#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak sejarah Kota Sibolga dan macam persfektif suku
Batak mengenai sira / garam dalam istilah "Parlanja Sira")
______________________________________________________
Para kawan...!
Kemarin malam atau malam kemarin atau kemarin malam atau malam
kemarin, ito nauli lagu Kayaria Tarihoran menyambut status kiriman
penulis dengan klik suka pada status FB.
Setelah menunggu beberapa saat, si ito tidak juga muncul memberikan
komentar, "Sibuk mungkin beliau, mungkin sibuk beliau, belia sibuk
mungkin" begitu pikir penulis. Untuk kemudian penulis memancing
ngobrol padanya.
Berikut kutipannya :
Rahmat Parlindungan Siregar :
Trims jempolnya ito Kayaria Tarihoran...
apa kabar...?
Kayaria Tarihoran :
Kabar baik to.pakah ito sehat2 aja?
Rahmat Parlindungan Siregar:
Yah...sehat wal afiat. Ito tinggal
dimana sekarang...
Kayaria Tarihoran : Sy di pinang sori ito,kalo ito?
Rahmat Parlindungan Siregar: Bogor ito...! Pinang Sori...?
Sori ito kurang tau saya, dimana itu ya..
Kayaria Tarihoran : Maaf sy fikir tadi ito sekitar tapanuli.
sy tinggal di sibolga,munkin ito tau.
Rahmat Parlindungan Siregar Hahahaha...Sibolga...! Taula ito.
Tangga seratus..saya pernah kesana... masih ada tangganya ito...
Kayaria Tarihoran Hehehe...ea masihlah to.kalo ingat tangga
seribu,ito pasti ingat juga dgn martabak kairo.
Rahmat Parlindungan Siregar Ya...! Termasuk rambutan Sibolganya.
Teringat pantainya masih ramai di kunjungi orang ito...
Rahmat Parlindungan Siregar Ito nauli lagu...! Cerita kita
bersambung dan Horas Sibolga.
Para kawan...!
Pada saat ngobrol ini penulis terpikir tiga hal setelah mengetahui
ito ini tinggal di "Si Bolga" yaitu satu mengenai Tangga Seribu,
dua mengenai Bonan Dolok, dan yang ketiga mengenai "Sira" ya...!
Sira kawan...!
Satu kata yang terdengar sepele, tapi sungguh penuh arti dalam
kehidupan masyarakat dan budaya Batak. Mengapa tidak...! Tentunya
kita semua pernah dengar bukan dengan istilah :
* Atcim ninna mardai sira
* Manyimpan sira dibagasan aek
* Lalam ninna hurang sira
* Bahat mangan sira dan
* Parlanja sira
Hahahaha...tentulah pernah dengar bahkan mengucapkannya juga, iya
kan kawan...iyakan ito...iayakan anggi...iyakan...iyakan...ya...
iyalah...
Hehehehe..okelah kalau begitu, mohon ijin penulis lewat blog ini
akan memberi pendapat mengenai hal di atas dengan fokus tulisan
"Parlanja Sira", tentunya setelah terlebih dahulu mengurai mengenai
sejarah Sibolga.
Selamat menyimak...!
Si bolga si kota lauk
pemandanganyo indah
di tepi pantai....
Mainkan ito parlagu nauli lagu, lagu "Sibolga Nauli"
Musik...! Ah....lama kalipun :
_________________________________________________________
Sekilas Sejarah Sibolga (Mulai dari adanya Teluk Tapian Nauli
sampai timbulnya istilah Sibolga)
__________________________________________________________
* Hal Teluk Tapian Nauli (Dasar / wilayah awal terbentuknya
kota Sibolga tapi belum dinamai Sibolga)
"Kota Sibolga adalah salah satu kota di
provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini
terletak di pantai barat pulau Sumatera,
membujur sepanjang pantai dari utara ke
selatan dan berada pada kawasan teluk yang
bernama Teluk Tapian Nauli,
sekitar ± 350 km dari kota Medan".
Demikian wikipedia membuka tulisannya
mengenai sejarah kota Sibolga.
Dan dari pembukaan ini jelas kita ketahui,
bahwa Teluk Tapian Nauli adalah daerah /
wilayah awal atau cikal bakal Sibolga seperti yang
sekarang ini.
Terhadap kondisi Teluk Tapian Nauli ini pada masa lalu, situs
"Kememterian Negeri Republik Indonesia" mengatakan :
SIBOLGA, Sebuah pemukiman, berada dikawasan Teluk TAPIAN NAULI,
Pantai Barat Sumatera Utara. Alamnya Indah, Teluknya luas, Lautnya
Dalam dan Tenang, sehingga strategis menjadi persinggahan para Pelaut
untuk berlabuh.
Air Jernih untuk kebutuhan Kapal cukup tersedia dari Sungai dan
Air Terjun yang banyak terdapat disekitar Teluk.
Pulau-pulau yang terhampar didepannya menjadi penyangga ombak dan
gelombang dari Lautan lepas Samudera Hindia. Kawasan Teluk Tapian
Nauli berkembang menjadi daerah transit kesegala jurusan, baik
kepedalaman atau ke Pulau-pulau di Nusantara dan ke Daerah Luar
Indonesia. Kondisi ini mendorong cepatnya pertumbuhan kehidupan
dengan adanya perdagangan antara penduduk Pribumi dengan pendatang
dari luar, Eropah dan Asia".
