#SELAMAT MALAM SAHULA DONGAN#
(Menata kembali hati yang ternoda oleh kejamnya ibukota) ____________________________________________________
Para kawan...! Malam ini ada dua lagu yang yang saya nikmati, satu berjudul "Lupa Doho" Cipt. Firman Marpaung dan satu lagi "Mulak Maho Bangsokki" Cipt. Jack Marpaung.
Yang menarik dari kedua lagu ini adalah hubungan materi pesan. Untuk lagu lupa doho memberitahu bahwa ada seseorang telah lupa pada kampung halamannya. Dan untuk lagu "Mulak maho bangsokki" memberitahu/mengajak/ membujuk agar seseorang tidak lupa kampung halamannya. Hebat bukan...? Ah...bukan...! bukan hebat...! kenapa rupanya kalau lupa...?
Kakakaaka...kkk..kkk...
Mengapa bisa lupa, faktor-faktor apa yang menyebabkan lupa,
dan bagaimana caranya biar ngak lupa adalah hal pokok yang
harus digambarkan lewat tulisan ini. Untuk apa...? jelas,
sebagai bahan masukan untuk menata kembali hati yang mungkin
sudah ternoda oleh kemewahan metropolitan. Untuk menebalkan
kembali keimanan yang telah menipis oleh kerasnya ibukota.
Khususnya pada penulis dan pembaca. Biado cocok do ...?
Cocok...! palanjutma...!
________________________________________________
Faktor-faktor yang mempengaruhi para perantau lupa/
malas pulang ke tano hatubuannya dan solusinya
________________________________________________
Para dongan...! Menurut hemat saya, validnya jawaban terhadap
hal ini jika kita mengadakan penelitian. Kita tanya para
dongan dari semua tingkat; ekonomi, pendikan, usia, status
dan pekerjaan sehingga didapatkan jawaban yang jelas.
Hahahahaha....sayangnya.....awa ini..... ugh......
Begitupun, kalau jawabannya hanya sejenis gambaran tentulah
bisa di berikan karena kita semua punya pengalaman dan
pengamatan. Dan jika penulis yang diangkat jadi pengamat
sosial untuk masalah ini, maka penulis akan memberikan
laporan sebagai berikut, ido tusi.
Pajeges parjugukmu boru tulang aso talaporkon :
1. Pengaruh Kota Metropolitan dalam menikmati hasil kerja
Tersedianya macam kenikmatan duniawi di kota metropolitan
memang tak dapat dipungkiri. Untuk jenis makanan, sepertinya
tinggal menelopon saja maka akan ada yang mengantar. Untuk
jenis hiburan malam, sepertinya hampir semua sudut dikota-
kota besar menyediakannya. Begitupun dalam bidang rekreasi
tersedia di macam tempat.
Solusinya :
Kemewahan mentropolitan bisa menjadi sorga dunia bagi kita,
tapi menjadi neraka bagi saudara kita yang berada dalam
peta kemiskinan di kampung halaman. Renungkanlah kawan...!
Biaya discotik 1 malam bisa jadi menghabiskan uang 1 juta.
Tapi uang 1 juta dikampung bisa mengganti lage-lage
podonamn namaribak-ribaki.
2. Pengaruh Kota Metropolitan Pada Saat Kerja
Kalau kita perhatikan, masyarakat yang tinggal di kota-
kota besar memang benar-benar kebanyakan maniak kerja.
Mana waktu siang dan mana waktu malam kadang sudah sangat
susah dibedakan, manusia sibuknya bukan main. Hingga
terkadang menciptakan kesan, "Molo na karejo sadarion,
mate ma iba on" atau "Molo nasidong karejo on, kiamat
ma dun ia on" Ah...dunia, padahal hepeng nia masabakul.
Solusinya :
Percaya atau tidak semuanya terserah pribadi masing-masing.
Namun agama telah mengingatkan perlunya keseimbangan "Beker-
jalah untuk dunia seolah-olah hidup selama-lamanya dan
beramallah untuk akhirat seolaholah matema hitaon ancogot.
