#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menerjemahkan macam photo-photo dari Tapanuli Selatan Najolo)
__________________________________________________________
Para kawan...!
Ada beberapa photo klasik (BW) yang menyebar di dunia maya ini
menggunakan bahasa Inggiris. Terhadap hal ini penulis berpendapat
"Ada banyak orang punya pendapat tak mau memberi pendapat pada
hoto-photo tersebut disebabkan terbatasnya pengetahuan Bahasa
Inggirisnya, termasuk penulis sendiri".
Karena memang google.com mempunyai solusi untuk hal ini lewat
"Terjemahan google.com" ya....apa salahnya kita minta tolong
padanya untuk diterjemahkan.
Salah-salah dikit atau melenceng dikit tak apalah, "Daripada
golap sama sekali kan lebih bagus terang meskipun mildop-ildop
alias remang-remang".
Berikut photo-photo tersebut, dan akan terus dikembangkan
seiring dengan ditemukannya suatu saat tambahannya. Botima.
Oya...! penulis juga akan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan
pada photo tersebut, siapa tahu pula suatu saat ada yang
mengetahui.
Selamat menyimak...!
Sumber postingan S. Anshor (Ikapsi) Juni 20013
_______________________________________
Plate 1 dan 2
Circles of dancers are arranged according to kinship category vis
a- vis he host family. Use of the cerimonial ulos shawl is confined
to married aduts, and the way it is worn indicates whether the
dancers are wife-givers, wife-takers, or fellow kahanggi-mates of
the host family. Men dancing as raja revresentatives from various
adat domains also wear the ulos in ways to signify their rajaship position
Lingkaran penari disusun menurut kategori kekerabatan vis
a-vis ia menjadi tuan rumah keluarga. Penggunaan cerimonial ulos selendang terbatas
untuk menikah aduts, dan cara itu dikenakan menunjukkan apakah
penari istri-pemberi, istri-pengambil, atau sesama kahanggi-rekan dari
keluarga tuan rumah. Pria menari sebagai raja revresentatives dari berbagai
adat domain juga memakai ulos dengan cara untuk menandakan posisi kekuasaan raja mereka
____________________
Plate 3
Grand tugu to oji Baginda Makmur's
ancestor, topped with model of a bush
common to the area the acestor pioneered.
The monument rises out of
filds off the side of a mountain road
some 5 kms. from the home village.
A liniage genealogy is prominently dis
played for the benefit of passers-by
Besar tugu ke oji Baginda Makmur
nenek moyang, diatapi dengan model semak
umum ke daerah acestor yang dirintis.
Monumen naik dari
bidang dari sisi jalan gunung
sekitar 5 km. dari kampung halamannya.
Aliniage silsilah ditampilkan secara jelas
untuk kepentingan orang yang lewat
Plate 4
After the horja's sacrificial buffallo
has been slain, the host kahanggi affix
carved crossbars to the ends of the bale
"funeral house" over the graves of oji
Baginda Makmur's parent, before the processions
moves on to the tugu site itself.
Setelah itu Horja kurban buffallo
berhasil dimusnahkan, tuan rumah kahanggi membubuhkan
kayu lintangnya diukir sampai ke ujung bale
"Rumah pemakaman" atas kuburan oji
Orangtua Baginda Makmur, sebelum prosesi
bergerak ke situs tugu itu sendiri.
_______________
Plate 5
The paralok-alok chanter tor-tor dancing, in his
capacity as the raja from the harajaon of Angola
Para paralok-alok pelantun menari tor-tor, dalam bukunya
kapasitas sebagai raja dari harajaon dari Angola
__________________
Batak redefine their adat worl in its present national and Muslim
environs. Parodoxically perhaps, adat oratory should therefore bea
major focus of modernization research in Indonesia today.
Batak mendefinisikan dunia adat mereka di masa kini nasional dan Muslim
sekitarnya. Parodoxically mungkin, adat pidato karena itu harus menjadi
Fokus utama penelitian modernisasi di Indonesia saat ini.
Pertanyaan penulis :
1. Khusus mengenai tugu yang dibangun, siapakah sebenarnya Baginda
Makmur di Sipirok dan dimana tugu (plate 4) tersebut berada...?
