#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar Orang Batak Naik Haji dan Sisingamangaraja
Masuk Islam lewat macam sudut pandang atau uraian)
______________________________________________________________
____________________
Kata Pengantar
____________________
"Buku berjudul ‘Orang Batak Naik Haji’ karya Baharudin Aritonang yang
diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia pada 2002 telah merebut
perhatian banyak orang—laris manis dan banyak pembacanya".
Demikian situs Tapanuli Selatan Dalam Angka memulai tulisannya,
seputar orang Batak yang naik haji 1887 dengan photo pendukungnya
seperti telihat dibawah ini nikku majo :
http://akhirmh.blogspot.com/2015/08/orang-batak-naik-haji-sejak-1871-dja.html
Dan jika penulis yang harus memberi komentar pada alinea pembuka
tulisan ini maka penulis ingin berkata, "Oloda...oloda...oloda....!
Selanjutnya dikatakan :
"Ketika orang mendengar judul buku tersebut, sepintas mungkin orang
berpikir: ada juga orang Batak naik haji! Persepsi serupa itu jelas
keliru. Yang mungkin tidak terduga, ternyata orang Batak termasuk
kloter awal penduduk Hindia Belanda yang berhasil menunaikan ibadah
haji ke Mekkah". Lanjut akhir Matua Harahap pula.
Dan jika penulis pula yang dalam hal ini termasuk orang juga memberi
comentar maka penulis ingin berkata :
- Yah Harahap...! Bisa jadi demikian persefsinya, apalagi bagi orang-
orang yang masih merasa gelap bagaimana keadaan agama di Tanah Batak
apakah mereka penganut Kristen, Islam atau masih animisme. Dengan
kata lain pengetahuan seseorang mengenai tanah batak masih margolap-golap.
Tapi bagi penulis yang memang sudah punya gambaran bagaimana keadaan
beragama di Tanah Batak, tentu akan terhindar dari salah persefsi.
Dengan kata lain muse :
- Biasa-nya itu orang Batak Naik Haji, kenapa rupanya Harahap, apa
yang hebat dari orang Batak naik Haji, ada ribuan dan mungkin
sudah ratusan ribu yang di panggil Pak Haji di Tanah Batak.
"Opung Oji....oppung oji..., got tudia de oppu8g Oji" begitu kata
para cucu atau pahoppu dari kakek-kakek yang sudah haji di Tanah
Batak. "Opppung dongan da nenek...opppung dongan da nenek"
sahut sang oppung pula.
Bagi penulis Harahap...!
Yang hebat itu adalah "Sisinga Mangaraja Masuk Islam" kalau ngak
"Orang Batak masuk Penjara" Itu baru hebat. Bagaimana tidak...! Tak
adanya Instruksi, petunjuk atau-pun perintah dari Pusuk Buhit bagi
orang Batak untuk berlomba-lomba melakukan korupsi di Negara ini,
tapi orang Batak cukup banyak (Lebih dari satu) yang masuk penjara
di Negara ini gara-gara korupsi. Apa tak hebat itu Harahap...!
padahal sudah berapa kali diperingatkan si naga bonar :
"Sudah kubilang jangan korupsi masih korupsi juga, masuk penjara
la kau" Katanya.
Kembali ke-kelanjutannya, tulis si Harahap :
Informasi tentang kapan pertamakali orang Batak naik haji tidak
ditemukan dalam buku best seller Baharudin Aritonang. Artikel ini
coba melengkapinya, ternyata orang Batak naik haji secara masif
sudah terjadi sejak 1871.
Baharudin Aritonang, anak Padang Sidempuan telah berhasil menyadarkan
banyak pihak bahwa orang Batak juga telah naik haji. Kisah bagaimana
orang Indonesia di jaman Hindia Belanda pergi naik haji ke Mekkah
tidak banyak diketahui.
Dari sedikit informasi yang ada, ternyata orang yang pertama memiliki
inisiatif unbtuk menyusun panduan (pedoman) perjalanan haji adalah
orang Batak. Pedoman ini lalu dibuat secara rinci dan lengkap,
lalu kemudian dipublikasikan di surat kabat.
Pedoman ini kemudian diajukan oleh penulisnya kepada pemerintah
colonial agar diterbitkan secara massif dan diberikan kepada semua
calon haji di Hindia Belanda. Kementerian Pendidikan, Budaya dan
Agama Hindia Belanda mengadopsinya tahun 1903.
Lantas, siapa penulisnya? Dia adalah orang Batak berasal dari
Padang Sidempuan bernama Dja Endar Moeda.
__________________
Para pembaca angkolafacebook.blogpot.com yang penulis hormati...!
Demikian sekilas Situs Tapanulis Selatan dalam Angka mengurai hal
yang berhubungan dengan buku yang berjudul "Orang Batak Naik Haji"
Karangan Baharudin Aritonang.
Untuk memperkuat info dari Situs Tapanuli Selatan Dalam Angka di
atas maka penulis-pun melengkapinya lewat postingan ini dengan
sistematika urutan sub judulnya, sbb :
1. Sekilas Otobigrafi Baharudin Aritonang
2. Sekilas Peluncuran Buku Orang Batak Naik Haji
3. Macam pendapat tentang buku Orang Batak Naik Haji
4. Pendapat penulis pada judul Buku Orang Batak Naik Haji
5. Sisngamangaraja Masuk Islam
Panggilan haji...iiii....telah tiba lagi.
