJakarta. Untuk mengawali Waterways, Dinas
Perhubungan Provinsi DKI Jakarta mengoperasikan dua unit kapal
yang masing-masing berkapasitas 28 orang yang disebut KM
Kerapu III dan KM Kerapu IV yang berkecepatan maksimal 8 knot.
* Infrastruktur
Sebagai salah satu kota metropolitan dunia, Jakarta telah memiliki
infrastruktur penunjang berupa jalan, listrik, telekomunikasi, air
bersih, gas, serat optik, bandara, dan pelabuhan. Saat ini rasio
jalan di Jakarta mencapai 6,2% dari luas wilayahnya.[27] Selain
jalan protokol, jalan ekonomi, dan jalan lingkungan, Jakarta
juga didukung oleh jaringan Jalan Tol Lingkar Dalam, Jalan Tol
Lingkar Luar, Jalan Tol Jagorawi, dan Jalan Tol Ulujami-Serpong.
Pemerintah juga berencana akan membangun Tol Lingkar Luar tahap
kedua yang mengelilingi kota Jakarta dari Bandara Soekarno
Hatta-Tangerang-Serpong-Cinere-Cimanggis-Cibitung-Tanjung Priok.
Untuk ke kota-kota lain di Pulau Jawa, Jakarta terhubung dengan
Jalan Tol Jakarta-Cikampek yang bersambung dengan Jalan Tol Cipularang
ke Bandung dan Jalan Tol Cipali ke Cirebon. Selain itu juga tersedia
layanan kereta api yang berangkat dari enam stasiun pemberangkatan
di Jakarta. Untuk ke Pulau Sumatera, tersedia ruas Jalan Tol
Jakarta-Merak yang kemudian dilanjutkan dengan layanan
penyeberangan dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni.
Untuk ke luar pulau dan luar negeri, Jakarta memiliki satu pelabuhan
laut di Tanjung Priok dan bandar udara yaitu:
Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tanggerang,Banten yang
melayani penerbangan internasional dan domestik.
Bandara Halim Perdanakusuma yang banyak berfungsi untuk melayani
penerbangan kenegaraan serta penerbangan domestik
Untuk pengadaan air bersih, saat ini Jakarta dilayani oleh dua
perusahaan, yakni PT. Aetra Air Jakarta untuk wilayah sebelah timur
Sungai Ciliwung, dan PT. PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) untuk wilayah
sebelah barat Sungai Ciliwung. Pada tahun 2015, kedua perusahaan ini
mampu menyuplai air bersih kepada 60% penduduk Jakarta.[28]
* Agama
Agama yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta beragam. Menurut data
pemerintah DKI pada tahun 2005, komposisi penganut agama di kota
ini adalah Islam (84,4%), Kristen Protestan (6,2 %), Katolik (5,7 %),
Hindu (1,2 %), dan Buddha (3,5 %)[29] Jumlah umat Buddha terlihat
lebih banyak karena umat Konghucu juga ikut tercakup di dalamnya.
Angka ini tidak jauh berbeda dengan keadaan pada tahun 1980, di mana
umat Islam berjumlah 84,4%, diikuti oleh Protestan (6,3%), Katolik
(2,9%), Hindu dan Buddha (5,7%), serta Tidak beragama (0,3%)Menurut
Cribb, pada tahun 1971 penganut agama Kong Hu Cu secara relatif
adalah 1,7%. Pada tahun 1980 dan 2005, sensus penduduk tidak
mencatat agama yang dianut selain keenam agama yang diakui
pemerintah.
Berbagai tempat peribadatan agama-agama dunia dapat dijumpai di Jakarta.
Masjid dan mushala, sebagai rumah ibadah umat Islam, tersebar di
seluruh penjuru kota, bahkan hampir di setiap lingkungan. Masjid
terbesar adalah masjid nasional, Masjid Istiqlal, yang terletak di
Gambir. Sejumlah masjid penting lain adalah Masjid Agung Al-Azhar
di Kebayoran Baru, Masjid At Tin di Taman Mini, dan Masjid
Sunda Kelapa di Menteng.
