Wednesday, April 30, 2014

Sentuhan pada Pemda Tapsel agar Jalan Anturmangan di sentuh setelah 15 Tahun


"SELAMAT MALAM PARA KAWAN"
(Menyimak info sekitar peran masyarakat Anturmangan dan sekitarnya
dalam membangun Sipirok hingga Pemda Tapsel bersedia menyentuhnya
pun menikmati video Musik Batak hingga para boru angin lebih bijak
dalam menata hidup rumah tangga)
___________________________________________________________











__________________

Kata Pengantar
__________________

15 Tahun Jalan Atturmangan Sipirok Tak Tersentuh Pembangunan
Tanggal Posting: 26/04/2014 at 1:19 am - 103 Views ||

Kondisi Jalan Atturmangan di Desa Marsada, Kecamatan Sipirok yang
kondisinya semakin parah. Sejak 15 tahun lalu, jalan ini tak pernah
disentuh pembangunan. (Amran)

SIPIROK – Kondisi jalan Atturmangan yang berada di tengah pemukiman
warga Kampung Atturmangun Desa Marsada, Kecamatan Sipirok, Tapsel,
semakin parah saja.

Bebatuan yang belasan tahun lalu disusun untuk jalan, kondisinya 
sudah tak beraturan. Bahkan sebagian sudah tergerus air dan ada yang 
ditumbuhi rumput. Keadaan ini tentu menjadi keluhan pengguna jalan.

Bukan hanya para pendatang yang mengendarai sepedamotor saja yang
kerap mengeluh, warga sekitar apalagi.

adalah bagian dari kutipan berita yang bersumber dari sipirok.net
dengan alamat:
http://www.sipirok.net/baca/artikel-5905/hot/15-tahun-jalan-atturmangan-sipirok-tak-tersentuh-pembangunan.html

Terhadap berita ini penulis tak ingin berkata, "Terlalu" pada Pemda
Tapsel karena penulis juga sadar Desa Anturmangan hanyalah salah satu
desa dari sekian banyak desa yang ada di Tapsel.

Begitupun, jika penulis adalah orang yang berwenang untuk memutuskan
suatu desa perlu tidaknya dibangun jalannya itu tergantung bagiamana
alasannya, maka penulis ingin berkata, "Alasannya terlalu umum".

Nah...!

Jika alasannya memang terlalu umum, maka lewat postingan ini penulis
akan memberikan alasan khusus pada Pemda Tapsel, "Bahwa jalan desa
Anturmangan memang perlu dibangun ,mengingat jasa mereka hususnya
pada masa lampau dalam pembangunan Kecamatan Spirok".

________________________________________

Sekilas Desa Aturmangan di mata Penulis dan
Pohon Anturmangan 
________________________________________




















Desa Anturmangan Sipirok jelas bukanlah desa yang asing bagi penulis,
penulis rasanya paham betul keadaan desa ini sekitar awal tahun 70-an
sampai akhir 80-an.

Ibu penulis berasal dari sana yang mengambil boru angin untuk dibawa
ke desa Bagas Nagodang Sipirok sekitar tahun 1965. Ini artinya penulis
adalah pahoppu/bere dari orang-orang Anturmangan yang dengan sedirinya
punya kebebasan untuk mengetahui macam hal mengenai desa Anturmangan.

Anturmangan adalah nama pohon yang tidak yang  memang banyak di
padang-padang sekitar Anturmangan tersebut. Kelebihan pohon disamping
sebagai hiasan juga cukup kuat dan tahan tumbuh ditengah-tengah semak
belukar.

















Begitupun pohon ini sangat penting khsusnya bagi ummat
kristen tanah batak :

"...Yang jelas Moment penting itu sudah berakhir, di rumah sudah
menunggu “gaba-gaba” yang terbuat dari daun/ranting pohon 
“anturmangan” yang disusun dan ditancapkan ke sebuah batang
pisang dilengkapi dengan lilin-lilin yang diletakkan diatas
batang “sanggar” dan “arung”. tulis situs :
http://utm-nainggolan.blogspot.com/2010/12/desember-natal-di-waktu-kecil.html