__________________
Palate 6 dan plate 7
Speec-making sesions
Formal speech-giving sessions punctuate the horja cermony at
frequent interval. In Sipirok various verbal duels between
kin factions take place in the yard of the host's house or at
the village bathing pool. Delegations of rajas from neighboring
vullages are also greeted with outdoor speech-making
sessions in the front-counrtyard or at the edge of the village
Formal sesi pidato pemberian menekankan acara Horja di
sering selang waktu. Di Sipirok berbagai duel lisan antara
kin faksi berlangsung di pekarangan rumah tuan rumah atau
desa kolam pemandian. Utusan dari raja-raja dari negara tetangga
desa juga disambut dengan terbuka pidato pembuatan
sesi di depan halaman atau di tepi desa.
__________________________________________________________
Sumber Monash Uninersity dengan alamat
http://profiles.arts.monash.edu.au/margaret-kartomi/an-anthology-
of-south-east-asian-music-the-mandailing-people-of-sumatra/
__________________________________________________________
* Dari Angkola
An Anthology of South-East Asian Music: The Angkola People of Sumatra
20th February 1979
The Angkola People of Sumatra is an LP of music recordings made by Margaret
and Mas Kartomi in the Angkola area of the mountain ranges near the west
coast of North Sumatra in the late 1970s. It contains recordings of
ritual instrumental ensemble , dance and vocal music, with musicological
commentary in English and German. It was published by Baerenreiter
Musicaphon of Kassel, Basel and London in 1979.
Sebuah Antologi Tenggara Musik Asia: Rakyat Angkola Sumatera
20 Februari 1979
Rakyat Angkola Sumatera adalah LP rekaman musik yang dibuat oleh Margaret
dan Mas Kartomi di daerah Angkola dari pegunungan dekat barat
pantai Sumatera Utara pada akhir tahun 1970. Ini berisi rekaman
ritual ansambel instrumental, tari dan musik vokal, dengan musikologi
komentar dalam bahasa Inggris dan Jerman. Buku ini diterbitkan oleh Baerenreiter
Musicaphon Kassel, Basel dan London pada tahun 1979.
* Dari Mandailing
The Mandailing People of Sumatra is an LP of music recordings made by
Margaret and Mas Kartomi in the Mandailing area of the mountain ranges
along the west coast of North Sumatra in the late 1970s. It contains
recordings of tuned 9-drum and 5-drum ensembles and untuned 2-drum
ensembles with cymbals, gongs and an oboe, with musicological
commentary in English and German. Published by Baerenreiter
Musicaphon of Kassel, Basel and London, it won the German Record
Critics prize for the best ethnographic record in 1981.
Terjemahan google :
Rakyat Mandailing Sumatera adalah LP rekaman musik yang dibuat oleh
Margaret dan Mas Kartomi di daerah Mandailing dari pegunungan di
sepanjang pantai barat Sumatera Utara pada akhir tahun 1970. Ini
berisi rekaman tuned 9-drum dan ansambel 5-drum dan yg tak disetel
ansambel 2-drum dengan simbal, gong dan oboe, dengan komentar
musikologi dalam bahasa Inggris dan Jerman. Diterbitkan oleh
Baerenreiter Musicaphon dari Kassel, Basel dan London, ia memenangkan
Critics Rekam Jerman hadiah untuk catatan etnografis terbaik pada
tahun 1981.
_______________________________________________________________________
Sumber http://bolingo69.blogspot.com/2011/04/angkola-people-of-sumatra-rec-1971-79.html
_______________________________________________________________________
Photo 1
Muslim Men performing zikir-rapano in While I.
The men sing Muslim poetry, accompanying themselves on frame drums
Terjemahan :
Pria Muslim melakukan zikir-rapano di Sementara I.
Para pria menyanyikan puisi Muslim, menyertai diri pada drum kerangka
___________________
Photo 2
Girls in Sabadolok performs nasit,
accompanying their singing on frame drums.
Terjemahan :
Gadis di Sabadolok melakukan nasit,
menyertai mereka bernyanyi pada drum kerangka.
Pertanyaan Penulis :
1. Saba Dolok manala maksudnya ini ya...?
__________________________
Photo 3
A gambang played by two women outside their house in Bahal I, Portibi.
Terjemahan :
Sebuah gambang dimainkan oleh dua perempuan di luar rumah
mereka di Bahal I, Portibi.
Pertanyaan bagi penulis :
1. Apa pula nama alat musik di atas ya...?
Berikut video pendukung dari etp1002 The Angkola People of Sumatra - rec 1971-79 :
___________________________________________________
Cat :
(Menerjemahkan macam photo-photo dari Tapanuli Selatan Najolo)
__________________________________________________________
Para kawan...!
