#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar bunu diri Nusantara dan Dunia)
_____________________________________________________
_________________
Kata Pengantar
_________________
"Banyaknya info akhir-akhir ini yang memberitakan kejadian
bunu diri di Nusantara" adalah alasan penulis mepostingkan
tulisan ini.
Alasan lainnya, adalah keingin tahuan, "Kira-kira seperti
apa bunu diri ini di Nusantara dan Dunia dalam bentuk
angka-angka", "Meningkatkah atau menurunkah, apa penyebabnya
dan apa solusinya" adalah alasan keingin tahuan lainnya.
Alasan lainnya adalah keinginan untuk mengetahui bagaimana
bunu diri diliohat dari sisi budaya batak, serta agama
Islam.
Selamat menyimak...!
______________________
Sekilas info Bunu Diri
______________________
* Hal Pengertian Bunu Diri
"Bunuh diri atau dalam bahasa Inggris disebut Suicide (berasal
dari kata Latin suicidium, dari sui caedere, "membunuh diri
sendiri") adalah sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian
diri sendiri".
Demikian wikipedia mengartikan bunu diri lewat link :
http://id.wikipedia.org/wiki/Bunuh_diri
* Hal pembagian Bunu Diri
Bunuh diri, yang juga disebut sebagai bunuh diri berhasil, adalah
"tindakan mengambil nyawa diri sendiri".
Percobaan bunuh diri atau perilaku bunuh diri yang tidak fatal
adalah perbuatan melukai diri sendiri dengan maksud untuk mengakhiri
nyawa seseorang namun tidak berakhir dengan kematian.
Bunuh diri dengan bantuan adalah ketika seseorang membantu orang
lain mengakhiri nyawanya secara tidak langsung melalui pemberian
saran atau sarana sampai kematian terjadi.
Bunuh diri semacam ini merupakan kebalikan dari euthanasia ketika
orang lain lebih memiliki peran aktif dalam mendatangkan kematian
bagi seseorang.
Ide bunuh diri adalah pemikiran untuk mengakhiri hidup seseorang
_________________________________________________
Bunu Diri di (Sumatra Utara) dalam tinjauan budaya batak
_________________________________________________
Penulis memberi pendapat mengenai hal ini lewat link :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2014/01/bunu-diri-mate-di-sumatra-utara-dalam.html
________________________________
Bunu diri dalam tinjauan Islam
________________________________
Penulis juga memuat "Bunu Diri" ini dalam tinjauan islam
lewat link :
http://galeri1msad.blogspot.com/2014/01/bunu-diri-dalam-tinjauan-islam.html
_____________________________
Bunu diri di Indonesia
_____________________________
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kasus bunuh diri di Indonesia belakangan
ini dinilai cukup memprihatinkan karena angkanya cenderung meningkat
sehingga perlu mendapat perhatian serius pemerintah, kata seorang sumber.
"Kasus bunuh diri menempati satu dari 10 penyebab kematian di setiap
negara," kata Ketua Lembaga Kajian dan Pencegahan Bunuh Diri (LKPBD)
Kunang-kunang Al Qodir Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta Wiranata Adi, di Sleman, Jumat.
Menurut dia, bunuh diri merupakan satu dari tiga penyebab utama kematian
pada kelompok umur 15 hingga 44 tahun dan nomor dua untuk kelompok 10
hingga 24 tahun.
Ia mengatakan, WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia pada 2010 melaporkan
angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa.
"Angka itu bisa jadi masih lebih besar lagi mengingat fenomena bunuh
adalah ibarat gunung es, yang tampak hanya puncaknya sementara yang
tertutup dan ditutupi sesungguhnya lebih besar lagi," katanya.
Ia mengatakan, dengan semakin majunya peradaban manusia melalui
berbagai teknologi ternyata manusia mengalami kerentanan menghadapi
diri sendiri maupun lingkungan yang akhirnya bermuara pada tindakan
bunuh diri.
"Kenyataan ini dibuktikan dengan peningkatan angka bunuh diri yang
meningkat secara signifikan. Perkiraan WHO memperkirakan pada 2020
angka bunuh diri secara global menjadi 2,4 per 100.000 jiwa
dibandingkan 1,8 per 100.000 jiwa pada 1998," katanya.
Wiranata mengatakan, fenomena bunuh diri sudah ada sejak masa purba
dan terus berkembang hingga sekarang. Fenomena bunuh diri terjadi di
mana-mana dan di semua lapisan masyarakat.
"Model dan caranya terus mengalami perkembangan dan itu sangat
memprihatinkan," katanya.
..................................................................
siplin keilmuan telah diterapkan tetapi belum memberikan hasil
positif dalam menurunkan angka bunuh diri. Kajian bunuh diri sudah
banyak dilakukan dengan pendekatan ilmu kedokteran jiwa, psikologi,
sosiologi, biologi, agama, filsafat, hukum, budaya, sejarah, politik,
ekonomi, klimatologi, kimia, bahkan sampai merambah dunia mistis.
"Namun sayangnya di Indonesia perhatian pemerintah maupun elemen
lain terhadap masalah tersebut masih sangat terbatas atau bahkan
bisa dibilang hampir tidak ada," katanya.
Sumber :
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/06/01/m4y5uz-memprihatinkan-kasus-bunuh-diri-di-indonesia
* Info bunu diri Nusantara
JAKARTA, KOMPAS.com - Tersangka kasus dugaan korupsi pelaksanaan
tender Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Blok 2 Belawan
Tahun 2012, M Bahalawan, mengaku hendak bunuh diri saat akan
ditahan penyidik Kejaksaan Agung, Senin (27/1/2014). Bahalawan
sempat mengeluarkan senjata api miliknya.
"Saya sudah mau bunuh diri kemarin. Saya enggak kuat dengan
pemerasan-pemerasan ini," kata Bahalawan di Kejaksaan Agung,
Jakarta, Selasa (28/1/2014).
Saat ditemui seusai pemeriksaan, ekspresi wajah Direktur
Operasional PT Mapna Indonesia itu nampak murung. Sesekali,
matanya berkaca-kaca dan menjawab pertanyaan dengan terbata-bata.
Bahalawan mengaku diperas oleh oknum jaksa Kejagung berinisial
JIB (sebelumnya dikatakan BJI) sebesar Rp 10 miliar. Uang itu,
disebutnya, sebagai jaminan agar ia tidak ditetapkan sebagai
tersangka dan ditahan atas kasus ini.
Lebih lanjut di :
http://nasional.kompas.com/read/2014/01/28/1424540/Keluarkan.Pistol.Tersangka.Kasus.Korupsi.PLTGU.Belawan.Mau.Bunuh.Diri
VIVAnews -- Warga Jakarta, Senin, 30 November 2009 lalu
dikagetkan peristiwa jatuhnya seorang perempuan, bernama
Ice Juniar dari lantai lima Grand Indonesia.
Belum juga usai pemberitaan perempuan malang ini, warga Jakarta
kembali dikejutkan kembali dikejutkan dengan jatuhnya seorang
pria bernama Reno. Dia terjatuh dari lantai lima pada 20.30 WIB.
Banyak spekulasi bermunculan atas cerita jatuhnya kedua orang ini.
Mulai dari bunuh diri, faktor keamanan mal, kelalaian dari
pengelola mal, atau pasangan bunuh diri seperti dalam cerita
Romeo dan Juliet karya William Shakespeare.
Namun, angka kematian akibat bunuh diri di tanah air belakangan
cenderung meningkat. Kasus yang disebabkan banyak faktor ini,
cenderung dilakukan ditempat-tempat terbuka.
Di Provinsi Bali, berdasarkan data yang dihimpun Kepolisian
Daerah Bali selama lima bulan tahun 2008 sebanyak 70 kasus,
sementara tahun 2009 ada 39 kasus.
Namun caranya berbeda, justru kasus yang terbanyak melakukan
bunuh diri dengan cara gantung diri sebanyak 36 orang, minum
racun dua kasus, menceburkan diri ke sumur satu kasus.
Pelakunya, sebagian besar dilakukan laki-laki. Untuk tahun ini
sebesar 24 orang, sementara perempuan ada 15 orang. Sedangkan
tahun 2008 ada 52 orang laki-laki dan 18 orang perempuan.
Untuk tingkat usia terbanyak 46-80 tahun ada 14 kasus, 26-45
tahun ada 12 kasus, dan 16-25 tahun dan 5-15 tahun masing-
masing ada 11 dan 2.
Jelas ini sangat memprihatinkan, apalagi latar belakang para
pelaku bunuh diri karena sakit yang menahun ada 25 kasus,
terhimpit masalah ekonomi 5 kasus, dan frustasi ada 9 kasus.
Yang membuat miris, justru terbesar dilakukan petani sebanyak
22 kasus, swasta 10 kasus, buruh dan pelajar masing-masing
5 dan dua kasus.
Sementara pada lima tahun terakhir, berdasarkan data yang
diluncurkan forensik FKUI/RSCM 2004 terdapat 771 orang laki-laki
bunuh diri dan 348 perempuan bunuh diri. Dari jumlah tersebut,
41 persen melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri, dengan
menggunakan insektisida 23 persen, dan overdosis mencapai 356 orang.
Lebih lanjut di :
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/110420-kasus_bunuh_diri_di_indonesia
________________________
JAKARTA - Jumlah anggota kepolisian yang bunuh diri pada 2013
naik 300 persen lebih dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pada 2011 hanya ada satu polisi yang bunuh diri, tahun 2012
dua orang, dan 2013 jumlahnya naik menjadi tujuh kasus.
Lima polisi jajaran bawah dan dua perwira polisi memilih
mengakhiri hidupnya sendiri pada tahun ini. Sebagian besar
gantung diri di rumahnya.
Indonesia Police Watch (IPW) menilai maraknya kasus bunuh diri
yang dilakukan anggota Polri menjadi sebuah peristiwa yang sangat
memprihatinkan. “Sebab dari waktu ke waktu trennya menunjukkan
peningkatan,” ujar Ketua Presidium IPW Neta S Pane
kepada Okezone di Jakarta, Jumat (27/12/2013).
Lebih lanjutdi :
http://news.okezone.com/read/2013/12/27/339/918181/jumlah-polisi-bunuh-diri-naik-300-persen
____________________
Bunu Diri di Dunia
____________________
* Perbandingan lebih banyak laki-laki atau perempuan
Angka bunuh diri tercatat lebih banyak dilakukan oleh pria
ketimbang wanita, dengan kemungkinan tiga sampai empat kali
lebih besar seorang pria melakukan bunuh diri dibandingkan
wanita.
