Wednesday, December 10, 2014

BNI dan CIGNA Dalam Etika Kerja Mengolah No. Hp. 081 389 67 20 57


#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Memberikan info sekitar BNI dalam Etika Kerja dalam Hubungannya
dengan Asuransi Cigna dan No.Hp. 081 389 67 20 57)
* Tulisan ke-dua mengenai Asuransi Cigna
________________________________________________________________











________________

Kata Pengantar
_______________

Horas...horas....horas....!

Horas para kawan...!

...dan tak perlu Horas...!
untuk anda Para Pengelola Bank Negara Idonesia dan Asuransi Cigna,
karena Bapak/Ibu/Saudara/i sekalian telah mempermainkan saya Nasabah
kalian dengan Nomor Rekening 015256245 untuk BNI dan Nomor Polis
IMKIN0001435754 dan  IMKIN0001635668

Yang mau saya sampaikan lewat postingan ini adalah suatu kebingungan
atau ketidak mengertian, "Bagaimana nomor Hp saya yaitu 081 38967 2057
ada di para sales girls "Asuransi Cigna sekitar pertengahan tahun 2009
yang kemudian menjadi "Tsunami" bagi saya di akhir tahun 2014 ini,
karena akan kehilangan uang sekitar Rp. 10.000 juta lebih.

Atas kebingunan dan ketidak mengertian tersebut maka sayapun akan
memberikan pendapat yang mungkin saja bentuknya kritik pedas karena
emosi pada saat menulis ini tidak terkendali.

Begitupun...!

"Tujuan penulisan ini sesungguhnya untuk meminta perhatian BNI akan
Kasus saya di Asuransi Cigna yang telah menyebabkan saya kehilangan
uang karena BNI telah memberi peluang pada Nasabahnya untuk di Rampok
Asuransi Cigna dengan alasan yang tidak jelas, karena BNI tidak pernah
mengkonvirmasi nasabahnya apakah benar-benar telah menyetujui Nomor
Rekeningnya untuk di debet Asuransi Cigna"

Para kawan .... !

Selamat menyimak...!

Oya...!

Postingan ini adalah pendalaman atau kelanjutan dari link :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2014/12/cigna-pro-maxima-pro-medika-asuransi.html
_____________________________________________________________

Ringkasan Kejadian Hubungan BNI dengan Asuransi Cigna dalam
Hubungannya dengan No. HP. 081 389 6720 57
_____________________________________________________________

Singkat cerita :

- Lebih dari 10 tahun sudah saya menjadi Nasabah BNI.

- Meski jadi nasabah, sesungguhnyalah saya bukan penabung aktif
  karena saya adalah wiraswasta yang dalam istilah batak "Hais
  manyogot tuduk potang / di cari pagi untuk dimakan malam, tidak
  mencari ya tidak makan".

- Meski demikian, sesekali penulis juga merasakan yang dalam istilah
  batak "Butong-butong Babiat / Kenyang-kenyang harimau = bisa tiba-
  tiba puanya rezeki yang Alhamdulillah"

- Pada saat "Butong-butong Babiat" inilah saya menabung, meski kadang
  1 hari kemudian tabungan tersebut harus diambil lagi karena telah
  kelaparan (Ingin punya tabungan besar tapi kemampuan belum ada).

Dalam hubungannya dengan No. Hp....!

- Maka dalam proses pendaftaran entah untuk yang keberapa kalinya,
  maka pihak BNI-pun meminta No. Hp. saya dengan alasan jika suatu
  saat diperlukan.

- Sebagai nasabahnya tentu akan saya berikan dan memang saya berikan
  dengan tanpa perlu bertanya untuk apanya Nomor Hp tersebut, karena
  sesungguhnya data saya yang lainnya telah saya berikan juga.

Aneh bin ajaib...! Harimau bin Huting...! Setan bin Iblis...!

- Sekalipun tak pernah pihak BNI menggunakan Nomor Hp saya tersebut
  untuk mengurus sesuatu yang berhubungan dengan keperluan saya
  sebagai nasabahnya.