3. Penilaian pribadi pada hubungan kekerabatan
Secara umum saya melihat hubungan kekerabatan anak perantau
pada tano hatubuannya sangat dipengaruhi oleh keberadaan
orang tua. Artinya, orang akan cenderung/lebih sering pulang
kampung pada saat orang tuanya masih ada (mangolu) di kampung.
Ketika sudah tidak ada, maka akan sebaliknya (frekuensi
pulang kampung itu menjadi berkurang). Alasan pulang kampung
untuk ziarah kubur, memang kuat tetapi tidaklah sekuat pada
saat masih hidupnya.
Adapun alasan pulang kampug karena rindu pada abang, adik/
saudara sekandung sangat jarang terdengar apa lagi kalau sudah
sama-sama dewasa. (Sering terjadi pengalihan jika sudah sama-
sama berkeluarga, ketemunya hanya karena ada acara keluarga).
Solusinya :
Perlu peningkatan pengetahuan / kesadaran bahwa hubungan
kekerabatan ni halak batak itu tidaklah hanya sebatas
hubungan antara orang tua dan anak. Tapi lebih dari pada
itu, mengingat masih adanya hubungan kekerabatan yang
lainnyayng kita sebut markahanggi, marmora dan maranak
boru.
4. Ekonomi
Hal ini jelas berpengaruh besar untuk jarang pulang bagi
perantau yang hidupnya paspasan, meskipun penilaian hubungan
kekerabatannya pada tano hatubuan cukup tinggi/penting.
Dan sepertinya, semua halak hita maklum untuk masalah ini.
Yang sedikit jadi misteri adalah mereka yang telah juppang
hamoraon, hagabeon dan hasangaponna. Mereka yang hanya
dengan tanda tangannya bisa mencukupi onggkos pesawat
tujuh kali pulang kampung dan tak mau pulang kampung.
"Ala anggia hebat nai" begitu kadang kata halak hita
menanggapi masalah ini. Hebat katanya.
Solusinya :
Jelas, harus kerja keras, jangan malas setiap saat.
Dengan menerapkan "Sadahuat tu jolo dua huat tupudi"
dalam hubungannya dengan tanggung jawab serta menerapan
kan sedikit prinsif ekonomi, Insya Allah anggaran
pulang kampung cukup. Kalau hanya sekedar pulang kampung
doba. Ninna.
Sedangkan, bagi saudara yang satunya lagi mungkin perlu
stimulus mengulang kaji/mengingat kembalai saat-saat kita
dibesarkan orang tua di tano hatubuan. Bila perlu tangihon
itu lagu jan memori di parsobanan. Nabotul anggia.
5. Pakkuling dalam hubungan persaudaraan
Tidak terjaganya lisan dari para koum yang tinggal di huta
hatubuan, cukup sering juga menyebabkan para perantau ini
malas pulang kampung. Adanya anggapan dari kampung mencari
uang di kota itu gampang, terkadang menyebabkan mereka
menjadi buta mata hati. Dan tak jarang pula yang mengukur
persaudaraan dari seberapa banyaknya uang yang diberikan.
Solusi :
Pajeges pakkuling, Jauhkan "Jobuba = Jorbut, Butcut, Bakut",
Padao muse "Lagu Lama = Lante, Gutgut, Lantam, Matcom".
Insya Allah hubungan persaudaraan akan terjaga. "Seribu adong
seribu nikmati, sajuta tersedia pahipas masyukur".
_________________________________________
Stimulus pemancing untuk para perantau pulang
kampung - (Kutipan syair lagu)
________________________________________
Judul : Mulak Maho - Cipt. Robert Marbun
* ...dainangi nunga marniang da amang, jojot tarilu-ilu
paingot-ingot kho. Mulak maho amang...mulak tu huta on...
Judul : Lupa Doho - Cipt. Firman marpaung
* ....Makkirim do sude, haha anggi iboto mi
Anggiat sahat ho hasian, tu tinodo ni rohami
Anak siparbagaon tahe, sian na dihutai
Ai tung makkirim do, sude amang digogo mi...
Manimbung au amang, Da tualamani Sian balatukni jabuttai
Hurippu do amang, ho nalaho mulak i Mandulo i ,hutam
na uli i Hurippu do amang Ho na ro mulak I
Manduloi hutam nabuni i...
