#SELAMAT MALAM ONDER AFDELING ANGKOLA#
(Menguak misteri keberadaan cengkeh Angkola 1920 - 1987)
Oleh Rahmat Parlindungan Siregar
__________________________________________________________
Horas tano Angkola, tano ingananta sorang, tano haholongan...!
Musik...! tu wa ga pat :
______________
Pendahuluan
______________
HISTORIA
"Masyarakat Batak
Angkola yang ada di
Kecamatan Sipirok-—
di bekas Distrik Onder
Afdeling Angkola Sipirok
pada zaman kolonialisme
Belanda dan kini menjadi
ibu kota Kabupaten
Tapanuli Selatan—-
terlalu lama hidup
dalam kemewahan
akibat booming cengkih.
Sejak dekade 1920-an,
ketika parapedagang Arab
dan China memasuki
kampung-kampung untuk mengumpulkan
cengkih karena komoditas ini
diminati dalam perdagangan internasional, mereka hidup dalam
kemewahan sampai dekade 1970-an. Konon, hidup dalam gelimang
kemewahan sudah berlangsung sejak awal abad ke-19.
Kemewahan itu mengubah mentalitas kultural masyarakat dari sebelumnya
merupakan manusia pekerja keras yang sangat teguh memegang nilai-nilai
budayanya menjadi manusia yang merasa tak perlu kerja keras dan tak
membutuhkan orang lain karena sudah hidup dalam gelimang kemewahan..."
Adalah kutipan status yang dikirimkan Budi Hutasuhut dalam satu Sub
Group FB IKAPSI yaitu IKAPSI Sipirok (ada juga IKAPSI Medan dan
Jakrta). Dan tulisan ini telah penulis tanggapi pula lewat comentar "Menarik
juga memasukkan 5W + 1H pada status ini ipar".
Sebagai kelanjutan dari 5W + 1H ini, maka tulisan inipun penulis
susun dengan uraian jawaban pertanyaan sekitar :
* Apa itu cengkeh Angkola
* Apa hubungan cengkeh
Angkola dengan kehidupan
masyarakat Angkola
di era 1920 - 1970-an.
* Bagaimana dengan keberadaan
cengkeh di Angkola sesudah tahun
70-an
* Jika benar cengkeh Angkola sampai
memasuki pasaran internasional
lewat pedagang cina dan india,
mengapa sekarang tidak.
* Kemana itu cengkeh Angkola yang jumlahnya sangat banyak
* Benarkah cengkeh-cengkeh ini matinya secara tragis.
* Bagaimana hal ini dilihat dari sisi ilmu pertanian (Perkebunan).
* Bagimana pula masalah ini dilihat dari sisi agama islam
Selamat menyimak para kawan...! Semoga info ini memberi manfaat
sebagai pengingat, pembanding, pengalaman bagi kita semua untuk
dapat lebih bijak bertindak dan bersikap pada masalah-masalah
pertanian di Angkola pada masa mendatang. Botima...!
Cat : Penulis yakin betul masih banyak orang Angkola yang lebih
mengetahui dari penulis mengenai masalah ini / masih banyak saksi
hidupnaya. Dan terhadapnya (para koum sasudena) penulis mengucapkan
salam hormat...! Dan mohon ijin hal ini harus saya publikasikan)
____________________
Cengkeh di Angkola
____________________
Para kawan...!
Jika kita menyimak isi status Budi
Hutasuhut, maka penulis
berpendapat status tersebut
benar adanya. Penulis masih ingat
(Masih dalam usia SD). Orang-
orang India dan Cina (bisa jadi
mereka para pedagang dari
kota Medan) berdatangan ke Sipirok
Angkola / datang langsung ke kebun-
kebun cengkeh untuk membeli
cengkeh ini.
Cengkeh pada masa ini jumlahnya bukan sedikit, penulis berani
katakan semua huta di Sipirok dikelilingi oleh pohon cengkeh.
Dan sagat berkemungkinan di wilayah Tapanuli Selatan najolopun
mengalami hal yang sama.
Singkat kata, kesan kemakmuran masyarakat khusus Sipirok masih
sangat terasa sampai awal tahun 80-an.
________________________________________________________
Bukti kemakmuran cengkeh di sipirok tahun 80-an awal
bagi penulis
________________________________________________________
Para kawan...! Saya yakin bagi
pembaca yang se usia dengan
penulis (40 taon tuginjang di
taon 2013-on) pasti mengalaminya.
Tapi karena penulis yang menulis
maka dengan sendirinya isi
tulisanpun jadi pengalaman
penulis. Hahahaha....
1. Momo irasa oppung yahrial
mangalehen hepengi
Hehehe...oppung Syahrial
adalah nama panggilan oppung penulis
yang umanya boru Hutasuhut dari Anturmangan Sipirok.
Oppung ini punya dua tempat parcongkean. Satu di pinggiran
Huta Padang Bulan satu lagi di pinggiran huta Paran julu.
Pada saat menek dope, penulis sering di ajak oppung ini untuk
membantunya manattak/membersihkan congke niai sampai tu saat
marbatuna.