Sedangkan gereja besar yang terdapat di Jakarta antara lain, Gereja
Katedral Jakarta, Gereja Santa Theresia di Menteng, dan Gereja Santo
Yakobus di Kelapa Gading untuk umat Katolik. Masih dalam lingkungan
di dekatnya, terdapat bangunan Gereja Immanuel yang terletak di
seberang Stasiun Gambir bagi umat Kristen Protestan. Selain itu,
ada Gereja Koinonia di Jatinegara, Gereja Sion di Jakarta Kota, Gereja
Kristen Toraja di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Bagi umat Hindu yang bermukim di Jakarta dan sekitarnya, terdapat Pura
Adhitya Jaya yang berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur, dan Pura
Segara di Cilincing, Jakarta Utara. Rumah ibadah umat Buddha antara
lain Vihara Dhammacakka Jaya di Sunter, Vihara Theravada Buddha
Sasana di Kelapa Gading, dan Vihara Silaparamitha di Cipinang Jaya.
Sedangkan bagi penganut Konghucu terdapat Kelenteng Jin
Tek Yin. Jakarta juga memiliki satu sinagoga yang digunakan oleh
pekerja asing Yahudi.
* Etnis
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa penduduk Jakarta
berjumlah 8,3 juta jiwa yang terdiri dari orang Jawa sebanyak 35,16%,
Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Tionghoa (5,53%), Batak (3,61%),
Minangkabau (3,18%), Melayu (1,62%), Bugis (0,59%), Madura (0,57%),
Banten (0,25%), dan Banjar (0,1%)[31]
Jumlah penduduk dan komposisi etnis di Jakarta, selalu berubah dari
tahun ke tahun. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa
setidaknya terdapat tujuh etnis besar yang mendiami Jakarta. Suku
Jawa merupakan etnis terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota.
Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota. Pembangunan
Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah
banyak menggusur perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota. Pada
tahun 1961, orang Betawi masih membentuk persentase terbesar di
wilayah pinggiran seperti Cengkareng, Kebon Jeruk, Pasar Minggu,
dan Pulo Gadung
Jumlah orang Jawa banyak di Jakarta karena ketimpangan pembangunan
antara daerah dan Jakarta. Sehingga orang Jawa mencari pekerjaan di
Jakarta. Hal ini memunculkan tradisi mudik setiap tahun saat
menjelang Lebaran yaitu orang daerah di Jakarta pulang secara
bersamaan ke daerah asalnya. Jumlah mudik lebaran yang terbesar
dari Jakarta adalah menuju Jawa Tengah. Secara rinci prediksi jumlah
pemudik tahun 2104 ke Jawa Tengah mencapai 7.893.681 orang.
Dari jumlah itu didasarkan beberapa kategori, yakni 2.023.451
orang pemudik sepeda motor, 2.136.138 orang naik mobil, 3.426.702
orang naik bus, 192.219 orang naik kereta api, 26.836 orang naik
kapal laut, dan 88.335 orang naik pesawat.[33] Bahkan menurut data
Kementerian Perhubungan Indonesia menunjukkan tujuan pemudik dari
Jakarta adalah 61% Jateng, 39% Jatim dan 10% daerah lain. Ditinjau
dari profesinya, 28% pemudik adalah karyawan swasta, 27% wiraswasta,
17% PNS/TNI/POLRI, 10% pelajar/mahasiswa, 9% ibu rumah tangga
dan 9% profesi lainnya. Diperinci menurut pendapatan pemudik, 44%
berpendapatanRp. 3-5 Juta, 42% berpendapatan Rp. 1-3 Juta, 10%
berpendapatan Rp. 5-10 Juta, 3% berpendapatan di bawah Rp. 1 Juta
dan 1% berpendapatan
di atas Rp. 10 Juta.
Orang Tionghoa telah hadir di Jakarta sejak abad ke-17. Mereka
biasa tinggal mengelompok di daerah-daerah permukiman yang dikenal
dengan istilah Pecinan. Pecinan atau Cina dapat dijumpai di Glodok,
Pinangsia, dan Jatinegara, selain perumahan-perumahan baru di
wilayah Kelapa Gading, Pluit, dan Sunter. Orang Tionghoa
banyak yang berprofesi sebagai pengusaha atau pedagang. Disamping
etnis Tionghoa, etnis Minangkabau juga banyak yang berdagang,
di antaranya perdagangan grosir dan eceran di pasar-pasar tradisional
kota Jakarta.
Masyarakat dari Indonesia Timur, terutama etnis Bugis, Makassar,
dan Ambon, terkonsentrasi di wilayah Tanjung Priok. Di wilayah ini
pula, masih banyak terdapat masyarakat keturunan Portugis, serta
orang-orang yang berasal dari Luzon, Filipina.
