#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar berita bunu diri dari Sumatra Utara
serta melihat cara pandang budaya batak (Solusi) pada
perbuatan bunu diri)
_______________________________________________________
_______________
Kata Pengantar
_______________
"Kasus bunuh diri dengan cara gantung diri menjadi fenomena
baru di Medan. Dalam enam bulan terakhir saja, setidaknya
lebih dari enam kasus terjadi. Tiga diantara kasus gantung
diri tersebut dilakukan mahasiswa/i yang diduga akibat kisah
percintaan mereka".
Demikian kutipan berita dari situs :
http://www.medanbagus.com/news.php?id=20427
yang mana pada saat di kutip, penulis "Manyikur/merinding"
membacanya
Terakhir dialami Ahmad Johandi (21), warga Jalan Panglima Denai,
Kecamatan Medan Denai yang nekat mengakhiri hidupnya dengan
cara tragis tersebut.
Dikatakan juga :
Gantung diri karena hubungan asmara ini juga pernah terjadi
pada seorang mahasiswa semester akhir Universitas Medan Area,
Ahmad Adli (24). Dia ditemukan tewas gantung diri di dapur
rumahnya Jalan Gurilla No 61, Kelurahan Sei Kera Hilir I,
Kecamatan Medan Perjuangan, pada 12 November lalu.
Pun :
Sementara Tara br Tampubulon (22), mahasiswi Panca Budi juga
juga mengakhiri hidupnya dengan cara gantung di kamar kosnya,
Februari 2013 lalu. Mahasiswi jurusan Peternakan asal Balige itu,
bunuh diri diduga karena ditinggal pergi pacarnya.
Wau...! ada apa dengan cinta...?
Wau...! Mengapa holong bisa membunuh...?
Wau...! Katanya MAHAsiswa MAHAsiswi...!
Apa yang dimahasiswakan, apa yang dimahasiswikan...?
Mengapa pikiran begitu pendek, hati demikian gelisah...?
Wau...! Ada apa dengan para orang tua, para hatobangan ni huta
para pengetua adat, ahli budaya, para pendeta. dan para ustat,
sudahkan nasehat mereka tak diperdulikan halak hita itu...?
Ah...hhhh...hangoluan...!
Dan...dan...bagaimana sebenarnya budaya batak atau adat batak
meninjau masalah ini" adalah tugas postingan ini mencari
jawaban untuk dapat dapat disampaikan, khususnya pada para
remaja batak, para naposo nauli bulung ni huta.
Selamat menyimak...!
_____________________________________________
Sekilas bunu diri tanah batak (Pendapat pribadi)
_____________________________________________
Sepengetahuan penulis, bunuh diri tanah batak secara umum
di bagi dua yaitu 1. Bunu diri atas keinginan diri 2. Bunu diri
diluar keinginan diri.
1. Bunu diri atas keinginan diri
Penulis pikir terhadap hal ini kita hanya perlu menganalisa
dan hasil analisa sepertinya cukup sering menggambarkan
memang keinginan dari yang bunuh diri itula untuk bunu diri.
2. Bunu diri yang bukan keinginan diri
Tak diketahui siapa pencipta lagu ini, namun penulis sendiri
merasakan ada hal tertentu ditanah batak (Diluar jangkauan
logika) yang sepertinya memanggil manggil orang batak untuk
mate dan hal ini sangat terasa pada saat-saat sepi ditanah
atau tor/bukit tanah batak.
Dan mungkin itu sebabnya mengapa budaya batak mengajarkan
kepada generasinya untuk tidak sembarangan di tempat-tempat
tertentu (Yang ada begunya), bahkan dalam beberapa tindakan
yang diperkirakan dapat melukai, disuruh untuk permisi
sebelum melakukan sesuatu.
Kiranya lagu "Nangkok au tu Dolok" dapat menjadi pengingat
bagi kita bahwa, "Bunu diri di tanah batak bukan saja datang
atas keinginan diri, tapi juga bisa datang diluar keinginan
diri, karena kita semua mengetahui yang namanya begu dalam
bentuk wujud dan sifat.
Berikut lagunya :
__________________________________________________
Beda bunu diri tanah batak (Sumatra secara umum)
masa lampau dengan masa kini
__________________________________________________
Pada saat penulis masih kecil, mendengar bunu diri ini sungguh
sangat mengerikan hingga sampai sekarangpun masih teringat,
begitupun setelah dewasa masih penulis dengar berita bunu diri
ini.
Penulis pikir, hal ini bisa jadi disebabkan sungguh jarangnya
orang dahulu melakukan bunuh diri, sehingga ketika hal itu
terjadi, beritanya menjadi sangat heboh.
Dari hasil menyimak macam info bunu diri daerah Sumut dapat
penulis ketahui tambah meningkat, begitupun sepertinya
peningkatan ini tidak terlalu mendapat perhatian publik.