* Lagu : Mulak maho bangsokki - Cipt. Jack Marpaung
lupa doho...bona ni pasogiti...nadi goari peta
kemiskinani...mulak maho bangsokki...bangso batak...
bangso na jogi...
____________________________________________
Kesimpulan dan salam hormat tu sahula dongan
____________________________________________
Allah maha besar...kuasa atas segalanya. Apa yang tersaji
lewat tulisan ini pada akhirnya berpulang pada diri masing-
masing. Horas sahula dongan...horas tano batak.
Khususon, untuk para dongan yang menjadi "image" pada
tulisan ini, mari sama nikmati kembali lagu lama, lagu
indah, penggugah hati yang dulu sering terdengar dari G5-
32 agar kita semua tetap menjadi orang-orang yang ingat
bona pasogitnya, "Lupa Doho" judulna anggia.
Sai murah pula nian rezeki kita semua, hingga kita dapat
berbhakti dapat berbagi pada bona pasogitta.
"Bona pasogitta memang masih dalam peta kemiskinan. Dan
peta kemiskinan ini akan tetap jadi peta kemiskinan jika
kita tetap pula jadi orang miskin, miskin hati, miskin
keimanan, miskin holong dan miskin rasa peduli......"
Kakakakakakakak....selamat pagi...selamat berkarya...!
Ulang tangis da kele.......hahahaha.....gogoi na kerejoi...
siap banting tulang...ulang lupa sumbayang. Botima.
______________________________________________
Cat :
- Tulisan terinspirasi dari status ni ipari M. Si matupang
tentang perantau yang lupa pada bona pasogit (Kompas)
- Dan karena dongan sudah sampai pada tulisan ini, maka
bologer blog menyatakan "Sudah Tidak Lupa"
- Lagu "Lupa Doho" dalam bentuk MP3 madung disangkotkon
di sudut kanan blog. Tapi kalau ingin mendengar dari
sudut youtube/trio satahi, Ison mangamburanna, Hati-hati anggia...
awas madabu.
- Samoai 1 Januari 2013 dilihat 41 kali
(Menata kembali hati yang ternoda oleh kejamnya ibukota) ____________________________________________________
Para kawan...! Malam ini ada dua lagu yang yang saya nikmati, satu berjudul "Lupa Doho" Cipt. Firman Marpaung dan satu lagi "Mulak Maho Bangsokki" Cipt. Jack Marpaung.
Yang menarik dari kedua lagu ini adalah hubungan materi pesan. Untuk lagu lupa doho memberitahu bahwa ada seseorang telah lupa pada kampung halamannya. Dan untuk lagu "Mulak maho bangsokki" memberitahu/mengajak/ membujuk agar seseorang tidak lupa kampung halamannya. Hebat bukan...? Ah...bukan...! bukan hebat...! kenapa rupanya kalau lupa...?
Kakakaaka...kkk..kkk...
Mengapa bisa lupa, faktor-faktor apa yang menyebabkan lupa,
dan bagaimana caranya biar ngak lupa adalah hal pokok yang
harus digambarkan lewat tulisan ini. Untuk apa...? jelas,
sebagai bahan masukan untuk menata kembali hati yang mungkin
sudah ternoda oleh kemewahan metropolitan. Untuk menebalkan
kembali keimanan yang telah menipis oleh kerasnya ibukota.
Khususnya pada penulis dan pembaca. Biado cocok do ...?
Cocok...! palanjutma...!
________________________________________________
Faktor-faktor yang mempengaruhi para perantau lupa/
malas pulang ke tano hatubuannya dan solusinya
________________________________________________
Para dongan...! Menurut hemat saya, validnya jawaban terhadap
hal ini jika kita mengadakan penelitian. Kita tanya para
dongan dari semua tingkat; ekonomi, pendikan, usia, status
dan pekerjaan sehingga didapatkan jawaban yang jelas.
Hahahahaha....sayangnya.....awa ini..... ugh......
Begitupun, kalau jawabannya hanya sejenis gambaran tentulah
bisa di berikan karena kita semua punya pengalaman dan
pengamatan. Dan jika penulis yang diangkat jadi pengamat
sosial untuk masalah ini, maka penulis akan memberikan
laporan sebagai berikut, ido tusi.