Hal lainnya pohon ini sangat diharapkan dapat menjadi salah
satu bahan ekspor setelah menajdi arang seperti yang dikatakan
situs dengan alamat :
https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5630052163150648309#editor/target=post;postID=2918233473245639672

Sumatera Utara merupakan salah satu sentra penyebaran jenis
konifer selain Aceh, Sumatera Barat dan Jawa (Martawijaya et
al, 1998). Mayoritas dari jenis konifer di Sumatera Utara
adalah Tusam dan sebahagian Anturmangan. Pemanfaatannya
sebagai bahan bakar kayu dan arang telah lama memanfaatkan
sejak jaman dahulu, tusam termasuk jenis kayu dengan kelas
kuat V dan kelas awet IV berbuah sepanjang tahun termasuk
dalam kayu lunak sedangkan Anturmangan  termasuk kayu keras 
bahkan sangat keras dan berat dengan kelas kuat I dan Kelas
Awet II (Harlow et al, ,1991).

Disebutkan dalam Artati (2000), disadur dari Gatra (1998),
bahwa Indonesia merupakan salah satu negara penyuplai arang 
berkualitas untuk negara tujuan ekspor seperti, Jepang,
Korea Selatan, Taiwan dan Singapura. Data statistik kehutanan
menyebutkan bahwa pada tahun 1996/1997 ekspor arang Indonesia
mencapai angka 177.833 ton/tahun.

Bertitik tolak dari kondisi dimaksud, pemanfaatan buah Tusam
dan buah Anturmangan merupakan sebuah peluang untuk diteliti
dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar
hutan, disamping pengurangan dampak terjadinya kebakaran
hutan pada hutan konifer.      

__________________________________

Jalan di tengah desa Anturmamgam
__________________________________


















Sesuai dengan posisi desa yang memang keberadaannya seperti diatas
tor atau bukit, maka jalan ini dulunya berbentuk tangga-tangga.

Satu tangga kurang lebih satu meter persegi, sehingga kita tidak
bisa melangkah dari tangga satu ke tangga dua langsung. Kita harus
terlebih dahulu berjalan ditangga satu tersebut. Begitu seterusnya.

Tangga-tangganya tertata rapi, rumah-rumah disekilingnya juga semua
berpagar dengan ditumbuhi macam bunga. Sungguh sangat indah desa ini
pada masa lampaunya dibawah tataan para boru angin yang mungkin
sekarang ini telah banyak pula yang marjalang karena dibawa sang
suami.















Yah begitualah hidup...!

Perobahan selalu terjadi apakah kehal baiknya atau kehal buruknya.

Terlepas dari baik buruknya, maka hidup sekarang ini berbeda dengan
dulu dari segi transportasinya. Bukan tidak mungkin sekarang ini
motor atau honda telah banyak di Anturmangan termasuk mungkin
pemiliknya yang ada di atas desa, sehingga cukup logis jika beliau
sangat menginginkan jalan desanya bagus hingga hondanya bisa di
bawa ke rumahnya yang diatas tor. Tangga-tanga desa masa lampaupun
dengan sendirinya mereke robohkan demi transportasi tersebut.





















________________________________________________

Peran Desa Aturmangan dalam Pembangunan Sipirok
________________________________________________










Para pembaca angkolafacebook.blogspot.com...!

Tahukah anda mengapa di Desa Anturmangan (dekat tinkungan sebelum naik
ke atas desa) tanahnya kosong...? Jika sudah tahu maka tetaplah tahu
dan bikin jadi pengetahuan (Tahu dan pengetahuan). Jika belum maka
penulis memberitahu :

- Tanah itu adalah tanah umum masyarakat anturmangan yang mungkin
  telah mereka sepakati bersama dulu sebagai tempat transaksi batu
  dan pasir sebagai sarana utama dalam membangun rumah-rumah "satonga
  beton" di wilayah Sipirok.

- Pasir dan batu tersebut bukan saja berguna untuk itu, ruko-ruko pasar
  Sipirok juga banyak bahannya berasal dari desa tersebut khsusnya yang
  dibangun tahun 60-an dan 70-an".