Menurut partulangon, oppungku ini sebenarnya polit, tapi menurut
penulis tidakba, harana satiop dohot mangurupi sangape mandongani
tu kobun lek natongma iba nadapotan hepeng. Dan hepeng ini akan
semakin banyak penulis dapatkan jika penulis mengetahui saat
terjadi transaksi pembayaran cengkeh. Hahahahaha....
2. Manjago congke di Paran Dolok.
Para kawan...! Jika anda masih ingat, di ginjangni aek milas
Parandolok Sipirok adalah parcongkean. Cengkehnya sangat
besar-besar dan buahnya juga banyak.
Suatu saat, penulis pernah
mendapat tugas dari orang
tua untuk ikut menjaga
congke ini sekaligus
mamutiknya.
Hal ini terjadi
disebabkan orangtua penulis
bersama anggota kahanggi lainnya
telah mamborongnya.
3. Congke marsolotan di caku / madabui di lopo-lopo
Penulis juga masih ingat, jika kita punya sacaku congke naung
hiang maka bisa di bilang sama artinya dengan punya uang 150
ribu pada masa sekarang. Karena itu, jangan heran jika pada
masa lampau cukup banyak para remaja Sipirok yang mampu
mengikuti gaya trend orang kota/bahat parheeng-hepeng istilah
ni halak hita.
Hepeng ini pada umumnya mereka dapatkan dari lopo-lopo
parkopian, karena disanalah sering terjadi transaksi dan
teransaksi aman dari hasil pengamatan para orang tua.
Hehehe...
4. Dan masih banyak cerita lainnya kawan...! Dan lain kali
mungkin diceritakan.
_______________________________________________________
Bukti Umum Kemakmuran Sipirok atas keberadaan cengkeh lainnya
_______________________________________________________
1. Poken aek Bagas Nagodang ramai dikun jungi
Hari Kamis adalah hari pokennya orang Sipirok dan bukan suatu
hal yang mengherankan jika pokenya rame pada saat hari kamis.
Namanya juga poken sakali sapoken.
Tapi poken aek adalah pokennya orang sipirok yang bukanya
setiap hari pada saat sore hari. Poken aek ini berani penulis
bilang di era taon 80-an awal tiop potang rame, yang belanjapun
bisa dari huta mana saja.
Dan penulis juga berani bilang, poken aek yang dulunya memang
dikelingi oleh bondar yang marisi aek sebagai tempat menjual
ikan mas laris manis. Ada saja orang yang membelinya.
2. Banyaknya para putra Sipirok yang bekerja di tingkat
Pemerintahan / Pemda.
Pekerjaan apapun yang dicari, tentunya tak lepas dari biaya
yang harus dikeluarkan sebelum punya gaji. Maka tak heran
pula banyak para putra sipirok yang berkerja di Pemda pada
masa ini karena terdukungnya biaya dari hasil cengkeh.
(Oya masadia sannari biaya masuk Pemda...cukup de luai
Rp. 250.000,...?)
3.Sipirok kota kecil melahirkan orang besar
Bukan tidak mungkin orang-orang besar yang dimaksud Budi Hst
dalam tulisannya "Sipirok kota kecil melahirkan orang besar"
dan menjadi orang besar karena hasil dari cengkeh di Sipirok
pada masa lampau.
4. Dll...yang tentunya dapat di jawab sebagian dari pembaca
tulisan ini sebagai bukti lainnya. Hahahaha...ketale
tagetccer congkei...naong isi katua...sacaku peda so kehe
hita manonton film india. Hehehehe...didirikannya bioskop
sibual-buali adalah bukti lainnya. Na botul anggia...?
Harana marhepengi para naposo nauli bulungi ma nonton.
Mate congkei, mate bioskopi anggia.
_________________________________________________
Ranggason marmatean congke inda binoto aha penyebabna aha
jalan kaluarna
_________________________________________________
Para dongan...!
Meskipun waktu sudah berlalu
puluhan tahun, tapi jika saya
mengingat "Cara matinya pohon-
pohon cengkeh" di Angkola di
sekitar taon 82-84 mau menagis
nya awa, maroros ate-ate
mangingotna padahal penulis
masih termasuk anak-anak pada
masa ini. Bagaimana dengan para
orang tua kita, yang telah
melakukan pengorbanan,
kerja keras banting tulang manyuan
dohot maliharo congkei. Bukan tidak mungkin mereka menjadi
maoto, frustasi dan emosi menerima kejadian ini.
Para kawan...!
Sadarion tarida sada do ranting ni congkei ranggason, hape
tolo ari nai, matolu ranggason, napodo sabulan sian mangalami
ranggason partama tiba-tiba masatonga congkei ranggason.
Paonon bulankon ranggas noma anggia sude "Nadong be bulung
ni congkei" Aha so sedih iba mangaligina.
Anggoda anggia kejadian nasongoni tarjadi cuma tu sabatang
congke sian congke niba ibaratna 120 batang, nanggo pola
masalahi. Tai molo tarjadi hal nasongoni tu congke na
120 batangi dalam jangka dua taon. Binoto dope anggia bia
baenon niba perasaan niba.