Menunaikan ibadah....hhhhh......
panggilan baitullohhhh....
dududududududu....duudududdu......
Selamat menyimak....!
_____________________________________________
1. Sekilas Otobiografi Baharudin Aritonang
______________________________________________
Ket :
Baharudddin Aritonang
Anggota BPK, penulis buku Orang Batak Naik Haji (2002), ini adalah lulusan
Fakultas Farmasi UGM (1980), Apoteker (1981), Program In Public Health,
SCSU, Hamden, CT, USA (1991-1992) dan Magister Ilmu Hukum USAKTI (2004).
Sebelumnya, pria kelahiran Padangsidempuan, 7 November 1952, ini menjabat
Anggota Komisi IX (Keuangan dan Perbankan) DPR RI dari Partai Golkar,
tahun 2001 s/d 2004.
Sumber:
http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/844-si-orang-batak-naik-haji
Lebih lengkapnya :
Mengecap pendidikan SR dan SPM di daerah kelahirannya Padangsidempuan,
lulus tahun 1964 dan1967. Kemudian melanjut ke SAA Medan, tahun 1970
dan SMA Bandung, tahun 1972. Selanjutnya kuliah di Fakultas Farmasi
UGM, lulus tahun 1980, dan Apoteker, tahun 1981. Kemudian dia
mengikuti Program In Public Health, SCSU, Hamden, CT, USA,
tahun 1991 - 1992. Tahun 2004, dia meraih Magister Ilmu Hukum
dari USAKTI.
Mengawali karir sebagai Asistem dosen Fakultas Farmasi UGM,
tahun 1997 s/d 1981. Kemudian menjadi PNS Depkes, tahun 1982;
TU Menpora, tahun 1988 s/d 1996; Kantor Menpangan,
tahun 1996 s/d 1998; Manggala BP 7 Pusat, tahun 1984 s/d 1998.
Kemudian berkiprah di Senayan sebagai Anggota MPR, tahun 1998 s/d 1999,
aktif sebagai Anggota BP MPR. Pada Pemilu 1999, dia terpilih menjadi
Anggota DPR/MPR dari Partai
Golkar (1999 s/d 2004). Tahun 2001-2004 menjadi Anggota Komisi IX
(Keuangan dan Perbankan) DPR RI. Dia juga aktif sebagai Anggota
PAH I BP MPR, tahun 1999 s/d 2004, sebelum diangkat menjadi
Anggota BPK.
Sejak mahasiswa, dia telah aktif berorganisasi. Menjabat Ketua HMI
Fakultas Farmasi UGM, tahun 1973; Ketua SEMA Fakultas Farmasi UGM,
tahun 1874 s/d 1976; Ketua DEMA UGM, tahun 1976 s/d 1978; Ketua PB
HMI, tahun 1979; DPP KNPI, tahun 1980 s/d 1984; Anggota ISFI,
tahun 1981. Sejak 1982, dia terdaftar sebagai Anggota
Golkar.
Berbagai pelatihan dan penataran telah diikutinya. Di antaranya,
Training in Nonformal Education and Information MSU, MI, USA,
tahun 1982; Penataran Manggala di Istana Bogor, tahun 1984; dan
Penataran Kewaspadaan Nasional, tahun 1985.
Baharuddin juga kreatif sebagai penulis di berbagai media, antara lain:
Kompas, Suara Pembaruan, Sinar Harapan, dan Republika. Dia juga telah
menulis beberapa buku, di antaranya: Orang Batak Naik Haji, KPG, Jakarta,
tahun 2002; Ketawa Ngakak di Senayan, Pustaka Pergaulan, Jakarta,
tahun 2003; Dari Uang Rakyat Sampai Pasien Politik, Pustaka Pergaulan,
Jakarta, tahun 2003; UU Politik 2003, Pustaka Pergaulan, Jakarta tahun
2003; dan UUD 1945, Pustaka Pergaulan, Jakarta, tahun 2003. e-ti
Sumber:
http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/844-si-orang-batak-naik-haji
_____________________________________________________
Sekilas Peluncuran Buku Orang Batak Naik Haji
_____________________________________________________
Ket :
Buku Orang Batak Naik Haji
Anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI Baharudin Aritonang meluncurkan buku
Orang Batak Naik Haji. Buku yang ditulis dengan mengambil inspirasi dari
karya sastrawan Danarto dengan judul ”Orang Jawa Naik Haji” ini menceritakan
perjalanan serta renungannya ketika menunaikan ibadah haji tahun 2002.
Buku yang diluncurkan di Press Room Gedung DPR/MPR Jakarta ini melukiskan
pengalaman penulis yang disertai analisis dan fakta. Buku tersebut terkesan
banyak analisisnya. Ini tidak terlepas dari profesi sebagai seorang politisi
bahwa Baharuddin Aritonang adalah anggota DPR dari FPG.
____________________________________________________________
Sekilas Bedah Buku Orang Batak Naik Haji
* Oleh Asnawi Latif
____________________________________________________________
* Hal Asal Muasal Nama Onta di Bagi Orang Medan
Asnawi Latif yang membedah buku ini juga menyebut bahwa dalam uraian-uraian
secara analisis juga disertai guyonan-guyonan.
Dalam buku ini Aritonang sempat berkelakar, asal nama ”onta”, misalnya.