  Artinya : Jika saja batu dan pasir tersebut tidak tersedia disana maka
  orang Sipirok akan menghabiskan anggaran yang lebih besar untuk
  mengambilnya dari daerah lain (Dari sekitar Sidempuan kalau tidak
  salah). Dan ini jelas akan menghambat pembangunan Sipirok pada masa
  lampau.




















- Begitu juga untuk pembuatan got atau bondar dalam bahasa angkolanya
  dipinggiran-pinggiran jalan untuk membagunan sekolah-sekolah, masjid
  gereja termasuk rumah sakit Sipirok.

- Batu dan pasir tersebut bersumber dari sungai terbesar Sipirok masa
  lalu yaitu sungai "Aek Sagala" dan "Sungai Lupa Nama" yang mana
  sungai itu melintasi jalan Padangsidempuan-Tarutung yang ada di
  desa tersebut.

Degan demikian jelas Desa Aturmangan berperan dalam pembangunan
kecamatan Sipirok. Pernahkah orang membeli batu da Pasir dari desa
Padang Bujur, Padang-Padang, Huta Raja, Hutasuhut, dll...???

* Namuli Salpu do Sude sodong nahot di tano-on

Ehem...!

Unang sai jujuri...
Unang sai jujuri...
akka nasalai naung salpui...

Musik ito parlagu nauli lagu :



Maka waktupun berlalu hingga kita harus menyebutnya, "Namuli Salpu do
Sude sodong nahot di tao-on. "Maka salpulah cerita batu dan pasir
Antur mangan itu sekitar tahun 80-an akhir".

Sungai "Aek Sagala" sudah tak mampu menyediakannya lagi meski sudah
beberapa kali aek godang tersebut "Mangodang". Batu dan pasir gunung
sibualbuali sepertinya sudah habis. Sudah tak ada lagi yang mampir
ditanah-tanah datar penampungan pasir pinggir sungai. Padahal sangat
dibutuh demki kelangsungan hidup dan biaya pasikolahon si Utcok dan
si Butet.

Pendangkalan pun terus berlanjut hingga penulis harus melihatnya
"Aek godang Sagala ditahun 2013 hanyalah aek namenek yang jika anda
menyeberang atau taripar tak perlu manyingkat saraor".

Dan konon ceritanya, "Aek godang tersebut sudah tak jauh beda dengan
jalan raya, karena motor atau mobil dapat masuk ke aek godang
tersebut.

Pemandian aek godang sagala yang dulu sering digunakan para naposo
bulung Sipirok sebagai "Alat Ukur Uji nyali" karena "pusorannya"
yang besar dan deras, sekarang sudah tidak ada lagi yang tersisa
hanyalah bekas-bekasnya. yang telah ditumbuhi "Arong" atau
"tolong".

Tumbuhan "Tolong" memang akan selalu ada disetiap "Sungai" yang
sudah mengecit di Sipirok, dan ini mungkin saja sama artinya
"Aek Godang tersebut sudah tak tertolong".

Yah...!

"Tak tertolong...!" itu mungkin yang harus kita sebutkan pada
aek godang sagala sekarang ini.

Bagaimana dengan masyarakatnya dan keadaan desanya...?

Jika penulis harus menjawab, "Bisa jadi sekarang ini mereka lagi
minta tolong sama Bupati Tapsel.

___________________________________________

Harapan Pertolongan dari Pemda Tapsel
___________________________________________

Dang adongbe hasadaon
di au dohot ho ale amang
si sada hudon do hita nian
alai asing-asing panganan
sisada atap do hita amang
alai pulik-pulik podoman...

Musik...!

Dang adongbe hadameon
diparsaripenta da amang
ikkon marbada do hita nian
asa dopak marsiberangan...



Alkisah...!

karena masih ingin hidup meskipun susah, maka dibentuk halak
Sipirok ini lah yang namanya , "Serikat Tolong Menolong". yang
menurut hemat penulis hampir sama artinya dengan, "Persatuan
orang-orang Susa Hidup". Dan ini menjadi sedikit terlihat jelas
ketika kita melihat daftar anggotanya yang pada umumnya bukanlah
anggota dewan, Abri, camat atau Buapati.

Dan akibatnya...!

"Sepakterjang Serikat Tolong Menolong inipun menjadi tidak hebat".
Namanya juga yang susa...! Yang ditolong susa yang menolong juga
susa. Bagaimana bentuk pertolongannya sih.

