#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyikapi tulisan dengan judul, "Sejarah kelam Marga Siregar"
lewat pemahamn musik dengan judul "Raja sama Raja)
____________________________________________________
________________
Pengantar
________________
Ue....eeee....
(Ue apa...!)
lugahon au da parahu....uuuu....
(Tudia...!)
Ombuskon au da... alogo...oooo....
(Torus...!)
manang tudia pe taho...ooooo......
Lanjut...!
Sotung manimbil rohamda khasian
paima tong-tong sirokkap ni tondi
tiur do tontong lakkani baoadi
(Sama-sama kita.
Angkat dan masuk...!)
Tar.....so...oooo....ngo...oooo......nnnnn.....nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
parbincar ni matani ari da u...eeeeeeeeeeee.....eeeeeeeeeeeeeeeeeeeee
lugahon au da parahu....uuuuuuuuuuuuuuuuu...uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
ombuskon au da alogo....ooooooooooooooooooooooooo...ooooooooooooooooo
manang tudia pe taho...oooooooooo.....oooooooooooooo......ooooo......
Ehem...!
Jika memang ada alogo di internet ini yang berhembus, sepertinya penulis
telah di ombus ke dua hal yaitu :
1. Diombus ke tulisan dengan judul, "Sejarah kelam marga Siregar"
2. Di ombus ke video musik dengan judul, "Raja sama Raja"
Hasil ombusan dari tulisan, "Sejarah kelam marga Siregar" memberi
penulis kesimpulan sementara, "Dinasti Sori Mangaraja tidak suka
pada Dinasti Sisingamangaraja pada suatu masa, hingga mereka harus
berperang sangape marporang sampe adong na mate".
Hasil ombusan pada video musik,"Raja sama Raja" memberi kesimpulan
pada penulis, "Sungguh dinasti Singa Mangaraja menghargai Dinasti
Sori mangaraja sebagaimana yang diajarkan adat batak itu".
Terus Regar...!
Dalam hubungannya dengan postingan ini, "Bagaimana seharusnya kita
bersikap dan bertindak terhadap dua pengetahuan sejarah yang bertolak
belakang tersebut...?
Lanjut lagi Regar...!
Adalah hal utama yang harus penulis jawab pada postingan ini setelah
terlebih dahulu mengurai tentang :
1. Sekilas Dinasti Sori Mangaraja dan Sisingamangaraja
dari tulisan sejarah kelam Marga Siregar dan tulisan
batak lainnya
2. Ringkasan Pertentangan antara Dinasti Sorimangaraja dan
Sisinga Mangaraja lewat tulisan dengan judul "Sejarah
Kelam Marga Siregar"
3. Pemahaman penulis pada video musik dengan judul, Raja sama Raja".
Uraian utamanya Regar...!
4. Cara bersikap dan bertindak terhadap pengetahuan, Sejarah kelam
Marga Siregar dan Raja sama Raja"
5. Penutup
Selamat menyimak...!
_____________________________________________________________
1. Sekilas Dinasti Sori Mangaraja dan Sisingamangaraja dari tulisan
sejarah kelam Marga Siregar dan tulisan batak lainnya
_____________________________________________________________
- Sepengetahuan penulis, pada awal adanya tanah Batak hanyalah
terdiri dari satu kerajaan atau satu Dinasti yang disebut
dinasti Sori Mangaraja karena Rajanya pada saat itu bernama
Sori Mangaraja (Setelah masuknya manusia ke Toba Samosir
dari Thailan / kaji ilmu pengetahuan. Bukan setelah
diturunkan Mulajadi nabolon/MMH/Banua ginjang/kaji budaya
batak-pen)
- Dinasti ini berlangsung sampai tiga kali pergantian Raja.
Dan Raja Sori Mangaraja ke tiga ini kemudian mati pada saat
melawan Aceh.
_ Dengan matinya Sori Mangaraja ke-Tiga ini, maka pimpinan di
tanah batakpun menjadi kosong, hingga tiba saatnya empat
kelompok Marga mengangkat rajanya masing-masing karena itu
raja tersebutpun hanya berwenang atau berkuasa untuk kelompok
marganya saja.