___________________________________________________
Macam Berita Bunu diri dari Medan - Sumatra Utara
___________________________________________________
Berikut info tambahan mengenai kasus-kasus bunu diri di Sumatra
Utara, selain uraian pada kata pengantar di atas :
* Dari Plaza Medan Fair
Liputan6.com, Medan: Seorang wanita tewas mengenaskan setelah nekat
terjun bebas dari lantai empat Plaza Medan Fair, Medan, Sumatra Utara,
Ahad (25/4) pagi. Untuk menutupi peristiwa ini, petugas keamanan
Plaza Medan Fair langsung mengevakuasi jenazah wanita keturunan
Thionghoa ini ke basement sebelum polisi tiba di lokasi kejadian.
Lebih lanjut di :
http://news.liputan6.com/read/274125/seorang-wanita-bunuh-diri-di-plaza-medan-fair
* Dari Deli Serdang
Mantan kepala sekolah dasar (SD) negeri Labuhan, Renta
Br Habeahan (54) ditemukan suaminya, Robet Manalu (56) tewas
tergantung di pohon rambutan di belakang rumahnya, Kamis (23/1)
sekira pukul 06.00 wib. Kasus bunuh diri ini sudah ditangani Polsek
Patumbak.
Kehebohan sontak meliputi warga Jalan Sari Gang Teratai A No. 9,
Dusun VI, Desa Mariendal I, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deliserdang.
Kabar tewasnya Renta br Habeahan dengan sehelai selendang di belakang
rumahnya menyebar dengan cepat.
lebih lanjut di :
http://www.posmetro-medan.com/?p=15203
* Dari Medan
23 Januari 2013: Anggota Samapta Polresta Medan Briptu Andre
Hutabarat nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri
di rumah orangtuanya di Asrama Polisi, Jl HM Jhoni, Medan.
26 Juli 2011: Bripka Doli Franciskus Napitupulu (36) anggota
Reskrimum Polda Sumut tewas menembak kepalanya sendiri usai
bertengkar dengan istrinya di rumah mertuanya di Medan.
Di dekat mayat Doli ditemukan surat bertuliskan, "Abang masih
mencintai kamu, Dek". (sal/rel)
Sumber :
http://www.dnaberita.com/berita-90096-5-bulan-3-polisi-bunuh-diri.html.html
_________________________________________
Macam video bunu diri dari Sumatra Utara
_________________________________________
________________________
Sekilas Budaya Batak
________________________
* Arti Kebudayaan Batak
Yang dimaksud dengan kebudayaan Batak, yaitu seluruh nilai-nilai
kehidupan suku bangsa Batak di waktu-waktu mendatang merupakan
penerusan dari nilai kehidupan lampau dan menjadi faktor penentu
sebagai identitasnya. Refleksi dari nilai-nilai kehidupan tersebut
menjadi suatu cirri yang khas bagi suku bangsa Batak yakni :
Keyakinan dan kepercayaan bahwa ada Maha Pencipta sebagai Tuhan
yang menciptakan alam semesta beserta segala sesuatu isinya,
termasuk langit dan bumi.
Untuk mewujudkan keseimbangan dalam menjalankan nilai-nilai kehidupan
sebagai mahluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan
yang lainnya, Tuhan Maha Pencipta sebagai titik orientasi sipritualnya,
alam lingkungan sebagai objek integritasnya suku bangsa Batak telah
dinaungi Patik.
Patik berfungsi sebagai batasan tatanan kehidupan untuk mencapai
nilai-nilai kebenaran. Patik ditandai dengan kata Unang ( Jangan),
Tongka (Pantang), Sotung (Jangan Sampai), Dang Jadi (Tidak Bisa).
Sebagai akibat dari penyimpangan tatanan kehidupan yang dimaksud
dibuatlah Uhum atau Hukum. Uhum (Hukum) ditandai oleh kata; Aut
(jikalau), Duru (Tersingkir), Sala (Bersalah), Baliksa (Kecuali),
Hinorhon (Akibat), Laos (lewat batas), Dando (Denda), Tolon (Sumpah),
Bura (Serapah), dsb.
Di dalam menjalankan kehidupannya, suku bangsa Batak terutama
interaksinya antar sesama manusia dibuatlah nilai-nilai, etika maupun
estetika yang dinamai Adat. Suku bangsa Batak mempunyai sistim
kekerabatan yang dikenal dan hidup hingga kini yakni Partuturon.
Peringatan untuk tidak melanggar Patik itu ditegaskan dengan kata
Sotung (Jangan Sampai). Dan, mengharamkan segala pelanggaran terhadap
aturan, yang dikenal dengan kata Subang (Pantangan).
