Tuesday, September 8, 2015

12 Tahapan Pernikahan Suku Bugis dan Marboru Bugis (Bab 4)

#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info  sekitar tahapan-tahapan pernikahan ala Suku Bugis
dalam hubungannya dengan Marboru Bugis)
_______________________________________________________________














___________________

Kata Pengantar
___________________

Dalam istilah Batak, laki-laki batak yang menikah dengan wanita
diluar suku batak di sebut, "Marboru Sileban". Dan jika putra
Batak tersebut menikah dengan salah satu suku tersebut, misalnya
Suku Jawa, Suku Sunda, Suku Dayak maka disebutlah :

Marboru Jawa, link :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/11/marboru-jawa-romatisme-gadis-jawa-dalam.html

Marboru Batak, link :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/11/marboru-batak-boru-ni-raja-namalo.html

Marboru Lampung, link :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/11/marboru-lampung-pariban-yang-terabaikan.html

Marboru Padang, link:
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/06/memadukan-systim-kekerabatan.html

Marboru Dayak, link :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/08/mar-boru-dayak-sian-kalimantan-mar-bayo.html

Marboru Ambon, link :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2015/07/marboru-ambon-jujur-beta-cinta-holong.html

Marboru Cino, link :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2015/08/marboru-cino-mahal-nya-mahar-boru-cino.html

Marboru Jerman :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2014/03/marboru-jerman-1-perjuangan-tanpa-batas.html

Bagimana dengan putra Batak yang menikah dengan "Suku Bugis", maka
dengan sndirinya disebut, "Marboru Bugis".

O...Boru Bugis....
boi doho gabe tu au....
dang martitel dope au....
boha ma baenonku...

Adalah syair lagu batak yang mempertanyakan :

- Apakah putri Suku Bugis mau sama Putra suku Batak...?
- Apakah mau, meskipun tidak punya titel atau jabatan...?
- Titel atau jabatan dalam hidup memang penting, tapi
  kalau tidak dapat mau diapain...?
- Masihkah mau Putri Bugis tersebut pada putra batak yang demikian...?

Para kawan putra batak yang mungkin saja saat ini sedang mengarahkan
pestolnya ke putri Bugis atau sedang mengambil ancang-ancang untuk
dapat menikah dengan putri bugiis.

Penulis tidak tahu apakah beliau putri Bugis itu mau atau tidak pada
anda, yang pasti tanyakan saja secara langsung dan bila perlu tembak
langsung :

"Wahai putri Bugis...!
Dengan tanpa perlu memuji-mujimu, menyanjung-nyanjungmu, membelai-belaimu
dan mengendong-ngendongmu, mau ngak kau sama aku" begitu aja bilang,

Jika beliau menolak...!
Cari aja yang lan, kan banyak putri Bugis, masa ngak ada yang mau.

Para kawan dimanapun berada...!

Kita ibaratkan saja dari sekian banyak putri Bugis itu ada yang mau
seorang diri. Dan atas rasa maunya ini tentu kita perlu punya gambaran
kira-kira seperti apa pernikahan ala Bugis yang mau kita hadapi...?

Nah...!

Gambaran pernikahan inilah yang menjadi isi postingan ini, yang mungkin
saja memberi manfaat bagi putra batak sat ini atau masa-masa yang akan
datang jika ada yang mau "Marboru Bugis".

Selamat menyimak...!
_________________________________________________

Sekilas Gambaran Pernikahan Suku Bugis - Makasar
_________________________________________________

Suku Dunia ~ Appa’bunting dalam bahasa Makassar berarti
melaksanakan upacara perkawinan. Sementara itu, istilah
perkawinan dalam bahasa bugis disebut siala yang berarti
saling mengambil satu sama lain.

Dengan demikian perkawinan adalah ikatan timbale balik antara
dua insan yang berlainan jenis kelamin untuk menjalin sebuah
kemitraan. Istilah perkawinan dapat juga disebut siabbineng
dari kata bine yang berarti benih padi. Dalam tata bahasa
bugis, kata bine jika mendapat awalan “ma” menjadi mabbine
berarti menanam benih.

Kata bine atau mabbine ini memiliki kedekatan bunyi dan makna
dengan kata baine (istri) atau mabbaine (beristri). Maka dalam
konteks ini, kata siabbineng mengandung makna menanam benih
dalam kehidupan rumah tangga.

Menurut pandangan orang Bugis-Makassar, perkawinan bukan
sekedar menyatukan dua mempelai dalam hubungan suami istri,
tetapi perkawinan merupakan suatu upacara yang bertujuan untuk
menyatukan dua keluarga besar yang telah terjalin sebelumnya
menjadi semakin erat atau dalam istilah orang Bugis disebut
mappasideppemabelae atau mendekatkan yang sudah jauh.