Molo tu diri niba muse tarjadi, dari sekian ratus ribu
kepala keluarga di Tapsel Najolo nanggo pola gempar muse
berita ni-i. Tai molo tarjadi tusude kapala kaluarga
na adong congkena di Tapsel najolo. Nanggo hanya gempar
di Tapsel sajo bei anggia, nanggo muse hanya di nusantara
on sajo bei bahkan bisa gempar sampe tu tingkat dunia.
Allohu akbar...allohu akbar...allohu akbar...yang menguasai
seluruh alam dan isinya.
_______________________________________________________
Efek Negatif atas matinya cengkeh di Angkola dan sekitarnya
di era tahun 80-an awal pada masyarakat Angkola
_______________________________________________________
Jika menulis membayang sedikit pada tatapan para orang tua
kita masa lampau sepertinya menulis melihat 3 halsebagai
efek negatifnya :
1. Pasrah dan frustasi
"Kami tak punya pengetahuan atau ilmu yang dapat mencegah
kerontokan cengkeh tersebut. Tapi kami mampu menanamnya dan
merawatnya" Demikian yang penulis tangkap.
Dan tindakan kepasrahan ini sangat terasa, pada saat para
orang tua sebagaian lebih banyak menghabiskan waktunya di
lopo dari pada tu saba atau kobun.
2. Emosi tidak stabil / Mudah marah
Adalah efek ke-dua yang saya tangkap. Mohon maaf para kawan...!
di era tahun 80 an awal cukup sering terdengar kabar mago
jolma diharangan, suami istri berantam habis-habisan, bahkan
ada yang sampai membunuh dan juga bunuh diri. (Sipirok itu
kota kecil tapi informasi dari sudut manapun di Angkola akan
cepat sampainya-pen).
Oya para kawan...! Pada saat ini juga, "Porkas" atau "SDSB"
sedang jaya-jayanya di Angkola hingga bukan suatu hal yang
mengherankan jika seorang bapak-bapak marsaroben lengkap
dohot kupia lobena got sumbayang terlebih dahulu membahas
"Ahado na kaluar, ahado napasangon, piga angka do tapasang,
sadia modalmu , kode alam deon sanga inda, dll. Setelah
beliau merasa puas, baru dlanjutkannya sholat.
Bagi para anggi yang lahir taon 90 an ke atas...! Porkas
adalah salah satu jenis judi yang terbuka untuk umum,
karena pemerintah meresmikannya dengan alasan tertentu.
Dan forkas inilah untuk sebagian orang sebagai solusi
untuk keluar dari maslah matinya cengkeh-cengkeh tersebut.
(Porkas terkesan bukan judi, karena diresmikan, padahal judi)
3. Ma Taqdir / ma nasib / ma bagian
Adalah efek lainnya yang menurut hemat penulis sangat terasa
karena matinya cengkeh di Angkola. Umumnya masyarakat
Angkola itu sadar dan mengetahui, bahwa Tuhan juga punya
campur tangan atas keberadaan cengkeh di Angkola.
Artinya mereka juga tahu, bahwa Allah Swt belum berkehendak
membuat hasil perkebunan Angkola secara terus menerus melim
pah ruah. Apalagi jika mengingat prilaku mereka yang telah
mnjadi sombong karena mudah nya memperoleh uang dari hasil
cengkeh.
"Aha muse mehe ho...satakkil congepe anggo rau mahabis kho
hubaen atau bia hutabusi ho...!" adalah kata-kata yang
kadang terdengar dari mereka yang tak punya "abas".
Dan atas tidak "berabasnya" sebagaian mulut para putra
Angkola ini membuat Tuhan menjadi murka, dan kemurkaan
itu dibuat melalu matinya cengkeh secara besar-besaran di
wilayah Angkola. Astagfirullohul azim...! Apuni hami on
ya Tuhanku.
________________________________________________________
Analisa pada ranggasonnya / matinya cengkeh di Angkola tahun 80-an
________________________________________________________
Para kawan...! Analisa ini adalah analisa pribadi (Tidak mewakili
pendapat umum orang Angkola) dengan dua sisi tinjauan, sbb :
1. Tinjauan perkebunan dalam hubungannya dengan cengkeh
Menurut hemat penulis, ini salah satu yang tak mampu dipecahkan
oleh Departemen Pertanian Indonesia pada masa lampau. Mereka tidak
tahu juga, apa penyebabnya cengkeh-cengkeh itu mati. Begitu juga
dengan para ahli pertanian dari IPB (Institut Pertanian Bogor).
Penulis katakan demikian karena penulis yakin kejadian matinya
cengkeh di Angkola masa lampau juga mereka ketahui. Dan penulis
tahu salah satu yang atif pada masa lampau mencari solusinya
adalah Rencong Pusaka Hutasuhut / Lurah Desa Hutasuhut pada masa
itu.
Penulis masih ingat, bagaimana amang boru ini (melakukan macam
praktek untuk mencegah / meningkatkan kwalitas pertanian di
Sipirok lewat kebun mereka yang berada di desa sigelgel.
Karena itu bagi penulis, sampai pada saat postingan ini dipostingkan
kejadian matinya cengkeh di Angkola masih dalam misteri. Dan
penulis yakin kejadian ini tidak akan pernah jadi misteri jika
penyebabnya di ketahui.
