Tuesday, May 5, 2015

Al Qur'an dalam Terjemahan Bahasa Batak Angkola

Al Qur'an dalam Terjemahan Bahasa Batak Angkola
#SELAMAT MALAM PARA KAUM MUSLIMIN MUSLIMAT#
(Menyimak info lewat pengulangan kaji seputar Al Qur'an serta
melihat peluangnya untuk diterjemahkan dalam bahasa
Batak Angkola / Bahasa Daerah)
________________________________________________________________











__________________

Kata Pengantar
__________________

Assalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...!

"Au marlindung tu Allah Swt sian godaan ni setan natar kutuk
Dohot mandokkon goar ni Allah Swt napade dohot
namanghaholongi"

Adalah gambaran terjemahan Bahasa bataj Angkola dari
kalimat Bahasa Arab yang berbunyi Auzu'billahiminashaitonirrazim,
bismillahirrahmanirrahim.

Para kaum muslimin muslimat sekalian khususnya para ummat
muslim tanah Batak Angkola...!

Pernahkah terpikir sama saudara/i bagaimana jika "Qur'an di
terjemahkan dalam Bhasa Batak Angkola...?"

Penulis yakin...!

Untuk banyak orang Tanah Batak Angkola tidak pernah terpikir,
dan untuk sedikit orang pernah terpikir. Mengapa begitu...?

Bisa jadi pertanyaan yang timbul kemudian setelah ditanyakan
untuk kemudian di jawab, yah karena begitulah...!

Para kaum muslimin muslimat dimanapun berada...!

Berikut info seputar "Seluk Beluk Al Qur'an" dan sedikit analisa
penulis blog tentang "Peluang di terjemahkannya Al Qur'an dalam
Bahasa batak Angkola".

Peluang ini tetu sangat penting sebagai peneguhan hati untuk
menerjemahkannya atau tidak menerjemahkannya (Tergantung
tarikan kesimpulan-pen)

Selamat menyimak...!
_______________________________

Al Qur'an dan seluk beluknya
_______________________________

* Asal Usul Kata (Eimologi)

Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur'an berasal dari bahasa
Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang".
Kata Al-Qur'an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja
qara'a yang artinya membaca.

Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat
Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:

"Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur'an (di dalam dadamu) dan (menetapkan)
bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,)
jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya".
(Al-Qiyamah 75:17-18)

* Pengertian (Terminologi)

Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut: "Kalam
Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W
dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya
termasuk ibadah".

Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai
berikut: "Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya,
diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W penutup para nabi dan rasul,
dengan perantaraan Malaikat Jibril dan ditulis pada mushaf-mushaf
yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca
dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat
Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"

Dengan definisi tersebut di atas sebagaimana dipercayai Muslim, firman
Allah yang diturunkan kepada Nabi selain Nabi Muhammad S.A.W, tidak
dinamakan Al-Qur'an seperti Kitab Taurat yang diturunkan kepada umat
Nabi Musa atau Kitab Injil yang diturunkan kepada umat Nabi Isa.

Demikian pula firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W
yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi,
tidak termasuk Al-Qur'an.

* Nama-nama lain Al-Qur'an

Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama
lain yang digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri.
Berikut adalah nama-nama tersebut dan ayat yang mencantumkannya:

Al-Kitab (Buku)
Al-Furqan (Pembeda benar salah)
Adz-Dzikr (Pemberi peringatan)
Al-Mau'idhah (Pelajaran/nasihat)
Al-Hukm (Peraturan/hukum)
Al-Hikmah (Kebijaksanaan)
Asy-Syifa' (Obat/penyembuh)
Al-Huda (Petunjuk)[6][10][11]
At-Tanzil (Yang diturunkan)
Ar-Rahmat (Karunia)
Ar-Ruh (Ruh)[14]
Al-Bayan (Penerang)
Al-Kalam (Ucapan/firman)
Al-Busyra (Kabar gembira)
An-Nur (Cahaya)
Al-Basha'ir (Pedoman)
Al-Balagh (Penyampaian/kabar)
Al-Qaul (Perkataan/ucapan)

* Struktur dan pembagian Al-Qur'an

Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat)
dan 6236 ayat. Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana
surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang
terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar, An-Nasr dan
Al-'A?r. Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas subbagian lagi
yang disebut ruku' yang membahas tema atau topik tertentu.