Oleh  karena itu, perkawinan di kalangan masyarakat Bugis
umumnya berlangsung antar keluarga dekat atau antar kelompok
patronasi (endogami), terutama di kalangan masyarakat biasa,
karena mereka sudah saling memahami sebelumnya.

Keterlibatan orang tua dan kerabat dalam pelaksanaan pesta
perkawinan tidak dapat diabaikan. Mereka tetap memegang
peranan sebagai penentu dan pelaksana dalam perkawinan
anak-anaknya, plilhan pasangan hidup bukanlah urusan pribadi,
namum merupakan urusan keluarga dan kerabat.

Untuk itulah, perkawinan perlu dilakukan secara sungguh-sungguh
menurut agama dan adat yang berlaku di dalam masyarakat. Alasan
lain orang Bugis-Makassar harus mengadakan pesta perkawinan
adalah karena hal tersebut sangat berkaitan dengan status
sosial mereka dalam masyarakat. Semakin meriah sebuah pesta,
semakin mempertinggi status sosial seseorang.

_____________________________________________________________

Tahapan-Tahapan Adat Perkawinan Suku Bugis Makassar
_____________________________________________________________

1. A’jagang-jagang/Ma’manu-manu :

penyelidikan secara diam-diam oleh pihak calon mempelai pria
untuk mengetahui latar belakang pihak calon mempelai wanita.

2. A’suro/Massuro :

Acara ini merupakan pinangan secara resmi pihak calon mempelai
pria kepada calon mempelai wanita. Dahulu, proses meminang bisa
dilakukan beberapa fase dan bisa berlangsung berbulan-bulan
untuk mencapai kesepakatan.

3. Appa’nasa/Patenre :

Ada usai acara pinangan, dilakukan appa’nasa/patenre ada yaitu
menentukan hari pernikahan. Selain penentuan hari pernikahan.
juga disepakati besarnya mas kawin dan uang belanja.

Besarnya mas kawin dan uang belanja ditentukan menurut golongan
atau strata sosial sang gadis dan kesanggupan pihak keluarga pria.

4. Appanai Leko Lompo (Erang-erang) : 

Setelah pinangan diterima
secara resmi, maka dilakukan pertunangan yang disebut A’bayuang
yaitu ketika pihak keluarga lelaki mengantarkan passio/passiko
atau pattere ada (bugis). Hal ini dianggap sebagai pengikat dan biasanya 
berupa cincin. Prosesi mengantarkan pasio diiringi dengan mengantar 
daun sirih pinang yang disebut Leko Caddi. Namun karena pertimbangan 
waktu, sekarang acara ini dilakukan bersamaan dengan acara Patenre
 Ada atau Appa’nasa.
   
5. A’barumbung (mappesau) :

Acara mandi uap yang dilakukan oleh calon mempelai wanita.

6. Appasili Bunting (Cemme Mapepaccing) :

Kegiatan tata upacara ini terdiri dari appasili bunting, a’bubu,
dan appakanre bunting. Prosesi appasili bunting ini hampir mirip
dengan siraman dalam tradisi pernikahan Jawa. Acara ini dimaksudkan
sebagai pembersihan diri lahir dan batin.

7. A’bu’bu :

Setelah berganti pakaian, calon mempelai selanjutnya didudukkan
di depan pelaminan dengan berbusana Baju bodo, tope (sarung
pengantin), serta assesories lainnya. Prosesi acara a’bu’bu
(maceko) dimulai dengan membersihkan rambut atau bulu-bulu
halus yang terdapat di ubun-ubun atau alis, acara ini dilakukan
oleh Anrong Bunting (penata rias), yang bertujuan memudahkan
dalam merias pengantin wanita, dan supaya hiasan hitam pada dahi
yang dikenakan calon mempelai wanita dapat melekat dengan baik.

8. Appakanre Bunting :

Menyuapi calon mempelai dengan makan berupa kue-kue khas
tradisional Makassar, seperti Bayao Nibalu, Cucuru’ Bayao,
Sirikaya, Onde-onde, Bolu peca, dan lain-lain yang telah
disiapkan dan ditempatkan dalam suatu wadah besar yang disebut
Bosara Lompo.

9. Akkorontigi :

Sehari menjelang pesta pernikahan, rumah calon mempelai wanita
telah ditata dan dihiasi sedemikian rupa dengan dekorasi khas
Makassar. Acara Akkorontigi merupakan suatu rangkaian acara
yang sacral yang dihadiri oleh seluruh sanak keluarga (famili)
dan undangan.

10. Assimorong/Menre’kawing :

Acara ini merupakan acara akad nikah dan menjadi puncak dari
rangkaian upacara pernikahan adat Bugis-Makassar. Calon
mempelai pria diantar ke rumah calon mempelai wanita yang
disebut Simorong (Makassar) atau Menre’kawing (Bugis).