Hal ini bisa kita ambil dari pengalaman adanya istilah "Wereng"
di Angkola pada masa lampau terhadap padi. Artinya karena di
ketahuinya secara umum "Wereng adalah hama" maka pada orang
orang yang tidak disukai khususnya dalam pergaulan naposo nauli
bulung sering di ejek dengan wereng. "Inda main bayoi...wereng
doi...!" kata si boru tulang pada bayo parmarga Hasibuani sian
Barumini. Begitu juga dengan indirin", "Minum indirini sosidung,"
katanya.
2. Tinjauan agama dalam hubungannya dengan prilaku
Para kawan...! Apaun agamanya dari Angkola atau dari Tapanuli
Selatan Najolo, penulis yakin punya pandangan yang sama
terhadap alam / bumi.
Artinya agama Islam atau kristen sama-sama memandang bahwa
alam ini adalah ciptaan Tuhan. Alam ini bukan terjadi dengan
sendirinya atau bukan terjadi secara kebetulan.
Karena itu, terhadap keberadaan alam penulis berani bilang
semua orang Angkola setuju bahwa "Cengkeh di Angkola dan
sekitarnya" keberadaanya juga tidak lepas dari campur tangan
Tuhan.
Artinya dari sisi ke islaman, mati massalnya cengkeh di Angkola
pada masa lampau adalah kehendak Allah Swt. Beliau berkuasa
membuat cengkeh bisa tumbuh di tanah Angkola dan beliau berkuasa
membuat cengkeh hilang atau susah tumbuh di tanah Angkola.
Dalam hubungannya mengapa Allah Swt menunjukkan kuasanya untuk
membuat mati cengkeh-cengkeh di Angkola, beliau (Allah Swt)
berfirman :
"Segala sesuatu yang dikehen daki-Nya pasti terjadi, dan segala
sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi"
adalah salah satu isi firman itu.
“Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan
langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu
serta memberi kamu rezeki dengan yang baik-baik. Yang demikian
itu adalah Allah Tuhan-mu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta
alam” (Surat 40/AI Mu’min, ayat 64). Adalah isi firman lainnya.
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut di sebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke
jalan yang benar".
Juga firman lainnya para kawan yang mungkin saja sebagai akibat
dari sekelompk orang kecil yang berbuat tidak seuai ajaran
agama, (Haran namomoi dapot hepeng) dan akibatnya Allah Swt
memperingati kita atas mati massalnya cengkeh di Angkola pada
masa lampau.
_________
Penutup
_________
Para kawan...!
Meskipun tulisan ini bisa penulis tutup dengan mengambil
point-point pentingnya untuk menjadi bahan pembelajaran, tapi
ada baiknya pembacalah yang menutupnya. Karena sesungguhnya
masalah misteri cengkeh masa lampau ini adalah masalah
bersama. Dan sesungguhnya penulis juga takut menuliskannya,
takut kawan salah tulis.
Begitupun saya ingin berkata sebagai penutup tulisan :
1. Jika sekarang anda menjadi kuli di suatu pabrik. Menjadi
kuli karena tak adanya biaya masuk jadi polisi, hingga cita-cita
anda menjadi kandas. Maka percayalah kawan, ini tidak akan
terjadi jika cengkeh Angkola masa lalu itu hidup sampai sekarang.
Sekalipun orang tua anda tidak punya kebun cengkeh.
2. Jika sekarang ini anda terpaksa harus bekerja padahal baru
tahun yang lewat lulus SMA / sederajat dan anda sesungguhnya
lebih menginginkan kuliah dulu baru kerja. Maka percayalah
anggi, ini tidak akan terjadi andai cengkeh-cengkeh itu
masih hidup sampai sekarang. Sekalipun orang tua anda tidak
punya cengkeh.
3. Jika sekarang anda adalah orang tua yang punya anak sudah
mau lulus SMA/sederajat dan anda terpaksa harus menyuruh
anak anda merantau (cari hidup sendiri) karena sudah tak punya
biaya untuk mengkulliahkannya, maka percayalah orang tua ini
tidak akan terjadi jika cengkeh-cengkeh itu masih hidup sampai
sekarang. Sekalipun anda tidak punya batang cengkeh.
4. Jika sekarang anda menginginkan kantor Bupati Tapsel ada
di pusat Kota Sipirok Angkola, tapi kenyataannya ada di
laut sikutoro atau dimanapun berada. Percayalah kawan ini tidak
akan terjadi andai cengkeh-cengkeh itu masih hidup.
Jangankan hanya menyediakah lahan untuk kantor Bupati, kantor
Bupati itu sendiri berikut bupatinya mampu kita beli.
Mengapa tidak...! Biasi inda...! Hahahahaha....nanggotolada anggia
sombong ning oppui.
Selamat malam Angkola dan horas...!