Makna Kebudayaan Batak
Tata nilai kehidupan suku Batak di dalam proses pengembangannya
merupakan pengolahan tingkat daya dan perkembangan daya dalam
satu sistim komunikasi, yang meliputi :
a. Sikap Mental (Hadirion) :
Sikap mental ini tercermin dari pepatah :
Babiat di Harbangan, Gompul di Alaman. (Harimau di Gerbang Kampung,
Beruang di Halaman)
Anak Sipajoloon Nara tu Jolo (Anak yang didaulat menjadi pemimpin,
adalah orang yang siap di posisi terdepan).
b. Nilai Kehidupan (Ruhut-ruhut Ni Parngoluon) :
Pantun marpangkuling bangko ni anak na bisuk. (Patut dalam
berbicara, tanda orang bijak).
Donda marpangalaho, bangkoni boru na uli. (Santun dalam peringai,
tanda perempuan yang cantik).
Pantun hangoluan, tois hamagoan. Kapatutan menjamin keselamatan
hidup, hidup sembarangan, alamat celaka.
Cara Berpikir (Paningaon)
Raja di jolo sipatudu dalan hangoluan. (Raja di depan,penunjuk
jalan kehidupan)
Raja di tonga pangahut pangatua, pangimpal, pangimbalo.
(Raja di tengah, perangkul tokoh, pengikat dan pemersatu.
Raja di pudi siapul natangis sielek na mardandi (Raja di
belakang, penghibur bagi yang bersedih, dan pembujuk.)
Cara Bekerja (Parulan)
Mangula sibahen Namangan (Bekerja sumber rezeki)
Maragat bahen siinumon (Menderes sumber minuman)
Logika (Ruhut, Raska, Risa)
Aut so ugari boru Napitupulu na tumubuhon au, dang martulang
au tu Napitupulu
Kalau tidak boru napitupulu yang melahirkanku,, maka aku
tidak memanggil paman kepada Marga Napitupulu.
Etika (Paradaton)
Tinintip sanggar bahen huru-huruan (Sanggar di arit, buat sangkar burung)
Nisungkun marga asa binoto partuturon (Tanya marga, supaya tahu kekerabatan).
Estetika (panimbangion)
Hatian sora monggal, ninggala sibola tali
Rangkuman
Pandangan Umum.:
Budaya berasal dari bahasa sanskerta yaitu Budhayah, bentuk
jamak dari budi dan akal. Sedangkan kata budaya ialah
perkembangan majemuk dari budidaya yang berarti daya dan budi.
Hakekat budaya adalah hasil daya dari budi berupa Cipta, Karsa,
Rasa.
Defenisi kebudayaan adalah sejumlah kepandaian dan pengalaman-
pengalaman generasi-generasi angkatan manusia, yang telah
dipelajarkan pada tiap-tiap generasi baru dan yang tersusun
dalam masyarakat.
Salah satu aspek kebudayaan adalah ADAT. Adat ialah segala sesuatu
kebiasaan-kebiasaan generasi-generasi angkatan manusia, yang telah
dipelajarkan pada tiap-tiap generasi baru; telah tersusun rapi
dalam masyarakat dan dibatasi oleh norma-norma tertentu.
Pandangan Khusus
Pemahaman suku bangsa Batak tentang mikro kosmos dan makro kosmos,
dimana hubungan manusia Batak dengan Tuhannya, hubungan manusia
Batak dengan manusia lainnya, manusia Batak dengan alam
lingkungannya selalu di batasi oleh patik dan uhum. Itu berarti
tatanan kehidupan suku Batak dari dulu hingga sekarang ini telah
diatur oleh suatau sistem yaitu Budaya, dalam bahasa Batak
lebih diartikan sebagai UGARI.
Logika
Budaya Batak mencerminkan nilai-nilai peradaban yang tinggi
sehingga suku bangsa Batak mengakui Tuhan Maha Pencipta sebagai
orientasi spritualnya. Suku bangsa yang tidak mempunyai budaya
adalah suku bangsa yang tidak mengenal Tuhan dan disebut biadab.
http://tanobatak.wordpress.com/
______________________________________________________
Jawaban / solusi budaya batak pada kasus bunu diri
di Sumatra Utara (Pendapat pribadi penulis)
______________________________________________________
* Jika alasan karena cinta / holong
"Tinintip sanggar bahen huru-huruan
(Sanggar di arit, buat sangkar burung)
Nisungkun marga asa binoto partuturon
(Tanya marga, supaya tahu kekerabatan).
Umpasa ini terkesan sederhana, tapi arti didalamnya cukup
memberi makna. Dengan kata lain, saling menghargai, saling
menghormati adalah hal yang utama dilaksankan jika seorang
putra batak ingin berkenalan dengan gadis lainnya.
Demikian tafsir penulis dan jika diterapkan maka saling
menyakiti antara muda-mudi batak akan dapat dihindari
yang dengan sendirinya terhindar pula dari keinginan
menyakiti diri sendiri karena merasa kecewa.