* Geografi
Jakarta berlokasi di sebelah utara Pulau Jawa, di muara Ciliwung,
Teluk Jakarta. Jakarta terletak di dataran rendah pada ketinggian
rata-rata 8 meter dpl. Hal ini mengakibatkan Jakarta sering dilanda
banjir. Sebelah selatan Jakarta merupakan daerah pegunungan dengan
curah hujan tinggi. Jakarta dilewati oleh 13 sungai yang semuanya
bermuara ke Teluk Jakarta. Sungai yang terpenting ialah
Ciliwung, yang membelah kota menjadi dua. Sebelah timur dan selatan
Jakarta berbatasan dengan provinsi Jawa Barat dan di sebelah barat
berbatasan dengan provinsi Banten.
Kepulauan Seribu merupakan kabupaten administratif yang terletak
di Teluk Jakarta. Sekitar 105 pulau terletak sejauh 45 km (28 mil)
sebelah utara kota.
* Iklim
Jakarta memiliki suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis.
Terletak di bagian barat Indonesia, Jakarta mengalami puncak musim
penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata curah
hujan 350 milimeter dengan suhu rata-rata 27 °C. Curah hujan antara
bulan Januari dan awal Februari sangat tinggi, pada saat itulah
Jakarta dilanda banjir setiap tahunnya, dan puncak musim kemarau
pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter .
Bulan September dan awal oktober adalah hari-hari yang sangat panas
di Jakata, suhu udara dapat mencapai 40 °C .[38]. Suhu rata-rata
tahunan berkisar antara 25°-38 °C (77°-100 °F).
* Lingkungan
Taman Suropati di Menteng, Jakarta Pusat.
Jakarta merupakan salah satu kota dengan udara terbersih di
Indonesia. Salah satu faktor penentu keberhasilan tersebut
adalah keberadaan kawasan Menteng dan Kebayoran Baru
yang asri dan bersih.
Selain Menteng dan Kebayoran Baru, banyak wilayah lain di
Jakarta yang sudah bersih dan teratur. Permukiman ini biasanya
dikembangkan oleh pengembang swasta, dan menjadi tempat tinggal
masyarakat kelas menengah. Pondok Indah, Kelapa Gading, Pulo Mas,
dan Cempaka Putih, adalah beberapa wilayah permukiman yang bersih
dan teratur.
Namun di beberapa wilayah lain Jakarta, masih tampak permukiman
kumuh yang belum teratur. Permukiman kumuh ini berupa perkampungan
dengan tingkat kepadatan penduduk cukup tinggi, serta banyaknya
rumah yang dibangun secara berhimpitan di dalam gang-gang sempit.
Beberapa wilayah di Jakarta yang memiliki kepadatan penduduk
cukup tinggi antara lain, Tanjung Priok, Johar Baru, Pademangan, Sawah
Besar, dan Tambora.
* Taman kota
Jakarta memiliki banyak taman kota yang berfungsi sebagai daerah
resapan air. Taman Monas atau Taman Medan Merdeka merupakan taman
terluas yang terletak di jantung Jakarta.
Di tengah taman berdiri Monumen Nasional yang dibangun pada tahun 1963.
Taman terbuka ini dibuat oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels
(1870) dan selesai pada tahun 1910 dengan nama Koningsplein.
Di taman ini terdapat beberapa ekor kijang dan 33 pohon yang
melambangkan 33 provinsi di Indonesia.
Taman Suropati terletak di kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Taman
berbentuk oval dengan luas 16,322 m2 ini, dikelilingi oleh beberapa
bangunan Belanda kuno. Di taman tersebut terdapat beberapa patung
modern karya artis-artis ASEAN, yang memberikan sebutan lain bagi
taman tersebut, yaitu "Taman persahabatan seniman ASEAN".
Taman Lapangan Banteng merupakan taman lain yang terletak di Gambir,
Jakarta Pusat. Luasnya sekitar 4,5 ha. Di sini terdapat Monumen
Pembebasan Irian Barat. Pada tahun 1970-an, taman ini digunakan
sebagai terminal bus. Kemudian pada tahun 1993, taman ini kembali
diubah menjadi ruang publik, tempat rekreasi, dan juga kadang-
kadang sebagai tempat pertunjukan seni.[44]
* Pendidikan
DKI Jakarta menyediakan sarana pendidikan dari taman kanak-kanak
sampai perguruan tinggi. Kualitas dari pendidikan pun juga sangat
bervariasi dari gedung mewah dengan pendingin udara sampai
yang sederhana.