Pajeges parjugukmu boru tulang aso talaporkon :
1. Pengaruh Kota Metropolitan dalam menikmati hasil kerja
Tersedianya macam kenikmatan duniawi di kota metropolitan
memang tak dapat dipungkiri. Untuk jenis makanan, sepertinya
tinggal menelopon saja maka akan ada yang mengantar. Untuk
jenis hiburan malam, sepertinya hampir semua sudut dikota-
kota besar menyediakannya. Begitupun dalam bidang rekreasi
tersedia di macam tempat.
Solusinya :
Kemewahan mentropolitan bisa menjadi sorga dunia bagi kita,
tapi menjadi neraka bagi saudara kita yang berada dalam
peta kemiskinan di kampung halaman. Renungkanlah kawan...!
Biaya discotik 1 malam bisa jadi menghabiskan uang 1 juta.
Tapi uang 1 juta dikampung bisa mengganti lage-lage
podonamn namaribak-ribaki.
2. Pengaruh Kota Metropolitan Pada Saat Kerja
Kalau kita perhatikan, masyarakat yang tinggal di kota-
kota besar memang benar-benar kebanyakan maniak kerja.
Mana waktu siang dan mana waktu malam kadang sudah sangat
susah dibedakan, manusia sibuknya bukan main. Hingga
terkadang menciptakan kesan, "Molo na karejo sadarion,
mate ma iba on" atau "Molo nasidong karejo on, kiamat
ma dun ia on" Ah...dunia, padahal hepeng nia masabakul.
Solusinya :
Percaya atau tidak semuanya terserah pribadi masing-masing.
Namun agama telah mengingatkan perlunya keseimbangan "Beker-
jalah untuk dunia seolah-olah hidup selama-lamanya dan
beramallah untuk akhirat seolaholah matema hitaon ancogot.
3. Penilaian pribadi pada hubungan kekerabatan
Secara umum saya melihat hubungan kekerabatan anak perantau
pada tano hatubuannya sangat dipengaruhi oleh keberadaan
orang tua. Artinya, orang akan cenderung/lebih sering pulang
kampung pada saat orang tuanya masih ada (mangolu) di kampung.
Ketika sudah tidak ada, maka akan sebaliknya (frekuensi
pulang kampung itu menjadi berkurang). Alasan pulang kampung
untuk ziarah kubur, memang kuat tetapi tidaklah sekuat pada
saat masih hidupnya.
Adapun alasan pulang kampug karena rindu pada abang, adik/
saudara sekandung sangat jarang terdengar apa lagi kalau sudah
sama-sama dewasa. (Sering terjadi pengalihan jika sudah sama-
sama berkeluarga, ketemunya hanya karena ada acara keluarga).
Solusinya :
Perlu peningkatan pengetahuan / kesadaran bahwa hubungan
kekerabatan ni halak batak itu tidaklah hanya sebatas
hubungan antara orang tua dan anak. Tapi lebih dari pada
itu, mengingat masih adanya hubungan kekerabatan yang
lainnyayng kita sebut markahanggi, marmora dan maranak
boru.
4. Ekonomi
Hal ini jelas berpengaruh besar untuk jarang pulang bagi
perantau yang hidupnya paspasan, meskipun penilaian hubungan
kekerabatannya pada tano hatubuan cukup tinggi/penting.
Dan sepertinya, semua halak hita maklum untuk masalah ini.
Yang sedikit jadi misteri adalah mereka yang telah juppang
hamoraon, hagabeon dan hasangaponna. Mereka yang hanya
dengan tanda tangannya bisa mencukupi onggkos pesawat
tujuh kali pulang kampung dan tak mau pulang kampung.
"Ala anggia hebat nai" begitu kadang kata halak hita
menanggapi masalah ini. Hebat katanya.
Solusinya :
Jelas, harus kerja keras, jangan malas setiap saat.
Dengan menerapkan "Sadahuat tu jolo dua huat tupudi"
dalam hubungannya dengan tanggung jawab serta menerapan
kan sedikit prinsif ekonomi, Insya Allah anggaran
pulang kampung cukup. Kalau hanya sekedar pulang kampung
doba. Ninna.