Dengan angka 53% untuk kasus bunuh diri pada pria dan 39%
untuk kasus bunuh diri pada wanita.
* Sebab-sebab bunu diri
Bunuh diri seringkali dilakukan akibat putus asa, yang penyebabnya
seringkali dikaitkan dengan gangguan jiwa misalnya depresi,
gangguan bipolar, schizophrenia, ketergantungan alkohol/
alkoholisme, atau penyalahgunaan obat.
Faktor-faktor penyebab stres antara lain kesulitan keuangan
atau masalah dalam hubungan interpersonal seringkali ikut berperan.
* Cara Mencegah bunu diri
Upaya untuk mencegah bunuh diri antara lain adalah dengan
pembatasan akses terhadap senjata api, merawat penyakit jiwa dan
penyalahgunaan obat, serta meningkatkan kondisi ekonomi.
Terdapat bermacam-macam metode yang paling sering digunakan
untuk bunuh diri di berbagai negara dan sebagian terkait dengan
keberadaan metode tersebut.
* Metode bunu diri
Metode yang umum antara lain: gantung diri, racun serangga,
dan senjata api. Sekitar 800.000 hingga satu juta orang meninggal
karena bunuh diri setiap tahun, sehingga bunuh diri menduduki
posisi ke-10 sebagai penyebab kematian terbesar di dunia.
* Hal percobaan bunu diri di dunia
Tercatat ada sekitar 10 hingga 20 juta kasus percobaan bunuh
diri yang gagal setiap tahun. Percobaan bunuh diri semacam ini
lebih sering dilakukan remaja dan kaum hawa.
* Hal Pandangan umum pada bunu diri dunia
Cara pandang terhadap bunuh diri selama ini dipengaruhi oleh konsep
eksistensi yang luas seperti agama, kehormatan, dan makna hidup.
Agama Abrahamik secara tradisional menganggap bunuh diri sebagai
perbuatan melawan Tuhan karena kepercayaan bahwa kehidupan itu
suci.
* Hal bunu diri di Jepang
Selama era samurai di Jepang, seppuku dijunjung tinggi sebagai
sarana pertobatan akibat kegagalan atau sebagai bentuk protes.
Sati, sebuah praktik pemakaman dalam agama Hindu yang mengharuskan
janda untuk melakukan pengorbanan diri di atas api pembakaran jenazah
suaminya, baik atas keinginan sendiri maupun didesak oleh keluarga
dan masyarakat.
* Hal Bunu Diri de Negara Barat dan Negara Islam
Dahulu di kebanyakan negara barat, bunuh diri maupun percobaan
bunuh diri merupakan tindakan kriminal yang bisa membuat seseorang
dihukum, namun sekarang hukum tersebut sudah tidak berlaku lagi.
Namun di kebanyakan negara Islam, tindakan ini masih dianggap
melanggar hukum.
Di abad ke-20 dan ke-21, bunuh diri dalam bentuk pengorbanan diri
digunakan sebagai sarana protes, dan kamikaze serta bom bunuh diri
digunakan sebagai taktik militer atau teroris.
* Hal Bunu Diri di Australia
Di Australia, bunuh diri bukan merupakan tindak pidana.
Namun demikian, menasihati, menghasut, atau membantu dan
menghasut orang lain untuk mencoba bunuh diri merupakan
tindak kejahatan, dan hukum secara eksplisit memungkinkan
setiap orang untuk menggunakan "kekuatan yang sewajarnya
diperlukan" untuk mencegah orang lain dari melakukan bunuh
diri.
Wilayah Barat Australia sempat secara singkat memiliki hukum
bunuh diri yang dibantu dokter mulai dari tahun 1996 sampai 1997.
* Hal metode/cara bunu diri paling banyak di dunia
Metode utama bunuh diri berbeda-beda antar negara. Metode utama
di berbagai wilayah di antaranya gantung diri, minum racun pestisida,
dan senjata api.
Perbedaan ini diyakini sebagian karena ketersediaan metode yang
berbeda. Sebuah tinjauan pada 56 negara menemukan bahwa gantung
diri merupakan metode yang paling umum di sebagian besar negara,
* Hal Bunu diri massal di dunia
Contoh bunuh diri massal yaitu bunuh diri sekte "Jonestown"
pada tahun 1978, di mana 918 orang anggota Peoples Temple,
sebuah sekte di Amerika yang dipimpin oleh Jim Jones, mengakhiri
hidup mereka dengan minum anggur Flavor Aid yang dicampur dengan
sianida.
Lebih dari 10.000 warga sipil Jepang melakukan bunuh diri
di hari-hari terakhir Pertempuran Saipan pada tahun 1944,
sejumlah orang melompat ke dalam "Jurang Bunuh Diri" dan
"Jurang Banzai".
Aksi mogok makan 1981, yang dipimpin oleh Bobby Sands, menyebabkan
10 orang meninggal dunia. Penyebab kematian tersebut dicatat
oleh petugas forensik sebagai "kelaparan, pemaksaan diri" alih-alih
bunuh diri; penyebabnya telah dimodifikasi menjadi hanya
"kelaparan" pada surat kematian setelah mendapat protes dari
keluarga pengunjuk rasa yang mati.
Erwin Rommel selama Perang Dunia II diketahui menyembunyikan
rahasia tentang Plot 20 Juli terkait kehidupan Hitler dan
diancam dengan pengadilan publik, hukuman mati dan balas
dendam terhadap keluarganya kecuali jika ia mengakhiri hidupnya
sendiri.
* Faktor-faktor Risiko
Kondisi-kondisi yang memicu bunuh diri di 16 negara bagian
Amerika pada tahun 2008. Faktor-faktor yang memengaruhi risiko
bunuh diri antara lain gangguan jiwa, penyalahgunaan obat,
kondisi psikologis, budaya, kondisi keluarga dan masyarakat,
dan genetik.
Penyakit jiwa dan penyalahgunaan zat biasanya saling berkaitan.
Faktor risiko lain termasuk pernah melakukan percobaan bunuh diri,
adanya sarana yang tersedia untuk melakukan tindakan tersebut,
peristiwa bunuh diri dalam sejarah keluarga, atau adanya luka
trauma otak.
Contohnya, angka bunuh diri di keluarga yang memiliki senjata
api jumlahnya lebih besar daripada di keluarga yang tidak
memilikinya.
Faktor sosial ekonomi seperti pengangguran, kemiskinan,
gelandangan, dan diskriminasi dapat mendorong pemikiran untuk
melakukan bunuh diri.
Sekitar 15-40% pelaku meninggalkan sebuah pesan bunuh diri.
Faktor genetik sepertinya bertanggung jawab terhadap perilaku
bunuh diri sebesar 38% hingga 55%.
Veteran perang memiliki risiko lebih besar untuk melakukan
bunuh diri yang sebagian disebabkan oleh tingginya angka
penyakit jiwa dan masalah kesehatan fisik yang terkait perang.
* Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa seringkali terjadi pada seseorang saat melakukan
bunuh diri dengan angka kejadian berkisar antara 27% hingga
lebih dari 90%.
Orang yang pernah dirawat di rumah sakit jiwa memiliki
risiko melakukan tindakan bunuh diri yang berhasil sebesar
8.6% selama hidupnya.Sebagian dari orang yang meninggal
karena bunuh diri bisa jadi memiliki gangguan depresi mayor.
Orang yang mengidap gangguan depresi mayor atau salah satu
dari gangguan keadaan jiwa seperti gangguan bipolar memiliki
risiko lebih tinggi, hingga mencapai 20 kali lipat, untuk
melakukan bunuh diri.
Kondisi lain yang turut terlibat adalah schizophrenia(14%),
gangguan kepribadian (14%),gangguan bipolar, dan gangguan
stres pasca-trauma.[13] Sekitar 5% pengidap schizophrenia
mati karena bunuh diri.
Gangguan makan juga merupakan kondisi berisiko tinggi lainnya.
Riwayat percobaan bunuh diri di masa lalu merupakan alat
prediksi terbaik terjadinya tindakan bunuh diri yang akhirnya
berhasil.
Kira-kira 20% bunuh diri menunjukkan adanya riwayat percobaan
di masa lampau. Lalu, dari sekian yang pernah mencoba
melakukan bunuh diri memiliki peluang sebesar 1% untuk
melakukan bunuh diri yang berhasil dalam tempo satu tahun
kemudian dan lebih dari 5% melakukan bunuh diri setelah
10 tahun.
Meskipun tindakan melukai diri sendiri bukan merupakan
percobaan bunuh diri, namun adanya perilaku suka melukai
diri sendiri tersebut meningkatkan risiko bunuh diri.
Dari kasus bunuh diri yang berhasil, sekitar 80% individu
yang melakukannya telah menemui dokter selama setahun sebelum
kematian,termasuk 45% di antaranya yang menemui dokter dalam
satu bulan sebelum kematian.[27] Sekitar 25–40% orang yang
berhasil melakukan bunuh diri pernah menghubungi layanan
kesehatan jiwa pada tahun sebelumnya.
* Penggunaan obat
"The Drunkard's Progress", 1846 menggambarkan bagaimana
alkoholisme dapat mengakibatkan bunuh diri
Penyalahgunaan obat adalah faktor risiko bunuh diri paling
umum kedua setelah depresi mayor dan gangguan bipolar.
Baik penyalahgunaan obat kronis maupun kecanduan akut saling
berhubungan satu sama lain. Bila digabungkan dengan kesedihan
diri, misalnya ditinggalkan seseorang yang meninggal, risiko
tersebut semakin meningkat.
Selain itu, penyalahgunaan obat berkaitan dengan gangguan
kesehatan jiwa. Saat melakukan bunuh diri, kebanyakan orang
berada dalam pengaruh obat yang bersifat sedatif-hipnotis
(misalnya alkohol atau benzodiazepine) dengan adanya alkoholisme
pada sekitar 15% sampai 61% kasus.[12] Negara-negara dengan
angka penggunaan alkohol tinggi dan memiliki jumlah bar lebih
banyak secara umum juga memiliki risiko terjadinya bunuh diri
lebih tinggi yang keterkaitannya terutama berhubungan dengan
penggunaan minuman beralkohol hasil distilasi ketimbang jumlah
total alkohol yang digunakan.