Para kawan...!
Jauh sebelum ada Teluk Tapian Nauli ini, huta-huta disekitar
Pantai Barat Sumatra (Daerah pesisir) sudah terlebih dahulu ada :
"Jauh sebelum Sibolga berdiri sudah banyak penduduk yang bermukim
disekitar Pantai Barat Sumatera Utara yang lazim disebut daerah
pesisir antara lain di Barus, Sorkam, Jago-jago, Singkuang dan Natal,
sedangkan dikawasan Teluk Tapian Nauli pemukiman penduduk sudah
ada disekitar Pargadungan dan Poriaha". tulis situs pemerintah ini
lewat alamat http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/
kabupaten/id/12/name/sumatera-utara/detail/1273/kota-sibolga
Dan hal ini diperjelas pula oleh s itus Hutagalung Cyber lewat
alamat http://hutagalung-cyber.blogspot.com/2013/04/Sejarah
BerdirinyaKotaSibolga.html
Jauh sebelum kota Sibolga terbentuk di pesisir teluk Tapian Nauli,
teluk Tapian Nauli telah ramai dengan aktivitas perdagangan di
ketahui melalui catatan pelawat Islam abad ke-7 dan Portugis di
abad ke-16 M, dimana teluk Tapian Nauli merupakan salah satu
pintu masuk perdagangan yang pertama di pantai barat sumatera
utara dengan Bandar ( pelabuhan) nya Barus (Tengku Luckman sinar, SH,
“Lintasan Sejarah Sibolga dan Pantai Barat Sumatera Utara", Harian
Waspada, 23 juni 1981).
* Hal Oppu Datu Harinjom dalam hubungannya dengan timbulnya
istilah "Sibalga".
Sekitar tahun 1514 – 1524 terjadi gejolak antara Aceh dengan Batak
dibagian Timur Sumatera Utara. Keadaan ini mengundang orang Batak
Toba semakin banyak datang ke Pesisir Barat Sumatera Utara,
terutama dari Daerah Silindung Tapanuli Utara, rute perjalanan
adalah dari daerah Silindung menuju Aek Raisan terus ke Bonandolok
menuju Meladolok hingga ke Mela dan sampai di Pulau Poncan.
Makin lama daerah Teluk Tapian Nauli semakin sibuk dan semakin ramai
oleh kegiatan jual-beli rempah dan hasil Hutan dengan pedagang dari
Eropah. Arab, India dan Cina demikian juga halnya Kapal-kapal
Dagangpun semakin banyak singgah di daerah Teluk Tapian Nauli.
Demikian tulis situs Kementerian Dalam Negeri RI. Selanjutnya
dikatakan :
Pada saat itulah OMPU DATU HURINJOM HUTAGALUNG dari daerah
Silindung membuka pemukiman baru disekitar Simaninggir Bonan Dolok sekitar
10 KM dari sebelah Utara Kota Sibolga yang ada sekarang ini.
Dari tempat ini sesuai dengan sebutan namanya Simaninggir
(mudah memantau) terlihat pemandangan yang sangat Indah dan sangat
Luas ke daerah Laut dan Pantai sehingga sangat mudah untuk memantau
keadaan.
Akhirnya daerah ini menjadi tempat persinggahan Parlanja Sira untuk
melepaskan lelah dan kadang kala bermalam ditempat ini. Jika Parlanja
Sira hendak singga di Simaninggir mereka tidak pernah menyebut
tempat itu dengan sebutan nama pemiliknya karena, tabu bagi orang
Batak menyebut nama langsung seseorang yang dituakan atau dihormati,
melainkan disebut dengan gelar kebesaran atau kehormatan sehingga
menyampaikan dengan Kalimat “ BETA HITA SINGGA TU INGANAN NI
SI BALGA I “ ( Ayo kita singga ketempat orang Besar itu ).
Hal ini karena perawakan pisik Ompu Datu Hurimjon Hutagalung berbadan
besar dan tinggi dengan Kharisma Spritual.
Comentar penulis :
Uraian mengenai Oppu Datu Harinjom hutagalung ini sebagai orang yang
berbadan besar disebut "Si Balga" menurut penulis cukup logis dan
memang ditanah batak sangat dipantangkan menyebut nama orang apalagi
yang dituakan dan di atas kita.
Adapun marga Huta Galung memang berasal dari Batak Toba hingga marga
dan istilah tersebut saling mendukung. Artinya akan kurang logis jika
Marga Lubis yang bebadan besar disebut Si Balga di kampungnnya, tapi
akan logis disebut "si Godang atau si mokmok". Kedua istilah tersut
lebih dekat pada batak Angkola dan Mandailing.
" Hal Sebutan Si balga jadi Sibolga (Resminya istilah Sibolga disebut
sebagai nama wilayah)
Menurut hemat penulis "Si Balga" memang
artinya besar dalam bahasa Batak Toba. Arti
yang sama juga akan kita temukan dalam
pengucapan kata, "Si Boga" bagi masyarakat
pesisir. Begitupun kata isttilah "Sibolga" kadang
disamakan juga pengertiannya dengan "Si Balga"
dalam masyarakat Batak Toba.