* Makkiyah dan Madaniyah

Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas
surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah).
Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat
tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah S.A.W
hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya
tergolong surat Madaniyah.

Surat yang turun di Makkah pada umumnya suratnya pendek-pendek,
menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan
kepada manusia. Sedangkan yang turun di Madinah pada umumnya suratnya
panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan
seseorang dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari'ah).

Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah hijrah ini lebih tepat,
sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.

* Juz dan manzil










Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian
dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini
untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an
dalam 30 hari (satu bulan).

Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian
dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu).
Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian
subyek bahasan tertentu.

* Menurut ukuran surat

Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada di
dalam Al-Qur'an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:

1. As Sab'uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah,
   Ali Imran, An-Nisaa', Al-A'raaf, Al-An'aam, Al Maa-idah dan Yunus

2. Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya

3. Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti
   Al-Anfaal, Al-Hijr dan sebagainya

4. Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha,
   Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya

* Sejarah Al-Qur'an hingga berbentuk mushaf
























Ket :
Manuskrip dari Al-Andalus abad ke-12.

Al-Qur'an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah
dengan secara adil, objektif dan tidak memihak. Dengan demikian
tradisi sains Islam sepenuhnya mengambil inspirasi dari Al-Qur'an,
sehingga umat Muslim mampu membuat sistematika penulisan sejarah
yang lebih mendekati landasan penanggalan astronomis.

* Penurunan Al-Qur'an

Al-Qur'an tidak turun sekaligus, ayat-ayat al-Qur'an turun secara
berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi
masa turunnya ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan
periode Madinah.

Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa
kenabian Rasulullah S.A.W dan surat-surat yang turun pada waktu ini
tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai
sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang
turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.

Ilmu Al-Qur'an yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-
sebab suatu atau beberapa ayat al-Qur'an diturunkan disebut Asbabun
Nuzul (Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat).

* Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannya























Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) ayat-ayat al-Qur'an sudah
dimulai sejak zaman Nabi Muhammad. Kemudian transformasinya menjadi
teks yang sudah dibundel menjadi satu seperti yang dijumpai saat ini,
telah dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.

* Masa Nabi Muhammad

Pada masa ketika Nabi Muhammad masih hidup, terdapat beberapa orang
yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin
Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab.

Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak
diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah
kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana,
potongan tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga
sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah
wahyu diturunkan.

* Masa Khulafaur Rasyidin

1. Pemerintahan Abu Bakar

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam
perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya
beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin
Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas
meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an
yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas
memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksanaan tugas
tersebut.

Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi
dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar
menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut
berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf
dipegang oleh anaknya yakni Hafshah yang juga istri Nabi Muhammad.

2. Pemerintahan Utsman bin Affan

Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat
keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan
oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari
daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga
ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin
mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan
yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara
penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini.

Bersamaan dengan standardisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda
dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar).

Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya
perselisihan di antara umat Islam pada masa depan dalam penulisan
dan pembacaan Al-Qur'an.

Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan
sanad yang shahih:

"Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang
baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai
mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata,
'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita
bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari
qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata,
'Bagaimana pendapatmu?'

Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf,
sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata,
'Pendapatmu sangat baik'." Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan
dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa
apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat.

Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk
meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil
Zaid bin Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah
bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin
Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf,
dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut,
hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam
dialek bahasa mereka.

Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia
mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman,
Bahrain, Bashrah, Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah
(mushaf al-Imam).

* Maziyyah Al Quran

Keasliannya terjamin
Daya tariknya untuk dihafalkan dan dibaca

* Kebenarannya siap uji

1. Air susu ibu

Sejak perang dunia ke II para ahli kesehatan bayi memopulerkan temuan
adanya unsur yang sangat berguna untuk pertumbuhan bayi pada ASI.
Di samping itu, ASI mengandung berbagai unsur penangkal bermacam-macam
penyakit, dan bagi ibu-ibu yang ingin menyempurnakan dan kesehatan
bayinya dianjurkan untuk menyusuinya selama 2 tahun penuh.