Satu ketika ada warga kampung Silalas Medan yang pergi haji. Ketika pulang
ditanya orang kampungnya. ”Apa tandanya kalau Saudara sudah ke tanah suci?”
tanya warga kampung. ”Saya bertemu binatang besar, bisa ditunggangi dan
banyak sekali minum air,” jawabnya. ”Apa nama binatang itu”, dia menjawab,
”Ontahlah”, maksudnya entahlah, tidak tahu nama binatang itu. Akhirnya
orang kampung tersebut menyebut binatang besar itu ”onta”.
* Hal Inspirasi Penulisan buku
Dalam buku setebal 216 halaman itu, Aritonang yang juga anggota Komisi IX
DPR dan Badan Pekerja MPR itu menceritakan secara detail semua hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan ibadah haji yang dilaksanakannya.
Ia mengakui bahwa gagasan menulis buku tersebut terinspirasi dari buku
serupa yang ditulis oleh Danarto dengan judul Orang Jawa Naik Haji.
”Sejak kuliah di UGM dulu, saya memang terkesan oleh karya Danarto itu.
Dalam hati saya berdoa semoga suatu saat saya bisa ibadah haji dan akan
menulis buku dengan judul Orang Batak Naik Haji,” katanya.
Aritonang menambahkan, haji bukanlah sekadar ibadah semata, tetapi
banyak aspek yang melingkupi kegiatan tersebut.
* Hal Peningkatan Kuaitas Para Calon Jemaah Haji
Sementara itu, menanggapi buku karya Baharudin Aritonang itu, anggota
DPR K.H. Asnawi Latif meminta pemerintah terus meningkatkan kualitas
para calon/jemaah haji Indonesia yang akan melaksanakan ibadah haji
dan menggunakan segala fasilitas.
”Para jemaah yang berasal dari pedesaan umumnya banyak yang tidak
bisa menggunakan sejumlah fasilitas, terutama ketika berada dalam
pesat terbang,” katanya.
Taraf pendidikan para calon jemaah haji masih rendah atau bahkan masih
ada yang tidak sekolah. Oleh karena itu, jemaah bersangkutan seringkali
mengalami kesulitan dalam menggunakan fasilitas yang berkualitas
teknologi canggih.
”Pengalaman naik pesawat terbang, ‘buang air’ bukan di kloset. Hal
itu terjadi karena ketidaktahuan. Ini menyangkut tingkat pendidikan,”
tutur Asnawi Latif.
Ada pengalaman yang aneh lagi, kata Asnawi Latif. Adik iparnya naik
haji dengan biro peralanan swasta menggunakan paspor hijau dan dia
cuma membawa tas. Rupanya dia tidak paham cara menggunakan fasilitas
yang ada di pesawat dan di pelabuhan udara King Abdul Aziz.
Ada temannya yang masih menunggu barang (koper), kata Asnawi. Di situ
ada ban berjalan. Dia mengira semua tas ditaruh di ban berjalan tersebut
sehingga tas yang ditenteng juga ditaruh di ban berjalan. Berputarlah tas
itu mengikuti ban berjalan.
”Banyak hal-hal seperti itu yang parlu dibenahi. Kita akan mengalami
kesulitan baik ketika di tanah air maupun ketika sampai di tanah suci.
Ini kritik pada calon jemaah karena banyak jemaah kita yang belum
berkualitas,” ujarnya.
Soal paspor haji, menurut Asnawi Latif, dulunya dia pernah mengusulkan
kepada Menteri Agama agar diperbaiki. Alasannya, satu-satunya di dunia
orang yang naik haji yang memakai paspor khusus haji hanyalah Indonesia.
”Saya sudah pernah usul ketika masuk dalam Tim UU Keimigrasian, yang
perlu diubah. Tetapi, saya dimarahi oleh Menag pada waktu itu, Munawir
Sjadzali,” jelasnya.
Dikatakan, adanya paspor haji sudah dimulai sejak zaman Belanda, yang
disebut pas haji. Ini dimaksudkan agar para pemuda Islam itu tidak bisa
ke mana-mana. Itu ada unsur proteksi bepergiannya pemuda Islam Indonesia.
Paspor hijau itu hanya dipakai sekali jalan.
”Ini ditiru lagi dan kita malah melanjutkan peninggalan zaman penjajah.
Itu perlu dibenahi, apa lagi pemberangkatan haji supaya diswastakan.
Jangan lagi Departemen Agama menjadi travel biro, perjalanan haji,”
tuturnya.
Sumber :
http://porseauli.blogspot.com/2006/12/buku-haji-batak.html
_________________________________________________________________
Sekilas Tanggapan Penulis sebagai orang Batak yang berpura-pura
menjadi bukan orang batak pada Judul Buku Orang Batak Naik Haji
__________________________________________________________________
Berikut beberapa judul Karya Seni yang berhubungan dengan Haji :
~ Karya 1 ~
~ Karya 2 ~
~ Karya 3 ~
~ Karya 4 ~
~ Karya 5 ~
Berikut pendapat penulis pada judul-judul di atas dan jawaban pertanyaan/
pernyataan dari situs :
Yang mengatakan :
...."Ketika orang mendengar judul buku tersebut, sepintas mungkin orang
berpikir: ada juga orang Batak naik haji! Persepsi serupa itu jelas
keliru.....
dan juga dari situs :
http://www.penerbitkpg.com/katalog/detil/29S08602/Orang-Batak-Naik-Haji
yang mengatakan :
.....Apa yang aneh jika orang Batak naik haji, sehingga harus diangkat
dalam buku ini? Berbeda dari umumnya orang Jawa yang senang pada dunia
kebatinan yang bersifat esoterik, di mana ibadah haji didekati dengan
olah rasa, mistis, orang Batak pada umumnya lebih bersifat eksoterik:
lugas, rasional, dan senang mempertanyakan apa saja secara kritis sekalipun
dalam ibadah haji.......