(Umpasa lainnya dengan maksud yang sama tentu sangat
banyak).
* Jika alasannya karena merasa gagal dalam kehidupan
"Hotang binebe nebe ma ninna hotang pulogos
Ai unang hamu mandele ai godang do tudos tudos"
Artinya:
Jangan kamu putus asa karena banyak orang lainpun
mengalami hal yang sama.
Ya...halak hita...! Fakta hidup memang berkata demikian, tidak
semua halak batak itu dapat dikatakan sukses atau marhamoraon
marhagabeon.
Jika demikian halnnya, sungguh tidak pantas hita halak hita
melakukan bunu diri hanya karena merasa gagal dalam hidup.
"Sude do hita marTuhan, sude do hita porcaya Tuhan juodo
namanatuhon gurat-gurat nitangani".
* Jika alasannya karena kemiskinan atau kemelaratan
"Pagulut lali tu asar ni tabuan
Ai unang hamu pagulut dohot marsalisih ala ni sidabuan
Artinya:
Jangan kalian berebutan/berselisih/putus asa hanya karena
'nafkah'/makanan.
Jelas dan cukup jelas, sungguh tak masuk diakal jika
kemiskinan adalah alasan untuk melakukan bunu diri.
"Semiskin-miskinnya orang di tanah batak atak ada yang
mati karena kelaparan.
* Jika alasannya karena perkataan yang menyakitkan
"Pantun marpangkuling bangko ni anak na bisuk".
Artinya : Patut dalam berbicara, tanda orang bijak.
Maka sudah sepatutnyalah halak hita itu, saling menjaga
ucapannya. "Tiada yang salah mungkin dengan perkataan
"Panyaornyaorkon/caci maki jika masalah dapat selesai
dengan cara demikian. Tapi jika dapat selesai tanpa cara
yang demikian, mengapa pula harus cara pakai demikian.
* Jika alasannya karena kurangnya pengendalian diri
"Pantun hangoluan, tois hamagoan".
Artinya : Kapatutan menjamin keselamatan hidup,
hidup sembarangan, alamat celaka.
Karena itu, laksanakanlah. Jangan suka berpikir "Kebebasan
adalah kebahagiaaan jika belum bisa mengendalikan diri".
Biarlah dalam bimbingan orang lain atau jadi bawahan
tapi tetap terjamin keselamatan.
* Dan jika alasannya, apapun alasannya
Dan alasannya, apapun alasannya sesungguhnya budaya batak
itu punya penyelesaiannya, tergantung masyarakat atau
generasi batak itu sendiri yang menafsirnya.
__________
Penutup
__________
Para opung-oppung batak najoloi, memberikan solusi bagaimana
seharusnya hidup dijalanii lewat cara berpikirnya para raja-
raja batak.
Cara berpikir tersebut tertangkap lewat istilah "Paningaon" :
*Raja di jolo
sipatudu dalan hangoluan. (Raja di depan,
penunjuk jalan kehidupan)
*Raja di tonga
pangahut pangatua, pangimpal, pangimbalo.
(Raja di tengah, perangkul tokoh, pengikat dan pemersatu.
Raja di pudi
siapul natangis sielek na mardandi (Raja di
belakang, penghibur bagi yang bersedih, dan pembujuk.)
Hubungannya dengan pokok bahasan :
Para opung-oppung batak najoloi (penetap budaya), sadar botul
bahwa dikehidupan ini akan selalu ada masalah, istilah stres,
frustasi, gila, dll pasti akan dialami generasinya. Karena itu
ditetapkanlah cara berpikir "Panigahon" tersebut.
Ini artinya :
Tanggung jawab terjadinya bunu diri pada orang-orang bermarga
batak tidaklah mutlak tanggung jawab dari keluarga yang melakukan
bunu diri tersebut. Tapi tanggungjawab dari keseluruhan masyarakat
batak, karena mereka gagal jadi raja di jolo, raja di tonga dan raja
di pudi.
Karena itu, "Mari sama fungsikan cara berpikir raja dijolo, ditengah
dan di pudi tersebut, hingga angka kematian dengan cara bunu diri
khsusnya di Sumatra Utara dapat dicegah, kurangi atau tiadakan
kalau bisa.
Para masyarakat batak, hususnya di Sumatra Utara...!
Horas...horas...horas...!
dan...
"Jangan kalian bunu diri. Unang bunu diri hamu anggia, ipar, lae
ito atau boru tulang...!