Hal ini telah terdapat di Surat Al Baqarah (Sapi Betina), 2:233
(terjemah bebasnya: para ibu hendaklah menyusui anaknya selama
dua tahun, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya).

2. Pemidanaan sesorang

Anselm Von Feuerbach (lk. 1800 M)[1] ahli hukum yang ditokohkan
sebagai perintis ilmu hukum khususnya mengenai pemidanaan seseorang,
setelah melakukan sesuatu yang lama akhirnya dapat menyusun formula
asas tentang pemidanaan sesorang. Tujuan penyusunan formula ini
untuk menghindari tindakan sewenang-wenang penguasa.

Formulanya sebagai berikut :
"Tidak ada hukuman jika tidak ada undang-undang,
tidak ada hukuman jika tidak ada kejahatan,
tidak ada kejahatan jika tidak ada hukuman berdasaran undang-undang"

Formula ini umunya menjadi dasar undang-undang hukum pidana negara-
negara di dunia ini yang dijabarkan sesuai dengan kondisi masing-masing.

Bandingkan formula asas tersebur dengan pernyataan Al Quran surat
Al-Isra' (Memperjalankan di Malam Hari), 17:15 yang artinya :

"Dan seseorang yang berdosa (bersalah) tidak dapat memikul dosa
(kesalahan) orang lain, dan Kami (Allah) tidak akan mengazab
(memidana) suatu kaum sebelum kami mengutus seorang rasul kepadanya" 

* Upaya penerjemahan dan penafsiran Al Qur'an

Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah
menghasilkan proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih
dalam, mengupas makna) dalam berbagai bahasa.

Namun hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan
bukan usaha untuk  menduplikasi atau menggantikan teks yang asli
dalam bahasa Arab.

Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan
Al-Qur'an itu sendiri.

* Terjemahan

Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal
teks Al-Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih
jauh. Terjemahan secara literal tidak boleh dianggap sebagai arti
sesungguhnya dari Al-Qur'an. Sebab Al-Qur'an menggunakan suatu lafazh
dengan berbagai gaya dan untuk suatu maksud yang bervariasi; kadang-
kadang untuk arti hakiki, kadang-kadang pula untuk arti majazi
(kiasan) atau arti dan maksud lainnya.

* Terjemahan dalam bahasa Indonesia di antaranya dilaksanakan oleh:

Al-Qur'an dan Terjemahannya, oleh Departemen Agama Republik Indonesia,
ada dua edisi revisi, yaitu tahun 1989 dan 2002

Terjemah Al-Qur'an, oleh Prof. Mahmud Yunus
An-Nur, oleh Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Siddieqy
Al-Furqan, oleh A. Hassan guru Persatuan Islam
Al-Qur'anu'l-Karim Bacaan Mulia, oleh Hans Bague Jassin

* Terjemahan dalam bahasa Inggris antara lain:

The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary, oleh Abdullah Yusuf Ali
The Meaning of the Holy Qur'an, oleh Marmaduke Pickthall

* Terjemahan dalam bahasa daerah Indonesia di
  antaranya dilaksanakan oleh:

























Qur'an Kejawen (bahasa Jawa), oleh Kemajuan Islam Jogyakarta
Qur'an Suadawiah (bahasa Sunda)
Qur'an bahasa Sunda oleh K.H. Qomaruddien
Al-Ibriz (bahasa Jawa), oleh K. Bisyri Mustafa Rembang
Al-Qur'an Suci Basa Jawi (bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R. Muhamad Adnan
Al-Amin (bahasa Sunda)
Terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Bugis (huruf lontara), oleh
KH Abdul Muin Yusuf (Pimpinan Pondok Pesantren Al-Urwatul Wutsqaa
Benteng Sidrap Sulsel)

* Tafsir

Upaya penafsiran Al-Qur'an telah berkembang sejak zaman hidupnya
Nabi Muhammad, saat itu para sahabat tinggal menanyakan kepada sang
Nabi jika memerlukan penjelasan atas ayat tertentu.

Kemudian setelah wafatnya Nabi Muhammad hingga saat ini usaha
menggali lebih dalam ayat-ayat Al-Qur'an terus berlanjut.

Pendekatan (metodologi) yang digunakan juga beragam, mulai dari
metode analitik, tematik, hingga perbandingan antar ayat.