Jelas dan cukup jelas...!
Yang paling manarik dan menarik, yang paling seru dan cukup seru, yang
paling berkesan dan memang berkesan, yang paling hebat dan cukup hebat,
yang paling memancing naluri ingin tahu untuk jadi pengetahuan dan yang
paling memenuhi stadard EYD dalam penulisan judul adalah Buku yang berjudul
"Orang Batak Naik Haji.
Mengapa demikian...?
1. Karena secara umum masyarakat Indonesia, khsusnya yang ada di pelosok
pelosok masih cukup banyak yang menafsir atau mensinonimkan istilah
Batak itu = Kristen (Bukun Islam-).
2. Karena adanya pensinoniman tersebut, maka cukup banyak orang batak
khsusnya yang beragama Islam ketika beliau ditanya suku lain dari
mana asalnya mereka menjawab dari Medan, padahal dia berasal dari
salah satu desa tertinggal di Siborong-Borong. Masaladi masukkannya
Siborong-Borong ke Kota Medan, padahal jaraknya sedemikian jauh.
3. Dari hasil pergaulan penulis sendiri dengan Suku Sunda di wilayah
Bogor, setelah mereka mengetahui bahwa penulis adalah orang Batak
mereka cukup sering ertanya di hari minggu, "Ngak ke Gereja Bang...?
Katanya, tanpa pernah bertanya apakah penulis muslim atau kristen.
Dengan kata lain...!
Yang membuat buku ini menarik bagi orang yang bukan suku Batak adalah
pengetahuan mereka dibidang adat, budaya khsusnya agama di Tanah
batak.
Dengan kata lain lagi :
Banyak penduduk Nusantara dan bahkan para Intelektual Indonesia yang
tidak tahu bagaimana Sejarah Islam masuk ke Tanah Batak (Batak tidak
punya cerita seperti ceritanya Para Wali Songo yang mengislamkan
Tanah Jawa). Demikian gambaran alasannya, menurut penulis.
Baimana dengan jdul-judul lainnya...?
4. Judul "Orang Miskin Naik Haji" tidak sehebat judul "Orang Batak
Naik Haji. Karena tafsir pada judul tersebut cukup jelas, al :
- Orang misknnnya sudah pasti Islam (Syarat utama naik haji).
- Bisa saja naik haji, karena orang miskin tersebut dapat undian,
atau dinaikkan haji sama orang yang punya.
5. Judul "Orang Kristen Naik Haji" juga tidak sehebat "Orang Batak
Naik Haji" dalam meningkatkan stimuli (judul) pada tingkat perhatian
untuk berlanjut kepemahaman dan pengetahuan.
Secara logika...!
- Kristen Naik Haji dalam agama Islam tidak ada
- Kalaupun ada kristen naik haji, maka hajinya tidak sah
- Bisa jadi maksudnya "Kristen Jalan-Jalan ke Mekkah".
Dengan kata lain...!
Tidak pala ada yang menarik untuk diketahui dari judul ini.
6. Judul "Tukang Bubur Naik Haji" juga tidak sehebat "Orang Batak Naik
Haji" dalam memancing naluri ingin tahu. Bahkan dengan tanpa
mencari (Tidak membaca/menonton) banyak orang menarik kesimpulan :
- Masuk di akal, apalagi di Jaman sekarang ini, "Banyak bubur yang
harganya mahal" sehingga tibul tafsir tukang bubur juga banyak
duitnya.
Atau bisa juga...!
- Tukang Bubur tersebut diberangkatkan oleh Departemen Agama RI
karena beliau selain tukang bubur juga tukang jaga Masjid
Teladan se-Indonesia'.
Cat :
Demikian tanggapan sekilas penulis
___________________________________
Sisinga Mangaraja Masuk Islam
___________________________________
Uraian mengenai hal ini dapat anda ketahui lewat link :
http://galeri1msad.blogspot.com/2014/08/hut-ri-ke-69-mengenali-ke-islaman.html
Dengan membaca uraian diatas, tahulah anda bahwa Sisingamangaraja lewat
macam bukti sejarah di akhir hayatnya masuk agama Islam.
______________
Penutup
______________
Demikian yang dapat disampaikan lewat postingan ini para saudara/i
sekalian. Dan mohon ijin postingan ini saya tutup dengan ucapan :
"Terimakasih Kepada Bolanda yang telah memberangkatkan Jemah Haji
Tanah Batak di Tahun 1887". Semoga para nenek Moyang kami ini
menjadi Haji yang Mabrur meskipun kami tidak tahu bagaimana caranya
para opung-oppung kami ini sampai di Mekah. Apakah mereka naik
pesawat, naik Kapal, berenang, jalan kaki atau pakai Ilmu Menghilang.
Juga mengucapkan :
"Selamat menyambut datang-nya Idul Adha 1436
Semoga Kementrian Agama RI tidak steres menghadapi
segala macam masalah ayang ada.