- Waktupun berlalu, untuk kemudian dikenal yang namanya Manghuntal
Sinambela atau Sisingamangaraja I dalam Dinastinya yang kemudian
dikenal dengan Dinasti Sisingamangaraja.
- Dengan lahirnya Dinasti Sisingamangaraja maka tanah batakpun
yang pada masa itu berpusat di daerah Toba dengan sendirinya
di kuasai oleh dua dinasti yaitu Sorimangaraja dan
Sisingamangaraja.
Comentar penulis :
Penulis tidak tahu apa yang terjadi di tanah batak pada saat
kedua Dinasti terserbut berlangsung sampai 11 kali pergantian
Raja Sisingamangaraja.
Begitupun penulis tidak tahu, berapa kali sudah Dinasti
Sorimangaraja mengadakan pergantian Raja.
Namun...!
Ada cerita atau mungkin sejarah yang memberi gambaran kejadian
di tanah batak pada saat Sisingamangaraja ke XI mepimpin dinastinya
dan Porhas Siregar memimpin dinasti Sori Mangaraja. Sub judul
di bawah ini memberi gambaran :
______________________________________________________
2. Ringkasan Pertentangan antara Dinasti Sorimangaraja dan
Sisinga Mangaraja lewat tulisan dengan judul "Sejarah
Kelam Marga Siregar"
______________________________________________________
Kutipan dalam pemahaman penulis :
- Alkisah pada masa lalu ditanah batak tepatnya sekitar Danau Toba
berdirilah dua kerajaan besar dan ternama yaitu Sorimangaraja dalam
pimpinan Porhas Siregar dan Sisingamangaraja dalam pimpinan Sisinga
mangaraja Sinambela.
- Porhas Siregar ternyata selain sebagai orang terkuat dinastinya
juga seorang bajak danau (mungkin hampir sama dengan bajak laut-pen).
- Keberadaannya ini ternyata tidak disukai para mereka dari kelompok
Dinasti Sisingamangaraja, hingga pada suatu waktu tercipta
kesepakatan akan diadakan perang tanding antara Porhas Siregar
dengan Sisingamangaraja.
- Kesepakatan yang disepakati kedua belah pihak, apa bila salah
satu pihak kalah, maka para pengikutnya akan tetap dibiarkan
hidup yang dengan sendirinya akan tetap pula ada ditempat
tinggalnya yang dengan senddirinya pula akan menjadi pengikut
dari pihak pemenang
- Setelah melangsungkan perang tanding, ternyata Porhas Siregar
kalah dan mati di tempat. Kematian ini ternyata dimanfaatkan
oleh dinasti Sisingamangaraja untuk meyerang pihak Sorimangaraja
(Parmarga Siregar).
- Dan akibatnya, kelompok parsiregar inipun kewalahan untuk
kemudian berusaha melarikan diri dari tanah kelahirannya yaitu
muara.
- Dalam pelariannya ini setelah melewati macam tempat dengan macam
situasi pula pada akhirnya terpilihlah Sipirok sekarang ini
sebagai tempat tinggalnya yang menetap.
- Selang beberapa waktu, para generasi atau kelompok dari
Sorimangaraja ini, teringat pada suatu sumpah bahwa jika
saatnya tiba, kekalahan marga Sirtegar ini akan dibalas
ulang sesuai sumpah (jadi bukan dendam-pen)
- Maka waktu itupun tiba hingga terjadi pula perang antara
Jatengger Siregar dengan Sisingamangaraja. Dan perang tading
ini ternyata dimenangkan oleh Jatengger Siregar (Sumpah
terpenuhi/bukan dendam terpenuhi-pen)
- Sumpah terpenuhi, dan Huta Muara bukanlah sesuatu yang terpenting
untuk ditempati parmarga Siregar kembali pada masa itu dan
sampai sekarang dan mungkin juga sampai kapanpun, karena tidak
ada sumpah untuk parmarga Siregar kembali memiliki Huta Muara.
Andai ada sumpah itu...!
Sugari adongma suppa namandokkon, "Di taon 2014 Huta Muara
harus direbut kembali parmarga Siregar" maka ini jam ini minit,
ini minit ini detik, saya Rahmat Palindungan Siregar yang
keberadaannya sekarang ini ada di Bogor akan langsung pulang
kampung ke Sipirok untuk gabung dengan batalion Bagasnagodang
dan sekitarnya, Bungabondar sekitarnya dan baringin sekitarnya.