Ada beberapa photo klasik (BW) yang menyebar di dunia maya ini
menggunakan bahasa Inggiris. Terhadap hal ini penulis berpendapat
"Ada banyak orang punya pendapat tak mau memberi pendapat pada
hoto-photo tersebut disebabkan terbatasnya pengetahuan Bahasa
Inggirisnya, termasuk penulis sendiri".
Karena memang google.com mempunyai solusi untuk hal ini lewat
"Terjemahan google.com" ya....apa salahnya kita minta tolong
padanya untuk diterjemahkan.
Salah-salah dikit atau melenceng dikit tak apalah, "Daripada
golap sama sekali kan lebih bagus terang meskipun mildop-ildop
alias remang-remang".
Berikut photo-photo tersebut, dan akan terus dikembangkan
seiring dengan ditemukannya suatu saat tambahannya. Botima.
Oya...! penulis juga akan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan
pada photo tersebut, siapa tahu pula suatu saat ada yang
mengetahui.
Selamat menyimak...!
_______________________________________
Sumber postingan S. Anshor (Ikapsi) Juni 20013
_______________________________________
Plate 1 dan 2
Circles of dancers are arranged according to kinship category vis
a- vis he host family. Use of the cerimonial ulos shawl is confined
to married aduts, and the way it is worn indicates whether the
dancers are wife-givers, wife-takers, or fellow kahanggi-mates of
the host family. Men dancing as raja revresentatives from various
adat domains also wear the ulos in ways to signify their rajaship position
Lingkaran penari disusun menurut kategori kekerabatan vis
a-vis ia menjadi tuan rumah keluarga. Penggunaan cerimonial ulos selendang terbatas
untuk menikah aduts, dan cara itu dikenakan menunjukkan apakah
penari istri-pemberi, istri-pengambil, atau sesama kahanggi-rekan dari
keluarga tuan rumah. Pria menari sebagai raja revresentatives dari berbagai
adat domain juga memakai ulos dengan cara untuk menandakan posisi kekuasaan raja mereka
____________________
Plate 3
Grand tugu to oji Baginda Makmur's
ancestor, topped with model of a bush
common to the area the acestor pioneered.
The monument rises out of
filds off the side of a mountain road
some 5 kms. from the home village.
A liniage genealogy is prominently dis
played for the benefit of passers-by
Besar tugu ke oji Baginda Makmur
nenek moyang, diatapi dengan model semak
umum ke daerah acestor yang dirintis.
Monumen naik dari
bidang dari sisi jalan gunung
sekitar 5 km. dari kampung halamannya.
Aliniage silsilah ditampilkan secara jelas
untuk kepentingan orang yang lewat
Plate 4
After the horja's sacrificial buffallo
has been slain, the host kahanggi affix
carved crossbars to the ends of the bale
"funeral house" over the graves of oji
Baginda Makmur's parent, before the processions
moves on to the tugu site itself.
Setelah itu Horja kurban buffallo
berhasil dimusnahkan, tuan rumah kahanggi membubuhkan
kayu lintangnya diukir sampai ke ujung bale
"Rumah pemakaman" atas kuburan oji
Orangtua Baginda Makmur, sebelum prosesi
bergerak ke situs tugu itu sendiri.
_______________
Plate 5
The paralok-alok chanter tor-tor dancing, in his
capacity as the raja from the harajaon of Angola
Para paralok-alok pelantun menari tor-tor, dalam bukunya
kapasitas sebagai raja dari harajaon dari Angola
__________________
Batak redefine their adat worl in its present national and Muslim
environs. Parodoxically perhaps, adat oratory should therefore bea
major focus of modernization research in Indonesia today.
Batak mendefinisikan dunia adat mereka di masa kini nasional dan Muslim
sekitarnya. Parodoxically mungkin, adat pidato karena itu harus menjadi
Fokus utama penelitian modernisasi di Indonesia saat ini.
Pertanyaan penulis :
1. Khusus mengenai tugu yang dibangun, siapakah sebenarnya Baginda
Makmur di Sipirok dan dimana tugu (plate 4) tersebut berada...?