_______________________________________________________________
Cat :
(Menyimak info sekitar Orang Batak Naik Haji dan Sisingamangaraja
Masuk Islam lewat macam sudut pandang atau uraian)
______________________________________________________________
____________________
Kata Pengantar
____________________
"Buku berjudul ‘Orang Batak Naik Haji’ karya Baharudin Aritonang yang
diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia pada 2002 telah merebut
perhatian banyak orang—laris manis dan banyak pembacanya".
Demikian situs Tapanuli Selatan Dalam Angka memulai tulisannya,
seputar orang Batak yang naik haji 1887 dengan photo pendukungnya
seperti telihat dibawah ini nikku majo :
http://akhirmh.blogspot.com/2015/08/orang-batak-naik-haji-sejak-1871-dja.html
Dan jika penulis yang harus memberi komentar pada alinea pembuka
tulisan ini maka penulis ingin berkata, "Oloda...oloda...oloda....!
Selanjutnya dikatakan :
"Ketika orang mendengar judul buku tersebut, sepintas mungkin orang
berpikir: ada juga orang Batak naik haji! Persepsi serupa itu jelas
keliru. Yang mungkin tidak terduga, ternyata orang Batak termasuk
kloter awal penduduk Hindia Belanda yang berhasil menunaikan ibadah
haji ke Mekkah". Lanjut akhir Matua Harahap pula.
Dan jika penulis pula yang dalam hal ini termasuk orang juga memberi
comentar maka penulis ingin berkata :
- Yah Harahap...! Bisa jadi demikian persefsinya, apalagi bagi orang-
orang yang masih merasa gelap bagaimana keadaan agama di Tanah Batak
apakah mereka penganut Kristen, Islam atau masih animisme. Dengan
kata lain pengetahuan seseorang mengenai tanah batak masih margolap-golap.
Tapi bagi penulis yang memang sudah punya gambaran bagaimana keadaan
beragama di Tanah Batak, tentu akan terhindar dari salah persefsi.
Dengan kata lain muse :
- Biasa-nya itu orang Batak Naik Haji, kenapa rupanya Harahap, apa
yang hebat dari orang Batak naik Haji, ada ribuan dan mungkin
sudah ratusan ribu yang di panggil Pak Haji di Tanah Batak.
"Opung Oji....oppung oji..., got tudia de oppu8g Oji" begitu kata
para cucu atau pahoppu dari kakek-kakek yang sudah haji di Tanah
Batak. "Opppung dongan da nenek...opppung dongan da nenek"
sahut sang oppung pula.
Bagi penulis Harahap...!
Yang hebat itu adalah "Sisinga Mangaraja Masuk Islam" kalau ngak
"Orang Batak masuk Penjara" Itu baru hebat. Bagaimana tidak...! Tak
adanya Instruksi, petunjuk atau-pun perintah dari Pusuk Buhit bagi
orang Batak untuk berlomba-lomba melakukan korupsi di Negara ini,
tapi orang Batak cukup banyak (Lebih dari satu) yang masuk penjara
di Negara ini gara-gara korupsi. Apa tak hebat itu Harahap...!
padahal sudah berapa kali diperingatkan si naga bonar :
"Sudah kubilang jangan korupsi masih korupsi juga, masuk penjara
la kau" Katanya.
Kembali ke-kelanjutannya, tulis si Harahap :
Informasi tentang kapan pertamakali orang Batak naik haji tidak
ditemukan dalam buku best seller Baharudin Aritonang. Artikel ini
coba melengkapinya, ternyata orang Batak naik haji secara masif
sudah terjadi sejak 1871.
Baharudin Aritonang, anak Padang Sidempuan telah berhasil menyadarkan
banyak pihak bahwa orang Batak juga telah naik haji. Kisah bagaimana
orang Indonesia di jaman Hindia Belanda pergi naik haji ke Mekkah
tidak banyak diketahui.
Dari sedikit informasi yang ada, ternyata orang yang pertama memiliki
inisiatif unbtuk menyusun panduan (pedoman) perjalanan haji adalah
orang Batak. Pedoman ini lalu dibuat secara rinci dan lengkap,
lalu kemudian dipublikasikan di surat kabat.
Pedoman ini kemudian diajukan oleh penulisnya kepada pemerintah
colonial agar diterbitkan secara massif dan diberikan kepada semua
calon haji di Hindia Belanda. Kementerian Pendidikan, Budaya dan
Agama Hindia Belanda mengadopsinya tahun 1903.
Lantas, siapa penulisnya? Dia adalah orang Batak berasal dari
Padang Sidempuan bernama Dja Endar Moeda.
__________________
Para pembaca angkolafacebook.blogpot.com yang penulis hormati...!
Demikian sekilas Situs Tapanulis Selatan dalam Angka mengurai hal
yang berhubungan dengan buku yang berjudul "Orang Batak Naik Haji"
Karangan Baharudin Aritonang.
Untuk memperkuat info dari Situs Tapanuli Selatan Dalam Angka di
atas maka penulis-pun melengkapinya lewat postingan ini dengan
sistematika urutan sub judulnya, sbb :
1. Sekilas Otobigrafi Baharudin Aritonang
2. Sekilas Peluncuran Buku Orang Batak Naik Haji
3. Macam pendapat tentang buku Orang Batak Naik Haji
4. Pendapat penulis pada judul Buku Orang Batak Naik Haji
5. Sisngamangaraja Masuk Islam
Panggilan haji...iiii....telah tiba lagi.
Menunaikan ibadah....hhhhh......
panggilan baitullohhhh....
dududududududu....duudududdu......
Selamat menyimak....!