___________________________________________________________
Cat : Postingan lainnya yang berhu bungan dengan tulisan ini ada di alamat
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/05/ulok-ni-congke-penggerek-cengkeh-hama.html
br />
(Menguak misteri keberadaan cengkeh Angkola 1920 - 1987)
Oleh Rahmat Parlindungan Siregar
__________________________________________________________
Horas tano Angkola, tano ingananta sorang, tano haholongan...!
Musik...! tu wa ga pat :
______________
Pendahuluan
______________
HISTORIA
Cengkeh Kering |
Angkola yang ada di
Kecamatan Sipirok-—
di bekas Distrik Onder
Afdeling Angkola Sipirok
pada zaman kolonialisme
Belanda dan kini menjadi
ibu kota Kabupaten
Tapanuli Selatan—-
terlalu lama hidup
dalam kemewahan
akibat booming cengkih.
Sejak dekade 1920-an,
ketika parapedagang Arab
dan China memasuki
kampung-kampung untuk mengumpulkan
cengkih karena komoditas ini
diminati dalam perdagangan internasional, mereka hidup dalam
kemewahan sampai dekade 1970-an. Konon, hidup dalam gelimang
kemewahan sudah berlangsung sejak awal abad ke-19.
Kemewahan itu mengubah mentalitas kultural masyarakat dari sebelumnya
merupakan manusia pekerja keras yang sangat teguh memegang nilai-nilai
budayanya menjadi manusia yang merasa tak perlu kerja keras dan tak
membutuhkan orang lain karena sudah hidup dalam gelimang kemewahan..."
Adalah kutipan status yang dikirimkan Budi Hutasuhut dalam satu Sub
Group FB IKAPSI yaitu IKAPSI Sipirok (ada juga IKAPSI Medan dan
Jakrta). Dan tulisan ini telah penulis tanggapi pula lewat comentar "Menarik
juga memasukkan 5W + 1H pada status ini ipar".
Sebagai kelanjutan dari 5W + 1H ini, maka tulisan inipun penulis
susun dengan uraian jawaban pertanyaan sekitar :
Cengkeh Baru di Petik |
* Apa itu cengkeh Angkola
* Apa hubungan cengkeh
Angkola dengan kehidupan
masyarakat Angkola
di era 1920 - 1970-an.
* Bagaimana dengan keberadaan
cengkeh di Angkola sesudah tahun
70-an
* Jika benar cengkeh Angkola sampai
memasuki pasaran internasional
lewat pedagang cina dan india,
mengapa sekarang tidak.
* Kemana itu cengkeh Angkola yang jumlahnya sangat banyak
* Benarkah cengkeh-cengkeh ini matinya secara tragis.
* Bagaimana hal ini dilihat dari sisi ilmu pertanian (Perkebunan).
* Bagimana pula masalah ini dilihat dari sisi agama islam
Selamat menyimak para kawan...! Semoga info ini memberi manfaat
sebagai pengingat, pembanding, pengalaman bagi kita semua untuk
dapat lebih bijak bertindak dan bersikap pada masalah-masalah
pertanian di Angkola pada masa mendatang. Botima...!
Cat : Penulis yakin betul masih banyak orang Angkola yang lebih
mengetahui dari penulis mengenai masalah ini / masih banyak saksi
hidupnaya. Dan terhadapnya (para koum sasudena) penulis mengucapkan
salam hormat...! Dan mohon ijin hal ini harus saya publikasikan)
____________________
Cengkeh di Angkola
____________________
Para kawan...!
Bunga Cengkeh |
Hutasuhut, maka penulis
berpendapat status tersebut
benar adanya. Penulis masih ingat
(Masih dalam usia SD). Orang-
orang India dan Cina (bisa jadi
mereka para pedagang dari
kota Medan) berdatangan ke Sipirok
Angkola / datang langsung ke kebun-
kebun cengkeh untuk membeli
cengkeh ini.
Cengkeh pada masa ini jumlahnya bukan sedikit, penulis berani
katakan semua huta di Sipirok dikelilingi oleh pohon cengkeh.
Dan sagat berkemungkinan di wilayah Tapanuli Selatan najolopun
mengalami hal yang sama.
Singkat kata, kesan kemakmuran masyarakat khusus Sipirok masih
sangat terasa sampai awal tahun 80-an.
________________________________________________________
Bukti kemakmuran cengkeh di sipirok tahun 80-an awal
bagi penulis
________________________________________________________
Menjemur Cengkeh |
pembaca yang se usia dengan
penulis (40 taon tuginjang di
taon 2013-on) pasti mengalaminya.
Tapi karena penulis yang menulis
maka dengan sendirinya isi
tulisanpun jadi pengalaman
penulis. Hahahaha....
1. Momo irasa oppung yahrial
mangalehen hepengi
Hehehe...oppung Syahrial
adalah nama panggilan oppung penulis
yang umanya boru Hutasuhut dari Anturmangan Sipirok.
Oppung ini punya dua tempat parcongkean. Satu di pinggiran
Huta Padang Bulan satu lagi di pinggiran huta Paran julu.
Pada saat menek dope, penulis sering di ajak oppung ini untuk
membantunya manattak/membersihkan congke niai sampai tu saat
marbatuna.