__________________
Palate 6 dan plate 7
Speec-making sesions
Formal speech-giving sessions punctuate the horja cermony at
frequent interval. In Sipirok various verbal duels between
kin factions take place in the yard of the host's house or at
the village bathing pool. Delegations of rajas from neighboring
vullages are also greeted with outdoor speech-making
sessions in the front-counrtyard or at the edge of the village
Formal sesi pidato pemberian menekankan acara Horja di
sering selang waktu. Di Sipirok berbagai duel lisan antara
kin faksi berlangsung di pekarangan rumah tuan rumah atau
desa kolam pemandian. Utusan dari raja-raja dari negara tetangga
desa juga disambut dengan terbuka pidato pembuatan
sesi di depan halaman atau di tepi desa.
__________________________________________________________
Sumber Monash Uninersity dengan alamat
http://profiles.arts.monash.edu.au/margaret-kartomi/an-anthology-
of-south-east-asian-music-the-mandailing-people-of-sumatra/
__________________________________________________________
* Dari Angkola
An Anthology of South-East Asian Music: The Angkola People of Sumatra
20th February 1979
The Angkola People of Sumatra is an LP of music recordings made by Margaret
and Mas Kartomi in the Angkola area of the mountain ranges near the west
coast of North Sumatra in the late 1970s. It contains recordings of
ritual instrumental ensemble , dance and vocal music, with musicological
commentary in English and German. It was published by Baerenreiter
Musicaphon of Kassel, Basel and London in 1979.
Sebuah Antologi Tenggara Musik Asia: Rakyat Angkola Sumatera
20 Februari 1979
Rakyat Angkola Sumatera adalah LP rekaman musik yang dibuat oleh Margaret
dan Mas Kartomi di daerah Angkola dari pegunungan dekat barat
pantai Sumatera Utara pada akhir tahun 1970. Ini berisi rekaman
ritual ansambel instrumental, tari dan musik vokal, dengan musikologi
komentar dalam bahasa Inggris dan Jerman. Buku ini diterbitkan oleh Baerenreiter
Musicaphon Kassel, Basel dan London pada tahun 1979.
* Dari Mandailing
The Mandailing People of Sumatra is an LP of music recordings made by
Margaret and Mas Kartomi in the Mandailing area of the mountain ranges
along the west coast of North Sumatra in the late 1970s. It contains
recordings of tuned 9-drum and 5-drum ensembles and untuned 2-drum
ensembles with cymbals, gongs and an oboe, with musicological
commentary in English and German. Published by Baerenreiter
Musicaphon of Kassel, Basel and London, it won the German Record
Critics prize for the best ethnographic record in 1981.
Terjemahan google :
Rakyat Mandailing Sumatera adalah LP rekaman musik yang dibuat oleh
Margaret dan Mas Kartomi di daerah Mandailing dari pegunungan di
sepanjang pantai barat Sumatera Utara pada akhir tahun 1970. Ini
berisi rekaman tuned 9-drum dan ansambel 5-drum dan yg tak disetel
ansambel 2-drum dengan simbal, gong dan oboe, dengan komentar
musikologi dalam bahasa Inggris dan Jerman. Diterbitkan oleh
Baerenreiter Musicaphon dari Kassel, Basel dan London, ia memenangkan
Critics Rekam Jerman hadiah untuk catatan etnografis terbaik pada
tahun 1981.
_______________________________________________________________________
Sumber http://bolingo69.blogspot.com/2011/04/angkola-people-of-sumatra-rec-1971-79.html
_______________________________________________________________________
Photo 1
Muslim Men performing zikir-rapano in While I.
The men sing Muslim poetry, accompanying themselves on frame drums
Terjemahan :
Pria Muslim melakukan zikir-rapano di Sementara I.
Para pria menyanyikan puisi Muslim, menyertai diri pada drum kerangka
___________________
Photo 2
Girls in Sabadolok performs nasit,
accompanying their singing on frame drums.
Terjemahan :
Gadis di Sabadolok melakukan nasit,
menyertai mereka bernyanyi pada drum kerangka.
Pertanyaan Penulis :
1. Saba Dolok manala maksudnya ini ya...?
__________________________
Photo 3
A gambang played by two women outside their house in Bahal I, Portibi.
Terjemahan :
Sebuah gambang dimainkan oleh dua perempuan di luar rumah
mereka di Bahal I, Portibi.
Pertanyaan bagi penulis :
1. Apa pula nama alat musik di atas ya...?
Berikut video pendukung dari etp1002 The Angkola People of Sumatra - rec 1971-79 :
___________________________________________________
Cat :
No comments:
Post a Comment