#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar Daun Payung atau Sikkut dalam Bahasa
Batak Angkola)
________________________________________________________________
_________________
Kata Pengantar
_________________
Menurut hemat penulis, "Salah satu kelemahan bahasa di dunia ini,
adalah adanya ketidak samaan bahasa disetiap suku, daerah atau'
bahkan negara".
Kelemahan ini sangat tercermin, "Dari nama-nama yang digunakan
oleh banyak suku atau daerah pada suatu benda atau tumbuhan".
Dan akibatnya...!
Cukup sering orang menjadi tidak memahami suatu persoalan yang
sesungguhnya di pahami-nya.
Istilah "Daun Payung" misalnya, bisa jadi akan membuat orang
batak "Pusing 7 keliling" memikirkannya. Apa itu daun payung,
apakah bentuknya seperti payung, apakah dapat digunakan sebagai
alat mendayung atau apakah daun payung ini ada di Langga payung,
(Nama suatu daerah di tanah Batak) dan lain sebainya.
Ehem...!
Tentu akan menjadi sangat mudah dipahami ketika kita mengatakan
"Sikkut". yah...sikkut, yang mungkin semua orang batak dapat
bercerita berjam-jam tentang sikkut ini.
Para kawan diman-pun berada...!
Berikut info tentang "Daun Payung" ini yang dalam istilah Batak
di sebut "Sikkut".
Selamat menyimak...!
________________________________________________
Sekilas info tentang Daun Payung secara Umum
________________________________________________
* Pemahaman Umum
Daun payung, daun sang, dan salo (Johannesteijsmannia altifrons)
adalah sejenis palem yang memunyai daun yang besar, lebar, dan
relatif kuat.
Di pedalaman Semenanjung Malaya dan Sarawak, ia dipergunakan sebagai
atap. Oleh karena itu, pihak LIPI -dalam buku Palem Indonesia, yang
ditulis S. Sastrapradja dkk. (1981)- tumbuhan ini dinamakan daun
payung.
Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan nama sang gajah, sang
minyak (Sumut), daun sang (Sumatera), dan daun salo (Mly. R.).
Daun raksasa adalah salah satu tanaman di Indonesia tepatnya di
Sumatera Utara. Tanaman ini dapat ditemukan daerah Aras Napal
dekat dengan Taman Nasional Gunung Leuser.
Daun raksasa termasuk dalam jenis tanaman palem. Masyarakat
setempat juga sering menyebutnya dengan istilah daun sang.
Nama ilmiah daun raksasa adalah Johannestijsmania altifrons.
Jenis ini merupakan salah satu dari empat anggota genus
Johannestijsmania.
Tanaman ini masuk ke dalam keluarga pinang-pingangan atau disebut
palem. Beberapa negara memiliki sebutan berbeda untuk daun raksasa
ini yaitu daun payung sal untuk Malaysia, bang soon untuk Thailand,
dan di negara Inggris menyebutnya dengan umbrella leaf palm.
Nama ilmiah dari daun raksasa diambil dari nama Profesor Teijsman
atau Elias Teymann Johannes. Profesor tersebut ialah seorang ahli
botani Belanda yang pertama kali menemukan genus yang unik dari
tanaman di pedalaman Sumatera tersebut. Tanaman daun raksasa
ditemukan pada awal abad ke-19 .
* Karakteristik
Daun payung adalah tanaman yang tumbuh tunggal. Nama daun raksasa
diambil dari ukuran daun tanaman tersebut yang sangat besar.
Panjang daun raksasa antara 3 sampai 6 meter dnegan lebar satu meter.
Jika dilihat dari jauh, tanaman ini nampak tidak berbatang. Tajuknya
terdiri atas 20-30 daunan. Panjang daunnya 2,5 m dengan tepi yang
keras dan berduri.
Bercuping kecil dan berpangkal dengan urat ke pokok daun. Warna
daun raksasa hijau dengan tepi daun bergerigi. Tekstur daun raksasa
sangat kuat dan permukaannya mengkilat seperti daun kelapa.
Bentuk daun raksasa meruncing diujung dan pangkal daun serta melebar
dibagian tengan daun. Perbungaannya berbentuk malai, terletak di
ketiak daun, bentuknya tegak.
Pangkalnya berbentuk seludang, berukuran 40 × 20 cm. Brakteanya berjumlah
5-6, melanset, berukuran 10-20 cm. Bunganya putih, lunak, panjangnya
5 mm, berukuran 4 × 2 mm. Buahnya kasar, dengan permukaan kasar. Garis
tengahnya 4 cm, ditutupi benjolan gabus yang berbentuk kerucut.
Tanaman daun raksasa tidak tahan apabila terletak di bawah matahari
langsung, oleh karena itu tanaman ini sering ditemukan tumbuh di
antara pepohonan yang lebat.
Tanaman yang termasuk jenis palem ini, tumbuh berkelompok membentuk
rumpun. Meskipun memiliki biji, tumbuhan ini lebih sering berkembang
biak menggunakan tunas karena kulit bijinya ditutup oleh kulit yang
tebal dan keras.
Tanaman daun raksasa yang masih baru akan tumbuh menyembul dari dalam
tanah. Keberadaan tanaman raksasa saat ini sudah semakin berkurang
karena banyak kebakaran hutan sehingga pohon tempat berlindung
tanaman ini juga berkurang. Akar tumbuhan daun raksasan berjenis
akar serabut seperti tumbuhan palem lainnya.