- Malah yang menghubungi saya pake Nomor tersebut adalah Asuransi
  Cigna yang berkedok "Ratu Pantai Selatan, ngak taunya Nenek Lampir".
























Bagaimana ceritanya Bapak/Ibu/Sudara/i yang selalu tampil ganteng dan
cantik-cantik dengan gaji setinggi langit Nomor HP yang saya berikan
pada kalian berada di tangan para nenek lampir dari Asuransi Cigna.

- Tahukah kalian bahwa perbuatan tersebut telah menyebabkan saya
  kehilangan uang sebesar Rp. 10.000.000,- juta lebih karena kalian
  juga selalu meng ACC setiap pendebetan yang dilakukan Asuransi
  Cigna...?

- Tidakkah kalian berpikir "untuk jangka waktu" tertentu mungkin
  nasabah kami ini perlu ditanyakan bagaimana keadaan dirinya
  dan kelanjutaannya sehubungan dengan Asuransi Cigna tersebut.

Bukankah karena kalian yang menjalin kerjasamalah makanya
Asuransi Cigna berani mendebet uang dari rekening nasabah BNI.

Kalian mungkin saja berdalih...!

"Asuransi Cigna bilang telah menjadi pemegang polisnya lewat bukti
rekaman tape, karena memang setiap menelepon calon pemegang polisnya
atau pemegang polisnya, selalu mereka rekam (Semoga rekaman saya
tetap ada, jika tidak semakin ketahuanlah kalian para perampok /
jika persoalan saya menjadi panjang ceritanya)".

Cat :
Nomor Hp di atas sudah tidak aktif alias dipatahkan sang istri
karena dianggap, "Hp bencana" dan "Hp Perselingkuhan" khsusnya
ketika digunakan berurusan dengan para artis papan atas
Asuransi Cigna. (Sudah awa ditimpa tangga masih jatuh pula,
ditimpa tangga pula lagi). Apa awa tak mau gantung diri...!

Alhamdulilla-lah..!
Masih ada keimanan ini, kalau tidak...!
Entahlah...!
____________________________________________________________

Etika Kerja BNI dalam hubungannya dengan Orang-orang Tak Penting
di Negeri ini dengan orang-orang Penting
____________________________________________________________

Tak pala perlu saya jelaskan apa itu etika Kerja, karena saya yakin
para Bapak/Ibu/Saudara/i yang saya yakini digaji dari Uang Nasabahnya
dengan pengeluaran minimal 10.000.000,-setiap hari, tahu dan paham
itu yang namanya Etika Kerja.

Pertanyaan saya...!

"Etiskah menurut Bapak/Ibu/Suadar/i sekalian memberikan Nomor Hp
orang lain atau mungkin data lainnya yang kita minta dari seseorang
untuk kemudian dikasih lagi ke orang lain dengan tanpa permisi pada
pemilik Hp tersebut....? (Hp bukan hanya nomor, hp juga identitas
pribadi karena itu tidak semua orang sembarangan dengan 
nomor Hp-nya). Masa tidak tahu...?

Jika para Bapak/Ibu/Suadara/i sekalian mengatakan, "Etis Aja" dengan
alasan apapun, maka saya ingin berkata teruskan saja...!

Dan mari kita coba untuk berilustrasi pada nasabah lain :

- Jika sekarang ini ada No. Hp dari Kepala Kepolisian Republik
  Indonesia di BNI, ada No. Hp. Bpk. Yusuf Kalla, Nomor Hp. Bpk.
  Sutrisno, Akbar Tanjung, Sahala Muda Pakpahan dan Raja Goda
  Siregar, beranikah Bapak-bapak Ibu-ibu sekalian meberikannya
  pada asuransi Cigna, agar mereka di ajak juga untuk jadi
  Pemegang polisnya...?

- Bagaimana pula dengan nomor Hp-nya Jatengger Siregar, beranikah
  bapak-bapak memberikan nomor Hp-nya pada asuransi Cigna. Saya
  yakin Bapak-bapak tidak akan berani, karena jangankan Bapak
  Sisingamangaraja aja dia potong kepalanya kalau tak cocok,
  kalau merasa dirinya dipermainkan.