_____________________________________________
1. Sekilas Otobiografi Baharudin Aritonang
______________________________________________
Ket :
Baharudddin Aritonang
Anggota BPK, penulis buku Orang Batak Naik Haji (2002), ini adalah lulusan
Fakultas Farmasi UGM (1980), Apoteker (1981), Program In Public Health,
SCSU, Hamden, CT, USA (1991-1992) dan Magister Ilmu Hukum USAKTI (2004).
Sebelumnya, pria kelahiran Padangsidempuan, 7 November 1952, ini menjabat
Anggota Komisi IX (Keuangan dan Perbankan) DPR RI dari Partai Golkar,
tahun 2001 s/d 2004.
Sumber:
http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/844-si-orang-batak-naik-haji
Lebih lengkapnya :
Mengecap pendidikan SR dan SPM di daerah kelahirannya Padangsidempuan,
lulus tahun 1964 dan1967. Kemudian melanjut ke SAA Medan, tahun 1970
dan SMA Bandung, tahun 1972. Selanjutnya kuliah di Fakultas Farmasi
UGM, lulus tahun 1980, dan Apoteker, tahun 1981. Kemudian dia
mengikuti Program In Public Health, SCSU, Hamden, CT, USA,
tahun 1991 - 1992. Tahun 2004, dia meraih Magister Ilmu Hukum
dari USAKTI.
Mengawali karir sebagai Asistem dosen Fakultas Farmasi UGM,
tahun 1997 s/d 1981. Kemudian menjadi PNS Depkes, tahun 1982;
TU Menpora, tahun 1988 s/d 1996; Kantor Menpangan,
tahun 1996 s/d 1998; Manggala BP 7 Pusat, tahun 1984 s/d 1998.
Kemudian berkiprah di Senayan sebagai Anggota MPR, tahun 1998 s/d 1999,
aktif sebagai Anggota BP MPR. Pada Pemilu 1999, dia terpilih menjadi
Anggota DPR/MPR dari Partai
Golkar (1999 s/d 2004). Tahun 2001-2004 menjadi Anggota Komisi IX
(Keuangan dan Perbankan) DPR RI. Dia juga aktif sebagai Anggota
PAH I BP MPR, tahun 1999 s/d 2004, sebelum diangkat menjadi
Anggota BPK.
Sejak mahasiswa, dia telah aktif berorganisasi. Menjabat Ketua HMI
Fakultas Farmasi UGM, tahun 1973; Ketua SEMA Fakultas Farmasi UGM,
tahun 1874 s/d 1976; Ketua DEMA UGM, tahun 1976 s/d 1978; Ketua PB
HMI, tahun 1979; DPP KNPI, tahun 1980 s/d 1984; Anggota ISFI,
tahun 1981. Sejak 1982, dia terdaftar sebagai Anggota
Golkar.
Berbagai pelatihan dan penataran telah diikutinya. Di antaranya,
Training in Nonformal Education and Information MSU, MI, USA,
tahun 1982; Penataran Manggala di Istana Bogor, tahun 1984; dan
Penataran Kewaspadaan Nasional, tahun 1985.
Baharuddin juga kreatif sebagai penulis di berbagai media, antara lain:
Kompas, Suara Pembaruan, Sinar Harapan, dan Republika. Dia juga telah
menulis beberapa buku, di antaranya: Orang Batak Naik Haji, KPG, Jakarta,
tahun 2002; Ketawa Ngakak di Senayan, Pustaka Pergaulan, Jakarta,
tahun 2003; Dari Uang Rakyat Sampai Pasien Politik, Pustaka Pergaulan,
Jakarta, tahun 2003; UU Politik 2003, Pustaka Pergaulan, Jakarta tahun
2003; dan UUD 1945, Pustaka Pergaulan, Jakarta, tahun 2003. e-ti
Sumber:
http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/844-si-orang-batak-naik-haji
Sekilas Peluncuran Buku Orang Batak Naik Haji
_____________________________________________________
Ket :
Buku Orang Batak Naik Haji
Anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI Baharudin Aritonang meluncurkan buku
Orang Batak Naik Haji. Buku yang ditulis dengan mengambil inspirasi dari
karya sastrawan Danarto dengan judul ”Orang Jawa Naik Haji” ini menceritakan
perjalanan serta renungannya ketika menunaikan ibadah haji tahun 2002.
Buku yang diluncurkan di Press Room Gedung DPR/MPR Jakarta ini melukiskan
pengalaman penulis yang disertai analisis dan fakta. Buku tersebut terkesan
banyak analisisnya. Ini tidak terlepas dari profesi sebagai seorang politisi
bahwa Baharuddin Aritonang adalah anggota DPR dari FPG.
____________________________________________________________
Sekilas Bedah Buku Orang Batak Naik Haji
* Oleh Asnawi Latif
____________________________________________________________
* Hal Asal Muasal Nama Onta di Bagi Orang Medan
Asnawi Latif yang membedah buku ini juga menyebut bahwa dalam uraian-uraian
secara analisis juga disertai guyonan-guyonan.
Dalam buku ini Aritonang sempat berkelakar, asal nama ”onta”, misalnya.
Satu ketika ada warga kampung Silalas Medan yang pergi haji. Ketika pulang
ditanya orang kampungnya. ”Apa tandanya kalau Saudara sudah ke tanah suci?”
tanya warga kampung. ”Saya bertemu binatang besar, bisa ditunggangi dan
banyak sekali minum air,” jawabnya. ”Apa nama binatang itu”, dia menjawab,
”Ontahlah”, maksudnya entahlah, tidak tahu nama binatang itu. Akhirnya
orang kampung tersebut menyebut binatang besar itu ”onta”.
