Thursday, March 7, 2013

Nahum Situmorang, Si Boru Enggan dan N'Basis

#SELAMAT MALAM BAYO DAN BORU REGAR SEDUNIA#
(Mengomentari Nahum Situmorang , Si Boru Enggan dalam
tulisan N'Basis oleh comentator angkolafacebook.com)
____________________________________________________







Para boru regar dimanapun berada...!

Lewat link : http://nbasis.wordpress.com/2011/01/10/sipirok-ibukota-tapanuli-selatan-ala-le/
 kita akan penemukan tulisan yang berhubungan dengan Nahum Situmorang
dan Si Boru Enggan.

Tulisan ini akan coba penulis comentari berdasarkan
pengalaman hidup di namarkahanggi maupun pergaulan
hidup sehari-hari :

Demikian pembukaan tulisannya :

Lajang tua mendiang Guru Nahum Situmorang pernah mengingatkan
sesuatu yang amat menarik tentang Sipirok. Kala itu, melalui
sebuah lagunya yang mendunia, ia tak cuma mengapresiasi
beberapa tempat yang mestinya orang harus tahu, seperti
Baringin, Parau Sorat, dolok na timbo (Gunung tinggi)
Simago-mago, Sialagundi, Batuholang, Batuhorpak, dan lain-lain.

Kekencangan angin mamaspas (mendera) yang membuat bukan
saja kekayaan hasil hutan seperti hotang (rotan) dan hulim
(kulit manis), tetapi juga budaya margobak-gobak (membungkus
diri dengan kain sarung) meski di siang bolong.

Ia juga mengingatkan  sisuan salak Boru Enggan (gadis bermarga
Siregar yang telaten bertani salak), yang untuk mendapat
kannya harus tahu markusip (media sosial remaja dalam menali
kasih).

Tetapi kita boleh heran terhadap Nahum Situmorang. Dimana
kebun salak di Sipirok, bukankah cuma tanaman keras dan
beberapa tumbuhan liar haromonting?

Comentar Penulis :

Siboru enggan memang nama lain dari mereka boru/anak
perempuan dari yang bermarga siregar. Dan meskipun
Siregar ada dimana-mana dan terdiri dari macam  cabang marga
tapi lagu "Si Boru Enggan" yang di maksud dalam tulisan
ini adalah "Siboru enggan dari sipirok, yang lebih suka
menyebut dirinya "Siregar Salak" dan sesungguhnya sama
juga dengan siboru regar (Keturunan 4 marga siregar)
dimanapun berada.

Penulis katakan sama, "Karena sesungguhnya "Siregar"
sebagai marga bukan saja sebagai penentu identitas tapi
juga sebagai cerminan "Gent" dan gent ini yang membuatnya
menjadi sama dimanapun berada. Hahahahaha....

Begitupun N'Basis...! Mereka juga tetap bisa berbeda, tetap
bisa menghilangkan bek-bek, tetap  bisa mengendalikan
emosinya, karena mereka juga memanfaatkan pengalaman,
pendidikan dan pengetahuan sebagai pengendali "gent"
tersebut. Karena itu kitapun tak perlu heran, mereka bisa
taklukkan hati para pemuda lainnya dari marga apapun,
dari suku apapun. Bahkan lewat kebaikan yang  mereka
miliki, cukup banyak pemuda lainnya mengiyakan berapapun
"mahar" yang ditawarkan. Hahahaibo....! Betulnya itu da.

Selanjutnya dikatakan N'Basis :

Digarisbawahinya watak calon sang mertua bermarga Siregar
itu. Malo-malo ma ho mambuat roha ni tulang mi (Pandai-
pandai saja mengambil hati calon mertuamu itu),
kata Situmorang yang mungkin juga pernah patah hati di sini
hingga sampai akhir hayatnya melajang. Tetapi meskipun
begitu, putrinya si boru Enggan na jogi (jelita) belum
tentu mau dipersunting.

Si Boru Enggan itu memang terkenal punya pendirian, ya punya
sikap dan pandangan yang biasanya amat rasional (selalu
lebih rasional dari suaminya? ha ha).

Comentar penulis :

Hahahaha...melihat secara umum, "Siboru enggan" memang dalam
banyak hal lebih rasional dibanding suaminya, sehingga tak
jarang para suami ini menyebut istrinya "Oppu ni api" suatu
sebutan yang mungkin saja bernada protes dari sang suami.

Begitupun, penulis kadang berpikir adakah "Si boru enggan
dalam hal ini sama artinya dengan si boru denggan (denggan=
baik".

Dengan kata lain, timbulnya istilah siboru enggan adakah
di maksudkan agar si boru tersebut menjadi "denggan".
karena adanya pengertian konotasi di atas (karena
kurang denggan makanya disebut siboru enggan, agar
orannya menjadi denggan). Hehehehe....(enggan=denggan)

Masih dalam tulisan yang sama, N.Basis berkata :

Paling susah jika perasaan estetika si boru Enggan ini
sama tinggi-menjulangnya dengan pandangan politik, pandangan
ekonomi dan pandangan keningratannya yang membuatnya
semakin tak terdekati oleh pemuda manapun.

Secara simplistis si boru Enggan na bekbek (garang) kata
orang menggambarkan karakter unik itu.

Comentar penulis :

Entahlah...! Apa termasuk unik atau tidak. Penulis sendiri
yang punya "iboto siboru enggan" kadang mengalami kesulitan
dalam komunikasi, apalagi dengan jarak tahun kelahiran yang
pendek. Egonya kadang terasa susah mengendalikan meskipun
kita yang si abangan.

Begitupun, cukup sering terbersit
dipikiran saya ini agar "Si Boru
Enggan" dimanapun berada tetap
menjadi boru yang denggan.
Boru yang baik, boru yang dapat
menyeimbangkan antara emosi,
pikiran dan perasaannya

Semoga...!



Dan kepada para ipar yang
jodohnya di atur Allah Swt bersama
boru enggan ini kiranya baik
menerapkan nasehat ni opputta
najumolo suhuti, ima namandokkon :

"Nasatahi do na saoloani, nasapangambe do sapanaili-i.
molo satahi dohot dongan saripei, maroban sonang pangarohai-i"

Trims atas N'.Basis atas adanya tulisan di atas dan horas...!
________________________________________________
Cat :
*Image gambar adalah bikin-bikinan penulis blog. Oooh...!
*Video Musik "Si boru enggan" ada pada link :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/01/si-boru-enggan.html

PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork

No comments:

Post a Comment