"Nyalakan kembali mudar parsiregaron, angkat senjata, satukan
langkah, atur strategi dan kita rebut kembali kota Muara degan
cara margurilla"
Siap bung Regar...!
Siap...!
Oke...!
Siap grak...!
Lancang kanan grak...!
Tegak grak...!
Angkat senjata grak...!
Maju jalan...!
Tuktak...tuk..tak...tuk...tak...
tuk...tak...tuk...tak...tuk...tak...
Halo...halo Muara
asal mula parsiregar
Halo...halo Muara
kota kenang-kenagan
Sudah lama au
tidak pasuo dengan ho
maribung rebut kembali
dari Tapanuli Utara
Kakakakakakaka....kkkk....kkkk...
isi dopekan...?
Ison...!
Nanggo jadi marangkat...?
Marpikir majoda...!
____________________________________________
3. Pemahaman penulis pada video musik dengan
judul, Raja sama Raja".
____________________________________________
Berikut Video musiknya.
Dan selamat mendengarkan...!
* Lirik Lagu "Raja sama Raja"
Lottung ma sisia sada ina sada ama
pasiahon iboto nami simamora sihombing
tubu sian nasida binsar songon mata ni ari
sada raja nahasaktian natinongos ni mulajadi
Jolma si Uli Paisorangi ima Oppu Palti Raja
jala parsinabul namalo napandedo manuan hata
pitu lombu jonggi namarhulang-hulang hotang
di aturan ni harajaon Oppu Palti Pandapotan
Dipature do partutturan sumando songon dalihan a tolu
tulang pangolian ni anak gelleng hamulian ni boru
mansai uli aturani akka nabinahen nai
imana taihutkon tikkion aturani
mansai uli aturani akka nabinahen nai
imana taihutkon tikkion aturani
Jonjong nahasaktian di Lottung Marsada
sian si Raja Oloan sorang Sisingamangaraja
Borhatma tu Samosir ima Oppu Palti Raja
manguji Oppu Palti Raja manang tutudo
mahasaktian ima oppu Palti Raja
Dung sahat tu huta urat gabe disuruma suruanna
manuju lumban gorat manjou oppu Palti Raja
alai dang di alusi jou-jou ni ibana
ditonahon do hatana ima gabe songon alusna
Sisingamagaraja do naro lao manopot au,
anggo adat dohot uhum akkon ibanama ro tu jabu
Imada alus ni rajai, tuhalak naro manjoui
Tung mansai uli molo paradat do naro
Imada alus ni rajai, tuhalak naro manjoui
Tung mansai uli molo paradat do naro
Imada alus ni rajai, tuhalak naro manjoui
Tung mansai uli molo paradat do naro
Imada alus ni rajai, tuhalak naro manjoui
Tung mansai uli molo paradat do naro...
* Pemahaman tentang Siapa Oppu Palti Raja dalam Silsilah
Marga Siregar dari Audi Hermansyah Siregar (Kutipan komentar)
Audi Hermansyah Siregar :
Porhas Siregar = Dongoran ???? generasi ke 2
Parlindungan Siregar=Ompu Parlindungan/Mogot Laut generasi ke 7
putra Ompu Palti Radja ??
Onggang Siregar = Dja Onggang generasi ke 8 putra Dja Hatunduhan/
cucu Ompu Ni Hatunggal ??
Paroman Sireg...Lihat Selengkapnya
Audi Hermansyah Siregar :
atau....Parlindungan Siregar= Sutan Parlindungan
generasi ke 9 putra Ompu Doro/cucu Ompu Parlindungan ????
Onggang Siregar = Dja Onggang generasi ke 10 putra Sutan
Parlindungan/cucu Ompu Doro ????
Onggang Siregar = Namora Onggang generasi ke 9 putra
Dja Marmerong/cucu Ompu Parlindungan????