Menurut partulangon, oppungku ini sebenarnya polit, tapi menurut
penulis tidakba, harana satiop dohot mangurupi sangape mandongani
tu kobun lek natongma iba nadapotan hepeng. Dan hepeng ini akan
semakin banyak penulis dapatkan jika penulis mengetahui saat
terjadi transaksi pembayaran cengkeh. Hahahahaha....
2. Manjago congke di Paran Dolok.
Para kawan...! Jika anda masih ingat, di ginjangni aek milas
Parandolok Sipirok adalah parcongkean. Cengkehnya sangat
besar-besar dan buahnya juga banyak.
Aek Milas Parandolok - Sipirok |
mendapat tugas dari orang
tua untuk ikut menjaga
congke ini sekaligus
mamutiknya.
Hal ini terjadi
disebabkan orangtua penulis
bersama anggota kahanggi lainnya
telah mamborongnya.
3. Congke marsolotan di caku / madabui di lopo-lopo
Penulis juga masih ingat, jika kita punya sacaku congke naung
hiang maka bisa di bilang sama artinya dengan punya uang 150
ribu pada masa sekarang. Karena itu, jangan heran jika pada
masa lampau cukup banyak para remaja Sipirok yang mampu
mengikuti gaya trend orang kota/bahat parheeng-hepeng istilah
ni halak hita.
Hepeng ini pada umumnya mereka dapatkan dari lopo-lopo
parkopian, karena disanalah sering terjadi transaksi dan
teransaksi aman dari hasil pengamatan para orang tua.
Hehehe...
4. Dan masih banyak cerita lainnya kawan...! Dan lain kali
mungkin diceritakan.
_______________________________________________________
Bukti Umum Kemakmuran Sipirok atas keberadaan cengkeh lainnya
_______________________________________________________
1. Poken aek Bagas Nagodang ramai dikun jungi
Hari Kamis adalah hari pokennya orang Sipirok dan bukan suatu
hal yang mengherankan jika pokenya rame pada saat hari kamis.
Namanya juga poken sakali sapoken.
Tapi poken aek adalah pokennya orang sipirok yang bukanya
setiap hari pada saat sore hari. Poken aek ini berani penulis
bilang di era taon 80-an awal tiop potang rame, yang belanjapun
bisa dari huta mana saja.
Dan penulis juga berani bilang, poken aek yang dulunya memang
dikelingi oleh bondar yang marisi aek sebagai tempat menjual
ikan mas laris manis. Ada saja orang yang membelinya.
2. Banyaknya para putra Sipirok yang bekerja di tingkat
Pemerintahan / Pemda.
Pekerjaan apapun yang dicari, tentunya tak lepas dari biaya
yang harus dikeluarkan sebelum punya gaji. Maka tak heran
pula banyak para putra sipirok yang berkerja di Pemda pada
masa ini karena terdukungnya biaya dari hasil cengkeh.
(Oya masadia sannari biaya masuk Pemda...cukup de luai
Rp. 250.000,...?)
3.Sipirok kota kecil melahirkan orang besar
Bukan tidak mungkin orang-orang besar yang dimaksud Budi Hst
dalam tulisannya "Sipirok kota kecil melahirkan orang besar"
dan menjadi orang besar karena hasil dari cengkeh di Sipirok
pada masa lampau.
4. Dll...yang tentunya dapat di jawab sebagian dari pembaca
tulisan ini sebagai bukti lainnya. Hahahaha...ketale
tagetccer congkei...naong isi katua...sacaku peda so kehe
hita manonton film india. Hehehehe...didirikannya bioskop
sibual-buali adalah bukti lainnya. Na botul anggia...?
Harana marhepengi para naposo nauli bulungi ma nonton.
Mate congkei, mate bioskopi anggia.
_________________________________________________
Ranggason marmatean congke inda binoto aha penyebabna aha
jalan kaluarna
_________________________________________________
Para dongan...!
Cengkeh Ranggason |
puluhan tahun, tapi jika saya
mengingat "Cara matinya pohon-
pohon cengkeh" di Angkola di
sekitar taon 82-84 mau menagis
nya awa, maroros ate-ate
mangingotna padahal penulis
masih termasuk anak-anak pada
masa ini. Bagaimana dengan para
orang tua kita, yang telah
melakukan pengorbanan,
kerja keras banting tulang manyuan
dohot maliharo congkei. Bukan tidak mungkin mereka menjadi
maoto, frustasi dan emosi menerima kejadian ini.
Para kawan...!
Sadarion tarida sada do ranting ni congkei ranggason, hape
tolo ari nai, matolu ranggason, napodo sabulan sian mangalami
ranggason partama tiba-tiba masatonga congkei ranggason.
Paonon bulankon ranggas noma anggia sude "Nadong be bulung
ni congkei" Aha so sedih iba mangaligina.
Anggoda anggia kejadian nasongoni tarjadi cuma tu sabatang
congke sian congke niba ibaratna 120 batang, nanggo pola
masalahi. Tai molo tarjadi hal nasongoni tu congke na
120 batangi dalam jangka dua taon. Binoto dope anggia bia
baenon niba perasaan niba.