"Pembukaan secara resmi tempat ini menjadi
pemukiman berlangsung pada tanggal 2 April 1700
dan sebagai mana lazimnya orang Batak membuka
pemukiman/Kampung yang baru selalu
dilengkapi dengan Raja, Pangulimadan
Datu.
Nama Sibolga menjadi populer untuk pemukiman baru ini walaupun pernah
berobah-obah menurut dialek orang yang mengucapkannya bila orang Batak
mengucapkannya SI BALGA atau SI BOLGA, sedangkan orang Pesisir
mengucapkannya SIBOGA sementara orang Belanda dan Inggris mengucapkannya
SIBOUGAH, sedangkan orang Jepang mengucapkannya dengan SIBARUGA karena
orang Jepang susah menyebutkan huruf L
_______________________
Sibolga Sekarang ini
_______________________
* Hal Wilayah dan penduduk
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 (SP2010), jumlah penduduk
Kota Sibolga sementara adalah 84.481 orang, yang terdiri atas 42.408 laki-
laki dan 42.073 perempuan. Dari hasil SP2010 tersebut Kecamatan Sibolga
Selatan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 30.082
orang, sedangkan kecamatan yang jumlah penduduknya terkecil adalah
Kecamatan Sibolga Kota yaitu 14.304 orang.
Dengan luas wilayah Kota Sibolga sekitar 10,77 kilo meter persegi yang
didiami oleh 84.481 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota
Sibolga adalah sebanyak 7.844 orang per kilo meter persegi. Kecamatan
yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Sibolga
Sambas yakni sebanyak 12.821 orang per kilo meter persegi sedangkan yang
paling rendah adalah Kecamatan Sibolga Kota yakni 5.235 orang per kilo
meter persegi.
* Hal ketinggian dari permukaan air laut
Kota Sibolga dipengaruhi oleh letaknya yaitu berada pada daratan pantai,
lereng, dan pegunungan. Terletak pada ketinggian berkisar antara 0 - 150
meter dari atas permukaan laut, dengan kemiringan lahan kawasan kota ini
bervariasi antara 0-2 % sampai lebih dari 40 %.
* Hal kawasan pulau dan perbatasan dan sungai
Pulau-pulau yang termasuk dalam kawasan kota Sibolga adalah pulau Poncan
Gadang, pulau Poncan Ketek, pulau Sarudik dan pulau Panjang. Dengan batas-
batas wilayah: timur, selatan, utara pada kabupaten Tapanuli Tengah,
dan barat dengan Samudera Hindia.
Sementara sungai-sungai yang dimiliki, yakni Aek Doras, Sihopo-hopo,
Aek Muara Baiyon dan Aek Horsik.
* Hal Potensi utama perekonomian
Potensi utama perekonomian bersumber dari perikanan, pariwisata, jasa,
perdagangan dan industri maritim. Hasil utama perikanan, antara lain,
kerapu, tuna, kakap, kembung, bambangan, layang, sardines, lencam dan teri.
* Hal Kecamatan :
Kota Sibolga terdiri dari empat kecamatan :
Sibolga Utara (terdiri atas empat kelurahan)
Sibolga Kota (terdiri atas empat kelurahan)
Sibolga Selatan (terdiri atas empat kelurahan)
Sibolga Sambas (terdiri atas empat kelurahan)
___________________
Parlanja Sira
___________________
Para kawan ... !
"Jauh sebelum Sibolga berdiri sudah banyak
penduduk yang bermukim disekitar Pantai Barat
Sumatera Utara yang lazim disebut daerah
pesisir antara lain di Barus, Sorkam, Jago-jago,
Singkuang dan Natal, sedangkan dikawasan Teluk
Tapian Nauli pemukiman penduduk
sudah ada disekitar Pargadungan dan Poriaha.
Masyarakat dari Daerah Batak Toba banyak
yang datang ke Daerah Pesisir ini, untuk berdagang
secara barter. Mereka membawa hasil
pertanian dan hasil hutan, untuk
selanjutnya ditukar dengan Garam
dan Hasil Laut yang diperoleh mereka
dari daerah pesisir.
Mereka memikul sendiri barang-barang yang dibawanya, dalam Bahasa
Batak disebut " Marlanja " sehingga kelompok ini terkenal dengan
sebutan " Parlanja Sira " (Tukang pikul Garam)".
demikian Wendy Hutahean lewat alamat http://www.youtube.
com/playlist?list=PLE3E49B85C42B518D mengatakan mengenai
parlanja sira.
"Di zaman dulu karena letak tanah Karo di dataran tinggi yang
jauh dari pantai Timur dan pantai barat Sumatera, sangatlah
susah untuk mendapatkan garam yang merupakan kebutuhan penting.
Dalam banyak cerita tradisi lisan Karo, perlanja sira banyak
di sebut-sebut. Profesi ini harus membawa garam dengan memikul
dari kampung2 melayu di pesisir timur sumatera (sekitar hamparan
perak dan deli tua) , berjalan melewati hutan lebat di bukit
barisan mengahadapi resiko diserang binatang buas dan di rampok
(karena garam adalah barang mewah saat itu). Untuk mencapai
tanah Karo melalui jalan di lereng bukit barisan biasanya
makan waktu 4 hari jalan kaki.