______________________________________________________________
Cat. Sumber pendukung :
http://tanobatak.wordpress.com/
*Link lainnya yang berhubungan dengan postingan ini :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2014/01/bunu-diri-suicidium.html
http://galeri1msad.blogspot.com/2014/01/bunu-diri-dalam-tinjauan-islam.html
(Menyimak info sekitar berita bunu diri dari Sumatra Utara
serta melihat cara pandang budaya batak (Solusi) pada
perbuatan bunu diri)
_______________________________________________________
_______________
Kata Pengantar
_______________
"Kasus bunuh diri dengan cara gantung diri menjadi fenomena
baru di Medan. Dalam enam bulan terakhir saja, setidaknya
lebih dari enam kasus terjadi. Tiga diantara kasus gantung
diri tersebut dilakukan mahasiswa/i yang diduga akibat kisah
percintaan mereka".
Demikian kutipan berita dari situs :
http://www.medanbagus.com/news.php?id=20427
yang mana pada saat di kutip, penulis "Manyikur/merinding"
membacanya
Terakhir dialami Ahmad Johandi (21), warga Jalan Panglima Denai,
Kecamatan Medan Denai yang nekat mengakhiri hidupnya dengan
cara tragis tersebut.
Dikatakan juga :
Gantung diri karena hubungan asmara ini juga pernah terjadi
pada seorang mahasiswa semester akhir Universitas Medan Area,
Ahmad Adli (24). Dia ditemukan tewas gantung diri di dapur
rumahnya Jalan Gurilla No 61, Kelurahan Sei Kera Hilir I,
Kecamatan Medan Perjuangan, pada 12 November lalu.
Pun :
Sementara Tara br Tampubulon (22), mahasiswi Panca Budi juga
juga mengakhiri hidupnya dengan cara gantung di kamar kosnya,
Februari 2013 lalu. Mahasiswi jurusan Peternakan asal Balige itu,
bunuh diri diduga karena ditinggal pergi pacarnya.
Wau...! ada apa dengan cinta...?
Wau...! Mengapa holong bisa membunuh...?
Wau...! Katanya MAHAsiswa MAHAsiswi...!
Apa yang dimahasiswakan, apa yang dimahasiswikan...?
Mengapa pikiran begitu pendek, hati demikian gelisah...?
Wau...! Ada apa dengan para orang tua, para hatobangan ni huta
para pengetua adat, ahli budaya, para pendeta. dan para ustat,
sudahkan nasehat mereka tak diperdulikan halak hita itu...?
Ah...hhhh...hangoluan...!
Dan...dan...bagaimana sebenarnya budaya batak atau adat batak
meninjau masalah ini" adalah tugas postingan ini mencari
jawaban untuk dapat dapat disampaikan, khususnya pada para
remaja batak, para naposo nauli bulung ni huta.
Selamat menyimak...!
_____________________________________________
Sekilas bunu diri tanah batak (Pendapat pribadi)
_____________________________________________
Sepengetahuan penulis, bunuh diri tanah batak secara umum
di bagi dua yaitu 1. Bunu diri atas keinginan diri 2. Bunu diri
diluar keinginan diri.
1. Bunu diri atas keinginan diri
Penulis pikir terhadap hal ini kita hanya perlu menganalisa
dan hasil analisa sepertinya cukup sering menggambarkan
memang keinginan dari yang bunuh diri itula untuk bunu diri.
2. Bunu diri yang bukan keinginan diri
Tak diketahui siapa pencipta lagu ini, namun penulis sendiri
merasakan ada hal tertentu ditanah batak (Diluar jangkauan
logika) yang sepertinya memanggil manggil orang batak untuk
mate dan hal ini sangat terasa pada saat-saat sepi ditanah
atau tor/bukit tanah batak.
Dan mungkin itu sebabnya mengapa budaya batak mengajarkan
kepada generasinya untuk tidak sembarangan di tempat-tempat
tertentu (Yang ada begunya), bahkan dalam beberapa tindakan
yang diperkirakan dapat melukai, disuruh untuk permisi
sebelum melakukan sesuatu.
Kiranya lagu "Nangkok au tu Dolok" dapat menjadi pengingat
bagi kita bahwa, "Bunu diri di tanah batak bukan saja datang
atas keinginan diri, tapi juga bisa datang diluar keinginan
diri, karena kita semua mengetahui yang namanya begu dalam
bentuk wujud dan sifat.
Berikut lagunya :
__________________________________________________
Beda bunu diri tanah batak (Sumatra secara umum)
masa lampau dengan masa kini
__________________________________________________
Pada saat penulis masih kecil, mendengar bunu diri ini sungguh
sangat mengerikan hingga sampai sekarangpun masih teringat,
begitupun setelah dewasa masih penulis dengar berita bunu diri
ini.
Penulis pikir, hal ini bisa jadi disebabkan sungguh jarangnya
orang dahulu melakukan bunuh diri, sehingga ketika hal itu
terjadi, beritanya menjadi sangat heboh.
Dari hasil menyimak macam info bunu diri daerah Sumut dapat
penulis ketahui tambah meningkat, begitupun sepertinya
peningkatan ini tidak terlalu mendapat perhatian publik.