Sekitar 2.2–3.4% dari mereka yang pernah dirawat karena menderita
alkoholisme pada suatu waktu dalam kehidupan mereka meninggal
dengan cara bunuh diri.Pecandu alkohol yang melakukan percobaan
bunuh diri biasanya pria, dalam usia tua, dan pernah melakukan
percobaan bunuh diri di masa lampau.
Antara 3 hingga 35% kematian pada kelompok pemakai heroin
diakibatkan oleh bunuh diri (kira-kira 14 kali lipat lebih besar
dibandingkan kelompok yang tidak memakai heroin).
Penyalahgunaan kokain dan methamphetamine memiliki korelasi
besar terhadap bunuh diri. Mereka yang menggunakan kokain
memiliki risiko terbesar saat berada dalam fase sakaw. Mereka
yang menggunakan inhalansia juga memiliki risiko besar dengan
sekitar 20% di antaranya mencoba melakukan bunuh diri pada
suatu waktu dan lebih dari 65% pernah berpikir untuk melakukannya.
Merokok memiliki keterkaitan dengan risiko bunuh diri. Tidak ada
bukti yang cukup kuat mengapa ada keterkaitan tersebut; namun
hipotesis menyatakan bahwa mereka yang memiliki kecenderungan
merokok juga memiliki kecenderungan untuk melakukan bunuh diri,
bahwa merokok menyebabkan masalah kesehatan sehingga mendorong
seseorang untuk mengakhiri hidupnya, dan bahwa merokok mempengaruhi
kimia otak hingga menyebabkan kecenderungan bunuh diri.
Meski demikian, Ganja/Cannabis sepertinya tidak secara tunggal
menyebabkan peningkatan risiko.
* Masalah Perjudian
Masalah perjudian pada seseorang dikaitkan dengan meningkatnya
keinginan bunuh diri dan upaya-upaya melakukan tindak bunuh diri
dibandingkan dengan populasi umum.
Antara 12 dan 24% pejudi patologis berusaha bunuh diri. Angka
bunuh diri di kalangan istri-istri mereka tiga kali lebih besar
daripada populasi umum. Faktor lain yang meningkatkan risiko
pada mereka dengan masalah perjudian meliputi penyakit mental,
alkohol dan penyalahgunaan narkoba.
Kondisi Medis[sunting | sunting sumber]
Terdapat hubungan antara bunuh diri dan masalah kesehatan fisik,
mencakup: sakit kronis, cedera otak traumatis,[40] kanker,
mereka yang menjalani hemodialisis, HIV, lupus eritematosus
sistemik, dan beberapa lainnya.
Diagnosis kanker membuat risiko bunuh diri menjadi kira-kira
dua kali lipat. Angka kejadian bunuh diri yang meningkat tetap
tinggi setelah disesuaikan dengan penyakit depresi dan
penyalahgunaan alkohol.
Pada orang yang memiliki lebih dari satu kondisi medis, risiko
tersebut sangat tinggi. Di Jepang, masalah kesehatan termasuk
dalam daftar utama diperbolehkannya bunuh diri.
Gangguan tidur seperti insomnia dan apnea tidur merupakan faktor
risiko mengalami depresi dan melakukan bunuh diri. Pada beberapa
kasus, gangguan tidur mungkin menjadi faktor risiko independen
timbulnya depresi.
Sejumlah kondisi medis lainnya mungkin disertai gejala yang mirip
dengan gangguan suasana hati, termasuk: hipotiroid, Alzheimer,
tumor otak, lupus eritematosus sistemik, dan efek samping dari
sejumlah obat (seperti beta blocker dan steroid).
* Keadaan psikososial
Sejumlah keadaan psikologis juga meningkatkan risiko bunuh diri,
meliputi: keputusasaan, hilangnya kesenangan dalam hidup, depresi
dan kecemasan.[21] Kurangnya kemampuan untuk memecahkan masalah,
hilangnya kemampuan seseorang yang dahulu dimilikinya, dan
kurangnya pengendalian impuls juga berperan.
Pada orang dewasa lanjut usia, persepsi tentang menjadi beban
bagi orang lain merupakan hal yang penting. Stres kehidupan
yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir seperti kehilangan
anggota keluarga atau teman, kehilangan pekerjaan, atau isolasi
sosial (seperti hidup sendiri) meningkatkan risiko tersebut.
Orang yang tidak pernah menikah juga berisiko lebih besar.
Bersikap religius dapat mengurangi risiko seseorang untuk
melakukan bunuh diri. Hal ini dikaitkan dengan pandangan
negatif sebagian besar agama yang menentang perbuatan bunuh
diri dan dengan lebih besarnya rasa keterikatan yang bisa
diberikan oleh agama.
Muslim, di antara umat beragama, tampaknya memiliki tingkat
yang lebih rendah. Sejumlah orang mungkin ingin bunuh diri
untuk melarikan diri dari intimidasi atau tuduhan. Riwayat
pelecehan seksual[50] pada masa kecil dan dan saat menjadi anak
asuh juga merupakan faktor risiko.
Pelecehan seksual diyakini memberi kontribusi sekitar 20%
dari keseluruhan risiko. Evolusioner menjelaskan bahwa persoalan
bunuh diri bisa meningkatkan kemampuan inklusif. Hal ini dapat
terjadi jika orang yang ingin bunuh diri tidak dapat lagi
memiliki anak dan mengangkat anak dari kerabatnya dengan
tetap bertahan hidup.
Hal yang tidak dapat disetujui adalah bahwa kematian pada
remaja yang sehat tidak menyebabkan terjadinya kemampuan
inklusif. Proses adaptasi terhadap lingkungan adat nenek
moyang yang sangat berbeda mungkin menjadi proses yang
maladaptif dalam kondisi saat ini.
Kemiskinan dikaitkan dengan risiko bunuh diri. Meningkatnya
kemiskinan relatif seseorang yang dibandingkan dengan orang
yang ada di sekitarnya dapat meningkatkan risiko bunuh diri.
Lebih dari 200.000 petani di India telah melakukan bunuh diri
sejak tahun 1997, yang sebagian karena persoalan utang.
Di Cina, kemungkinan peristiwa bunuh diri terjadi tiga kali
lipat di daerah pedesaan di pinggiran kota, yang diyakini
akibat kesulitan keuangan di area ini di negara tersebut.
*Media
Media, termasuk internet, memainkan peranan penting.
Caranya menyajikan gambaran bunuh diri mungkin saja memiliki
efek negatif dengan banyaknya tayangan yang mencolok dan
berulang yang mengagungkan atau meromantiskan tindakan bunuh
diri dan memberikan dampak terbesar.
Bila digambarkan secara rinci tentang cara melakukan bunuh
diri dengan menggunakan cara tertentu, metode bunuh diri
mungkin saja meningkat dalam populasi secara keseluruhan.
Pemicu penularan bunuh diri atau peniruan bunuh diri ini
dikenal sebagai efek Werther, yang diberi nama berdasarkan
tokoh protagonist dalam karya Goethe yang berjudul The
Sorrows of Young Werther yang melakukan bunuh diri.
Risiko ini lebih besar pada remaja yang mungkin meromantiskan
kematian. Sementara media massa memiliki pengaruh yang
signifikan, efek dari media hiburan masih tampak samar-samar.
Kebalikan dari efek Werther adalah pengusulan efek Papageno,
yaitu cakupan yang baik mengenai mekanisme cara mengatasi
masalah secara efektif, mungkin memiliki efek perlindungan.
Istilah ini didasarkan pada karakter dalam opera Mozart yang
berjudul The Magic Flute yang akan melakukan bunuh diri
karena takut kehilangan orang yang dicintainya sampai teman-
temannya menyelamatkannya.
Bila media mengikuti pedoman pelaporan yang sesuai, risiko
bunuh diri dapat diturunkan. Namun demikian, kepatuhan dari
industri tersebut bisa saja sulit didapatkan terutama dalam
jangka panjang.
* Rasional
Bunuh diri rasional adalah tindakan menghilangkan nyawa sendiri
yang beralasan, meskipun sejumlah orang merasa bahwa bunuh diri
tidak pernah masuk akal. Tindakan menghilangkan nyawa sendiri
demi kepentingan orang lain dikenal sebagai bunuh diri altruistik.
Contohnya adalah sesepuh yang mengakhiri hidup mereka agar
dapat meninggalkan makanan dalam jumlah yang lebih besar bagi
orang yang lebih muda dalam masyarakat. Dalam beberapa budaya
Eskimo, hal ini dianggap sebagai tindakan yang terhormat, berani,
atau bijaksana.
Serangan bunuh diri adalah sebuah tindakan politik di mana
seorang penyerang melakukan tindakan kekerasan terhadap orang
lain sementara mereka mengerti bahwa hal tersebut akan mengakibatkan
kematian mereka sendiri.
Beberapa pelaku bom bunuh diri melakukannya dalam upaya untuk
mendapatkan kesyahidan. Misi Kamikaze dilakukan sebagai kewajiban
terhadap suatu hal yang penting atau tuntutan moral.
Bunuh diri-pembunuhan merupakan tindakan pembunuhan yang diikuti
oleh tindakan bunuh diri orang yang melakukan perbuatan pembunuhan
tersebut dalam kurun waktu satu minggu setelahnya.
Bunuh diri massal sering dilakukan di bawah tekanan sosial di
mana anggotanya menyerahkan hidupnya kepada seorang pemimpin.
Bunuh diri massal dapat berlangsung sedikitnya dua orang, yang
sering disebut sebagai kesepakatan bunuh diri.
Dalam situasi yang meringankan di mana melanjutkan hidup akan
menjadi sesuatu yang tak tertahankan, beberapa orang memilih bunuh
diri sebagai sarana untuk melarikan diri. Sejumlah tahanan Nazi di
kamp konsentrasi diketahui telah bunuh diri dengan sengaja menyentuh
pagar beraliran listrik.
* Metode
Angka kematian dengan metode bunuh diri di Amerika Serikat.
Dengan angka 53% untuk kasus bunuh diri pada pria dan 39%
untuk kasus bunuh diri pada wanita.
Di seluruh dunia, 30% kasus bunuh diri menggunakan racun pestisida.
Namun demikian, penggunaan metode ini sangat bervariasi mulai dari 4%
di Eropa hingga lebih dari 50% di wilayah Pasifik.
Metode tersebut juga umum dilakukan di Amerika Latin mengingat racun
pestisida mudah didapat di lingkungan petani.[58] Di banyak negara,
overdosis obat tercatat sekitar 60% untuk kasus bunuh diri di kalangan
wanita dan 30% di kalangan pria.[75] Banyak tindakan bunuh diri yang
tidak direncanakan dan terjadi selama periode ambivalensi yang akut.