Corak yang dihasilkan juga beragam, terdapat tafsir dengan corak
sastra-bahasa, sastra-budaya, filsafat dan teologis bahkan corak
ilmiah.

* Adab terhadap Al-Qur'an
























Ada dua pendapat mengenai hukum menyentuh Al-Qur'an terhadap
seseorang yang sedang junub, perempuan haid dan nifas.

Pendapat pertama mengatakan bahwa jika seseorang sedang mengalami
kondisi tersebut tidak boleh menyentuh Al-Qur'an sebelum bersuci.
Sedangkan pendapat kedua mengatakan boleh dan sah saja untuk
menyentuh Al-Qur'an, karena tidak ada dalil yang menguatkannya.

“Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia,
pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya
kecuali orang-orang yang disucikan. (Al-Waqiah 56:77-79)

- Pendapat pertama

Pendapat kelompok pertama meyakini seseorang diharuskan berwudhu
sebelum menyentuh sebuah mushaf Al-Qur'an. Hal ini berdasarkan
tradisi dan interpretasi secara literal dari surat Al Waaqi'ah
diatas. Penghormatan terhadap teks tertulis Al-Qur'an adalah salah
satu unsur penting kepercayaan bagi sebagian besar Muslim.

Mereka memercayai bahwa penghinaan secara sengaja terhadap Al Qur'an
adalah sebuah bentuk penghinaan serius terhadap sesuatu yang suci.
Berdasarkan hukum pada beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim,
hukuman untuk hal ini dapat berupa penjara kurungan dalam waktu
yang lama dan bahkan ada yang menerapkan hukuman mati.

- Pendapat kedua

Pendapat kedua mengatakan bahwa yang dimaksud oleh surat Al Waaqi'ah
di atas ialah: "Tidak ada yang dapat menyentuh Al-Qur'an yang ada di
Lauhul Mahfudz sebagaimana ditegaskan oleh ayat yang sebelumnya
(ayat 78) kecuali para Malaikat yang telah disucikan oleh Allah."

Pendapat ini adalah tafsir dari Ibnu Abbas dan lain-lain sebagaimana
telah diterangkan oleh Al-Hafidzh Ibnu Katsir di tafsirnya. Bukanlah
yang dimaksud bahwa tidak boleh menyentuh atau memegang Al-Qur'an
kecuali orang yang bersih dari hadats besar dan hadats kecil.

Pendapat kedua ini menyatakan bahwa jikalau memang benar demikian
maksudnya tentang firman Allah di atas, maka artinya akan menjadi:

Tidak ada yang menyentuh Al-Qur'an kecuali mereka yang suci (bersih),
yakni dengan bentuk faa'il (subyek/pelaku) bukan maf'ul (obyek).
Kenyataannya Allah berfirman: "Tidak ada yang menyentuhnya (Al-Qur'an)
kecuali mereka yang telah disucikan", yakni dengan bentuk maf'ul
(obyek) bukan sebagai faa'il (subyek).

"Tidak ada yang menyentuh Al-Qur'an kecuali orang yang suci.
"Yang dimaksud oleh hadits di atas ialah: Tidak ada yang menyentuh
Al-Qur'an kecuali orang mu'min, karena orang mu'min itu suci tidak
najis sebagaimana sabda Muhammad. "Sesungguhnya orang mu'min itu
tidak najis".

* Hubungan dengan kitab-kitab lain

Berkaitan dengan adanya kitab-kitab yang dipercayai diturunkan kepada
nabi-nabi sebelum Muhammad S.A.W dalam agama Islam (Taurat, Zabur,
Injil, lembaran Ibrahim), Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan
posisinya terhadap kitab-kitab tersebut.

Berikut adalah pernyataan Al-Qur'an yang tentunya menjadi doktrin
bagi ummat Islam mengenai hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab
tersebut:

Bahwa Al-Qur'an menuntut kepercayaan ummat Islam terhadap
eksistensi kitab-kitab tersebut.

Bahwa Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan batu ujian
(verifikator) bagi kitab-kitab sebelumnya.

Bahwa Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan
pendapat antara ummat-ummat rasul yang berbeda.

Bahwa Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-
cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa
bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut.