Dan mungkin jika ini kita tafsir dalam bahasa angkola hampir sama
dengan, "Ngolu-ngolu Hosa". Mangoludo, marhosado tai sada-sada itu
kata lainnya.

Dalam hubungannya dengan desa Anturmangan yang mana masyarakatnya
ingin agar jalan desanya dibangun, maka jelas mereka tidak punya
anggaran untuk membangun jalan apalagi jalan aspal atau aspal
beton yang memang membutuhkan anggaran yang besar.

"Bagaimana dengan penulis...?" bisa jadi anda berkata begitu dalam
hal membangun desa di Anturmangan. Terhadap hal ini penulis ingin
menjawab, "Bagimana mau kubilang, berapa memang yang dibutuhkan.
Cukup ngak 7.500 ribai rupiah . Kalau cukup biar dikirim..!".

Kalu tidak...!

Marilah rame-rame berteriak, "Tolonglah pak Bupati Tapsel atau
siapapun yang punya wewenang untuk membangun jalan Anturmangan
tersebut. Siapa lagi kalau bukan bapak...!". Begitupun kalau
duitnya adanya pak. Kalau tidak...! Masyarakat Anturmangan juga
harus tetap sabarlah, "Pola mehe namuli-muli tusi-i". Kalau
penulis tidak salah, "Parmarga Hutasuhut Anturmangan banyak juga
yang cukup pantas untuk dikatakan berhasil di tano parjalangan".

Apalagi Ipar/tulang....!

Mainkanla dulu sepukul, "Transperkan dulu dollar itu". Biar
dibangun huta hatubuan itu. Mengapa pula berharap sama Pemda
Tapsel kalau mereka tak bisa diharap, "Kecilla itu duitnya pemda
Tapsel itu...". Mainkan ipar...!

_______________________________________

Suka Duka Panggali Horsik Anturmangan
_______________________________________



Alagle...!

Kalau penulis ingat-ingat "Dukanya" buka main...!

- Malam itu hujan lagi besar yang dengan sendirinya aek godangpun
  mangodang. Maka pada saat ini para panggali horsik inipun mulai
  mulai menyiapkan diri sebelum pagi tiba.

- Dipikiran mereka horsik atau pasir tersebut sudah pasti banyak
  di sungai ditempat mana mereka biasa menggali.

- Karena memang tidak ada kesepakatan siapa pemilik horasik maka
  dengan sendirinya beradu cepat untuk sampai ke sungai tersebut
  dengan harapan agar beliau yang lebih banyak dapat pasirnya.

- Maka tak jarang jam 5 pagi mereka telah ada di sungai menggali
  horsik tersebut dengan sekop seadanya. Tentunya anda dapat
  bayangkan bagaimana dinginnya air sugai di Tapsel apa lagi
  dipagi hari.

- Mereka angkat dan kumpulkanlah pasir itu sedikit demi sedikit.
  Biasanya jam 9 pagi mereka berhenti karena sudah tak kuat pada
  dinginnya air sungai. Kulit tanganpun akan menjadi putih dengan
  muka yang sedikit pucat.

- Karena takut air sungai "Mangodang" lagi, maka mau tak mau
  pasir tersebut harus diangkat ketempat yang lebih tinggi (kebun
  penduduk setempat).

- Anda bayangkan, itu horsik belum kering "Masih maraek-aek" sudah
  di angkat dan beratnya bukan main (Setenga karung horsik nama
  raek = kurang lebih 4 belek eme).

- Maka tak jarang kulit pundakpun nyaris terkelupas. Kalau lombam
  atau marrara biasa itu. Belum lagi jalan yang harus dilalui
  tak jarang jalan tersebut berbatu cadas dan batu-batu licin.
  (Ingat...! Aek godang Tapsel selalu di toru/dijawa ada juga
  aek godang di ginjang)

- Pada masa lampau ada namnaya sigaret "Lovel", maka lovel inilah
  yang menyemangati para panggali horsik tersebut. Begitupun lovel
  ini cukup sering maraek di sakui karena kena aek ni horsik, maka
  lovel inipun kemudian dijemur dulu baru dihisap.