Angka kematian per metode bervariasi: senjata api 80-90%, tenggelam
65-80%, gantung diri 60-85%, gas buang kendaraan 40-60%, lompat dari
tempat yang tinggi 35-60%, gas karbon hasil pembakaran 40-50%, racun
pestisida 6-75%, overdosis obat 1,5-4%.[58] Metode percobaan bunuh
diri yang paling umum dilakukan berbeda dengan metode bunuh diri yang
paling sering berhasil dengan angka mencapai 85% untuk upaya percobaan
bunuh diri dengan metode overdosis obat di negara-negara maju.
Di Amerika Serikat, 57% kasus bunuh diri melibatkan penggunaan senjata
api sehingga metode ini menjadi agak lebih sering terjadi pada pria
dibanding wanita. Penyebab berikutnya yang paling umum adalah gantung
diri pada pria dan meracuni diri sendiri pada wanita.
Kedua metode tersebut secara total mencatat angka sekitar 40% dari
kasus bunuh diri di AS.[76] Di Swiss, di mana hampir semua orang
memiliki senjata api, jumlah terbesar kasus bunuh diri adalah dengan
cara gantung diri.
Melompat bunuh diri umum terjadi di Hongkong maupun Singapura dengan
angka masing-masing 50% dan 80%. Di Cina, meminum racun pestisida
adalah metode yang paling umum.[Di Jepang, masih terjadi tindakan
mengeluarkan isi perut sendiri yang dikenal dengan seppuku atau
hara-kiri, namun demikian, gantung diri adalah yang paling umum.
* Patofisiologi
Tidak ada kesamaan faktor patofisiologi yang mendasari terjadinya
bunuh diri atau depresi. Meskipun demikian, hal tersebut diyakini
merupakan akibat faktor interaksi perilaku, lingkungan sosial dan
kejiwaan.
* Cara Pencegahan bunuh diri
Sebagai inisiatif pencegahan bunuh diri, tanda ini mempromosikan
telepon khusus yang tersedia di Jembatan Golden Gate yang terhubung
kesaluran bantuan krisis.
Pencegahan bunuh diri merupakan istilah yang digunakan untuk upaya
kolektif guna mengurangi insiden bunuh diri melalui tindakan
pencegahan. Mengurangi akses ke metode tertentu, seperti senjata
api atau racun akan mengurangi risikonya.
Tindakan lain di antaranya dengan mengurangi akses ke gas karbon
dan penghalang di jembatan serta platform kereta bawah tanah.
Pengobatan kecanduan narkoba dan alkohol, depresi, dan mereka
yang telah mencoba bunuh diri di masa lalu mungkin juga efektif.
Beberapa di antaranya telah mengusulkan pengurangan akses ke
alkohol sebagai strategi pencegahan (seperti mengurangi jumlah bar).
Walaupun saluran bantuan krisis bersifat umum, terdapat sedikit
bukti yang mendukung atau menolak keefektifannya. Pada remaja
yang akhir-akhir ini berpikir untuk bunuh diri, terapi perilaku
kognitif tampaknya dapat bermanfaat untuk memberikan perbaikan.
Pembangunan ekonomi melalui kemampuannya untuk mengurangi
kemiskinan mungkin dapat menurunkan tingkat bunuh diri.
Upaya untuk meningkatkan hubungan sosial terutama pada pria
usia lanjut mungkin saja efektif.
* Skrining
Ada sedikit data tentang efek skrining populasi umum terhadap
angka tertinggi bunuh diri.[91] Mengingat terdapat angka yang
tinggi pada orang yang dinyatakan positif setelah dites melalui
alat ini yang tidak berisiko bunuh diri, ada kekhawatiran bahwa
skrining bisa meningkatkan pemanfaatan sumber daya perawatan
kesehatan mental secara signifikan.
Namun demikian, dianjurkan melakukan pengkajian atas orang
yang berisiko tinggi. Bertanya tentang bunuh diri tampaknya
tidak akan meningkatkan risikonya.
* Penyakit mental
Pada orang yang mengalami masalah kesehatan mental, sejumlah
perawatan bisa mengurangi risiko bunuh diri. Mereka yang aktif
berusaha bunuh diri bisa didaftarkan dalam rehabilitasi untuk
mendapatkan perawatan kejiwaan baik secara sukarela atau secara
paksa.
Barang yang bisa digunakan untuk menyakiti diri sendiri biasanya
disingkirkan. Beberapa dokter meminta pasiennya untuk menandatangani
perjanjian pencegahan bunuh diri di mana mereka sepakat untuk
tidak menyakiti diri sendiri setelah keluar dari perawatan.
Namun demikian, belum ada bukti yang mendukung bahwa praktik
tersebut memiliki efek yang signifikan.Jika pasiennya berisiko
rendah, perawatan kesehatan mental pasien secara rawat jalan
bisa dilakukan.
Rawat inap jangka pendek belum terlihat lebih efektif dari
kepedulian masyarakat dalam memperbaiki keadaan pada mereka
yang mengalami gangguan kepribadian borderline yang secara
kronis berupaya untuk bunuh diri.
Terdapat bukti sementara bahwa psikoterapi, khususnya terapi
perilaku dialektis, mengurangi risiko bunuh diri pada remaja
serta yang mengalami gangguan kepribadian borderline.Namun
demikian, belum ada bukti penurunan bunuh diri yang dilakukan.
Muncul kontroversi seputar manfaat dibandingkan bahaya
antidepresan. Pada orang-orang muda, antidepresan yang baru
seperti SSRI tampaknya meningkatkan risiko bunuh diri dari
25 per 1000 menjadi 40 per 1000. Namun demikian,
antidepresan dapat menurunkan risiko bunuh diri pada orang
yang lebih tua.
Litium tampaknya efektif dalam menurunkan risiko pada mereka
yang mengalami gangguan bipolar dan depresi unipolar hingga
mendekati tingkat yang sama seperti populasi umum.
* Sejarah
Kematian akibat bunuh diri Decebalus, dari Tiang Trajan
Dalam sejarah Athena kuno, orang yang melakukan bunuh
diri tanpa persetujuan negara ditolak untuk dimakamkan
secara wajar dengan penghormatan. Orang tersebut akan
dimakamkan sendirian, di pinggiran kota, tanpa nisan atau
tanda.
Dalam sejarah Yunani Kuno dan Roma bunuh diri itu dianggap
metode yang dapat diterima saat mengalami kalah perang.
Di Roma kuno, bunuh diri pada awalnya diizinkan, tetapi
kemudian hal tersebut dianggap sebagai kejahatan terhadap
negara karena menimbulkan biaya.
Peraturan pidana yang dikeluarkan oleh Raja Louis XIV dari
Prancis pada tahun 1670 jauh lebih berat hukumannya: tubuh
orang yang meninggal diseret melintasi jalan-jalan, dalam
kondisi tertelungkup, dan kemudian digantung atau dibuang
di tumpukan sampah.
Selain itu, semua harta orang tersebut disita. Dalam sejarah
gereja Kristen, orang yang mencoba bunuh diri dikucilkan
dan mereka yang meninggal karena bunuh diri dimakamkan di
luar kuburan suci. Pada akhir abad ke-19 di Inggris, mencoba
bunuh diri itu dianggap sama dengan percobaan pembunuhan dan
bisa dihukum gantung.
Di Eropa pada abad ke-19, tindakan bunuh diri mengalami
pergeseran pandangan dari sebelumnya sebagai tindakan akibat
dosa menjadi akibat gila.
*Perundang-undangan
Pisau tanto yang dipersiapkan untuk melakukan seppuku.
Di sebagian besar negara-negara Barat, bunuh diri tidak
lagi merupakan kejahatan, tetapi masih dianggap demikian
di sebagian besar negara-negara Eropa Barat mulai dari Abad
Pertengahan sampai setidaknya tahun 1800-an.
Banyak negara Islam yang menetapkan bunuh diri sebagai
tindak pidana.
* Hal Bunu Diri di Erofa
Tidak satu pun negara di Eropa saat ini yang menganggap
bahwa bunuh diri atau percobaan bunuh diri adalah sebuah
kejahatan. Inggris dan Wales tidak menganggap lagi bunuh
diri sebagai kejahatan melalui Suicide Act 1961 dan di Republik
Irlandia pada tahun 1993.
Kata "commit" digunakan dalam referensi untuk itu menjadi
ilegal namun banyak organisasi telah menghentikannya karena
konotasi negatif.
* Hal bunu Diri di India
Di India, bunuh diri merupakan tindakan ilegal dan keluarga
yang masih hidup mungkin akan menghadapi kesulitan hukum.
* Hal Bunu diri di Jerman
Di Jerman, eutanasia aktif merupakan tindakan ilegal dan
siapa saja yang hadir selama berlangsungnya bunuh diri
dapat dituntut karena gagal memberikan bantuan dalam
keadaan darurat.
* Hal Bunu Diri di Swiss
Swiss baru-baru ini mengambil langkah untuk melegalkan
bunuh diri yang dibantu untuk sakit mental yang kronis.
Pengadilan tinggi Lausanne, dalam putusannya tahun 2006,
telah memberikan hak kepada seseorang tanpa nama yang
memiliki gangguan kejiwaan yang lama untuk mengakhiri
hidupnya sendiri.
*Hal Bunu Diri di merika Serikat
Di Amerika Serikat, bunuh diri tidak ilegal, tetapi mungkin
dikaitkan dengan hukuman bagi orang yang mencobanya.
Bunuh diri yang dibantu dokter merupakan tindakan yang legal
di negara bagian Oregon dan Washington.
___________
Penutup
___________
Demikian infonya para kawan. Kiranya setelah membaca postingan
ini kitapun punyagambaran, "Bagaimana seluk beluk bunu diri
di Nusantara dan dunia".
Penulis pikir, hal yang paling bermanfaat dari postingan ini
adalah angka-angka yang tersaji. Angka-angka tersebut adalah
hasil penelitian hingga layak dipercaya.
Dan jika saja kita hubungkan dengan orang-orang tertentu
(subjektif) maka kita juga punya gambaran "Kira-kira seperti
apa keinginan seseorang yang punya tindakan tertentu untuk
bunu diri". Dan tentunya hal ini sangat memberi manfaat bagi
pembaca dalam hal "Antisivasinya".
Selamat malam dan horas...!