- Jika berani...? Baguslah kalau begitu.

- Jika tidak...!

Berarti BNI hanya berani pada nasabahnya, "Yang orang-orang biasa saja,
orang-orang yang jika punya masalah dengan asuransinya tak mampu
menyelesaikannya lewat jalur Hukum, hingga uangnya-pun direlakannya
hilang begitu saja tanpa melalui proses Hukum. Pasrah sudah untuk
tetap dalam kemelaratan hidup berkepanjangan, seperti aku ini yang
mungkin sebentar lagi akan menjadi "Orang termiskin di dunia karena
keputus asaan".

Puas kalian...?

Banyak kejadian didunia ini, karena keputus asaannya
mengajak orang yang tak disukainya mati bersama.
Iyakan...?























"Dibunuhnya dulu orang yang tak disukainya, baru dibunuhnya
dirinya" Itu maksud saya. Dan kejadian seperti ini sering
di filmkan. Iyakan...! Apa salahnya belajar dari film.

Kembali ke masalah pokok...!

Mengapa dalam setiap pendaftaran menjadi anggota Nasabah BNI kalian
menanyakan juga berapa penghasilan Nasabahnya perbulan, mungkin
dari situlah kalian tahu apakah seseorang layak tidak untuk kalian
berikan datanya pada Asuransi Cigna, dengan bahasa film-nya layak
tidak jadi korban.

Oh...dunia...!

Awa kiranyanya Bank ini, karena pake nama Indonesia justru mementingkan
warga Indonesia-nya dari pada luar negerinya, ngak taunya mementingkan
Luarnegeri-nya dari pada Indonesia-nya.

- Cigna itu punya orang USA bukan...?
- Keuntungan Cigna di Indonesia dikirim ke USA bukan...?

"Semakin banyak yang kita bawa dari Luar Negeri untuk diterapkan di
Indonesia ini, semakin tergantunglah kita sama mereka, semakin
mereka pijak-pijaklah kita, semakin bancilah kita.".

Mau apa bapak-bapak ganteng para karyawan BNI disuruh orang Amerika
pake rok, kemeja Fink lengkap sama basaennya/krudung plus lipstiknya
melayani nasabahnya...?

Kalau mau, kalian-lah itu...!

Namun saya hanya mau berurusan sama orang yang jenis kelaminnya
jelas...! Jantan ya jantan, betina ya betina.

Maksud saya...!

"Digunakannya nama Indonesia pada Bank yang Bapak-Bapak pinpin,
karena adanya harapan para pendahulunya/pendirinya agar Bank
tersebut mementingkan rakyat Indonesia bukan mementingkan USA".

Kalau ngak...!

"Ganti saja Bank Negara Indonesia jadi Bank Philadelphia - USA"
Biar jelas...! AWa-pun tak perlu lagi protes sama Asuransi Cigna,

Lagi pula...!

Apakah asuransi-asuransi yang didirikan oleh putra-putri Indonesia
yang ada di Nusantara ini tidak cukup baik menurut bapak-bapak/
ibu-ibu sekalian...?

Pendek kata...!

Bolehnya kerja sama Negara Indonesia ini lewat macam lembagannya
dengan negara lain dan itu dikehendaki Pancasila dan UUD 45

Tapi kalau kerja samanya, "Justru bikin susah rakyat Indonesia
sendiri, "siapa pula yang bilang di kehendaki Pancasila dan UUD 45".





















BNI...!

"Perbaiki cara kerja Anda, jaga Etika Kerja, hargai nasabah anda
karena mereka yang memberi anda makan" Itu saja...!

Dan jangan lupa...!

Tolong bilang sama Asuransi Cigna agar mereka mengembalikan uang
Asuransi saya sebesar Rp. 10.000.000,- juta lebih. Karena saya
lagi memerlukannya untuk biaya anak sekolah saya, bensin saya,
make up istri saya, wisata religi saya dan biaya BPJS saya karena
saya belum mendaftar gara-gara Asuransi Cigna ini.