11. Appabajikang Bunting :

Prosesi ini merupakan prosesi menyatukan kedua mempelai. Setelah
akad nikah selesai, mempelai pria diantar ke kamar mempelai
wanita. Dalam tradisi bugis-makassar, pintu menuju kamar
mempelai wanita biasanya terkunci rapat. Kemudian terjadi
dialog singkat antara pengantar mempelai pria dengan penjaga
pintu kamar mempelai wanita.

Setelah mempelai pria diizinkan masuk, kemudian diadakan
acara Mappasikarawa (saling menyentuh). Sesudah itu, kedua
mempelai bersanding di atas tempat tidur untuk mengikuti
beberapa acara seperti pemasangan sarung sebanyak tujuh
lembar yang dipandu oleh indo botting (pemandu adat).

Hal ini mengandung makna mempelai pria sudah diterima
oleh keluarga mempelai wanita.

12. Alleka bunting (maolla) :

Acara ini sering disebut sebagai acara ngunduh mantu. Sehari
sesudah pesta pernikahan, mempelai wanita ditemani beberapa
orang anggota keluarga diantar ke rumah orang tua mempelai pria.
rombongan ini membawa beberapa hadiah sebagai balasan untuk
mempelai pria. mempelai wanita membawa sarung untuk orang tua
mempelai pria dan saudara-saudaranya. Acara ini disebut
Makkasiwiang.

Sumber :
_____________________________________________________________________

Pendapat umum Masyarakat Bugis Pada Tahapan-Tahapan
Pernikahan ala Bugis di atas
_____________________________________________________________________

Para kawan...!

Lewat situs :
dikatakan :

...................................................................
Adapun syarat pernikahan lainnya dalam suku Bugis yaitu mabbarasanji
dan wenni appacingen. Mabbarasanji adalah membacakan ayat barsanji,
sedangkan appacingen merupakan malam suci yang dimana anak yang akan
melaksanakan pernikahan dihias dengan beberapa kosmetik tradisional. 

Mungkin saja Anda merasa penasaran dengan suku bugis Bulukumba ini.
Keunikan suku ini melambangkan bahwa masih ada suku yang sangat
disiplin dan mempercayai tentang masa silam masa lampau, menurut
suku Bugis apabila ada satu syarat yang ditinggalkan atau tidak
dilaksanakan konon katanya keluarga yang sudah melaksanakan
pernikahan akan mengalami mandul atau tak mempunyai anak.

http://travel.detik.com/read/2014/11/28/181800/2696348/1025/
______________

Penutup
______________

Demikian infonya para kawan sekalian, khsusnya bagi anda Putra batak.
Kiranya lewat info ini anda punya gambaran tentang pernikahan ala
Budaya Bugis.

Begitupun, sebagai catatan, "Penulis yakin, Meski Budaya pernikahan
ala Bugis itu sedemikian ketatnya hingga tergambar jumlah hepeng/
uang yang harus disediakan, tapi percayalah ajaran agama Islam akan
menjadi alat kontrol Pernikahan Ala Budaya Bugis ini".


























Dengan kata lain...!

Budaya Pernikahan ala Bugis ini dapat kita atur, percayalah...!
- Dengan hepeng 500 ribai saja dapat diatur...?
  Yah dapat, mengapa tidak...?

- Bagaimana dengan 5 juta...?
  Lebih dapat lagi.

- Dengan 500 juta...???
  hahahahahaha.....penulis yakin llebih dari 5 Boru/putri Bugis
  bisa kita dapatkan.

Ehem...!

Para kawan dimanapun berada....!

"Sesungguhnya putri dari suku apapun yang ada di Nusantara ini jika
anda menginginkannya, maka anda pasti mendapatkannya". Syaratnya
cuma 1 yaitu anda Islam dan calon anda Islam juga.

Adapun pernikahan ala budaya suku apapun, sesungguhnya hanyalah
pelengkap dari pernikahan ala Islam yang dengan sendirinya berlaku
bagi Islam yang taat. Yang utama akad nikahnya dulu, urusan hepeng
belakangan.

Selamat malam...!








Angkolafaceboook.blogspot.com mengucapkan :

"Selamat atas putra batak yang telah menikah dengan Putri Bugis
dimanpun berada saat ini".

Semoga menjadi keluarga yang seperti "Siala"

Siala Sappagul,
Rap tu ginjang Rap tu Toru
muda magulang, rap margulu.

Sama dengan, menjadi keluarga yang harmonis, seperasaan,
sependeritaan : sakinah, mawaddah, warohmah.

Amin ya Rabbal alamin...!



_____________________________________________________

PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork







No comments:

Post a Comment