Molo tu diri niba muse tarjadi, dari sekian ratus ribu
kepala keluarga di Tapsel Najolo nanggo pola gempar muse
berita ni-i. Tai molo tarjadi tusude kapala kaluarga
na adong congkena di Tapsel najolo. Nanggo hanya gempar
di Tapsel sajo bei anggia, nanggo muse hanya di nusantara
on sajo bei bahkan bisa gempar sampe tu tingkat dunia.
Allohu akbar...allohu akbar...allohu akbar...yang menguasai
seluruh alam dan isinya.
_______________________________________________________
Efek Negatif atas matinya cengkeh di Angkola dan sekitarnya
di era tahun 80-an awal pada masyarakat Angkola
_______________________________________________________
Jika menulis membayang sedikit pada tatapan para orang tua
kita masa lampau sepertinya menulis melihat 3 halsebagai
efek negatifnya :
1. Pasrah dan frustasi
"Kami tak punya pengetahuan atau ilmu yang dapat mencegah
kerontokan cengkeh tersebut. Tapi kami mampu menanamnya dan
merawatnya" Demikian yang penulis tangkap.
Dan tindakan kepasrahan ini sangat terasa, pada saat para
orang tua sebagaian lebih banyak menghabiskan waktunya di
lopo dari pada tu saba atau kobun.
2. Emosi tidak stabil / Mudah marah
Adalah efek ke-dua yang saya tangkap. Mohon maaf para kawan...!
di era tahun 80 an awal cukup sering terdengar kabar mago
jolma diharangan, suami istri berantam habis-habisan, bahkan
ada yang sampai membunuh dan juga bunuh diri. (Sipirok itu
kota kecil tapi informasi dari sudut manapun di Angkola akan
cepat sampainya-pen).
Oya para kawan...! Pada saat ini juga, "Porkas" atau "SDSB"
sedang jaya-jayanya di Angkola hingga bukan suatu hal yang
mengherankan jika seorang bapak-bapak marsaroben lengkap
dohot kupia lobena got sumbayang terlebih dahulu membahas
"Ahado na kaluar, ahado napasangon, piga angka do tapasang,
sadia modalmu , kode alam deon sanga inda, dll. Setelah
beliau merasa puas, baru dlanjutkannya sholat.
Bagi para anggi yang lahir taon 90 an ke atas...! Porkas
adalah salah satu jenis judi yang terbuka untuk umum,
karena pemerintah meresmikannya dengan alasan tertentu.
Dan forkas inilah untuk sebagian orang sebagai solusi
untuk keluar dari maslah matinya cengkeh-cengkeh tersebut.
(Porkas terkesan bukan judi, karena diresmikan, padahal judi)
3. Ma Taqdir / ma nasib / ma bagian
Adalah efek lainnya yang menurut hemat penulis sangat terasa
karena matinya cengkeh di Angkola. Umumnya masyarakat
Angkola itu sadar dan mengetahui, bahwa Tuhan juga punya
campur tangan atas keberadaan cengkeh di Angkola.
Artinya mereka juga tahu, bahwa Allah Swt belum berkehendak
membuat hasil perkebunan Angkola secara terus menerus melim
pah ruah. Apalagi jika mengingat prilaku mereka yang telah
mnjadi sombong karena mudah nya memperoleh uang dari hasil
cengkeh.
"Aha muse mehe ho...satakkil congepe anggo rau mahabis kho
hubaen atau bia hutabusi ho...!" adalah kata-kata yang
kadang terdengar dari mereka yang tak punya "abas".
Dan atas tidak "berabasnya" sebagaian mulut para putra
Angkola ini membuat Tuhan menjadi murka, dan kemurkaan
itu dibuat melalu matinya cengkeh secara besar-besaran di
wilayah Angkola. Astagfirullohul azim...! Apuni hami on
ya Tuhanku.
________________________________________________________
Analisa pada ranggasonnya / matinya cengkeh di Angkola tahun 80-an
________________________________________________________
Para kawan...! Analisa ini adalah analisa pribadi (Tidak mewakili
pendapat umum orang Angkola) dengan dua sisi tinjauan, sbb :
1. Tinjauan perkebunan dalam hubungannya dengan cengkeh
Menurut hemat penulis, ini salah satu yang tak mampu dipecahkan
oleh Departemen Pertanian Indonesia pada masa lampau. Mereka tidak
tahu juga, apa penyebabnya cengkeh-cengkeh itu mati. Begitu juga
dengan para ahli pertanian dari IPB (Institut Pertanian Bogor).
Penulis katakan demikian karena penulis yakin kejadian matinya
cengkeh di Angkola masa lampau juga mereka ketahui. Dan penulis
tahu salah satu yang atif pada masa lampau mencari solusinya
adalah Rencong Pusaka Hutasuhut / Lurah Desa Hutasuhut pada masa
itu.
Penulis masih ingat, bagaimana amang boru ini (melakukan macam
praktek untuk mencegah / meningkatkan kwalitas pertanian di
Sipirok lewat kebun mereka yang berada di desa sigelgel.
Karena itu bagi penulis, sampai pada saat postingan ini dipostingkan
kejadian matinya cengkeh di Angkola masih dalam misteri. Dan
penulis yakin kejadian ini tidak akan pernah jadi misteri jika
penyebabnya di ketahui.