________________________________________________________
Cat sumber utama :
http://id.wikipedia.org/wiki/Bunuh_diri
(Menyimak info sekitar bunu diri Nusantara dan Dunia)
_____________________________________________________
_________________
Kata Pengantar
_________________
"Banyaknya info akhir-akhir ini yang memberitakan kejadian
bunu diri di Nusantara" adalah alasan penulis mepostingkan
tulisan ini.
Alasan lainnya, adalah keingin tahuan, "Kira-kira seperti
apa bunu diri ini di Nusantara dan Dunia dalam bentuk
angka-angka", "Meningkatkah atau menurunkah, apa penyebabnya
dan apa solusinya" adalah alasan keingin tahuan lainnya.
Alasan lainnya adalah keinginan untuk mengetahui bagaimana
bunu diri diliohat dari sisi budaya batak, serta agama
Islam.
Selamat menyimak...!
______________________
Sekilas info Bunu Diri
______________________
* Hal Pengertian Bunu Diri
"Bunuh diri atau dalam bahasa Inggris disebut Suicide (berasal
dari kata Latin suicidium, dari sui caedere, "membunuh diri
sendiri") adalah sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian
diri sendiri".
Demikian wikipedia mengartikan bunu diri lewat link :
http://id.wikipedia.org/wiki/Bunuh_diri
* Hal pembagian Bunu Diri
Bunuh diri, yang juga disebut sebagai bunuh diri berhasil, adalah
"tindakan mengambil nyawa diri sendiri".
Percobaan bunuh diri atau perilaku bunuh diri yang tidak fatal
adalah perbuatan melukai diri sendiri dengan maksud untuk mengakhiri
nyawa seseorang namun tidak berakhir dengan kematian.
Bunuh diri dengan bantuan adalah ketika seseorang membantu orang
lain mengakhiri nyawanya secara tidak langsung melalui pemberian
saran atau sarana sampai kematian terjadi.
Bunuh diri semacam ini merupakan kebalikan dari euthanasia ketika
orang lain lebih memiliki peran aktif dalam mendatangkan kematian
bagi seseorang.
Ide bunuh diri adalah pemikiran untuk mengakhiri hidup seseorang
_________________________________________________
Bunu Diri di (Sumatra Utara) dalam tinjauan budaya batak
_________________________________________________
Penulis memberi pendapat mengenai hal ini lewat link :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2014/01/bunu-diri-mate-di-sumatra-utara-dalam.html
________________________________
Bunu diri dalam tinjauan Islam
________________________________
Penulis juga memuat "Bunu Diri" ini dalam tinjauan islam
lewat link :
http://galeri1msad.blogspot.com/2014/01/bunu-diri-dalam-tinjauan-islam.html
_____________________________
Bunu diri di Indonesia
_____________________________
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kasus bunuh diri di Indonesia belakangan
ini dinilai cukup memprihatinkan karena angkanya cenderung meningkat
sehingga perlu mendapat perhatian serius pemerintah, kata seorang sumber.
"Kasus bunuh diri menempati satu dari 10 penyebab kematian di setiap
negara," kata Ketua Lembaga Kajian dan Pencegahan Bunuh Diri (LKPBD)
Kunang-kunang Al Qodir Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta Wiranata Adi, di Sleman, Jumat.
Menurut dia, bunuh diri merupakan satu dari tiga penyebab utama kematian
pada kelompok umur 15 hingga 44 tahun dan nomor dua untuk kelompok 10
hingga 24 tahun.
Ia mengatakan, WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia pada 2010 melaporkan
angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa.
"Angka itu bisa jadi masih lebih besar lagi mengingat fenomena bunuh
adalah ibarat gunung es, yang tampak hanya puncaknya sementara yang
tertutup dan ditutupi sesungguhnya lebih besar lagi," katanya.
Ia mengatakan, dengan semakin majunya peradaban manusia melalui
berbagai teknologi ternyata manusia mengalami kerentanan menghadapi
diri sendiri maupun lingkungan yang akhirnya bermuara pada tindakan
bunuh diri.
"Kenyataan ini dibuktikan dengan peningkatan angka bunuh diri yang
meningkat secara signifikan. Perkiraan WHO memperkirakan pada 2020
angka bunuh diri secara global menjadi 2,4 per 100.000 jiwa
dibandingkan 1,8 per 100.000 jiwa pada 1998," katanya.
Wiranata mengatakan, fenomena bunuh diri sudah ada sejak masa purba
dan terus berkembang hingga sekarang. Fenomena bunuh diri terjadi di
mana-mana dan di semua lapisan masyarakat.
"Model dan caranya terus mengalami perkembangan dan itu sangat
memprihatinkan," katanya.
..................................................................
siplin keilmuan telah diterapkan tetapi belum memberikan hasil
positif dalam menurunkan angka bunuh diri. Kajian bunuh diri sudah
banyak dilakukan dengan pendekatan ilmu kedokteran jiwa, psikologi,
sosiologi, biologi, agama, filsafat, hukum, budaya, sejarah, politik,
ekonomi, klimatologi, kimia, bahkan sampai merambah dunia mistis.
"Namun sayangnya di Indonesia perhatian pemerintah maupun elemen
lain terhadap masalah tersebut masih sangat terbatas atau bahkan
bisa dibilang hampir tidak ada," katanya.
Sumber :
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/06/01/m4y5uz-memprihatinkan-kasus-bunuh-diri-di-indonesia
* Info bunu diri Nusantara
JAKARTA, KOMPAS.com - Tersangka kasus dugaan korupsi pelaksanaan
tender Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Blok 2 Belawan
Tahun 2012, M Bahalawan, mengaku hendak bunuh diri saat akan
ditahan penyidik Kejaksaan Agung, Senin (27/1/2014). Bahalawan
sempat mengeluarkan senjata api miliknya.
"Saya sudah mau bunuh diri kemarin. Saya enggak kuat dengan
pemerasan-pemerasan ini," kata Bahalawan di Kejaksaan Agung,
Jakarta, Selasa (28/1/2014).
Saat ditemui seusai pemeriksaan, ekspresi wajah Direktur
Operasional PT Mapna Indonesia itu nampak murung. Sesekali,
matanya berkaca-kaca dan menjawab pertanyaan dengan terbata-bata.
Bahalawan mengaku diperas oleh oknum jaksa Kejagung berinisial
JIB (sebelumnya dikatakan BJI) sebesar Rp 10 miliar. Uang itu,
disebutnya, sebagai jaminan agar ia tidak ditetapkan sebagai
tersangka dan ditahan atas kasus ini.
Lebih lanjut di :
http://nasional.kompas.com/read/2014/01/28/1424540/Keluarkan.Pistol.Tersangka.Kasus.Korupsi.PLTGU.Belawan.Mau.Bunuh.Diri
VIVAnews -- Warga Jakarta, Senin, 30 November 2009 lalu
dikagetkan peristiwa jatuhnya seorang perempuan, bernama
Ice Juniar dari lantai lima Grand Indonesia.
Belum juga usai pemberitaan perempuan malang ini, warga Jakarta
kembali dikejutkan kembali dikejutkan dengan jatuhnya seorang
pria bernama Reno. Dia terjatuh dari lantai lima pada 20.30 WIB.
Banyak spekulasi bermunculan atas cerita jatuhnya kedua orang ini.
Mulai dari bunuh diri, faktor keamanan mal, kelalaian dari
pengelola mal, atau pasangan bunuh diri seperti dalam cerita
Romeo dan Juliet karya William Shakespeare.
Namun, angka kematian akibat bunuh diri di tanah air belakangan
cenderung meningkat. Kasus yang disebabkan banyak faktor ini,
cenderung dilakukan ditempat-tempat terbuka.
Di Provinsi Bali, berdasarkan data yang dihimpun Kepolisian
Daerah Bali selama lima bulan tahun 2008 sebanyak 70 kasus,
sementara tahun 2009 ada 39 kasus.
Namun caranya berbeda, justru kasus yang terbanyak melakukan
bunuh diri dengan cara gantung diri sebanyak 36 orang, minum
racun dua kasus, menceburkan diri ke sumur satu kasus.
Pelakunya, sebagian besar dilakukan laki-laki. Untuk tahun ini
sebesar 24 orang, sementara perempuan ada 15 orang. Sedangkan
tahun 2008 ada 52 orang laki-laki dan 18 orang perempuan.
Untuk tingkat usia terbanyak 46-80 tahun ada 14 kasus, 26-45
tahun ada 12 kasus, dan 16-25 tahun dan 5-15 tahun masing-
masing ada 11 dan 2.
Jelas ini sangat memprihatinkan, apalagi latar belakang para
pelaku bunuh diri karena sakit yang menahun ada 25 kasus,
terhimpit masalah ekonomi 5 kasus, dan frustasi ada 9 kasus.
Yang membuat miris, justru terbesar dilakukan petani sebanyak
22 kasus, swasta 10 kasus, buruh dan pelajar masing-masing
5 dan dua kasus.
Sementara pada lima tahun terakhir, berdasarkan data yang
diluncurkan forensik FKUI/RSCM 2004 terdapat 771 orang laki-laki
bunuh diri dan 348 perempuan bunuh diri. Dari jumlah tersebut,
41 persen melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri, dengan
menggunakan insektisida 23 persen, dan overdosis mencapai 356 orang.
Lebih lanjut di :
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/110420-kasus_bunuh_diri_di_indonesia
________________________
JAKARTA - Jumlah anggota kepolisian yang bunuh diri pada 2013
naik 300 persen lebih dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pada 2011 hanya ada satu polisi yang bunuh diri, tahun 2012
dua orang, dan 2013 jumlahnya naik menjadi tujuh kasus.
Lima polisi jajaran bawah dan dua perwira polisi memilih
mengakhiri hidupnya sendiri pada tahun ini. Sebagian besar
gantung diri di rumahnya.
Indonesia Police Watch (IPW) menilai maraknya kasus bunuh diri
yang dilakukan anggota Polri menjadi sebuah peristiwa yang sangat
memprihatinkan. “Sebab dari waktu ke waktu trennya menunjukkan
peningkatan,” ujar Ketua Presidium IPW Neta S Pane
kepada Okezone di Jakarta, Jumat (27/12/2013).
Lebih lanjutdi :
http://news.okezone.com/read/2013/12/27/339/918181/jumlah-polisi-bunuh-diri-naik-300-persen
____________________
Bunu Diri di Dunia
____________________
* Perbandingan lebih banyak laki-laki atau perempuan
Angka bunuh diri tercatat lebih banyak dilakukan oleh pria
ketimbang wanita, dengan kemungkinan tiga sampai empat kali
lebih besar seorang pria melakukan bunuh diri dibandingkan
wanita.