- Hasil galian pasir inipun kemudian di kumpullah di tanah kosong
  pinggir jalan desa Aturmangan tersebut untuk kemudian menunggu
  pembelinya datang.

- Nasib bagus, jika seminggu pasir tersebut telah terjual. Karena
  cukup sering berbulan-bulan belum laku juga, tapi mereka tetap
  sabar menuggu meski harus terpaksa marutang di kode kopi.

- Oya...! Pasir masa lampau umumnya dijual berdasarkan kubik yang
  mana alat ukurnya mereka bentuk dari papan segi empat yang bawah
  dan atasnya bolong (Tanah Jawa umumnya pasir dijual berdasarkan
  motor/mobil pengangkutnya/bukan alat ukur resmi RI tapi dipake
  orang).

___________________________________________________________

Hal lainnya mengenai Desa Anturmangan dalam hubungannya dengan
Wilayah budaya dan pembangunan di Sipirok
___________________________________________________________

- Cengkeh cukup banyak juga dihasilkan sekitar tahun 70-an dan
  80-an. Begitu juga kopi. Beberapa penduduknya juga ada yang
  memproduksi gula aren.

  Berikut video Pendukung :

- Jasa penduduk setempat juga cukup sering dibutuhkan orang-orang
  pasar Sipirok dan sekitarnya dalam berburu rusa di gn. Sibualbuali.

- Juga desa tersebut sebagai tempat persinggahan/maraso bagi para
  pencari kayu bakar masa lalu di Sipirok.

- Jembatan besi Anturmangan juga sering digunakan orang sebagai
  sarana uji nyali untuk di "Ite" yang memang besarnya setelapak
  kaki orang dewasa. (Sekarang sudah diganti).

- Jambatan Anturmangan
  namanakkok tu Purbatua
  nakkon simangan dua ari
  asalma rap hita nadua

  Dan masih ada 2 pantun lagi, tapi penulis telah lupa
  semunya menggunakan istilah Anturmangan.

  Hal lainnya ada juga umpasa dari Utara
  yang berhubungan dengan Anturmangan

- Di belakang desa Aturmangan itu (Dekat Aek Sagala) ada sebuah
  jurang yang mana penduduk setempat tak ada yang berani kesana.
  Dan kedalam jurang tersebut tak diketahui. Para orang tua
  bilang, "Jurang tersebut adalah tempat pembuangan orang-orang
  yang mati pada jaman penjahan Belanda?"

- Di desa Antur mangan itu ada juga namanya tekongan patah yang
  sangat berbahaya pada saat di lintasi. Motor atau mobil yang
  datang sering tidak terlihat karena terhalang oleh tebing dan
  kayu besar yang disebut "Lajo".

- Sepengetahuan penulis, lebih dari 7 X melihat motor atau mobil
  terjun kesawah dekat tikungan tersebut pada masa lampau disamping
  terjadi tabrakan. Dan jelas penolong utanya adalah masyarakat
  desa setempat (Bagus jika setiap saat ada rambu lalu lintas
  di tempat tersebut.

- Berikut video kejadian yang ahir-akhir ini terjadi disekitar
  desa tersebut yang direkam oleh Khairul Adiputra Srg (NBS) :

______________________________________________________

Sekilas Analisa video Musik dengan judul "Unang sai Jujuri, Sada 
dan Dang alani Parsirangan dari vokalis Romyana Sihotang"
______________________________________________________

Judul "Unang Sai Jujuri - Romyana Sihotang"

Jelas menyarakan khususnya pada para borutulang dimanapun berada,
apakah kalian  menyebutnya sebagai boru Hutasuhut atau boru Harahap
tidak jadi masalah. Dimata penulis kalian kadang terlalu berlebihan
dibidang "Bek-bek". Menjujuri kesalahan kadang tak dapat kalian
control.

Kiranya lagu ini dapat menjadi pengingat hingga holong kalian pada
siapapun yang menjadi adopannya dapat bertahan.

Judul "Sada - Romyana Sihotang"

"Hati kecil itu tak dapat mendustakan apa yang dilihatnya" itu yang
penulis ketahui menganai hati. Sayangnya hati kita ini kadang lebih
suka melihat kekurangan pasangan kita mungkin saja hal ini
dipengaruhi tipisnya keimanan.