Belakangan ini mulai muncul berbagai sekolah dengan kurikulum
yang diserap dari negara lain seperti Singapura dan Australia.
Sekolah lain dengan kurikulum Indonesia pun juga muncul
dengan metode pengajaran yang berbeda, seperti
Sekolah Dasar Islam Terpadu. Selain sekolah yang didirikan oleh
pemerintah, banyak pula sekolah yang dikembangkan oleh pihak
swasta, seperti Al-Azhar, Muhammadiyah, BPK Penabur, Kolese
Kanisius, Don Bosco, Tarakanita, Pangudi Luhur, Santa Ursula,
Regina Pacis dan Marsudirini.
* Wisata belanja
Dalam rangka menciptakan Jakarta sebagai kota tujuan wisata
belanja, setiap bulan Juni-Juli pemerintah mengadakan program
"Jakarta Great Sale". Program ini diadakan di pusat-pusat
perbelanjaan yang terdapat di Jakarta.
Untuk mewujudkan Jakarta sebagai tujuan wisata belanja yang
unggul, pemerintah saat ini sedang mengembangkan poros
Casablanca-Satrio sebagai poros wisata belanja.
Di poros ini, terdapat beberapa pusat perbelanjaan untuk
berbagai segmen, yaitu Mal Ambassador, ITC Kuningan, Ciputra
World Jakarta, Kuningan City, dan Kota Kasablanka. Tak jauh
dari situ berdiri pula Plaza Festival, salah satu pusat kuliner
yang menawarkan makanan-makanan khas Jakarta.
* Pasar dan pusat perbelanjaan
Jakarta memiliki nama-nama pasar sesuai dengan nama hari dalam
sepekan. Namun dari nama-nama hari itu termasuk Pasar Minggu,
Pasar Senen, Pasar Rebo, dan Pasar Jumat, dan kini menjadi
nama sebuah daerah. Sementara, Pasar Selasa, Pasar Kamis, dan
Pasar Sabtu, tidak terdengar lagi, konon karena terkalahkan
oleh nama daerah. Nama pasar dikaitkan dengan nama hari karena
dalam riwayatnya, aktivitas di pasar itu dilakukan pada hari
tertentu.
Misalnya, disebut Pasar Senen karena aktivitas di pasar tersebut
dulunya selalu dilakukan setiap hari Senin. Kini
nama tersebut menjadi sebuah kecamatan di wilayah Jakarta Pusat.
Dalam arsip Kolonial, pasar pertama kali didirikan oleh seorang
tuan tanah berdarah Belanda bernama Yustinus Vinck di bagian
selatan Castle Batavia pada tahun 1730an.
Pasar itu bernama "Vincke Passer" yang saat ini dikenal dengan
nama Pasar Senen. Vincke Passer merupakan pasar pertama yang
menerapkan sistem jual beli dengan menggunakan uang sebagai
alat jual beli yang sah.
Kemudian masuk pada abad ke-19 atau pada tahun 1801, pemerintah
VOC memberikan kebijakan dalam perizinan membangun pasar kepada
tuan tanah. Namun dengan peraturan pasar yang didirikan dibedakan
menurut harinya. Vincke Passer buka setiap hari Senin, sehingga
orang pribumi sering menyebut Vincke Passer sebagai "Pasar Senen"
dan hingga saat ini nama tersebut masih melekat hingga diabadikan
menjadi sebuah nama daerah.
Selain Vincke Passer yang buka hari Senin, ada juga pasar yang
buka hari Selasa yakni "Pasar Koja", pasar yang buka setiap hari
Rabu adalah Pasar Rebo yang kini menjadi "Pasar Induk Kramat Jati".
Kemudian pasar yang buka setiap hari Kamis adalah Mester Passer
yang kini disebut "Pasar Jatinegara". Selanjutnya ada beberapa
pasar yang buka pada hari Jumat, seperti "Pasar Lebakbulus", "Pasar
Klender", dan "Pasar Cimanggis".
Untuk Pasar Sabtu, atau pasar yang bukanya setiap hari Sabtu
adalah "Pasar Tanah Abang". Sedangkan Pasar Minggu atau yang
dulu dikenal dengan sebutan "Tanjung Oost Passer" buka pada
hari Minggu.