___________________________________________________
Macam Berita Bunu diri dari Medan - Sumatra Utara
___________________________________________________
Berikut info tambahan mengenai kasus-kasus bunu diri di Sumatra
Utara, selain uraian pada kata pengantar di atas :
* Dari Plaza Medan Fair
Liputan6.com, Medan: Seorang wanita tewas mengenaskan setelah nekat
terjun bebas dari lantai empat Plaza Medan Fair, Medan, Sumatra Utara,
Ahad (25/4) pagi. Untuk menutupi peristiwa ini, petugas keamanan
Plaza Medan Fair langsung mengevakuasi jenazah wanita keturunan
Thionghoa ini ke basement sebelum polisi tiba di lokasi kejadian.
Lebih lanjut di :
http://news.liputan6.com/read/274125/seorang-wanita-bunuh-diri-di-plaza-medan-fair
* Dari Deli Serdang
Mantan kepala sekolah dasar (SD) negeri Labuhan, Renta
Br Habeahan (54) ditemukan suaminya, Robet Manalu (56) tewas
tergantung di pohon rambutan di belakang rumahnya, Kamis (23/1)
sekira pukul 06.00 wib. Kasus bunuh diri ini sudah ditangani Polsek
Patumbak.
Kehebohan sontak meliputi warga Jalan Sari Gang Teratai A No. 9,
Dusun VI, Desa Mariendal I, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deliserdang.
Kabar tewasnya Renta br Habeahan dengan sehelai selendang di belakang
rumahnya menyebar dengan cepat.
lebih lanjut di :
http://www.posmetro-medan.com/?p=15203
* Dari Medan
23 Januari 2013: Anggota Samapta Polresta Medan Briptu Andre
Hutabarat nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri
di rumah orangtuanya di Asrama Polisi, Jl HM Jhoni, Medan.
26 Juli 2011: Bripka Doli Franciskus Napitupulu (36) anggota
Reskrimum Polda Sumut tewas menembak kepalanya sendiri usai
bertengkar dengan istrinya di rumah mertuanya di Medan.
Di dekat mayat Doli ditemukan surat bertuliskan, "Abang masih
mencintai kamu, Dek". (sal/rel)
Sumber :
http://www.dnaberita.com/berita-90096-5-bulan-3-polisi-bunuh-diri.html.html
_________________________________________
Macam video bunu diri dari Sumatra Utara
_________________________________________
________________________
Sekilas Budaya Batak
________________________
* Arti Kebudayaan Batak
Yang dimaksud dengan kebudayaan Batak, yaitu seluruh nilai-nilai
kehidupan suku bangsa Batak di waktu-waktu mendatang merupakan
penerusan dari nilai kehidupan lampau dan menjadi faktor penentu
sebagai identitasnya. Refleksi dari nilai-nilai kehidupan tersebut
menjadi suatu cirri yang khas bagi suku bangsa Batak yakni :
Keyakinan dan kepercayaan bahwa ada Maha Pencipta sebagai Tuhan
yang menciptakan alam semesta beserta segala sesuatu isinya,
termasuk langit dan bumi.
Untuk mewujudkan keseimbangan dalam menjalankan nilai-nilai kehidupan
sebagai mahluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan
yang lainnya, Tuhan Maha Pencipta sebagai titik orientasi sipritualnya,
alam lingkungan sebagai objek integritasnya suku bangsa Batak telah
dinaungi Patik.
Patik berfungsi sebagai batasan tatanan kehidupan untuk mencapai
nilai-nilai kebenaran. Patik ditandai dengan kata Unang ( Jangan),
Tongka (Pantang), Sotung (Jangan Sampai), Dang Jadi (Tidak Bisa).
Sebagai akibat dari penyimpangan tatanan kehidupan yang dimaksud
dibuatlah Uhum atau Hukum. Uhum (Hukum) ditandai oleh kata; Aut
(jikalau), Duru (Tersingkir), Sala (Bersalah), Baliksa (Kecuali),
Hinorhon (Akibat), Laos (lewat batas), Dando (Denda), Tolon (Sumpah),
Bura (Serapah), dsb.
Di dalam menjalankan kehidupannya, suku bangsa Batak terutama
interaksinya antar sesama manusia dibuatlah nilai-nilai, etika maupun
estetika yang dinamai Adat. Suku bangsa Batak mempunyai sistim
kekerabatan yang dikenal dan hidup hingga kini yakni Partuturon.
Peringatan untuk tidak melanggar Patik itu ditegaskan dengan kata
Sotung (Jangan Sampai). Dan, mengharamkan segala pelanggaran terhadap
aturan, yang dikenal dengan kata Subang (Pantangan).