* Hal Inspirasi Penulisan buku
Dalam buku setebal 216 halaman itu, Aritonang yang juga anggota Komisi IX
DPR dan Badan Pekerja MPR itu menceritakan secara detail semua hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan ibadah haji yang dilaksanakannya.
Ia mengakui bahwa gagasan menulis buku tersebut terinspirasi dari buku
serupa yang ditulis oleh Danarto dengan judul Orang Jawa Naik Haji.
”Sejak kuliah di UGM dulu, saya memang terkesan oleh karya Danarto itu.
Dalam hati saya berdoa semoga suatu saat saya bisa ibadah haji dan akan
menulis buku dengan judul Orang Batak Naik Haji,” katanya.
Aritonang menambahkan, haji bukanlah sekadar ibadah semata, tetapi
banyak aspek yang melingkupi kegiatan tersebut.
* Hal Peningkatan Kuaitas Para Calon Jemaah Haji
Sementara itu, menanggapi buku karya Baharudin Aritonang itu, anggota
DPR K.H. Asnawi Latif meminta pemerintah terus meningkatkan kualitas
para calon/jemaah haji Indonesia yang akan melaksanakan ibadah haji
dan menggunakan segala fasilitas.
”Para jemaah yang berasal dari pedesaan umumnya banyak yang tidak
bisa menggunakan sejumlah fasilitas, terutama ketika berada dalam
pesat terbang,” katanya.
Taraf pendidikan para calon jemaah haji masih rendah atau bahkan masih
ada yang tidak sekolah. Oleh karena itu, jemaah bersangkutan seringkali
mengalami kesulitan dalam menggunakan fasilitas yang berkualitas
teknologi canggih.
”Pengalaman naik pesawat terbang, ‘buang air’ bukan di kloset. Hal
itu terjadi karena ketidaktahuan. Ini menyangkut tingkat pendidikan,”
tutur Asnawi Latif.
Ada pengalaman yang aneh lagi, kata Asnawi Latif. Adik iparnya naik
haji dengan biro peralanan swasta menggunakan paspor hijau dan dia
cuma membawa tas. Rupanya dia tidak paham cara menggunakan fasilitas
yang ada di pesawat dan di pelabuhan udara King Abdul Aziz.
Ada temannya yang masih menunggu barang (koper), kata Asnawi. Di situ
ada ban berjalan. Dia mengira semua tas ditaruh di ban berjalan tersebut
sehingga tas yang ditenteng juga ditaruh di ban berjalan. Berputarlah tas
itu mengikuti ban berjalan.
”Banyak hal-hal seperti itu yang parlu dibenahi. Kita akan mengalami
kesulitan baik ketika di tanah air maupun ketika sampai di tanah suci.
Ini kritik pada calon jemaah karena banyak jemaah kita yang belum
berkualitas,” ujarnya.
Soal paspor haji, menurut Asnawi Latif, dulunya dia pernah mengusulkan
kepada Menteri Agama agar diperbaiki. Alasannya, satu-satunya di dunia
orang yang naik haji yang memakai paspor khusus haji hanyalah Indonesia.
”Saya sudah pernah usul ketika masuk dalam Tim UU Keimigrasian, yang
perlu diubah. Tetapi, saya dimarahi oleh Menag pada waktu itu, Munawir
Sjadzali,” jelasnya.
Dikatakan, adanya paspor haji sudah dimulai sejak zaman Belanda, yang
disebut pas haji. Ini dimaksudkan agar para pemuda Islam itu tidak bisa
ke mana-mana. Itu ada unsur proteksi bepergiannya pemuda Islam Indonesia.
Paspor hijau itu hanya dipakai sekali jalan.
”Ini ditiru lagi dan kita malah melanjutkan peninggalan zaman penjajah.
Itu perlu dibenahi, apa lagi pemberangkatan haji supaya diswastakan.
Jangan lagi Departemen Agama menjadi travel biro, perjalanan haji,”
tuturnya.
Sumber :
http://porseauli.blogspot.com/2006/12/buku-haji-batak.html
_________________________________________________________________
Sekilas Tanggapan Penulis sebagai orang Batak yang berpura-pura
menjadi bukan orang batak pada Judul Buku Orang Batak Naik Haji
__________________________________________________________________
Berikut beberapa judul Karya Seni yang berhubungan dengan Haji :
~ Karya 1 ~
~ Karya 2 ~
~ Karya 3 ~
~ Karya 4 ~
~ Karya 5 ~
Berikut pendapat penulis pada judul-judul di atas dan jawaban pertanyaan/
pernyataan dari situs :
Yang mengatakan :
...."Ketika orang mendengar judul buku tersebut, sepintas mungkin orang
berpikir: ada juga orang Batak naik haji! Persepsi serupa itu jelas
keliru.....
dan juga dari situs :
http://www.penerbitkpg.com/katalog/detil/29S08602/Orang-Batak-Naik-Haji
yang mengatakan :
.....Apa yang aneh jika orang Batak naik haji, sehingga harus diangkat
dalam buku ini? Berbeda dari umumnya orang Jawa yang senang pada dunia
kebatinan yang bersifat esoterik, di mana ibadah haji didekati dengan
olah rasa, mistis, orang Batak pada umumnya lebih bersifat eksoterik:
lugas, rasional, dan senang mempertanyakan apa saja secara kritis sekalipun
dalam ibadah haji.......