Perbedaan pengoperasian pasar ini dilakukan VOC dengan alasan
keamanan serta faktor untuk mempermudah orang dalam berkunjung
dan lebih mengenal suatu pasar. Namun kebijakan berlakunya hari
kerja pasar tak berlangsung lama. Sebab sejak VOC bangkrut akibat
banyak pejabat yang korupsi, pemerintahan
Belanda di Batavia diambil alih oleh Kerajaan Hindia Belanda.
Sejak zaman Hindia Belanda, peraturan hari kerja pasar pun tak
berlaku lagi, hingga sebagian besar pasar buka setiap hari,
meski telanjur menyandang nama hari sebagai nama pasar.
Di zaman Hindia Belanda pada akhir abad ke-19 inilah banyak
bermunculan pasar-pasar baru yang lebih modern, seperti Pasar
Baru dan Pasar Glodok. Pasar-pasar yang muncul di era abad
ke-19 akhir hingga awal abad ke-20 menjadi inspirasi lahirnya
supermarket dan juga mal.
Sejak awal tahun 1980, Pemerintah DKI Jakarta gencar membangun
pusat-pusat perbelanjaan modern, atau biasa yang dikenal dengan
mal dan plaza. Saat ini Jakarta merupakan salah satu kota di
Asia yang banyak memiliki pusat perbelanjaan.[50] Beberapa pusat
perbelanjaan modern di Jakarta memiliki luas yang cukup besar
(lebih dari 100.000 m2). Di pusat-pusat perbelanjaan tersebut
hadir berbagai waralaba internasional seperti Starbucks, Sogo,
jaringan restoran siap saji McDonalds. Selain itu, perusahaan-
perusahaan waralaba nasional juga memenuhi ruang
pusat-pusat perbelanjaan tersebut, seperti Es Teler 77, J.Co
dan Bakmie Gajah Mada.
Di samping pusat-pusat perbelanjaan mewah, Jakarta juga memiliki
banyak pasar-pasar tradisional dan pusat perdagangan grosir antara
lain ITC Cempaka Mas, ITC Mangga Dua, ITC Roxy Mas, Pasar Senen
dan Pasar Tanah Abang. Selain itu, terdapat pula hypermarket
yang menjadi tren belanja kalangan menengah di Jakarta, antara
lain Carrefour, Hypermart, Giant, Lotte Mart, dan Ranch Market. Untuk
lingkungan yang lebih kecil, tersedia pula pusat belanja kebutuhan
sehari-hari dengan harga yang terjangkau, seperti Indomaret dan
Alfamart. Di Jakarta terdapat pula pasar yang menjual barang-
barang unik dan antik, seperti di Pasar Surabaya dan Pasar
Rawabening.
* Kebudayaan
Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran
budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan
ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari dalam dan luar
Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa,
Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara,
budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti
budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.
Jakarta merupakan daerah tujuan urbanisasi berbagai ras di dunia
dan berbagai suku bangsa di Indonesia, untuk itu diperlukan
bahasa komunikasi yang biasa digunakan dalam perdagangan yaitu
Bahasa Melayu. Penduduk asli yang berbahasa Sunda pun akhirnya
menggunakan bahasa Melayu tersebut.
Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang
masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol,
Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng, dan lain-lain yang masih
sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno
Bujangga Manik yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian,
Oxford, Inggris.
Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa
Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari
adalah Bahasa Melayu dialek Betawi. Untuk penduduk asli di
Kampung Jatinegara Kaum, mereka masih kukuh menggunakan bahasa
leluhur mereka yaitu bahasa Sunda.
Bahasa daerah juga digunakan oleh para penduduk yang berasal
dari daerah lain, seperti Jawa, Sunda, Minang, Batak, Madura,
Bugis, Inggris dan Tionghoa. Hal demikian terjadi karena
Jakarta adalah tempat berbagai suku bangsa bertemu. Untuk
berkomunikasi antar berbagai suku bangsa, digunakan Bahasa
Indonesia.
Selain itu, muncul juga bahasa gaul yang tumbuh di kalangan
anak muda dengan kata-kata yang kadang-kadang dicampur dengan
bahasa asing. Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang paling
banyak digunakan, terutama untuk kepentingan diplomatik, pendidikan,
dan bisnis. Bahasa Mandarin juga menjadi bahasa asing yang banyak
digunakan, terutama di kalangan pebisnis Tionghoa.