Cerita tersebut pada beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang
terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh Yahudi dan Kristen.
__________________________________________________________

Analisa Sekilas Al Qur'an dalam terjemahan Bahasa Batak Angkola
__________________________________________________________






















Bab 1 : Pendahuluan

* Pemahaman awal

Pemikiran ini adalah pemikiran pribadi penulis blog yang terispirasi
dari adanya uraian ditas yang menerjemahkan Qur'an dalam Bahasa Daerah
Jawa, Sunda dan Bugis.

Juga penulis ketahui, bahwa Al Qur'an diterjemahkan juga dalam berbagai
macam bahasa di dunia ini.

* Tujuan Analisa :

Memberikan masukan pada para Tokoh-tokoh Agama Islam, para Ustat atau
kiyai Tanah Batak Angkola tentang kemungkinannya Al Qur'an diterjemahkan
dalam Bahasa Batak Angkola

* Rumusan Masalahnya :

"Sejauh mana peluangnya jika Al Qur'an di terjemahkan
dalam Bahasa Batak Angkola"

Bab 2 : Isi

* Manfaat Al Qur'an di terjemahkan dalam Bahasa Batak Angkola

Menurut hemat penulis hal-hal dibawah ini akan menjadi manfaatnya :

1. Al Qur'an akan lebih mudah dipahami

   Begitulah bahasa tercipta, yang secara umum dapat di bagi 3 yaitu
   Bahasa Internasional, Bahasa Nasional dan Bahasa Daerah.

   Dapat di pastikan hampir semua orang yang lahir dan besar di daerah-nya
   mengerti dan paham akan bahasa Daerahnya. Sedangkan Bahasa Nasinalnnya
   hanya untuk sebagian orang yang dapat paham benar dan untuk Bahasa
   Internasionalnya, justru hanya orang-orang tertentu.

   Dengan demkian Bahasa Daerah dimanpun di Nusantara ini akan lebih
   mudah dipahaminya dibandingkan bahasa Nasional dan Internasional.

2. Al Qur'an akan lebih di cintai (meningkatan cinta)

   Sudah menjadi hukum alam, "Apapun yang berbau-bau kedaerahan akan
   lebih disukai orang daerah tersebut, karena dalam kedaerah tergambar
   kedekatan pula.

3. Terjemahan Al Qur'an akan lebih di ingat

Dengan tanpa perlu lagi memperdalam apa itu ingatan, sepertinya kita
semua sepakat, kejadian-kejadian yang berbau kedaerahan akan lebih
mudah di ingat daripada yang sebaliknya. Hal ini bisa jadi disebabkan
"Stimuli/perangsang" dari kejadian tersebut lebih tinggi.

* Kelemahan Al Qur'an di terjemahkan dalam Bahasa Batak Angkola

1. Perbedaharaan kata yang tidak lengkap

Menurut hemat penulis, perbendaharaan kata Bahasa Batak Angkola tidaklah
selengkap Bahasa Batak Toba. Dan kita semua tahu alasannya. Bhakan beberapa
kata masih tetap sama dengan Bahasa Batak Toba. Dan ini wajar karena dari
Bahasa Batak Tobalah bahasa Batak Angkola itu ada.

Hanya sanya dalam perjalanannya banyak dipengaruhi oleh bahasa Melayu
dan bahasa Sumatra barat / Padang. Bahkan Bahasa Batak Mandailing juga
punya pengaruh.

Karena itu...!

Akan sangat susah jika Al Qur'an diterjemahkan murni dalam Bahasa Batak
Angkola. Tapi punya peluang yang lebih besar jika diterjemahkan dalam
Bahasa Batak Toba.

2. Perlu orang yang benar-benar ahli dalam tata bahasa Bahasa
   Batak Angkola

Jelas...! Ini menjadi sangat penting karena Qur'an ini akan digunakan
oleh orang banyak, karena itu perlu orang yang benar-benar ahli dalam
tata bahasa.

3. Yang serius bisa terasa lucu

Karena tidak semua kata dalam bahasa Batak Angkola ditafsir dalam arti
denotatif, tapi juga konotatif maka besar kemungkinan terjemahan-terjemahan
tertentu bisa memberi kesan lucu padahal serius.

4. Bahasa Daerah Angkola yang terlupakan

Dari informasi yang penulis dengar, bahwa bahasa daerah Angkola tidak
lagi merupakan hal yang pokok, atau mungkin menjadi pilihan di sekolah-
sekolah Negri di Tanah Batak Angkola.