Makna Kebudayaan Batak
Tata nilai kehidupan suku Batak di dalam proses pengembangannya
merupakan pengolahan tingkat daya dan perkembangan daya dalam
satu sistim komunikasi, yang meliputi :
a. Sikap Mental (Hadirion) :
Sikap mental ini tercermin dari pepatah :
Babiat di Harbangan, Gompul di Alaman. (Harimau di Gerbang Kampung,
Beruang di Halaman)
Anak Sipajoloon Nara tu Jolo (Anak yang didaulat menjadi pemimpin,
adalah orang yang siap di posisi terdepan).
b. Nilai Kehidupan (Ruhut-ruhut Ni Parngoluon) :
Pantun marpangkuling bangko ni anak na bisuk. (Patut dalam
berbicara, tanda orang bijak).
Donda marpangalaho, bangkoni boru na uli. (Santun dalam peringai,
tanda perempuan yang cantik).
Pantun hangoluan, tois hamagoan. Kapatutan menjamin keselamatan
hidup, hidup sembarangan, alamat celaka.
Cara Berpikir (Paningaon)
Raja di jolo sipatudu dalan hangoluan. (Raja di depan,penunjuk
jalan kehidupan)
Raja di tonga pangahut pangatua, pangimpal, pangimbalo.
(Raja di tengah, perangkul tokoh, pengikat dan pemersatu.
Raja di pudi siapul natangis sielek na mardandi (Raja di
belakang, penghibur bagi yang bersedih, dan pembujuk.)
Cara Bekerja (Parulan)
Mangula sibahen Namangan (Bekerja sumber rezeki)
Maragat bahen siinumon (Menderes sumber minuman)
Logika (Ruhut, Raska, Risa)
Aut so ugari boru Napitupulu na tumubuhon au, dang martulang
au tu Napitupulu
Kalau tidak boru napitupulu yang melahirkanku,, maka aku
tidak memanggil paman kepada Marga Napitupulu.
Etika (Paradaton)
Tinintip sanggar bahen huru-huruan (Sanggar di arit, buat sangkar burung)
Nisungkun marga asa binoto partuturon (Tanya marga, supaya tahu kekerabatan).
Estetika (panimbangion)
Hatian sora monggal, ninggala sibola tali
Rangkuman
Pandangan Umum.:
Budaya berasal dari bahasa sanskerta yaitu Budhayah, bentuk
jamak dari budi dan akal. Sedangkan kata budaya ialah
perkembangan majemuk dari budidaya yang berarti daya dan budi.
Hakekat budaya adalah hasil daya dari budi berupa Cipta, Karsa,
Rasa.
Defenisi kebudayaan adalah sejumlah kepandaian dan pengalaman-
pengalaman generasi-generasi angkatan manusia, yang telah
dipelajarkan pada tiap-tiap generasi baru dan yang tersusun
dalam masyarakat.
Salah satu aspek kebudayaan adalah ADAT. Adat ialah segala sesuatu
kebiasaan-kebiasaan generasi-generasi angkatan manusia, yang telah
dipelajarkan pada tiap-tiap generasi baru; telah tersusun rapi
dalam masyarakat dan dibatasi oleh norma-norma tertentu.
Pandangan Khusus
Pemahaman suku bangsa Batak tentang mikro kosmos dan makro kosmos,
dimana hubungan manusia Batak dengan Tuhannya, hubungan manusia
Batak dengan manusia lainnya, manusia Batak dengan alam
lingkungannya selalu di batasi oleh patik dan uhum. Itu berarti
tatanan kehidupan suku Batak dari dulu hingga sekarang ini telah
diatur oleh suatau sistem yaitu Budaya, dalam bahasa Batak
lebih diartikan sebagai UGARI.
Logika
Budaya Batak mencerminkan nilai-nilai peradaban yang tinggi
sehingga suku bangsa Batak mengakui Tuhan Maha Pencipta sebagai
orientasi spritualnya. Suku bangsa yang tidak mempunyai budaya
adalah suku bangsa yang tidak mengenal Tuhan dan disebut biadab.
http://tanobatak.wordpress.com/
______________________________________________________
Jawaban / solusi budaya batak pada kasus bunu diri
di Sumatra Utara (Pendapat pribadi penulis)
______________________________________________________
* Jika alasan karena cinta / holong
"Tinintip sanggar bahen huru-huruan
(Sanggar di arit, buat sangkar burung)
Nisungkun marga asa binoto partuturon
(Tanya marga, supaya tahu kekerabatan).
Umpasa ini terkesan sederhana, tapi arti didalamnya cukup
memberi makna. Dengan kata lain, saling menghargai, saling
menghormati adalah hal yang utama dilaksankan jika seorang
putra batak ingin berkenalan dengan gadis lainnya.
Demikian tafsir penulis dan jika diterapkan maka saling
menyakiti antara muda-mudi batak akan dapat dihindari
yang dengan sendirinya terhindar pula dari keinginan
menyakiti diri sendiri karena merasa kecewa.