Jika tidak...!

Saya akan terus menulis di internet ini sampai kalian muak dan saya
juga muak, karena tak ada larangan di negara ini mengeluarkan
pendapat baik secara lisan maupun tertulis, malah di jamin oleh
UUD 45 lewat pasal dan ayat yang mana saya sudah lupa bunyinya.

Tentang batas-batasannya, saya juga tahu...!

Karena saya adalah mantan anak buah, murid atau siswa sekaligus
algojo dari Tokoh Pers Nasional imbangan dari Yokoeb Utama-Kompas
yaitu "Ali Moechtar Hoetasoehoet".

Almarhum penegak kebenaran penulisan berita yang selalu berkata
Fakta adalah fakta, pendapat adalah pendapat. Dan tulisan ini
adalah fakta yang diberi pendapat...! Untuk meluruskan jalan
"Demograsi Pancasila" yang telah kalian bengkokkan menjadi jalan
"Liberalisme" ala Negeri Philadelphia-USA.

Cat :
Asal tak terpikir pula sama kalian untuk membikin Negara ini
jadi negara Komunis dengan mencoba-coba kerja sama dulu,
ngak taunya menyusun rencana.

"Punyalah jiwa Nasionalisme" 
itu saja bapak-bapak yang terhormat.
___________

Penutup
___________

Demikian infonya para kawan...!

- Jika anda tidak ada urusan dengan BNI dan Asuransi Cigna dalam
  hidup ini, maka bersyukurlah karena ada telah terhindar dari
  kerumitan urusan seperti yang saya alami

- Jika anda adalah pembaca atau karyawan dari BNI, maka tolonglah
  bantu kalian saya dalam urusan ini. Dan coba kalian diskusikan
  masalah-masalah seperti ini dalam rapat kalian.

- Jika anda adalah karyawan dari asuransi Cigna yang tidak tahu
  banyak mengenai kerjasama ini, maka berharaplah kawan agar info
  info di internet ini seperti "Anjing yang menggonggong dan kafilah
  berlalu".

  Jika punya kekuatan...!

  Maka siap-siaplah kawan, karena mungkin saja Asuransi Cigna ini
  akan dipulangkan ke asalnya ke negara Liberal sana, karena tidak
  cocok hidup apalagi berkembang di negara demograsi ini. Anda
  siap-siap saja jadi pengangguran dan saya mengerti perasaan anda.

- Jika anda adalah Bapak atau Ibu yang memang membawa Asuransi Cigna
  ini ke Indonesia ini, maka tolonglah dipulangkan saja, coba bapak
  lihat ratusan dan mungkin ribuan sudah "Tulisan yang menunjukkan
  rasa kecewanya warga Indonesia pada Asuransi ini".

- Jangan bapak/ibu buat lagi rakyat yang sudah banyak merasa
  menderita ini lebih menderita lagi, saya mengerti cara beroperasi
  kalian.

  Kalian para karyawan Asuransi Cigna mulai dari Pimpinan sampai
  atasan adalah orang-orang yang menerapkan dan mengabungkan Ilmu
  Ilmu Fersuasif, retorika, propaganda, phisyworods dan lain
  sebaginya dalam mengolah pemegang polis kalian.

- Kalian hindari "komunikasi tatap muka" padahal kalian tahu
   komunikasi itulah yang efektif. Dan kalian manfaat "Komunikasi
   lewat media Telepon" setelah mempelajari terlebih dahulu
   kelemahannya.

- Kalian Asuransi Cigna, sudah seperti "Begu" dalam istilah Batak
  sudah seperti "Setan", sudah seperti "Tuyul" kata lainnya, kalian
  tidak terlihat tapi mampu mengambil hepeng orang lain.

