Karena itu, meskipun bisa diterjemahkan dalam Bahasa Batak Angkola
tetap berpeluang besar untuk susah dipahami para orang-orang daerah.

5. Tidak ada Ahli Bahasa Batak Angkola

Sepengetahuan penulis tidak ada seorangpun orang Batak Angkola yang
telah mendapat pengakuan secara resmi khsusnya oleh lembaga pmerintahan
yang mengatakan seseorang adalah ahli Bahasa Batak Angkola.

Ahli bahasa ini, umumnya hanya diketahui dari acara-acara adat yang
mana orientasi bahasanya lebih mengarah pada kondisi tanah batak
masa lampau dan bukan pada kondisi masa sekarang (Bahasa Sehari-hari)

6. Penggunaan kata "Ho" memberi kesan kurang etis

Ho dalam bahasa batak artinya Engkau atau kamu. Kata ini jarang
di gunakan karena memberi kesan kasar. Sedangkan dalam terjemahan
kadang kata ini lebih pantas dipakai.

Bab 2 : Relaisasi dalam terjemahan 

* Al Fatiha dalam Bahasa Arab

1:1 بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيمِ

1:2 الْØ­َÙ…ْدُ Ù„ِÙ„َّÙ‡ِ رَبِّ الْعَالَÙ…ِينَ

1:3 الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيمِ

1:4 Ù…َالِÙƒِ ÙŠَÙˆْÙ…ِ الدِّينِ

1:5 Ø¥ِÙŠَّاكَ Ù†َعْبُدُ ÙˆَØ¥ِÙŠَّاكَ Ù†َسْتَعِينُ

1:6 اهْدِÙ†َا الصِّرَاطَ الْÙ…ُسْتَÙ‚ِيمَ

1:7 صِرَاطَ الَّØ°ِينَ Ø£َÙ†ْعَÙ…ْتَ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِÙ…ْ غَÙŠْرِ الْÙ…َغْضُوبِ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِÙ…ْ ÙˆَÙ„َا الضَّالِّينَ

~ Alihaksara-nya dalam Bahasa Latin ~

Bismillaahirrohmaanirrohiimi

Al-hamdu lillahi rabbil'alamina
Arrahmaanirrohiimi
Maaliki yaumiddiini
Iyyaaka na’budu wa-iyyaaka nasta'iinu
Ihdinaasy syiroothol mustaqiima
Syiroothol ladziina an ’amta ’alaihim ghoiril maghdhuubi ’alaihim
walaadh dhoolliina

~ Terjemahan Bahasa indonesia

1. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
2. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
3. Yang menguasai hari pembalasan
4. Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada
Engkaulah kami  memohon pertolongan
5. Tunjukanlah kami jalan yang lurus,
6. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau anugrahkan
nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

* Terjemaham Bahasa Jawa (Jawanipun)

Kanthi nyebat asma Allah Ingkang Maha Mirah tur Ingkang Maha Asih.
Sedaya puji punika kagunganipun Allah ingkang mangèrani alam saisinipun
Ingkang Maha Welas lan ugi Ingkang Maha Asih
Ingkang nguwasani ing dinten piwales
Namung dhumateng Paduka kawula manembah, lan namung dhumateng
Paduka kawula nyuwun pitulungan

Dhuh Allah, mugi nedahaken margi ingkang leres dhumateng kawula
(Inggih punika) marginipun para tiyang ingkang Paduka sami paringi
nikmat sanès marginipun tiyang ingkang Panjenengan paringi bendu
lan tiyang ingkang sami kesasar.
http://wikisource.org/wiki/Jv/Al-Quran/Al_Faatihah