Dengan angka 53% untuk kasus bunuh diri pada pria dan 39%
untuk kasus bunuh diri pada wanita.
* Sebab-sebab bunu diri
Bunuh diri seringkali dilakukan akibat putus asa, yang penyebabnya
seringkali dikaitkan dengan gangguan jiwa misalnya depresi,
gangguan bipolar, schizophrenia, ketergantungan alkohol/
alkoholisme, atau penyalahgunaan obat.
Faktor-faktor penyebab stres antara lain kesulitan keuangan
atau masalah dalam hubungan interpersonal seringkali ikut berperan.
* Cara Mencegah bunu diri
Upaya untuk mencegah bunuh diri antara lain adalah dengan
pembatasan akses terhadap senjata api, merawat penyakit jiwa dan
penyalahgunaan obat, serta meningkatkan kondisi ekonomi.
Terdapat bermacam-macam metode yang paling sering digunakan
untuk bunuh diri di berbagai negara dan sebagian terkait dengan
keberadaan metode tersebut.
* Metode bunu diri
Metode yang umum antara lain: gantung diri, racun serangga,
dan senjata api. Sekitar 800.000 hingga satu juta orang meninggal
karena bunuh diri setiap tahun, sehingga bunuh diri menduduki
posisi ke-10 sebagai penyebab kematian terbesar di dunia.
* Hal percobaan bunu diri di dunia
Tercatat ada sekitar 10 hingga 20 juta kasus percobaan bunuh
diri yang gagal setiap tahun. Percobaan bunuh diri semacam ini
lebih sering dilakukan remaja dan kaum hawa.
* Hal Pandangan umum pada bunu diri dunia
Cara pandang terhadap bunuh diri selama ini dipengaruhi oleh konsep
eksistensi yang luas seperti agama, kehormatan, dan makna hidup.
Agama Abrahamik secara tradisional menganggap bunuh diri sebagai
perbuatan melawan Tuhan karena kepercayaan bahwa kehidupan itu
suci.
* Hal bunu diri di Jepang
Selama era samurai di Jepang, seppuku dijunjung tinggi sebagai
sarana pertobatan akibat kegagalan atau sebagai bentuk protes.
Sati, sebuah praktik pemakaman dalam agama Hindu yang mengharuskan
janda untuk melakukan pengorbanan diri di atas api pembakaran jenazah
suaminya, baik atas keinginan sendiri maupun didesak oleh keluarga
dan masyarakat.
* Hal Bunu Diri de Negara Barat dan Negara Islam
Dahulu di kebanyakan negara barat, bunuh diri maupun percobaan
bunuh diri merupakan tindakan kriminal yang bisa membuat seseorang
dihukum, namun sekarang hukum tersebut sudah tidak berlaku lagi.
Namun di kebanyakan negara Islam, tindakan ini masih dianggap
melanggar hukum.
Di abad ke-20 dan ke-21, bunuh diri dalam bentuk pengorbanan diri
digunakan sebagai sarana protes, dan kamikaze serta bom bunuh diri
digunakan sebagai taktik militer atau teroris.
* Hal Bunu Diri di Australia
Di Australia, bunuh diri bukan merupakan tindak pidana.
Namun demikian, menasihati, menghasut, atau membantu dan
menghasut orang lain untuk mencoba bunuh diri merupakan
tindak kejahatan, dan hukum secara eksplisit memungkinkan
setiap orang untuk menggunakan "kekuatan yang sewajarnya
diperlukan" untuk mencegah orang lain dari melakukan bunuh
diri.
Wilayah Barat Australia sempat secara singkat memiliki hukum
bunuh diri yang dibantu dokter mulai dari tahun 1996 sampai 1997.
* Hal metode/cara bunu diri paling banyak di dunia
Metode utama bunuh diri berbeda-beda antar negara. Metode utama
di berbagai wilayah di antaranya gantung diri, minum racun pestisida,
dan senjata api.
Perbedaan ini diyakini sebagian karena ketersediaan metode yang
berbeda. Sebuah tinjauan pada 56 negara menemukan bahwa gantung
diri merupakan metode yang paling umum di sebagian besar negara,
* Hal Bunu diri massal di dunia
Contoh bunuh diri massal yaitu bunuh diri sekte "Jonestown"
pada tahun 1978, di mana 918 orang anggota Peoples Temple,
sebuah sekte di Amerika yang dipimpin oleh Jim Jones, mengakhiri
hidup mereka dengan minum anggur Flavor Aid yang dicampur dengan
sianida.
Lebih dari 10.000 warga sipil Jepang melakukan bunuh diri
di hari-hari terakhir Pertempuran Saipan pada tahun 1944,
sejumlah orang melompat ke dalam "Jurang Bunuh Diri" dan
"Jurang Banzai".
Aksi mogok makan 1981, yang dipimpin oleh Bobby Sands, menyebabkan
10 orang meninggal dunia. Penyebab kematian tersebut dicatat
oleh petugas forensik sebagai "kelaparan, pemaksaan diri" alih-alih
bunuh diri; penyebabnya telah dimodifikasi menjadi hanya
"kelaparan" pada surat kematian setelah mendapat protes dari
keluarga pengunjuk rasa yang mati.
Erwin Rommel selama Perang Dunia II diketahui menyembunyikan
rahasia tentang Plot 20 Juli terkait kehidupan Hitler dan
diancam dengan pengadilan publik, hukuman mati dan balas
dendam terhadap keluarganya kecuali jika ia mengakhiri hidupnya
sendiri.
* Faktor-faktor Risiko
Kondisi-kondisi yang memicu bunuh diri di 16 negara bagian
Amerika pada tahun 2008. Faktor-faktor yang memengaruhi risiko
bunuh diri antara lain gangguan jiwa, penyalahgunaan obat,
kondisi psikologis, budaya, kondisi keluarga dan masyarakat,
dan genetik.
Penyakit jiwa dan penyalahgunaan zat biasanya saling berkaitan.
Faktor risiko lain termasuk pernah melakukan percobaan bunuh diri,
adanya sarana yang tersedia untuk melakukan tindakan tersebut,
peristiwa bunuh diri dalam sejarah keluarga, atau adanya luka
trauma otak.
Contohnya, angka bunuh diri di keluarga yang memiliki senjata
api jumlahnya lebih besar daripada di keluarga yang tidak
memilikinya.
Faktor sosial ekonomi seperti pengangguran, kemiskinan,
gelandangan, dan diskriminasi dapat mendorong pemikiran untuk
melakukan bunuh diri.
Sekitar 15-40% pelaku meninggalkan sebuah pesan bunuh diri.
Faktor genetik sepertinya bertanggung jawab terhadap perilaku
bunuh diri sebesar 38% hingga 55%.
Veteran perang memiliki risiko lebih besar untuk melakukan
bunuh diri yang sebagian disebabkan oleh tingginya angka
penyakit jiwa dan masalah kesehatan fisik yang terkait perang.
* Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa seringkali terjadi pada seseorang saat melakukan
bunuh diri dengan angka kejadian berkisar antara 27% hingga
lebih dari 90%.
Orang yang pernah dirawat di rumah sakit jiwa memiliki
risiko melakukan tindakan bunuh diri yang berhasil sebesar
8.6% selama hidupnya.Sebagian dari orang yang meninggal
karena bunuh diri bisa jadi memiliki gangguan depresi mayor.
Orang yang mengidap gangguan depresi mayor atau salah satu
dari gangguan keadaan jiwa seperti gangguan bipolar memiliki
risiko lebih tinggi, hingga mencapai 20 kali lipat, untuk
melakukan bunuh diri.
Kondisi lain yang turut terlibat adalah schizophrenia(14%),
gangguan kepribadian (14%),gangguan bipolar, dan gangguan
stres pasca-trauma.[13] Sekitar 5% pengidap schizophrenia
mati karena bunuh diri.
Gangguan makan juga merupakan kondisi berisiko tinggi lainnya.
Riwayat percobaan bunuh diri di masa lalu merupakan alat
prediksi terbaik terjadinya tindakan bunuh diri yang akhirnya
berhasil.
Kira-kira 20% bunuh diri menunjukkan adanya riwayat percobaan
di masa lampau. Lalu, dari sekian yang pernah mencoba
melakukan bunuh diri memiliki peluang sebesar 1% untuk
melakukan bunuh diri yang berhasil dalam tempo satu tahun
kemudian dan lebih dari 5% melakukan bunuh diri setelah
10 tahun.
Meskipun tindakan melukai diri sendiri bukan merupakan
percobaan bunuh diri, namun adanya perilaku suka melukai
diri sendiri tersebut meningkatkan risiko bunuh diri.
Dari kasus bunuh diri yang berhasil, sekitar 80% individu
yang melakukannya telah menemui dokter selama setahun sebelum
kematian,termasuk 45% di antaranya yang menemui dokter dalam
satu bulan sebelum kematian.[27] Sekitar 25–40% orang yang
berhasil melakukan bunuh diri pernah menghubungi layanan
kesehatan jiwa pada tahun sebelumnya.
* Penggunaan obat
"The Drunkard's Progress", 1846 menggambarkan bagaimana
alkoholisme dapat mengakibatkan bunuh diri
Penyalahgunaan obat adalah faktor risiko bunuh diri paling
umum kedua setelah depresi mayor dan gangguan bipolar.
Baik penyalahgunaan obat kronis maupun kecanduan akut saling
berhubungan satu sama lain. Bila digabungkan dengan kesedihan
diri, misalnya ditinggalkan seseorang yang meninggal, risiko
tersebut semakin meningkat.
Selain itu, penyalahgunaan obat berkaitan dengan gangguan
kesehatan jiwa. Saat melakukan bunuh diri, kebanyakan orang
berada dalam pengaruh obat yang bersifat sedatif-hipnotis
(misalnya alkohol atau benzodiazepine) dengan adanya alkoholisme
pada sekitar 15% sampai 61% kasus.[12] Negara-negara dengan
angka penggunaan alkohol tinggi dan memiliki jumlah bar lebih
banyak secara umum juga memiliki risiko terjadinya bunuh diri
lebih tinggi yang keterkaitannya terutama berhubungan dengan
penggunaan minuman beralkohol hasil distilasi ketimbang jumlah
total alkohol yang digunakan.