Dan jika hal ini sudah sampai pada satu titik, maka meski bertahan
suatu keluarga, sesungguhnya sudah tidak terlalu bahagia. Jika
sebelumnya rasionalisasi berpikir suka kita pasangkan pada holong,
maka selanjutnya rasionalisasi berpikir itu akan dipasangkan dengan
keuntungan dan kerugian.

Kiranya lagu ini dapat menjadi pengingat, khsusnya bagi para
boru angin dimanapun berada, "untuk selalu pandai dan bijak
menjaga hati sang pasangan hidup".

Judul, "Dang Alani Parsirangani - Romyana Sihotang)

Sudah sifat manusia, "Penyesalan itu selalu datang belakangan".
Dan ketika penyesalan datang tak jarang pula tak berarti. Hati
sudah terlalu tertutup, hingga 100 kata maafpun tak punya
arti.

Kiranya lagu ini menjadi pengingat pula khususnya para boru
bon-bon dimanapun berada untuk selalu berusaha menghindari
terjadinya penyesalan.

Terlepas dari para boru-boru...!

"Kiranya anda pula yang telah mendapat jodoh dengan para boru
Hutasuhut atau boru Harahap menjadi orang-orang yang punya
holong saiyas ni roha, termasuk penulis". Amin...!
___________

Penutup :
___________

Demikian infonya para kawan...!

- Jika Ilmu Parsikolaam mau dimasukkan dalam masalah ini maka penulis
  ingin berkata, "Sentuhan hanyalah suatu stimuli untuk mendapat perhatian
  dari Pemda Tapsel mengenai desa Anturmangan.

- Perhatian saja tentu tak cukup dalam hidup ini, karena itu diperlukanlah
  pemahaman.

- Sesungguhnya pemahaman pun bukanlah hal yang penting jika belum
  berpengaruh pada sikap.

- Sementara sikap, bisa saja "Setuju dan tidak setuju" pada pembangunan
  desa Anturmangan dari Pemda Tapsel dengan macam alasan.

- Jika sikap setuju-pun yang jadi pilihan Pemda Tapsel, "Sesugguhnyalah
  bukan hasil".

- Hasil adalah perbuatan, hasil adalah tindakan, hasil adalah paturun di
  Anturmangan semeni. hasil adalah parserakkon hamu batui so ta aspal.
  Hasil adalah pakkur sabola kiri dohot kanan baen bondarna, yang semuanya
  kalau dikerjakan akan mengeluarkan karingat, "Keringat karejo dan bukan
  karingat berpikir sangape karingat pidato".

- Sitimuli - Perhatian - Pemaham - Sikap adalah suatu proses panjang yang
  pada umumnya harus diterima oleh desa-desa di Sipirok tak terkecuali desa
  luat harangannya dan Anturmangannya untuk sampai pada "Tindakan pembangunan".

- Sementara sifat "Sabar menunggu" sesuatu yang harus dilaksanakan
  masyarakat hingga kadang "Nyawa tak lagi di badan" dan "Pembangunan
  itupun tak lagi ternikmati".

Majulah desa Anturmangan bersama generasi penerusnya bersama naposo
nauli bulungnnya, bunga desanya, meski kaki kalian harus terluka oleh
tajamnya batu-batu cadas jalan kampung kalian yang mungkin tak pernah
menjadi perhatian menjadi hitungan oleh pemerintah daerah Tapsel.

Para kawan...! Naposo nauli bulung...!
Bunga desa...! Boru Tulang...!

Selamat borngin...! Horas dihamu...!
Marende hita...!



____________________________________________________________________________
Cat :
http://sardiohat.blogspot.com/2009/05/dolok-saut-salah-satu-cagar-alam-di.html
Kadang penulis merasa, "Pemerintah Daerah" itu tak obahnya seperti
orang tua tempat kita minta hepeng. "Cukup sering mereka bilang tak
ada, tapi ketika sedikit memaksa maka menjadi ada".
Nanggo botulda...!

Link Affiliasi: http://ngeklik.com/?id=parlin72


No comments:

Post a Comment