Cerita perlanja sira biasanya diajarkan sebagai pengajaran akan
kebijakan, kegigihan, kesabaran, sopan santun dan tolong menolong.
(Profesi ini sudah punah sejak tahun 1940an karena Belanda
membangun jalan yang bisa dilalui oleh moda transportasi
tradisional dan modern dan semakin berkembangnya transportasi".
Demikian situs "karo Indonesia" memberikan pemahaman pada
pembacanya mengenai "Parlanja Sira". Sedangkan situs kumpulan
cerita karo dalam cerita yang berjudul "Pawang Ternalem"
mengatakan mengenai "Parlanja Sira" lewat alamat http://kumpulanceritakaro.
blogspot.com/p/cerita-pawang-ternalem-berkisah-tentang.html
"...Pawang Ternalem sempat dilempar dikubangan lumpur yang banyak
kerbau, agar ia tewas terinjak-injak oleh kerbau. Tapi tak ada
kerbau yang mau menginjaknya. Ia juga ditelantarkan di kolong
rumah adat yang penuh babi. Tapi, ternyata babi-babi itu malah
merawatnya. Adalah kelompok Perlanja Sira yang membawanya ke
sebuah hutan dekat Langkat".
"Tiba di Jahe, garam belum dibeli, kebetulan ada pesta dengan acara
ronggeng dan gendang. Si perlanja yang tak memaparas (tak tampan)
pada awalnya kurang tertarik karena dia tidak mendengar musik lima
sedalanen. Tapi setelah sang bintang panggung yang anggun cantik
rupawan muncul di panggung, menari dan bernyanyi, lama-lama si
perlanja menjadi tertarik.
Ketika dia diminta menari dengan si bintang, diapun akhirnya
hanyut dalam menari ria dengan sibintang panggung dan penontonpun
puas" tulis situs tanah Karo arn anceng.
Comentar penulis :
Mengacu pada uraian-uraian diatas, maka jelas tergambar bahwa
yang mempulerkan nama, "Sibolga" adalah para "Parlanja Sira"
dari daerah Batak Lainya di luar Sibolga. Dan jika dihubungkan
dengan judul tulisan, maka yang penulis maksud "Kota Parlanja
Sira" adalah kota Sibolga sebagai tempatnya para pengambil
garam dari wilayah lainnya diluar Sibolga.
* Parlanja Sira dari Sipirok Angkola
Mengacu pada jalur-jalur yang dilalui halak hita Batak Toba untuk sampai
ke "Si Balgaan" atau Si Bolga, maka penulis punya gambaran pada satu
tempat di Sipirok yang namaya "Bulu Mario (masuk dalam kawasan gunung
sibualbuali)".
Dalam logika penulis, bisa jadi para "Parlanja Sira" dari Sipirok Angkola
jaman najolo melului jalur ini untuk mudah sampai ke Sibolga. Sungguh tidak
mungkin mereka melalui jalur parsabolas, terus ke PSP dan luncat ke Batang
toru baru terus ke Sibolga.
Jamiluddin Ritonga salah seoarang kawan penulis yang berasal dari desa
Huraba (Sekitar Bulumario) pernah berkata pada penulis, bahwa "laut Sibolga
itu dapat terlihat dari sekitar Bulu Mario (Setelah berjalan beberapa km)
dari huta Bulumario tersebut.
Pernyataan yang sama juga cukup sering terdengar dari para orang tua dari
Sipirok pada masa yang lampau. Dan sampai sekarang juga di Sipirok tidak
ada laut. Yang ada "Ja Laut" di Batuhorpak.
_________________________________________
Lain-lain seputar Sibolga bagi penulis
_________________________________________
* Tentang Tangga Seratus
* Tentang suasana malam
Wau...! Di kota Sibolga pada masa itu memang sangat mengasikkan.
Udaranya yang sejuk serta pemandangan lampu-lampu kapal juga
pemancar TVRI-nya menambah asyiknya bermain-main/duduk di kota
Sibolga
* Tentang Bonan Dolok dan Batu Lubang
Pada saat anak-anak penulis sudah pernah ketempat ini pada saat
perpisahan anak-anak SD. Dan masuk melalu Batu Lubang sedangkan
keluarnya dari Batang Toru tembus ke PSP.
* Tentang Nelayan
Dalam sejarah hidup penulis, pernah juga jadi nelayan di Belawan selama
tiga hari, saya lihat sebagiannya masih belum pantas dikatakan untuk hidup
layak. Tentunya keadaan itu, bisa jadi cerminan juga bagi nelayan yang ada
di Sibolga sana.
Sebagai orang yang berama Islam ingin rasanya penulis menyampaikan,
seperti apa yang tersair lewat lagu nelayan di bawah ini pada para
nelayan di Sibolga.
Nelayan...mangalo angin
manjalaki nafkah...kaluarga
hanya kaluarga....
Penutup
________
Demkian yang dapat disampaikan malam ini, dan semoga kota Sibolga,
sebagai tempat "Parlanja Sira" menjadi lebih maju dan masyarakat-
nyapun lebih makmur.
Horas Tapanuli Tengah dan horas Sibolga...!