- Hampir lima tahun saya mengenal kalian dan setiap bulan uang
  saya kalian ambili, tapi tak seorangpun saya kenal wajah kalian
  kecuali si "Bayu" cutomer Service kalian yang mencoba melego
  uang saya dan tak punya keberanian untuk mengatakan, "Apakah
  uang saya dapat dikembalikan atau tidak".

Kembali lagi ke masalah "Ilmu merayu yang kalian pakai".

- Dahulu...! Saya juga bangga dengan Ilmu-Ilmu itu (Ilmu diatas),
  karena saya mempelajarinya. Tapi terakhir saya berpikir, Ilmu-Ilmu
  itu tidak cocok diterapkan di Indonesia karena bertentengan 
  dengan Pancasila dan agama Islam.

Dengan kata lain...!

"Apapun akan dilakukan asurasi Cigna ini selagi mereka memperoleh
untung dan itu sangat tertafsir dari Data Polis mereka yang selalu
menginginkan penyelesaian masalah lewat Hukum. Sedikitpun tak ada
masalah etika di data polis kalian misalnya memberitahu jika
seorang kecelakaan atau meninggal dunia maka yang pertama harus di
lakukan Asuransi Cigna adalah menjenguknya.

Jika menjenguknya saja kalian tidak mau, "Bagaimana baiknya kalian
bersedia pula membayar Rp. 400.000.000,- bagi orang yang meninggal
karena kecelakaan.

Kalian hanya perduli pada angka-angka nominal yang harus kalian
ambil/debet celancar dan secepat mungkin, dan kalian keluarkan
sedikit mungkin, padahal "Angka nominal terkadang bukan lagi hal
yang penting dipersoalkan ketika kematian telah tiba.

"Di negara Indonesia ini sama hak bagi setiap Warga untuk mendapat
tempat penguburannya diwilayah manapun dia mati". Dan punya uang
Rp. 400.000.000,- juta atau tak punya sama sekali tetap harus di
kubur.

Dan jangan Lupa...!

"Manusia kalau sudah di kubur tidak lagi membutuhkan duit meski
duit itu banyaknya sebesar gunung sibualbuali Tapanuli Selatan.

Yang dibutuhkan adalah..........................................
................................................................
................................................................

Akh....!

Saya jadi pusing....!

"Kembalikan kalian uang saya yang "Sepuluh juta lebih itu"
Itu sajalah bagi Cigna. Dan setelah itu, kita tak ada urusan.
Titik...!





















Horas...horas...horas...!
Untuk para kawan...!
dan tidak untuk anda para karyawan BNI dan Asuransi Cigna.

Selamat malam...!
______________________________________________________________
Cat :
- Menyiksa juga rupanya kalau kita menjadi orang yang sadar Hukum
  di Negara ini, pantas kadang "Orang menjadi Pembunuh" dan tetap
  mengatakan dirinya orang yang Sadar Hukum / tidak mengaku salah.

Maksud saya Pak Polri...!

Polisipun bisa jadi membunuh bukan karena dia tak "Sadar Hukum",
tapi karena dia tak kuat akan siksaan bathin dari hati kecil yang
tak dapat di dustai, hingga logika emosinya mengalahkan Kesadaran
Hukumnya".

Mantap...! dan Renungkanlah...!
Khsusnya bagi anda karyawan Asuransi Cigna.

"Semoga kita-kita ini semua, berada pada jalan yang benar. Jalan
yang lurus mendapat Ridho Allah Swt dan tidak membuat hepeng
menjadi Tuhan kita, karena semua perbuatan kita mendapat petanggung
jawaban kelak setelah dunia ini "dibelah" dan "digulung: sang
penciptaNya"

Al Fatiha :





PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork


2 comments:

  1. Terkutuklah permata cigna..sy juga jadi korban telpon setan bang..dana 800 ribu dirampas dari rekening Payroll permata cabang fatmawati.kembalikan uang saya hai kau cigna..tak berotak sekali kau rampas duit supir truk..itu hasil keringat tiap hari..uang itu buat bayar sewa kontrakan..sial kali kau cigna

    ReplyDelete
  2. Ehem...! Sabar Asep...trims coment-nya

    ReplyDelete