Sekitar 2.2–3.4% dari mereka yang pernah dirawat karena menderita
alkoholisme pada suatu waktu dalam kehidupan mereka meninggal
dengan cara bunuh diri.Pecandu alkohol yang melakukan percobaan
bunuh diri biasanya pria, dalam usia tua, dan pernah melakukan
percobaan bunuh diri di masa lampau.
Antara 3 hingga 35% kematian pada kelompok pemakai heroin
diakibatkan oleh bunuh diri (kira-kira 14 kali lipat lebih besar
dibandingkan kelompok yang tidak memakai heroin).
Penyalahgunaan kokain dan methamphetamine memiliki korelasi
besar terhadap bunuh diri. Mereka yang menggunakan kokain
memiliki risiko terbesar saat berada dalam fase sakaw. Mereka
yang menggunakan inhalansia juga memiliki risiko besar dengan
sekitar 20% di antaranya mencoba melakukan bunuh diri pada
suatu waktu dan lebih dari 65% pernah berpikir untuk melakukannya.
Merokok memiliki keterkaitan dengan risiko bunuh diri. Tidak ada
bukti yang cukup kuat mengapa ada keterkaitan tersebut; namun
hipotesis menyatakan bahwa mereka yang memiliki kecenderungan
merokok juga memiliki kecenderungan untuk melakukan bunuh diri,
bahwa merokok menyebabkan masalah kesehatan sehingga mendorong
seseorang untuk mengakhiri hidupnya, dan bahwa merokok mempengaruhi
kimia otak hingga menyebabkan kecenderungan bunuh diri.
Meski demikian, Ganja/Cannabis sepertinya tidak secara tunggal
menyebabkan peningkatan risiko.
* Masalah Perjudian
Masalah perjudian pada seseorang dikaitkan dengan meningkatnya
keinginan bunuh diri dan upaya-upaya melakukan tindak bunuh diri
dibandingkan dengan populasi umum.
Antara 12 dan 24% pejudi patologis berusaha bunuh diri. Angka
bunuh diri di kalangan istri-istri mereka tiga kali lebih besar
daripada populasi umum. Faktor lain yang meningkatkan risiko
pada mereka dengan masalah perjudian meliputi penyakit mental,
alkohol dan penyalahgunaan narkoba.
Kondisi Medis[sunting | sunting sumber]
Terdapat hubungan antara bunuh diri dan masalah kesehatan fisik,
mencakup: sakit kronis, cedera otak traumatis,[40] kanker,
mereka yang menjalani hemodialisis, HIV, lupus eritematosus
sistemik, dan beberapa lainnya.
Diagnosis kanker membuat risiko bunuh diri menjadi kira-kira
dua kali lipat. Angka kejadian bunuh diri yang meningkat tetap
tinggi setelah disesuaikan dengan penyakit depresi dan
penyalahgunaan alkohol.
Pada orang yang memiliki lebih dari satu kondisi medis, risiko
tersebut sangat tinggi. Di Jepang, masalah kesehatan termasuk
dalam daftar utama diperbolehkannya bunuh diri.
Gangguan tidur seperti insomnia dan apnea tidur merupakan faktor
risiko mengalami depresi dan melakukan bunuh diri. Pada beberapa
kasus, gangguan tidur mungkin menjadi faktor risiko independen
timbulnya depresi.
Sejumlah kondisi medis lainnya mungkin disertai gejala yang mirip
dengan gangguan suasana hati, termasuk: hipotiroid, Alzheimer,
tumor otak, lupus eritematosus sistemik, dan efek samping dari
sejumlah obat (seperti beta blocker dan steroid).
* Keadaan psikososial
Sejumlah keadaan psikologis juga meningkatkan risiko bunuh diri,
meliputi: keputusasaan, hilangnya kesenangan dalam hidup, depresi
dan kecemasan.[21] Kurangnya kemampuan untuk memecahkan masalah,
hilangnya kemampuan seseorang yang dahulu dimilikinya, dan
kurangnya pengendalian impuls juga berperan.
Pada orang dewasa lanjut usia, persepsi tentang menjadi beban
bagi orang lain merupakan hal yang penting. Stres kehidupan
yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir seperti kehilangan
anggota keluarga atau teman, kehilangan pekerjaan, atau isolasi
sosial (seperti hidup sendiri) meningkatkan risiko tersebut.
Orang yang tidak pernah menikah juga berisiko lebih besar.
Bersikap religius dapat mengurangi risiko seseorang untuk
melakukan bunuh diri. Hal ini dikaitkan dengan pandangan
negatif sebagian besar agama yang menentang perbuatan bunuh
diri dan dengan lebih besarnya rasa keterikatan yang bisa
diberikan oleh agama.
Muslim, di antara umat beragama, tampaknya memiliki tingkat
yang lebih rendah. Sejumlah orang mungkin ingin bunuh diri
untuk melarikan diri dari intimidasi atau tuduhan. Riwayat
pelecehan seksual[50] pada masa kecil dan dan saat menjadi anak
asuh juga merupakan faktor risiko.
Pelecehan seksual diyakini memberi kontribusi sekitar 20%
dari keseluruhan risiko. Evolusioner menjelaskan bahwa persoalan
bunuh diri bisa meningkatkan kemampuan inklusif. Hal ini dapat
terjadi jika orang yang ingin bunuh diri tidak dapat lagi
memiliki anak dan mengangkat anak dari kerabatnya dengan
tetap bertahan hidup.
Hal yang tidak dapat disetujui adalah bahwa kematian pada
remaja yang sehat tidak menyebabkan terjadinya kemampuan
inklusif. Proses adaptasi terhadap lingkungan adat nenek
moyang yang sangat berbeda mungkin menjadi proses yang
maladaptif dalam kondisi saat ini.
Kemiskinan dikaitkan dengan risiko bunuh diri. Meningkatnya
kemiskinan relatif seseorang yang dibandingkan dengan orang
yang ada di sekitarnya dapat meningkatkan risiko bunuh diri.
Lebih dari 200.000 petani di India telah melakukan bunuh diri
sejak tahun 1997, yang sebagian karena persoalan utang.
Di Cina, kemungkinan peristiwa bunuh diri terjadi tiga kali
lipat di daerah pedesaan di pinggiran kota, yang diyakini
akibat kesulitan keuangan di area ini di negara tersebut.
*Media
Media, termasuk internet, memainkan peranan penting.
Caranya menyajikan gambaran bunuh diri mungkin saja memiliki
efek negatif dengan banyaknya tayangan yang mencolok dan
berulang yang mengagungkan atau meromantiskan tindakan bunuh
diri dan memberikan dampak terbesar.
Bila digambarkan secara rinci tentang cara melakukan bunuh
diri dengan menggunakan cara tertentu, metode bunuh diri
mungkin saja meningkat dalam populasi secara keseluruhan.
Pemicu penularan bunuh diri atau peniruan bunuh diri ini
dikenal sebagai efek Werther, yang diberi nama berdasarkan
tokoh protagonist dalam karya Goethe yang berjudul The
Sorrows of Young Werther yang melakukan bunuh diri.
Risiko ini lebih besar pada remaja yang mungkin meromantiskan
kematian. Sementara media massa memiliki pengaruh yang
signifikan, efek dari media hiburan masih tampak samar-samar.
Kebalikan dari efek Werther adalah pengusulan efek Papageno,
yaitu cakupan yang baik mengenai mekanisme cara mengatasi
masalah secara efektif, mungkin memiliki efek perlindungan.
Istilah ini didasarkan pada karakter dalam opera Mozart yang
berjudul The Magic Flute yang akan melakukan bunuh diri
karena takut kehilangan orang yang dicintainya sampai teman-
temannya menyelamatkannya.
Bila media mengikuti pedoman pelaporan yang sesuai, risiko
bunuh diri dapat diturunkan. Namun demikian, kepatuhan dari
industri tersebut bisa saja sulit didapatkan terutama dalam
jangka panjang.
* Rasional
Bunuh diri rasional adalah tindakan menghilangkan nyawa sendiri
yang beralasan, meskipun sejumlah orang merasa bahwa bunuh diri
tidak pernah masuk akal. Tindakan menghilangkan nyawa sendiri
demi kepentingan orang lain dikenal sebagai bunuh diri altruistik.
Contohnya adalah sesepuh yang mengakhiri hidup mereka agar
dapat meninggalkan makanan dalam jumlah yang lebih besar bagi
orang yang lebih muda dalam masyarakat. Dalam beberapa budaya
Eskimo, hal ini dianggap sebagai tindakan yang terhormat, berani,
atau bijaksana.
Serangan bunuh diri adalah sebuah tindakan politik di mana
seorang penyerang melakukan tindakan kekerasan terhadap orang
lain sementara mereka mengerti bahwa hal tersebut akan mengakibatkan
kematian mereka sendiri.
Beberapa pelaku bom bunuh diri melakukannya dalam upaya untuk
mendapatkan kesyahidan. Misi Kamikaze dilakukan sebagai kewajiban
terhadap suatu hal yang penting atau tuntutan moral.
Bunuh diri-pembunuhan merupakan tindakan pembunuhan yang diikuti
oleh tindakan bunuh diri orang yang melakukan perbuatan pembunuhan
tersebut dalam kurun waktu satu minggu setelahnya.
Bunuh diri massal sering dilakukan di bawah tekanan sosial di
mana anggotanya menyerahkan hidupnya kepada seorang pemimpin.
Bunuh diri massal dapat berlangsung sedikitnya dua orang, yang
sering disebut sebagai kesepakatan bunuh diri.
Dalam situasi yang meringankan di mana melanjutkan hidup akan
menjadi sesuatu yang tak tertahankan, beberapa orang memilih bunuh
diri sebagai sarana untuk melarikan diri. Sejumlah tahanan Nazi di
kamp konsentrasi diketahui telah bunuh diri dengan sengaja menyentuh
pagar beraliran listrik.
* Metode
Angka kematian dengan metode bunuh diri di Amerika Serikat.
Dengan angka 53% untuk kasus bunuh diri pada pria dan 39%
untuk kasus bunuh diri pada wanita.
Di seluruh dunia, 30% kasus bunuh diri menggunakan racun pestisida.
Namun demikian, penggunaan metode ini sangat bervariasi mulai dari 4%
di Eropa hingga lebih dari 50% di wilayah Pasifik.
Metode tersebut juga umum dilakukan di Amerika Latin mengingat racun
pestisida mudah didapat di lingkungan petani.[58] Di banyak negara,
overdosis obat tercatat sekitar 60% untuk kasus bunuh diri di kalangan
wanita dan 30% di kalangan pria.[75] Banyak tindakan bunuh diri yang
tidak direncanakan dan terjadi selama periode ambivalensi yang akut.