______________________________________________________
Cat :
Kepada semua pemilik video yang di upload di blog ini,
penulis mengucapkan terimakasih.
br />
(Menyimak sejarah Kota Sibolga dan macam persfektif suku
Batak mengenai sira / garam dalam istilah "Parlanja Sira")
______________________________________________________
Para kawan...!
Kemarin malam atau malam kemarin atau kemarin malam atau malam
kemarin, ito nauli lagu Kayaria Tarihoran menyambut status kiriman
penulis dengan klik suka pada status FB.
Setelah menunggu beberapa saat, si ito tidak juga muncul memberikan
komentar, "Sibuk mungkin beliau, mungkin sibuk beliau, belia sibuk
mungkin" begitu pikir penulis. Untuk kemudian penulis memancing
ngobrol padanya.
Berikut kutipannya :
Kota Sibolga (Dok.Hutagalung Cyber) |
Trims jempolnya ito Kayaria Tarihoran...
apa kabar...?
Kayaria Tarihoran :
Kabar baik to.pakah ito sehat2 aja?
Rahmat Parlindungan Siregar:
Yah...sehat wal afiat. Ito tinggal
dimana sekarang...
Kayaria Tarihoran : Sy di pinang sori ito,kalo ito?
Rahmat Parlindungan Siregar: Bogor ito...! Pinang Sori...?
Sori ito kurang tau saya, dimana itu ya..
Kayaria Tarihoran : Maaf sy fikir tadi ito sekitar tapanuli.
sy tinggal di sibolga,munkin ito tau.
Rahmat Parlindungan Siregar Hahahaha...Sibolga...! Taula ito.
Tangga seratus..saya pernah kesana... masih ada tangganya ito...
Kayaria Tarihoran Hehehe...ea masihlah to.kalo ingat tangga
seribu,ito pasti ingat juga dgn martabak kairo.
Rahmat Parlindungan Siregar Ya...! Termasuk rambutan Sibolganya.
Teringat pantainya masih ramai di kunjungi orang ito...
Rahmat Parlindungan Siregar Ito nauli lagu...! Cerita kita
bersambung dan Horas Sibolga.
Para kawan...!
Pada saat ngobrol ini penulis terpikir tiga hal setelah mengetahui
ito ini tinggal di "Si Bolga" yaitu satu mengenai Tangga Seribu,
dua mengenai Bonan Dolok, dan yang ketiga mengenai "Sira" ya...!
Sira kawan...!
Satu kata yang terdengar sepele, tapi sungguh penuh arti dalam
kehidupan masyarakat dan budaya Batak. Mengapa tidak...! Tentunya
kita semua pernah dengar bukan dengan istilah :
* Atcim ninna mardai sira
* Manyimpan sira dibagasan aek
* Lalam ninna hurang sira
* Bahat mangan sira dan
* Parlanja sira
Hahahaha...tentulah pernah dengar bahkan mengucapkannya juga, iya
kan kawan...iyakan ito...iayakan anggi...iyakan...iyakan...ya...
iyalah...
Hehehehe..okelah kalau begitu, mohon ijin penulis lewat blog ini
akan memberi pendapat mengenai hal di atas dengan fokus tulisan
"Parlanja Sira", tentunya setelah terlebih dahulu mengurai mengenai
sejarah Sibolga.
Selamat menyimak...!
Si bolga si kota lauk
pemandanganyo indah
di tepi pantai....
Mainkan ito parlagu nauli lagu, lagu "Sibolga Nauli"
Musik...! Ah....lama kalipun :
_________________________________________________________
Sekilas Sejarah Sibolga (Mulai dari adanya Teluk Tapian Nauli
sampai timbulnya istilah Sibolga)
__________________________________________________________
* Hal Teluk Tapian Nauli (Dasar / wilayah awal terbentuknya
kota Sibolga tapi belum dinamai Sibolga)
"Kota Sibolga adalah salah satu kota di
provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini
terletak di pantai barat pulau Sumatera,
membujur sepanjang pantai dari utara ke
selatan dan berada pada kawasan teluk yang
bernama Teluk Tapian Nauli,
sekitar ± 350 km dari kota Medan".
Demikian wikipedia membuka tulisannya
mengenai sejarah kota Sibolga.
Dan dari pembukaan ini jelas kita ketahui,
bahwa Teluk Tapian Nauli adalah daerah /
wilayah awal atau cikal bakal Sibolga seperti yang
sekarang ini.
Terhadap kondisi Teluk Tapian Nauli ini pada masa lalu, situs
"Kememterian Negeri Republik Indonesia" mengatakan :
SIBOLGA, Sebuah pemukiman, berada dikawasan Teluk TAPIAN NAULI,
Pantai Barat Sumatera Utara. Alamnya Indah, Teluknya luas, Lautnya
Dalam dan Tenang, sehingga strategis menjadi persinggahan para Pelaut
untuk berlabuh.
Air Jernih untuk kebutuhan Kapal cukup tersedia dari Sungai dan
Air Terjun yang banyak terdapat disekitar Teluk.
Pulau-pulau yang terhampar didepannya menjadi penyangga ombak dan
gelombang dari Lautan lepas Samudera Hindia. Kawasan Teluk Tapian
Nauli berkembang menjadi daerah transit kesegala jurusan, baik
kepedalaman atau ke Pulau-pulau di Nusantara dan ke Daerah Luar
Indonesia. Kondisi ini mendorong cepatnya pertumbuhan kehidupan
dengan adanya perdagangan antara penduduk Pribumi dengan pendatang
dari luar, Eropah dan Asia".