* Pemahaman penulis pada video di atas
Tilhang Gultom sebagai pelopor musik-musik tradisional batak, rasanya
pantas sangat untuk disebut "Mr". Syair-syair lagunya benar-benar
merujuk pada budaya batak itu. Kemampuannya untuk membaca situasi
masa lampau itu benar-benar tak tertandingi. Dan jika saja ada
pencipta lagu batak lainnya berniat membantah apa yang tersair dalam
hasil-hasil karyanya, "Rasanya pula tak dapat dibantah, tak dapat
ditemukan".
Tak terkecuali syair lagu dengan judul "Raja sama Raja" ini. Materi
pesannya cukup jelas memberitahu pada masyarakat batak bahwa "Perlu
untuk saling menghargai diantara marga-marga batak".
Peristiwa masa lampau tanah batak sesungguhnyalah tidak hanya dapat
dilihat dari satu sisi. Penglihatan satu sisi akan sangat sejarah
masa lampau (Porang) akan sangat berpengaruh pada sikap putra batak
itu sendiri untuk terlalu bangga dengan marganya.
Syair "Raja sama Raja" ini sepertinya obat penyeimbang bagi semua
halak batak untuk saling setuju dan sepakat bahwa "Dibalik sesuatu
yang tak baik terkadang ditemukan juga suatu kebaikan".
Porang masyarakat batak masa lampau mungkin bukan suatu kebaikan,
tapi ajaran adat masa lampau jelas merupakan suatu kebaikan.
Dan ternyata...!
Dalam ketidak baikan sejarah batak masa lampau tersimpan kebaikan
yang jika anda baik akan menonjolkan kebaikannya dan jika anda
mungkin tidak baik akan menonjolkan pula ketidak baikannya.
"Sungguh pesan moral video musik raja sama raja mengajarkan pada
kita semua suatu kebaikan.
Teken hamu bo halak hita...!
______________________________________________________
4. Cara bersikap dan berkeinginan terhadap pengetahuan,
Sejarah kelam Marga Siregar dan Raja sama Raja"
______________________________________________________
* Sikap dan keinginan terhadap "Sejarah Kelam Marga Siregar"
- Penulis melihat tidak terlalu relevan Tulisan dengan judul "Sejarah
Kelam Marga Siregar" dengan isi tulisannya.
- Isi tulisannya cenderung memberitahu keberhasilan marga Siregar
dalam menggunakan teknik dan strategi perang dalam melampiaskan
sumpah yang harus dilaksanakan, bukan dendam marga siregar yang
membabi buta. Dan hal itu menjadi logis mengingat Dinasti
Sorimangarajalah yang terlebih dahulu ada di toba, tapi kemudian
mereka menjadi terusir karena kalah dalam perang.
- Dalam bahasa sederhana kejadian ini dapat diibaratkan, "Menciptakan
suatu kerajaan dalam satu kerajaan". atau "Menciptakan kerajaaan
Sisingamangaraja dalam kerajaan Sorimangaraja".
- Sedang dalam bahasa Film klasik disebut, "Mengadakan pemberontakan
untuk menggulingkan dan menggantikan raja yang berkuasa atau untuk
mengisi kekosongan kursi raja apakah karena mengusi, sakit atau
mati.
- Dan akhirnya, kerajaan yang didirikan didalam kerajaan tersebutpun
berhasil mengusir, menaklukkan dan menguasai kerajaan yang telah
berdiri lama tersebut.
- Atau, Raja Sisingamangaraja tersebutpun berhasil menguasai, mengusir,
menghantam, meluluhlantahkan Raja Sorimangaraja dari tanah tempat
kelahiran awalnya, dari tanah Toba tanah dimana Parmarga Siregar
berasal, tanah dimana kerjaaan batak pertama kali didirikan.
- Ibarat seperti orang yang terusir dari rumahnya sendiri, dari
tempat kelahirannya sendiri dari tempat berlindungnya sendiri,
salahkah yang punya rumah untuk suatu saat datang lagi mengambil
rumahnya setelah merasa kuat dan siap.
- Bukankah banyak persistiwa dimuka bumi ini yang memberi gambaran
bahwa pada masa lampau kerajaan-kerajaan yang hilang atau telah
ditaklukkan dapat berdiri kembali, karena lahirnya generasi
penerus yang memang ditugaskan untuk mengambil kembali kerajaan
ayahnya, kelompoknya atau sukunya.