(Umpasa lainnya dengan maksud yang sama tentu sangat
banyak).
* Jika alasannya karena merasa gagal dalam kehidupan
"Hotang binebe nebe ma ninna hotang pulogos
Ai unang hamu mandele ai godang do tudos tudos"
Artinya:
Jangan kamu putus asa karena banyak orang lainpun
mengalami hal yang sama.
Ya...halak hita...! Fakta hidup memang berkata demikian, tidak
semua halak batak itu dapat dikatakan sukses atau marhamoraon
marhagabeon.
Jika demikian halnnya, sungguh tidak pantas hita halak hita
melakukan bunu diri hanya karena merasa gagal dalam hidup.
"Sude do hita marTuhan, sude do hita porcaya Tuhan juodo
namanatuhon gurat-gurat nitangani".
* Jika alasannya karena kemiskinan atau kemelaratan
"Pagulut lali tu asar ni tabuan
Ai unang hamu pagulut dohot marsalisih ala ni sidabuan
Artinya:
Jangan kalian berebutan/berselisih/putus asa hanya karena
'nafkah'/makanan.
Jelas dan cukup jelas, sungguh tak masuk diakal jika
kemiskinan adalah alasan untuk melakukan bunu diri.
"Semiskin-miskinnya orang di tanah batak atak ada yang
mati karena kelaparan.
* Jika alasannya karena perkataan yang menyakitkan
"Pantun marpangkuling bangko ni anak na bisuk".
Artinya : Patut dalam berbicara, tanda orang bijak.
Maka sudah sepatutnyalah halak hita itu, saling menjaga
ucapannya. "Tiada yang salah mungkin dengan perkataan
"Panyaornyaorkon/caci maki jika masalah dapat selesai
dengan cara demikian. Tapi jika dapat selesai tanpa cara
yang demikian, mengapa pula harus cara pakai demikian.
* Jika alasannya karena kurangnya pengendalian diri
"Pantun hangoluan, tois hamagoan".
Artinya : Kapatutan menjamin keselamatan hidup,
hidup sembarangan, alamat celaka.
Karena itu, laksanakanlah. Jangan suka berpikir "Kebebasan
adalah kebahagiaaan jika belum bisa mengendalikan diri".
Biarlah dalam bimbingan orang lain atau jadi bawahan
tapi tetap terjamin keselamatan.
* Dan jika alasannya, apapun alasannya
Dan alasannya, apapun alasannya sesungguhnya budaya batak
itu punya penyelesaiannya, tergantung masyarakat atau
generasi batak itu sendiri yang menafsirnya.
__________
Penutup
__________
Para opung-oppung batak najoloi, memberikan solusi bagaimana
seharusnya hidup dijalanii lewat cara berpikirnya para raja-
raja batak.
Cara berpikir tersebut tertangkap lewat istilah "Paningaon" :
*Raja di jolo
sipatudu dalan hangoluan. (Raja di depan,
penunjuk jalan kehidupan)
*Raja di tonga
pangahut pangatua, pangimpal, pangimbalo.
(Raja di tengah, perangkul tokoh, pengikat dan pemersatu.
Raja di pudi
siapul natangis sielek na mardandi (Raja di
belakang, penghibur bagi yang bersedih, dan pembujuk.)
Hubungannya dengan pokok bahasan :
Para opung-oppung batak najoloi (penetap budaya), sadar botul
bahwa dikehidupan ini akan selalu ada masalah, istilah stres,
frustasi, gila, dll pasti akan dialami generasinya. Karena itu
ditetapkanlah cara berpikir "Panigahon" tersebut.
Ini artinya :
Tanggung jawab terjadinya bunu diri pada orang-orang bermarga
batak tidaklah mutlak tanggung jawab dari keluarga yang melakukan
bunu diri tersebut. Tapi tanggungjawab dari keseluruhan masyarakat
batak, karena mereka gagal jadi raja di jolo, raja di tonga dan raja
di pudi.
Karena itu, "Mari sama fungsikan cara berpikir raja dijolo, ditengah
dan di pudi tersebut, hingga angka kematian dengan cara bunu diri
khsusnya di Sumatra Utara dapat dicegah, kurangi atau tiadakan
kalau bisa.
Para masyarakat batak, hususnya di Sumatra Utara...!
Horas...horas...horas...!
dan...
"Jangan kalian bunu diri. Unang bunu diri hamu anggia, ipar, lae
ito atau boru tulang...!
______________________________________________________________
Cat. Sumber pendukung :
http://tanobatak.wordpress.com/
*Link lainnya yang berhubungan dengan postingan ini :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2014/01/bunu-diri-suicidium.html
http://galeri1msad.blogspot.com/2014/01/bunu-diri-dalam-tinjauan-islam.html
No comments:
Post a Comment