Para kawan...!
Jauh sebelum ada Teluk Tapian Nauli ini, huta-huta disekitar
Pantai Barat Sumatra (Daerah pesisir) sudah terlebih dahulu ada :
"Jauh sebelum Sibolga berdiri sudah banyak penduduk yang bermukim
disekitar Pantai Barat Sumatera Utara yang lazim disebut daerah
pesisir antara lain di Barus, Sorkam, Jago-jago, Singkuang dan Natal,
sedangkan dikawasan Teluk Tapian Nauli pemukiman penduduk sudah
ada disekitar Pargadungan dan Poriaha". tulis situs pemerintah ini
lewat alamat http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/
kabupaten/id/12/name/sumatera-utara/detail/1273/kota-sibolga
Dan hal ini diperjelas pula oleh s itus Hutagalung Cyber lewat
alamat http://hutagalung-cyber.blogspot.com/2013/04/Sejarah
BerdirinyaKotaSibolga.html
Jauh sebelum kota Sibolga terbentuk di pesisir teluk Tapian Nauli,
teluk Tapian Nauli telah ramai dengan aktivitas perdagangan di
ketahui melalui catatan pelawat Islam abad ke-7 dan Portugis di
abad ke-16 M, dimana teluk Tapian Nauli merupakan salah satu
pintu masuk perdagangan yang pertama di pantai barat sumatera
utara dengan Bandar ( pelabuhan) nya Barus (Tengku Luckman sinar, SH,
“Lintasan Sejarah Sibolga dan Pantai Barat Sumatera Utara", Harian
Waspada, 23 juni 1981).
* Hal Oppu Datu Harinjom dalam hubungannya dengan timbulnya
istilah "Sibalga".
Sekitar tahun 1514 – 1524 terjadi gejolak antara Aceh dengan Batak
dibagian Timur Sumatera Utara. Keadaan ini mengundang orang Batak
Toba semakin banyak datang ke Pesisir Barat Sumatera Utara,
terutama dari Daerah Silindung Tapanuli Utara, rute perjalanan
adalah dari daerah Silindung menuju Aek Raisan terus ke Bonandolok
menuju Meladolok hingga ke Mela dan sampai di Pulau Poncan.
Makin lama daerah Teluk Tapian Nauli semakin sibuk dan semakin ramai
oleh kegiatan jual-beli rempah dan hasil Hutan dengan pedagang dari
Eropah. Arab, India dan Cina demikian juga halnya Kapal-kapal
Dagangpun semakin banyak singgah di daerah Teluk Tapian Nauli.
Demikian tulis situs Kementerian Dalam Negeri RI. Selanjutnya
dikatakan :
Pada saat itulah OMPU DATU HURINJOM HUTAGALUNG dari daerah
Silindung membuka pemukiman baru disekitar Simaninggir Bonan Dolok sekitar
10 KM dari sebelah Utara Kota Sibolga yang ada sekarang ini.
Dari tempat ini sesuai dengan sebutan namanya Simaninggir
(mudah memantau) terlihat pemandangan yang sangat Indah dan sangat
Luas ke daerah Laut dan Pantai sehingga sangat mudah untuk memantau
keadaan.
Akhirnya daerah ini menjadi tempat persinggahan Parlanja Sira untuk
melepaskan lelah dan kadang kala bermalam ditempat ini. Jika Parlanja
Sira hendak singga di Simaninggir mereka tidak pernah menyebut
tempat itu dengan sebutan nama pemiliknya karena, tabu bagi orang
Batak menyebut nama langsung seseorang yang dituakan atau dihormati,
melainkan disebut dengan gelar kebesaran atau kehormatan sehingga
menyampaikan dengan Kalimat “ BETA HITA SINGGA TU INGANAN NI
SI BALGA I “ ( Ayo kita singga ketempat orang Besar itu ).
Hal ini karena perawakan pisik Ompu Datu Hurimjon Hutagalung berbadan
besar dan tinggi dengan Kharisma Spritual.
Comentar penulis :
Uraian mengenai Oppu Datu Harinjom hutagalung ini sebagai orang yang
berbadan besar disebut "Si Balga" menurut penulis cukup logis dan
memang ditanah batak sangat dipantangkan menyebut nama orang apalagi
yang dituakan dan di atas kita.
Adapun marga Huta Galung memang berasal dari Batak Toba hingga marga
dan istilah tersebut saling mendukung. Artinya akan kurang logis jika
Marga Lubis yang bebadan besar disebut Si Balga di kampungnnya, tapi
akan logis disebut "si Godang atau si mokmok". Kedua istilah tersut
lebih dekat pada batak Angkola dan Mandailing.
" Hal Sebutan Si balga jadi Sibolga (Resminya istilah Sibolga disebut
sebagai nama wilayah)
Menurut hemat penulis "Si Balga" memang
artinya besar dalam bahasa Batak Toba. Arti
yang sama juga akan kita temukan dalam
pengucapan kata, "Si Boga" bagi masyarakat
pesisir. Begitupun kata isttilah "Sibolga" kadang
disamakan juga pengertiannya dengan "Si Balga"
dalam masyarakat Batak Toba.