Hal ini bisa kita ambil dari pengalaman adanya istilah "Wereng"
di Angkola pada masa lampau terhadap padi. Artinya karena di
ketahuinya secara umum "Wereng adalah hama" maka pada orang
orang yang tidak disukai khususnya dalam pergaulan naposo nauli
bulung sering di ejek dengan wereng. "Inda main bayoi...wereng
doi...!" kata si boru tulang pada bayo parmarga Hasibuani sian
Barumini. Begitu juga dengan indirin", "Minum indirini sosidung,"
katanya.
2. Tinjauan agama dalam hubungannya dengan prilaku
Para kawan...! Apaun agamanya dari Angkola atau dari Tapanuli
Selatan Najolo, penulis yakin punya pandangan yang sama
terhadap alam / bumi.
Artinya agama Islam atau kristen sama-sama memandang bahwa
alam ini adalah ciptaan Tuhan. Alam ini bukan terjadi dengan
sendirinya atau bukan terjadi secara kebetulan.
Karena itu, terhadap keberadaan alam penulis berani bilang
semua orang Angkola setuju bahwa "Cengkeh di Angkola dan
sekitarnya" keberadaanya juga tidak lepas dari campur tangan
Tuhan.
Artinya dari sisi ke islaman, mati massalnya cengkeh di Angkola
pada masa lampau adalah kehendak Allah Swt. Beliau berkuasa
membuat cengkeh bisa tumbuh di tanah Angkola dan beliau berkuasa
membuat cengkeh hilang atau susah tumbuh di tanah Angkola.
Dalam hubungannya mengapa Allah Swt menunjukkan kuasanya untuk
membuat mati cengkeh-cengkeh di Angkola, beliau (Allah Swt)
berfirman :
"Segala sesuatu yang dikehen daki-Nya pasti terjadi, dan segala
sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi"
adalah salah satu isi firman itu.
“Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan
langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu
serta memberi kamu rezeki dengan yang baik-baik. Yang demikian
itu adalah Allah Tuhan-mu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta
alam” (Surat 40/AI Mu’min, ayat 64). Adalah isi firman lainnya.
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut di sebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke
jalan yang benar".
Juga firman lainnya para kawan yang mungkin saja sebagai akibat
dari sekelompk orang kecil yang berbuat tidak seuai ajaran
agama, (Haran namomoi dapot hepeng) dan akibatnya Allah Swt
memperingati kita atas mati massalnya cengkeh di Angkola pada
masa lampau.
_________
Penutup
_________
Para kawan...!
Meskipun tulisan ini bisa penulis tutup dengan mengambil
point-point pentingnya untuk menjadi bahan pembelajaran, tapi
ada baiknya pembacalah yang menutupnya. Karena sesungguhnya
masalah misteri cengkeh masa lampau ini adalah masalah
bersama. Dan sesungguhnya penulis juga takut menuliskannya,
takut kawan salah tulis.
Begitupun saya ingin berkata sebagai penutup tulisan :
1. Jika sekarang anda menjadi kuli di suatu pabrik. Menjadi
kuli karena tak adanya biaya masuk jadi polisi, hingga cita-cita
anda menjadi kandas. Maka percayalah kawan, ini tidak akan
terjadi jika cengkeh Angkola masa lalu itu hidup sampai sekarang.
Sekalipun orang tua anda tidak punya kebun cengkeh.
2. Jika sekarang ini anda terpaksa harus bekerja padahal baru
tahun yang lewat lulus SMA / sederajat dan anda sesungguhnya
lebih menginginkan kuliah dulu baru kerja. Maka percayalah
anggi, ini tidak akan terjadi andai cengkeh-cengkeh itu
masih hidup sampai sekarang. Sekalipun orang tua anda tidak
punya cengkeh.
3. Jika sekarang anda adalah orang tua yang punya anak sudah
mau lulus SMA/sederajat dan anda terpaksa harus menyuruh
anak anda merantau (cari hidup sendiri) karena sudah tak punya
biaya untuk mengkulliahkannya, maka percayalah orang tua ini
tidak akan terjadi jika cengkeh-cengkeh itu masih hidup sampai
sekarang. Sekalipun anda tidak punya batang cengkeh.
4. Jika sekarang anda menginginkan kantor Bupati Tapsel ada
di pusat Kota Sipirok Angkola, tapi kenyataannya ada di
laut sikutoro atau dimanapun berada. Percayalah kawan ini tidak
akan terjadi andai cengkeh-cengkeh itu masih hidup.
Jangankan hanya menyediakah lahan untuk kantor Bupati, kantor
Bupati itu sendiri berikut bupatinya mampu kita beli.
Mengapa tidak...! Biasi inda...! Hahahahaha....nanggotolada anggia
sombong ning oppui.
Macam Khasiat atau Kegunaan Cengkeh |
Selamat malam Angkola dan horas...!
___________________________________________________________
Cat : Postingan lainnya yang berhu bungan dengan tulisan ini ada di alamat
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/05/ulok-ni-congke-penggerek-cengkeh-hama.html
No comments:
Post a Comment