* Terjemahan Bahasa Bugis

1. Nasa ba' asengna Puang Allah Ta'ala iyya mesero mabbere na masero makkamase.

2. Idi'mi Puang Onrong sininna rampe rampe madeceng (akkasiwiangnge)

3. Puang Masero Pamasei na Masero Mabbere

4. Puang makkatenniwi Esso Ri Monri (Esso Pamale')

5. Idi'mi Puang Ri Sompa na Idi'mi U wonroi mellau Tulung

6. E' Puang, Jellokengnga' Laleng MalempuE

http://batangsadong.blogspot.com/2011/05/terjemahan-surah-al-fatihah-dalam.html

* Terjemahan Bahasa Sunda 

Kalayan nyebat jenengan Alloh, nu Maha welas, tur Maha asih.
Sadaya puji kagungan Alloh, nu nyiptakeun murbening /sadaya alam.
Nu Maha welas, tur Maha asih.
Nu ngawasaan poé wawalesan.
Mung ka Anjeun kami kumawula sarta mung ka Anjeun kami neda pitulung.
Mugi Nuduhkeun Salira ka abdi Sadaya kana jalan nu lempeng.

Nyaéta jalan jalma-jalma anu ku Anjeun atos dipaparkeun nikmat
ka maranéhna, sanes maranéhna nu dibendu sareng nu sasab.
http://wikisource.org/wiki/Qur%27an_%28tarjamah_Sunda%29

* Terjemahan Bahasa Batak Angkola (Penulis)

1. Sude puji tu Allah, Tuhan dohot portibion

2. Napaling pade dohot napaling holong

3. Namanguasoi ari nagot ro on

4. Homin tuHo do hai manyomba dohot
    homin tu ho do hai mangido tolong

5. Paboa ma tuhai dalan na tigor

6. Ima dalan ni halak-halak naung di lehenMu anugrah sangape
    nikmat, inda dalan ni halak na di siariMu dohot halak nasesat
























Ket :
- Qur'an di tertjemahkon tu Bahasa Batak Angkola inda sarupo
  artina dohot "Hata-hata ni Qur'an di gotti dohot hata Angkola".

- Hata-hata ni Qur'an inda bisa di gotti.

Bab 4 : Analisa Sekilas

Bab 5 : Penutup Analisa Sekilas (Kesimpulan dan Saran)

* Kesimpulan :

Adalah hal yang sangat susah untuk menerjemahkan Al Qur'an dalam
Bahasa Batak Angkola mengingat :

1. Faktor penghambat dalam tata bahasa Batak Angkola
2. Besarnya pengaruh bahasa lainnya pada Bahasa batak Angkola

Meski demikian dalam bentuk data Kwantitatif/gambaran/penjelasan
maka "Menerjemahkan Al Qur'an dalam Bahasa batak Angkola
sesuai dengan penjelasan penulis di atas adalah hal yang bisa saja
dilakukan".

Karena analisa sekilas ini ingin menjawab, "Sejauh mana peluang
Al Qur'an untuk diterjemahkan dalam Bahasa batak Angkola dalam
bentuk data kualitatif (%)...?"

Maka penulis ingin menjawab lewat kesimpulan sementara :

"Peluang Al Qur'an untuk dapat deterjemahkan dalam
bahasa Batak Angkola sebesar 75 %".























* Saran

Karena kurangnya 25 % lagi untuk dapat diterjemahkan ke dalam
bahasa Batak Angkola dan mungkin pada saat ini belum dapat di
penuhi, maka penulis berharap kiranya para putra-putri Angkola
khsusnya yang menimba Ilmu di Pesatren-pesantren Tanah Batak
Angkola dapat memenuhi-nya suatu saat, Entah kapan-pun
jadilah.

Cobalah untuk memulainya dan mempelajarinya hingga
tiba saatnya 100 % itu tercapai untuk kemudian berkata
dan bertindak :

"Setelah Al Qur'an diterjemehkan dalam Bahasa Jawa, Sunda dan
Bugis, maka saatnya Al Qur'an di terjemahkan dalam bahasa
Batak Angkola'.

Amin ya rabbal Alamin...!
____________

Penutup
____________

Demikian infonya para kaum muslimin muslimat sekalian.
kiranya info sekitar Al Qur'an dapat mengingatkan kembali
bagi yang lupa atau menguatkan kembali bagi yang lupa-lupa
ingat.

...dan...

Semoga info mengenai "Peluang Bahasa bartak Angkola dalam
menerjemahkan Al Qur'an" menjadi masukan bagi para ummat
muslim khsusnya bagi mereka yang berhubungan dengan
pesatren-pesantren tanah Angkola.

Wassalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...!

___________________________________________________________
Cat :



No comments:

Post a Comment