* Makanan
Jakarta merupakan kota internasional yang banyak menyajikan
makanan khas dari seluruh dunia. Di wilayah-wilayah yang banyak
didiami oleh para ekspatriat asing, seperti di daerah Menteng,
Kemang, Pondok Indah, dan daerah pusat bisnis Jakarta, tidak sulit
untuk menjumpai makanan-makanan khas asal Eropa, China, Jepang
dan Korea. Makanan-makanan ini biasanya dijual dalam restoran-
restoran mewah.
Di Jakarta, dan seperti kota-kota lainnya di Indonesia, Rumah
Makan Padang merupakan restoran yang paling banyak dijumpai.
Hampir di setiap sudut kota, dengan mudahnya dijumpai rumah
makan yang manyajikan masakan asal Minangkabau ini.
Selain Masakan Minang, Jakarta juga memiliki makanan khasnya.
Yang paling terkenal adalah Kerak Telor, Soto Betawi, Kue Ape,
Roti Buaya, Combro, dan Nasi Uduk. Sebagai tempat bermukimnya
berbagai etnis di Indonesia, di sini juga bisa ditemukan berbagai
macam makanan tradisional dari daerah lainnya, seperti Rawon, Rujak
Cingur, dan Kupang Lontong. Di Jakarta juga terdapat Warung Tegal
jumlahnya ada lebih dari 34.000 warung di Jabodetabek.
* Olahraga
Sejak masa Presiden Soekarno hingga saat ini, Jakarta sering menjadi
tempat penyelenggaraan event-event olahraga berskala internasional,
di antaranya pernah menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 1962,
serta Asian Games 2018 mendatang, bersama dengan Palembang.
Piala Asia pada tahun 2007 dan beberapa kali menjadi tuan rumah
Pesta Olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara atau yang lebih dikenal
dengan Sea Games. Mayoritas masyarakat Jakarta gemar berolahraga.
Sepak bola merupakan cabang permainan yang banyak diminati masyarakat,
di samping bulu tangkis, bola voli, dan bola basket. Jakarta memiliki
beberapa klub sepak bola profesional. Diantaranya Persija Jakarta
yang saat ini berkompetisi di Liga Super Indonesia 2015 dan Persitara
Jakarta Utara, yang saat ini ikut berlaga di kompetisi Liga
Nusantara 2015.
Tempat-tempat olahraga di Jakarta antara lain: Gelora Bung Karno
Senayan di Jakarta Pusat; Stadion Lebak Bulus, GOR Bulungan,
Lapangan Golf Pondok Indah, Lapangan Golf Matoa, dan GOR Soemantri
Brodjonegoro Kuningan di Jakarta Selatan; Stadion Tugu, Stadion
Kamal, Gedung Basket Kelapa Gading, Lapangan Golf Ancol, dan Sports
Mall Kelapa Gading di Jakarta Utara; Stadion Bea Cukai Rawa Mangun,
Lapangan Golf Rawa Mangun, Pacuan Kuda Pulo Mas, dan Gedung
Senam DKI Radin Inten di Jakarta Timur.
* Musik dan Hiburan
Jakarta banyak melahirkan penyanyi dan grup musik besar di tanah air.
Sejumlah grup musik besar yang dibentuk di Jakarta antara lain Elovii,
Vierratale, Cherrybelle, Teenebelle, Duo Anggrek, Be5t, Blink, JKT48
dan Gamaliel, Audrey, Cantika.
Penyanyi dari Jakarta antara lain: Devy Berlian, Mikha Tambayong,
Raisa Andriana, Widy Soediro Nichlany, Angelica Martha Pieters,
Djenar Maesa Ayu, Gita Gutawa, Agnes Monica, Anggun Cipta Sasmi,
Nikita Willy, Shireen Sungkar, Marsha Aruan, Maudy Ayunda, Dhea
Annisa, Kesha Ratuliu, Dhea Ananda, Kamasean Matthews, Nia Daniati,
Rachel Amanda, Christine Panjaitan, Ria Irawan, Audy Item, Terryana
Fatiah, Ardina Rasti, Andania Suri, Tasya Kamila, Amara, Novita
Dewi Marpaung, Fatin Shidqia Lubis, Melinda, Shena Malsiana,
Ashanty, Anggie Rassly, Michelle Meriem, Sherin Nindi Putri
dan Yunita Siregar.
____________
Penutup
____________
Demikian infonya para kawan sekalian...!
...dan...
Selamat malam...!
_______________________________________________________________
Cat :
No comments:
Post a Comment