Sedangkan, bagi saudara yang satunya lagi mungkin perlu
stimulus mengulang kaji/mengingat kembalai saat-saat kita
dibesarkan orang tua di tano hatubuan. Bila perlu tangihon
itu lagu jan memori di parsobanan. Nabotul anggia.
5. Pakkuling dalam hubungan persaudaraan
Tidak terjaganya lisan dari para koum yang tinggal di huta
hatubuan, cukup sering juga menyebabkan para perantau ini
malas pulang kampung. Adanya anggapan dari kampung mencari
uang di kota itu gampang, terkadang menyebabkan mereka
menjadi buta mata hati. Dan tak jarang pula yang mengukur
persaudaraan dari seberapa banyaknya uang yang diberikan.
Solusi :
Pajeges pakkuling, Jauhkan "Jobuba = Jorbut, Butcut, Bakut",
Padao muse "Lagu Lama = Lante, Gutgut, Lantam, Matcom".
Insya Allah hubungan persaudaraan akan terjaga. "Seribu adong
seribu nikmati, sajuta tersedia pahipas masyukur".
_________________________________________
Stimulus pemancing untuk para perantau pulang
kampung - (Kutipan syair lagu)
________________________________________
Judul : Mulak Maho - Cipt. Robert Marbun
* ...dainangi nunga marniang da amang, jojot tarilu-ilu
paingot-ingot kho. Mulak maho amang...mulak tu huta on...
Judul : Lupa Doho - Cipt. Firman marpaung
* ....Makkirim do sude, haha anggi iboto mi
Anggiat sahat ho hasian, tu tinodo ni rohami
Anak siparbagaon tahe, sian na dihutai
Ai tung makkirim do, sude amang digogo mi...
Manimbung au amang, Da tualamani Sian balatukni jabuttai
Hurippu do amang, ho nalaho mulak i Mandulo i ,hutam
na uli i Hurippu do amang Ho na ro mulak I
Manduloi hutam nabuni i...
* Lagu : Mulak maho bangsokki - Cipt. Jack Marpaung
lupa doho...bona ni pasogiti...nadi goari peta
kemiskinani...mulak maho bangsokki...bangso batak...
bangso na jogi...
____________________________________________
Kesimpulan dan salam hormat tu sahula dongan
____________________________________________
Allah maha besar...kuasa atas segalanya. Apa yang tersaji
lewat tulisan ini pada akhirnya berpulang pada diri masing-
masing. Horas sahula dongan...horas tano batak.
Khususon, untuk para dongan yang menjadi "image" pada
tulisan ini, mari sama nikmati kembali lagu lama, lagu
indah, penggugah hati yang dulu sering terdengar dari G5-
32 agar kita semua tetap menjadi orang-orang yang ingat
bona pasogitnya, "Lupa Doho" judulna anggia.
Sai murah pula nian rezeki kita semua, hingga kita dapat
berbhakti dapat berbagi pada bona pasogitta.
"Bona pasogitta memang masih dalam peta kemiskinan. Dan
peta kemiskinan ini akan tetap jadi peta kemiskinan jika
kita tetap pula jadi orang miskin, miskin hati, miskin
keimanan, miskin holong dan miskin rasa peduli......"
Kakakakakakakak....selamat pagi...selamat berkarya...!
Ulang tangis da kele.......hahahaha.....gogoi na kerejoi...
siap banting tulang...ulang lupa sumbayang. Botima.
______________________________________________
Cat :
- Tulisan terinspirasi dari status ni ipari M. Si matupang
tentang perantau yang lupa pada bona pasogit (Kompas)
- Dan karena dongan sudah sampai pada tulisan ini, maka
bologer blog menyatakan "Sudah Tidak Lupa"
- Lagu "Lupa Doho" dalam bentuk MP3 madung disangkotkon
di sudut kanan blog. Tapi kalau ingin mendengar dari
sudut youtube/trio satahi, Ison mangamburanna, Hati-hati anggia...
awas madabu.
- Samoai 1 Januari 2013 dilihat 41 kali
No comments:
Post a Comment