Angka kematian per metode bervariasi: senjata api 80-90%, tenggelam
65-80%, gantung diri 60-85%, gas buang kendaraan 40-60%, lompat dari
tempat yang tinggi 35-60%, gas karbon hasil pembakaran 40-50%, racun
pestisida 6-75%, overdosis obat 1,5-4%.[58] Metode percobaan bunuh
diri yang paling umum dilakukan berbeda dengan metode bunuh diri yang
paling sering berhasil dengan angka mencapai 85% untuk upaya percobaan
bunuh diri dengan metode overdosis obat di negara-negara maju.
Di Amerika Serikat, 57% kasus bunuh diri melibatkan penggunaan senjata
api sehingga metode ini menjadi agak lebih sering terjadi pada pria
dibanding wanita. Penyebab berikutnya yang paling umum adalah gantung
diri pada pria dan meracuni diri sendiri pada wanita.
Kedua metode tersebut secara total mencatat angka sekitar 40% dari
kasus bunuh diri di AS.[76] Di Swiss, di mana hampir semua orang
memiliki senjata api, jumlah terbesar kasus bunuh diri adalah dengan
cara gantung diri.
Melompat bunuh diri umum terjadi di Hongkong maupun Singapura dengan
angka masing-masing 50% dan 80%. Di Cina, meminum racun pestisida
adalah metode yang paling umum.[Di Jepang, masih terjadi tindakan
mengeluarkan isi perut sendiri yang dikenal dengan seppuku atau
hara-kiri, namun demikian, gantung diri adalah yang paling umum.
* Patofisiologi
Tidak ada kesamaan faktor patofisiologi yang mendasari terjadinya
bunuh diri atau depresi. Meskipun demikian, hal tersebut diyakini
merupakan akibat faktor interaksi perilaku, lingkungan sosial dan
kejiwaan.
* Cara Pencegahan bunuh diri
Sebagai inisiatif pencegahan bunuh diri, tanda ini mempromosikan
telepon khusus yang tersedia di Jembatan Golden Gate yang terhubung
kesaluran bantuan krisis.
Pencegahan bunuh diri merupakan istilah yang digunakan untuk upaya
kolektif guna mengurangi insiden bunuh diri melalui tindakan
pencegahan. Mengurangi akses ke metode tertentu, seperti senjata
api atau racun akan mengurangi risikonya.
Tindakan lain di antaranya dengan mengurangi akses ke gas karbon
dan penghalang di jembatan serta platform kereta bawah tanah.
Pengobatan kecanduan narkoba dan alkohol, depresi, dan mereka
yang telah mencoba bunuh diri di masa lalu mungkin juga efektif.
Beberapa di antaranya telah mengusulkan pengurangan akses ke
alkohol sebagai strategi pencegahan (seperti mengurangi jumlah bar).
Walaupun saluran bantuan krisis bersifat umum, terdapat sedikit
bukti yang mendukung atau menolak keefektifannya. Pada remaja
yang akhir-akhir ini berpikir untuk bunuh diri, terapi perilaku
kognitif tampaknya dapat bermanfaat untuk memberikan perbaikan.
Pembangunan ekonomi melalui kemampuannya untuk mengurangi
kemiskinan mungkin dapat menurunkan tingkat bunuh diri.
Upaya untuk meningkatkan hubungan sosial terutama pada pria
usia lanjut mungkin saja efektif.
* Skrining
Ada sedikit data tentang efek skrining populasi umum terhadap
angka tertinggi bunuh diri.[91] Mengingat terdapat angka yang
tinggi pada orang yang dinyatakan positif setelah dites melalui
alat ini yang tidak berisiko bunuh diri, ada kekhawatiran bahwa
skrining bisa meningkatkan pemanfaatan sumber daya perawatan
kesehatan mental secara signifikan.
Namun demikian, dianjurkan melakukan pengkajian atas orang
yang berisiko tinggi. Bertanya tentang bunuh diri tampaknya
tidak akan meningkatkan risikonya.
* Penyakit mental
Pada orang yang mengalami masalah kesehatan mental, sejumlah
perawatan bisa mengurangi risiko bunuh diri. Mereka yang aktif
berusaha bunuh diri bisa didaftarkan dalam rehabilitasi untuk
mendapatkan perawatan kejiwaan baik secara sukarela atau secara
paksa.
Barang yang bisa digunakan untuk menyakiti diri sendiri biasanya
disingkirkan. Beberapa dokter meminta pasiennya untuk menandatangani
perjanjian pencegahan bunuh diri di mana mereka sepakat untuk
tidak menyakiti diri sendiri setelah keluar dari perawatan.
Namun demikian, belum ada bukti yang mendukung bahwa praktik
tersebut memiliki efek yang signifikan.Jika pasiennya berisiko
rendah, perawatan kesehatan mental pasien secara rawat jalan
bisa dilakukan.
Rawat inap jangka pendek belum terlihat lebih efektif dari
kepedulian masyarakat dalam memperbaiki keadaan pada mereka
yang mengalami gangguan kepribadian borderline yang secara
kronis berupaya untuk bunuh diri.
Terdapat bukti sementara bahwa psikoterapi, khususnya terapi
perilaku dialektis, mengurangi risiko bunuh diri pada remaja
serta yang mengalami gangguan kepribadian borderline.Namun
demikian, belum ada bukti penurunan bunuh diri yang dilakukan.
Muncul kontroversi seputar manfaat dibandingkan bahaya
antidepresan. Pada orang-orang muda, antidepresan yang baru
seperti SSRI tampaknya meningkatkan risiko bunuh diri dari
25 per 1000 menjadi 40 per 1000. Namun demikian,
antidepresan dapat menurunkan risiko bunuh diri pada orang
yang lebih tua.
Litium tampaknya efektif dalam menurunkan risiko pada mereka
yang mengalami gangguan bipolar dan depresi unipolar hingga
mendekati tingkat yang sama seperti populasi umum.
* Sejarah
Kematian akibat bunuh diri Decebalus, dari Tiang Trajan
Dalam sejarah Athena kuno, orang yang melakukan bunuh
diri tanpa persetujuan negara ditolak untuk dimakamkan
secara wajar dengan penghormatan. Orang tersebut akan
dimakamkan sendirian, di pinggiran kota, tanpa nisan atau
tanda.
Dalam sejarah Yunani Kuno dan Roma bunuh diri itu dianggap
metode yang dapat diterima saat mengalami kalah perang.
Di Roma kuno, bunuh diri pada awalnya diizinkan, tetapi
kemudian hal tersebut dianggap sebagai kejahatan terhadap
negara karena menimbulkan biaya.
Peraturan pidana yang dikeluarkan oleh Raja Louis XIV dari
Prancis pada tahun 1670 jauh lebih berat hukumannya: tubuh
orang yang meninggal diseret melintasi jalan-jalan, dalam
kondisi tertelungkup, dan kemudian digantung atau dibuang
di tumpukan sampah.
Selain itu, semua harta orang tersebut disita. Dalam sejarah
gereja Kristen, orang yang mencoba bunuh diri dikucilkan
dan mereka yang meninggal karena bunuh diri dimakamkan di
luar kuburan suci. Pada akhir abad ke-19 di Inggris, mencoba
bunuh diri itu dianggap sama dengan percobaan pembunuhan dan
bisa dihukum gantung.
Di Eropa pada abad ke-19, tindakan bunuh diri mengalami
pergeseran pandangan dari sebelumnya sebagai tindakan akibat
dosa menjadi akibat gila.
*Perundang-undangan
Pisau tanto yang dipersiapkan untuk melakukan seppuku.
Di sebagian besar negara-negara Barat, bunuh diri tidak
lagi merupakan kejahatan, tetapi masih dianggap demikian
di sebagian besar negara-negara Eropa Barat mulai dari Abad
Pertengahan sampai setidaknya tahun 1800-an.
Banyak negara Islam yang menetapkan bunuh diri sebagai
tindak pidana.
* Hal Bunu Diri di Erofa
Tidak satu pun negara di Eropa saat ini yang menganggap
bahwa bunuh diri atau percobaan bunuh diri adalah sebuah
kejahatan. Inggris dan Wales tidak menganggap lagi bunuh
diri sebagai kejahatan melalui Suicide Act 1961 dan di Republik
Irlandia pada tahun 1993.
Kata "commit" digunakan dalam referensi untuk itu menjadi
ilegal namun banyak organisasi telah menghentikannya karena
konotasi negatif.
* Hal bunu Diri di India
Di India, bunuh diri merupakan tindakan ilegal dan keluarga
yang masih hidup mungkin akan menghadapi kesulitan hukum.
* Hal Bunu diri di Jerman
Di Jerman, eutanasia aktif merupakan tindakan ilegal dan
siapa saja yang hadir selama berlangsungnya bunuh diri
dapat dituntut karena gagal memberikan bantuan dalam
keadaan darurat.
* Hal Bunu Diri di Swiss
Swiss baru-baru ini mengambil langkah untuk melegalkan
bunuh diri yang dibantu untuk sakit mental yang kronis.
Pengadilan tinggi Lausanne, dalam putusannya tahun 2006,
telah memberikan hak kepada seseorang tanpa nama yang
memiliki gangguan kejiwaan yang lama untuk mengakhiri
hidupnya sendiri.
*Hal Bunu Diri di merika Serikat
Di Amerika Serikat, bunuh diri tidak ilegal, tetapi mungkin
dikaitkan dengan hukuman bagi orang yang mencobanya.
Bunuh diri yang dibantu dokter merupakan tindakan yang legal
di negara bagian Oregon dan Washington.
___________
Penutup
___________
Demikian infonya para kawan. Kiranya setelah membaca postingan
ini kitapun punyagambaran, "Bagaimana seluk beluk bunu diri
di Nusantara dan dunia".
Penulis pikir, hal yang paling bermanfaat dari postingan ini
adalah angka-angka yang tersaji. Angka-angka tersebut adalah
hasil penelitian hingga layak dipercaya.
Dan jika saja kita hubungkan dengan orang-orang tertentu
(subjektif) maka kita juga punya gambaran "Kira-kira seperti
apa keinginan seseorang yang punya tindakan tertentu untuk
bunu diri". Dan tentunya hal ini sangat memberi manfaat bagi
pembaca dalam hal "Antisivasinya".
Selamat malam dan horas...!
________________________________________________________
Cat sumber utama :
http://id.wikipedia.org/wiki/Bunuh_diri
No comments:
Post a Comment