______________
Respon 1 dari Pencintai Damai :
Comentar Pencinta Damai :
Jika kita menyimak isi video "Anak Naburju" diatas
jelas menceritakan keinginan orang tua pada anaknya,
agar diperantauan menjadi anak naburju, anak yang pintar,
anak yang tahu mana yang hak mana yang bathil.
Dan bukan tidak mungkin bagian dari anak naburju
itu adalah, "Kesediaan anak perantau membantu huta
hatubuannya jika ada masalah, baik dalam hubungannya
dengan kemasyarakatan maupun dengan pemerintah setempat.
Hubungannya dengan video demo diatas, bukan tidak mungkin
sebagian dari yang demo itu adalah anak perantau juga yang
ingin menyelesaikan masalah hutanya sesuai dengan keinginan
orang tuanya pada saat diberangkatkan merantau.
Sayangnya, hal ini tidak dipahami Bapak Bupati setempat.
Si anak naburju ini, justru disebutnya sebagai provokator,
sebagai tukang obok-obok dan sibaen ribut
"...masih mau kita diobok-obok oleh orang lain, masih mau kita
juga di profokasi yang bukan KTP Tapsel, Ktp-nya di luar Tapsel
ini. Setelah terjadi sesuatu mereka 'TENANG-TENANG SAJA DI
JAKARTA" kata pak bupati ini dengan bertubi-tubi.
Bapak Bupati yang terhormat...!
Jika ingin terus terhormat, "Jangan begitulah pak...!"
Para anak naburju, "Tetaplah burju...!" (Damailah Tapanuli Selatan)
Jika kita menyimak isi video "Anak Naburju" diatas
jelas menceritakan keinginan orang tua pada anaknya,
agar diperantauan menjadi anak naburju, anak yang pintar,
anak yang tahu mana yang hak mana yang bathil.
Dan bukan tidak mungkin bagian dari anak naburju
itu adalah, "Kesediaan anak perantau membantu huta
hatubuannya jika ada masalah, baik dalam hubungannya
dengan kemasyarakatan maupun dengan pemerintah setempat.
Hubungannya dengan video demo diatas, bukan tidak mungkin
sebagian dari yang demo itu adalah anak perantau juga yang
ingin menyelesaikan masalah hutanya sesuai dengan keinginan
orang tuanya pada saat diberangkatkan merantau.
Sayangnya, hal ini tidak dipahami Bapak Bupati setempat.
Si anak naburju ini, justru disebutnya sebagai provokator,
sebagai tukang obok-obok dan sibaen ribut
"...masih mau kita diobok-obok oleh orang lain, masih mau kita
juga di profokasi yang bukan KTP Tapsel, Ktp-nya di luar Tapsel
ini. Setelah terjadi sesuatu mereka 'TENANG-TENANG SAJA DI
JAKARTA" kata pak bupati ini dengan bertubi-tubi.
Bapak Bupati yang terhormat...!
Jika ingin terus terhormat, "Jangan begitulah pak...!"
Para anak naburju, "Tetaplah burju...!" (Damailah Tapanuli Selatan)
________________________
Respon 2 dari Pencintai Damai :
Comentar Pencinta Damai :
"Mardalan au marsada-sada,laos sian langlangi ma au
tarlungun lungun Manetek ilukki dainang dasian mata
marnengot lakki dainang so namarujung" adalah salah
satu gambaran kehidupan anak rantau itu yang bisa
saja dialamai oleh halak hita adaboru maupun halak lahi.
Gambaran lainnya, bisa saja pada saat ulisan ini
dibuat seorang anak rantau, sedang berpikir :
- Bia nomaon ate, muda mulak iba tu Huta aha karejo
niba isi. Muda dipartahankon irattoan, kanyataanna
ma 20 taon lek naso adang dope parobahan.
- Pandokkon ni halak tano bataki tano sere. Tai
kenyataanna bahat dope nasusa. Tai betak nabotuldo,
bia molo mulak iba. Tai nakkonda, iambang halak
muse iba annon nakala porang
- Dan pikiran-pikiran lainnya.
Hubungannya dengan video demo diatas, saya ingin
menyampaikan pada pak Bupati Tapsel. Pikiran-
pikiran seperti inilah sebagian dari alasan
mengapa halak Sipirok itu menginginkan sekali
agar Kantor Bupati di Sipirok.
Alasan lainnya masih banyak, dan bapak bisa lihat
dari sisi kepentingan pendidikan, pertanian dan
perekonomian. (Jika masalah bisa diselesiakan tanpa
UU 37 dan 38, mengapa pula harus pake UU.
Halak najolo tidak mengenal UU tapi
mereka damai-damai aja. Lagi pula UU
itukan karotes doi-pen).
UU seharusnya bikin hidup lebih mudah. On jadi mambaen
susa tu Bapaki bope tu halak Sipirok. Narohakkuda.
Bia molo rap tasurbu UU-i baru rap ta tonton.
Ah...ah....(Damailah Tapanuli Selatan).
No comments:
Post a Comment