Jelas dan cukup jelas...!
Yang paling manarik dan menarik, yang paling seru dan cukup seru, yang
paling berkesan dan memang berkesan, yang paling hebat dan cukup hebat,
yang paling memancing naluri ingin tahu untuk jadi pengetahuan dan yang
paling memenuhi stadard EYD dalam penulisan judul adalah Buku yang berjudul
"Orang Batak Naik Haji.
Mengapa demikian...?
1. Karena secara umum masyarakat Indonesia, khsusnya yang ada di pelosok
pelosok masih cukup banyak yang menafsir atau mensinonimkan istilah
Batak itu = Kristen (Bukun Islam-).
2. Karena adanya pensinoniman tersebut, maka cukup banyak orang batak
khsusnya yang beragama Islam ketika beliau ditanya suku lain dari
mana asalnya mereka menjawab dari Medan, padahal dia berasal dari
salah satu desa tertinggal di Siborong-Borong. Masaladi masukkannya
Siborong-Borong ke Kota Medan, padahal jaraknya sedemikian jauh.
3. Dari hasil pergaulan penulis sendiri dengan Suku Sunda di wilayah
Bogor, setelah mereka mengetahui bahwa penulis adalah orang Batak
mereka cukup sering ertanya di hari minggu, "Ngak ke Gereja Bang...?
Katanya, tanpa pernah bertanya apakah penulis muslim atau kristen.
Dengan kata lain...!
Yang membuat buku ini menarik bagi orang yang bukan suku Batak adalah
pengetahuan mereka dibidang adat, budaya khsusnya agama di Tanah
batak.
Dengan kata lain lagi :
Banyak penduduk Nusantara dan bahkan para Intelektual Indonesia yang
tidak tahu bagaimana Sejarah Islam masuk ke Tanah Batak (Batak tidak
punya cerita seperti ceritanya Para Wali Songo yang mengislamkan
Tanah Jawa). Demikian gambaran alasannya, menurut penulis.
Baimana dengan jdul-judul lainnya...?
4. Judul "Orang Miskin Naik Haji" tidak sehebat judul "Orang Batak
Naik Haji. Karena tafsir pada judul tersebut cukup jelas, al :
- Orang misknnnya sudah pasti Islam (Syarat utama naik haji).
- Bisa saja naik haji, karena orang miskin tersebut dapat undian,
atau dinaikkan haji sama orang yang punya.
5. Judul "Orang Kristen Naik Haji" juga tidak sehebat "Orang Batak
Naik Haji" dalam meningkatkan stimuli (judul) pada tingkat perhatian
untuk berlanjut kepemahaman dan pengetahuan.
Secara logika...!
- Kristen Naik Haji dalam agama Islam tidak ada
- Kalaupun ada kristen naik haji, maka hajinya tidak sah
- Bisa jadi maksudnya "Kristen Jalan-Jalan ke Mekkah".
Dengan kata lain...!
Tidak pala ada yang menarik untuk diketahui dari judul ini.
6. Judul "Tukang Bubur Naik Haji" juga tidak sehebat "Orang Batak Naik
Haji" dalam memancing naluri ingin tahu. Bahkan dengan tanpa
mencari (Tidak membaca/menonton) banyak orang menarik kesimpulan :
- Masuk di akal, apalagi di Jaman sekarang ini, "Banyak bubur yang
harganya mahal" sehingga tibul tafsir tukang bubur juga banyak
duitnya.
Atau bisa juga...!
- Tukang Bubur tersebut diberangkatkan oleh Departemen Agama RI
karena beliau selain tukang bubur juga tukang jaga Masjid
Teladan se-Indonesia'.
Cat :
Demikian tanggapan sekilas penulis
___________________________________
Sisinga Mangaraja Masuk Islam
___________________________________
Uraian mengenai hal ini dapat anda ketahui lewat link :
http://galeri1msad.blogspot.com/2014/08/hut-ri-ke-69-mengenali-ke-islaman.html
Dengan membaca uraian diatas, tahulah anda bahwa Sisingamangaraja lewat
macam bukti sejarah di akhir hayatnya masuk agama Islam.
______________
Penutup
______________
Demikian yang dapat disampaikan lewat postingan ini para saudara/i
sekalian. Dan mohon ijin postingan ini saya tutup dengan ucapan :
"Terimakasih Kepada Bolanda yang telah memberangkatkan Jemah Haji
Tanah Batak di Tahun 1887". Semoga para nenek Moyang kami ini
menjadi Haji yang Mabrur meskipun kami tidak tahu bagaimana caranya
para opung-oppung kami ini sampai di Mekah. Apakah mereka naik
pesawat, naik Kapal, berenang, jalan kaki atau pakai Ilmu Menghilang.
Juga mengucapkan :
"Selamat menyambut datang-nya Idul Adha 1436
Semoga Kementrian Agama RI tidak steres menghadapi
segala macam masalah ayang ada.
Ket :
Jemaah Haji Tanah Batak Angkola 2014 tergambar dengan
jelas cara keberangkatannya oleh Kementerian Agama RI
Ket :
Jemaah Haji Tanah Batak 1887, tidak tergambar dengan jelas
bagaimana orang Belanda memberankatkannya
Cat :
No comments:
Post a Comment