"Pembukaan secara resmi tempat ini menjadi
pemukiman berlangsung pada tanggal 2 April 1700
dan sebagai mana lazimnya orang Batak membuka
pemukiman/Kampung yang baru selalu
dilengkapi dengan Raja, Pangulimadan
Datu.
Nama Sibolga menjadi populer untuk pemukiman baru ini walaupun pernah
berobah-obah menurut dialek orang yang mengucapkannya bila orang Batak
mengucapkannya SI BALGA atau SI BOLGA, sedangkan orang Pesisir
mengucapkannya SIBOGA sementara orang Belanda dan Inggris mengucapkannya
SIBOUGAH, sedangkan orang Jepang mengucapkannya dengan SIBARUGA karena
orang Jepang susah menyebutkan huruf L
_______________________
Sibolga Sekarang ini
_______________________
* Hal Wilayah dan penduduk
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 (SP2010), jumlah penduduk
Kota Sibolga sementara adalah 84.481 orang, yang terdiri atas 42.408 laki-
laki dan 42.073 perempuan. Dari hasil SP2010 tersebut Kecamatan Sibolga
Selatan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 30.082
orang, sedangkan kecamatan yang jumlah penduduknya terkecil adalah
Kecamatan Sibolga Kota yaitu 14.304 orang.
Dengan luas wilayah Kota Sibolga sekitar 10,77 kilo meter persegi yang
didiami oleh 84.481 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota
Sibolga adalah sebanyak 7.844 orang per kilo meter persegi. Kecamatan
yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Sibolga
Sambas yakni sebanyak 12.821 orang per kilo meter persegi sedangkan yang
paling rendah adalah Kecamatan Sibolga Kota yakni 5.235 orang per kilo
meter persegi.
* Hal ketinggian dari permukaan air laut
Kota Sibolga dipengaruhi oleh letaknya yaitu berada pada daratan pantai,
lereng, dan pegunungan. Terletak pada ketinggian berkisar antara 0 - 150
meter dari atas permukaan laut, dengan kemiringan lahan kawasan kota ini
bervariasi antara 0-2 % sampai lebih dari 40 %.
* Hal kawasan pulau dan perbatasan dan sungai
Pulau-pulau yang termasuk dalam kawasan kota Sibolga adalah pulau Poncan
Gadang, pulau Poncan Ketek, pulau Sarudik dan pulau Panjang. Dengan batas-
batas wilayah: timur, selatan, utara pada kabupaten Tapanuli Tengah,
dan barat dengan Samudera Hindia.
Sementara sungai-sungai yang dimiliki, yakni Aek Doras, Sihopo-hopo,
Aek Muara Baiyon dan Aek Horsik.
* Hal Potensi utama perekonomian
Potensi utama perekonomian bersumber dari perikanan, pariwisata, jasa,
perdagangan dan industri maritim. Hasil utama perikanan, antara lain,
kerapu, tuna, kakap, kembung, bambangan, layang, sardines, lencam dan teri.
* Hal Kecamatan :
Kota Sibolga terdiri dari empat kecamatan :
Sibolga Utara (terdiri atas empat kelurahan)
Sibolga Kota (terdiri atas empat kelurahan)
Sibolga Selatan (terdiri atas empat kelurahan)
Sibolga Sambas (terdiri atas empat kelurahan)
___________________
Parlanja Sira
___________________
Para kawan ... !
Parlanja Sira |
penduduk yang bermukim disekitar Pantai Barat
Sumatera Utara yang lazim disebut daerah
pesisir antara lain di Barus, Sorkam, Jago-jago,
Singkuang dan Natal, sedangkan dikawasan Teluk
Tapian Nauli pemukiman penduduk
sudah ada disekitar Pargadungan dan Poriaha.
Masyarakat dari Daerah Batak Toba banyak
yang datang ke Daerah Pesisir ini, untuk berdagang
secara barter. Mereka membawa hasil
pertanian dan hasil hutan, untuk
selanjutnya ditukar dengan Garam
dan Hasil Laut yang diperoleh mereka
dari daerah pesisir.
Mereka memikul sendiri barang-barang yang dibawanya, dalam Bahasa
Batak disebut " Marlanja " sehingga kelompok ini terkenal dengan
sebutan " Parlanja Sira " (Tukang pikul Garam)".
demikian Wendy Hutahean lewat alamat http://www.youtube.
com/playlist?list=PLE3E49B85C42B518D mengatakan mengenai
parlanja sira.
"Di zaman dulu karena letak tanah Karo di dataran tinggi yang
jauh dari pantai Timur dan pantai barat Sumatera, sangatlah
susah untuk mendapatkan garam yang merupakan kebutuhan penting.
Dalam banyak cerita tradisi lisan Karo, perlanja sira banyak
di sebut-sebut. Profesi ini harus membawa garam dengan memikul
dari kampung2 melayu di pesisir timur sumatera (sekitar hamparan
perak dan deli tua) , berjalan melewati hutan lebat di bukit
barisan mengahadapi resiko diserang binatang buas dan di rampok
(karena garam adalah barang mewah saat itu). Untuk mencapai
tanah Karo melalui jalan di lereng bukit barisan biasanya
makan waktu 4 hari jalan kaki.