- Pantaskan suatu keberhasilan justru disebut sesuatu yang kelam.
Dengan kata lain :
1. Berhasilnya Jatengger Siregar melaksanakan sumpah Siregarnya
hingga Sisingamangaraja harus mati apakah harus disebut kelam...?
2. Bekerja samanya Dinasti Sori Mangaraja dalam malaksanakan sumpah
Siregarnya dengan pejuang perang Padri sesuatu yang kelam juga...?
3. Terusirnya parmarga Siregar lewat Dinasti Sori Mangaraja dari
daerah Toba sesuatu yang kelam juga, bukankah kalau mereka tidak
diserang habis-habisan akan tetap bertahan di daerah Toba...?.
Juga bukankah sebelum terjadi perang tanding antara Porhas
Siregar dengan Sisingamangaraja telah ditetapkan perjanjian
dan perjanjian itu dilanggar oleh dinasti Sisingamangaraja
4. Tidak...! Tidak...! Tidak kawan...! Tidak Lae...!
Parmarga Siregar itu tidak punya masa kelam pada masa
lampau dan tidak pula kami sebut masa keberhasilan.
Dan itu sikap kami...!
5. Sedangkan keinginan kami, "Karena kita semua telah tahu sejarah
bahwa Siregar bermula dari daerah Toba dan bukti sejarahpun telah
didirikan lewat Tugu Toga Siregar, maka mudahkan kalianlah jalan
dalam macam urusan parmarga Siregar dengan kalian khsusnya marga-
marga yang ada di daerah Toba.
6. Sejarah memang tidak dapat dirobah juga tak dapat di karang-karang.
Tapi andailah dapat dirobah, maka penulis akan merobahnya dan
menjadikan "Hanya Marga Siregarlah yang ada di Daerah Toba dan
marga lainnya akan penulis usikan ke Pulau Kalimantan dan Irian
Jaya. Sedangkan Danau Toba akan penulis ganti namnya menjadi
"Danau Siregar".
Sedangkan jika dapat dikarang-karang, "Kalian yang dari Dinasti
Sisingamangarajalah yang keluar atau kabur dari daerah sikitar
Danuau Toba pada masa lalu dan kami Parmarga Siregar akan tetap
disana, menikmati indahnya Danau Toba sekaligus dengar-dengar
musik serta manortor bersama turis asing sekaligus mengambil
hepengnya, seperti yang kalian lakukan sekarang ini. Bagaimana...?
7. Dimata penulis, "Sejarah kelam parmarga siregar (jika memang mau
disebut kelam-pen) sesungguhnya suatu hal yang menarik bahkan
mungkin suatu hal yang menakutkan bagi kalian. Hingga penulis
tidak heran jika situs yang memuat adanya perang dua dinasti
tempoe doeloe situs-situs yang dari Utaralah yang lebih manyak
menulisnya dibandingkan selatan dengan sumber yang sama yaitu
"buku yang hebat itu sekaligus buku partakkangan itu".
* Sikap dan keinginan dalam hubungannya dengan
video musik "Raja sama Raja"
Comentar penulis :
1. Jika saja seorang marga Siregar hanya mengetahui pengetahuan
tentang, "Sejarah Kelam Marga Siregar" maka bukan tidak mungkin
akan menimbulkan rasa benci pada anda yang ada di daerah Toba
karena merasa terusir atau kalah perang pada masa lalu.
2. Jika saja seorang marga Sinambela hanya mengetahui pengetahuan
tentang, "Sejarah Kelam Marga Siregar" maka bukan tidak mungkin
akan menimbulkan rasa benci pada anda yang ada di daerah Tapsel
atau Angkola karena merasa kalah dengan Siregar pada perang
tanding masa lampau.
3. Video musik "Raja sama Raja" hasil ciptaan sang maestro musik
Tradisional Batak Mr. Tlhang Gultom sepertinya telah berusaha
menghilangkan pemikiran tersebut.
4. Lewat olah vokal "Trio Lagona" sepertinya cukup jelas memberitahu
bahwa Dinasti Sisingamangaraja sangat menghargai Dinasti Sori
Mangaraja lewat perwakilannya Oppu Palti Raja.