Cerita perlanja sira biasanya diajarkan sebagai pengajaran akan
kebijakan, kegigihan, kesabaran, sopan santun dan tolong menolong.
(Profesi ini sudah punah sejak tahun 1940an karena Belanda
membangun jalan yang bisa dilalui oleh moda transportasi
tradisional dan modern dan semakin berkembangnya transportasi".
Demikian situs "karo Indonesia" memberikan pemahaman pada
pembacanya mengenai "Parlanja Sira". Sedangkan situs kumpulan
cerita karo dalam cerita yang berjudul "Pawang Ternalem"
mengatakan mengenai "Parlanja Sira" lewat alamat http://kumpulanceritakaro.
blogspot.com/p/cerita-pawang-ternalem-berkisah-tentang.html
"...Pawang Ternalem sempat dilempar dikubangan lumpur yang banyak
kerbau, agar ia tewas terinjak-injak oleh kerbau. Tapi tak ada
kerbau yang mau menginjaknya. Ia juga ditelantarkan di kolong
rumah adat yang penuh babi. Tapi, ternyata babi-babi itu malah
merawatnya. Adalah kelompok Perlanja Sira yang membawanya ke
sebuah hutan dekat Langkat".
"Tiba di Jahe, garam belum dibeli, kebetulan ada pesta dengan acara
ronggeng dan gendang. Si perlanja yang tak memaparas (tak tampan)
pada awalnya kurang tertarik karena dia tidak mendengar musik lima
sedalanen. Tapi setelah sang bintang panggung yang anggun cantik
rupawan muncul di panggung, menari dan bernyanyi, lama-lama si
perlanja menjadi tertarik.
Ketika dia diminta menari dengan si bintang, diapun akhirnya
hanyut dalam menari ria dengan sibintang panggung dan penontonpun
puas" tulis situs tanah Karo arn anceng.
Comentar penulis :
Mengacu pada uraian-uraian diatas, maka jelas tergambar bahwa
yang mempulerkan nama, "Sibolga" adalah para "Parlanja Sira"
dari daerah Batak Lainya di luar Sibolga. Dan jika dihubungkan
dengan judul tulisan, maka yang penulis maksud "Kota Parlanja
Sira" adalah kota Sibolga sebagai tempatnya para pengambil
garam dari wilayah lainnya diluar Sibolga.
* Parlanja Sira dari Sipirok Angkola
Mengacu pada jalur-jalur yang dilalui halak hita Batak Toba untuk sampai
ke "Si Balgaan" atau Si Bolga, maka penulis punya gambaran pada satu
tempat di Sipirok yang namaya "Bulu Mario (masuk dalam kawasan gunung
sibualbuali)".
Dalam logika penulis, bisa jadi para "Parlanja Sira" dari Sipirok Angkola
jaman najolo melului jalur ini untuk mudah sampai ke Sibolga. Sungguh tidak
mungkin mereka melalui jalur parsabolas, terus ke PSP dan luncat ke Batang
toru baru terus ke Sibolga.
Jamiluddin Ritonga salah seoarang kawan penulis yang berasal dari desa
Huraba (Sekitar Bulumario) pernah berkata pada penulis, bahwa "laut Sibolga
itu dapat terlihat dari sekitar Bulu Mario (Setelah berjalan beberapa km)
dari huta Bulumario tersebut.
Pernyataan yang sama juga cukup sering terdengar dari para orang tua dari
Sipirok pada masa yang lampau. Dan sampai sekarang juga di Sipirok tidak
ada laut. Yang ada "Ja Laut" di Batuhorpak.
_________________________________________
Lain-lain seputar Sibolga bagi penulis
_________________________________________
* Tentang Tangga Seratus
Tangga Seratus |
* Tentang suasana malam
Wau...! Di kota Sibolga pada masa itu memang sangat mengasikkan.
Udaranya yang sejuk serta pemandangan lampu-lampu kapal juga
pemancar TVRI-nya menambah asyiknya bermain-main/duduk di kota
Sibolga
* Tentang Bonan Dolok dan Batu Lubang
Pada saat anak-anak penulis sudah pernah ketempat ini pada saat
perpisahan anak-anak SD. Dan masuk melalu Batu Lubang sedangkan
keluarnya dari Batang Toru tembus ke PSP.
* Tentang Nelayan
Dalam sejarah hidup penulis, pernah juga jadi nelayan di Belawan selama
tiga hari, saya lihat sebagiannya masih belum pantas dikatakan untuk hidup
layak. Tentunya keadaan itu, bisa jadi cerminan juga bagi nelayan yang ada
di Sibolga sana.
Sebagai orang yang berama Islam ingin rasanya penulis menyampaikan,
seperti apa yang tersair lewat lagu nelayan di bawah ini pada para
nelayan di Sibolga.
Nelayan...mangalo angin
manjalaki nafkah...kaluarga
hanya kaluarga....
_________
Penutup
________
Demkian yang dapat disampaikan malam ini, dan semoga kota Sibolga,
sebagai tempat "Parlanja Sira" menjadi lebih maju dan masyarakat-
nyapun lebih makmur.
Horas Tapanuli Tengah dan horas Sibolga...!
______________________________________________________
Cat :
Kepada semua pemilik video yang di upload di blog ini,
penulis mengucapkan terimakasih.
No comments:
Post a Comment