"Sisingamagaraja do naro lao manopot au, anggo adat dohot
uhum akkon ibanama ro tu jabu. Imada alus ni rajai, tuhalak
naro manjoui. Tung mansai uli molo paradat do naro" syairnya.
5. Dalam hubungannya dengan sikap :
"Maka sikap seperti gambaran, "Raja sama Raja inilah" yang
seharusnya dilaksanakan oleh para generasi penerus dari dinasti
Sisingamangaraja lewat macam marga. Begitu juga dengan Dinasti
Sorimangaraja lewat macam marga pula.
Ini mungkin sama artinya dengan :
"Anda orang Toba atau Simalungun hargailah orang Angkola atau
Mandailing, pun sebaliknya. Jangan kalian buat pengetahuan
sejarah masa lalu menjadi 'gap' diantara kalian".
Atau sama pula dengan :
"Anda orang Tapanuli Utara hargailah orang Tapanuli Selatan,
pun sebaliknya. Jangan kalian buat peristiwa ni opung-oppungta
masa lalu menjadi dasar bagimu untuk saling membenci. Sungguh
aturan adat itu memberi guna bagimu untuk dapat selalu bahagia
di tanah batak. Selalu horas tondi madingin pirtondi matogu"
_____________
5. Penutup
_____________
Sungguh luar biasa...!
Luar biasa sekali...! tanah batak masa lampau itu dengan macam
sejarah yang dimilikiya. Sebagian mungkin telah tertulis dibuku-
buku sejarah batak, tapi penulis yakin masih banyak peristiwa
lainnya yang belum tertulis dibuku-buku batak tersebut.
Meski tidak tertulis, tidak ada saksi hidup pada peristiwa
tersebut bahkan tidak ada bukti sejarah sedikitpun, tapi bagi
kita yang suka berpikir positif, berpikir seperti raja dijolo,
raja di tonga dan raja di pudi, "Semua peristiwa tersebut
dapat ditafsir sebagai suatu pelajaran yang dapat membuat para
generasi penerus suku batak itu untuk dapat lebih bijaksana
dalam macam persoalan hidup.
Para pembaca angkolafacebook.blogspot.com...!
Bagi penulis...!
"Tiada yang kelam bagi marga Siregar lewat dinastinya Sorimangaraja
dan tiada pula yang gelap bagi Sinambela lewat Dinastinya Sisinga
mangaraja" Peristiwa tanah batak masa lalu tak obahnya seperti
ombusan alago danau Toba yang memang harus marombus kearah mana
dia mau, secepat apa dia mau dan sedingin apa dia mau, tanpa bisa
kita cegah karena seperti itulah adanya. Atau seperti parahu danau
toba, yang memberikemudahan dalam urusan silaturrahmi juga menambah
indahnya, menambah hidupnya danau toba itu sendiri".
Ue....eeee....
lugahon au da parahu....uuuu....
Ombuskon au da... alogo...oooo....
manang tudia pe taho...ooooo......
Sotung manimbil rohamda khasian
paima tong-tong sirokkap ni tondi
tiur do tontong lakkani baoadi
Tar.....so...oooo....ngo...oooo......nnnnn.....nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
parbincar ni matani ari da u...eeeeeeeeeeee.....eeeeeeeeeeeeeeeeeeeee
lugahon au da parahu....uuuuuuuuuuuuuuuuu...uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
ombuskon au da alogo....ooooooooooooooooooooooooo...ooooooooooooooooo
manang tudia pe taho...oooooooooo.....oooooooooooooo......ooooo.....
Hidup tanah batak...!
Tetaplah sehat anda kahanggi atau iboto pemilik marga Siregar
dimanapun berada, "Sukses untuk anda semua...! .....dan...
Metmet do sihapor ito
dijujung do simanjunjungna....
Horas...horas...horas....!
Cat sumber bacaan :
http://www.ruangbaca.com/ruangbaca/?doky=MjAwNw==&dokm=MDc=&dokd=MzE=&dig=YXJjaGl2ZXM=&on=VUxT&uniq=NTI0
http://paltiyaakov.blogspot.com/2013/04/sejarah-kelam-tanah-batak.html
http://paltiyaakov.blogspot.com/2013/03/pongki-na-ngolngolan.html
No comments:
Post a Comment