* Manfaat
Daun raksasa untuk membuat dinding dan atap gubuk
Daunya yang tebal dan kuat sering dimanfaatkan oleh warga untuk membuat
atap dan dinding rumah. Daun raksasa mampu menahan air hujan dalam
jangka waktu yang lama.
Sampai sekarang masih ada masyarakat di daerah Besitang dan Langkat
yang masih menggunakan daun raksasa untuk membuat rumah atau gubug
di ladang.
Daun raksasa, di negara Thailand bahkan ada yang menggunakannya untuk
atap sebuah sekolah ramah lingkungan Sering pula dijadikan sebagai
payung darurat serupa daun pisang karena lebar daunnya.
Perawakan tanaman ini indah, apalagi daunnya; mungkin, dapat juga
dijadikan tanaman hias. Pernah tanaman ini hendak diujicobakan
sebagai tanaman hias, tapi kurang begitu berhasil karena mungkin
akarnya yang bekerjasama dengan jamur mikrorrhiza, yang bisa
ditemui di tempat asalnya.
Sebenarnya, daun payung ini bisa digunakan untuk tanaman hias,
tapi belum begitu dimanfaatkan. Jumlah populasi daun payung ini -
pada tahun '80-an-, tapi banyak digunakan oleh masyarakat, di
sisi lain, perkembangbiakan tumbuhan ini lambat.
Tumbuhan ini dikembangbiakan melalui biji. Daun payung membentuk
tajuk yang cukup indah, yang menyebabkan bisa digunakan sebagai
tanaman hias.
* Penyebaran
Tanaman daun raksasa tumbuh di hutan tropis dengan daun lebar.
Hal tersebut dikarenakan tumbuhan ini selalu hidup dibawah naungan
pohon untuk melindungi diri dari pasanya sinar matahari. Tanaman
ini tumbuh di hutan wilayah Asia Tenggara seperti Thailand dan
Malaysia.
Di Malaysia Barat, bisa ditemui di Kelantan, dan Johor Bahru. Di
Malaysia Timur, bisa didapati di Sarawak. Di Sumatera, tanaman ini
bisa ditemui di Riau dan Sumut. Menurut Sastrapradja dkk. dalam
bukunya, Palem Indonesia disebutkan bahwa antara tahun 1880-1940,
tumbuhan ini tersebar di Aceh dan Sumatera Timur.
Di Semenanjung Malaya dan Sarawak, serta Kalimantan Timur, daun
payung sering pula ditemui. Daun payung tumbuh di hutan-hutan yang
lebat dan di hutan yang terdapat di bagian bawah.
Jarang ditemui di tempat terbuka, dan bisa didapati di ketinggian
25-1200 mdpl. Apabila tanaman ini ditanami di hutan yang baru dibuka,
tanaman ini akan lekas merana. Di Besitang, Langkat, Sumatera Utara
misalnya, setelah hutan dibuka dan dijadikan sebagai perkebunan jeruk,
tanaman ini perlahan menyusut.
Tanaman ini bisa didapati di TNGL bersama dengan Rafflesia hasseltii.
Di sana, dikatakan bahwa jumlah individu agak kurang, lk. (lebih
kurang) cuma 5 saja - karenanya mulai sulit dicari.
Pada tahun 1860, tanaman ini masih bisa dijumpai di Padang,
Sumatera Barat. Adapun di Sumut, diketemukan setelah adanya
eksplorasi alam tahun 1972. Di Riau, barulah tanaman ini ditemukan
tahun 1992.
Tanaman ini sendiri sudah mulai agak kurang Di Kebun Raya Bogor
sendiri, tanaman ini ditemui bertumbuh dengan tinggi 2 m dengan
ukuran daun 150 × 50 cm.
* Ringkasan
Daun payung
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
(tidak termasuk) Angiospermae
(tidak termasuk) Monokotil
(tidak termasuk) Commelinids
Ordo: Arecales
Famili: Arecaceae
Upafamili: Coryphoideae
Bangsa: Corypheae
Genus: Johannesteijsmannia
Spesies: J. altifrons
Nama binomial
Johannesteijsmannia altifrons
_______________________________________________________________
Sikkut dan Seluk Beluknya di Tanah Batak Angkola sekitarnya
_______________________________________________________________
Mengacu pada uraian diatas maka ini yang dapat penulis sampaikan :
* Hal Nama
Maka tumbuhan "Daun Payung" dalam Bahasa batak Angkola disebut
sikkut, tidak jelas apa yang menjadi alasan masyarakat Batak
mengapa menamakannya dengan "Sikkut".
Begitupun...!
Jika penulis memberi pendapat yang masih perlu di rujuk, maka
"istilah sikkut berasal dari istilah sakkot". karena sikkut ini
sering sakkot atau nyangkut diantara pepohonan ditanah-tanah
Batak. Dan tak jarang pula orang batak yang mengambil sikkut ini
sering celana atau bajun-ya dan bahkan topinya sakkot atau
menyangkut di pepohonan lain pada saat mengambil sikkut ini.
* Hal Tumbuh Sendiri
Meski-pun tumbuhan ini dibutuhkan masyarakat Batak, tapi tumbuhan
ini jarang dan bahkan tidak pernah ditanam secara sengaja.
Ontah-lah kalu keadaan sekarang ini (2015), bisa jadi sudah
mulai ditanam guna kelestarian makanan khas tanah Batak yaitu
panggelong.
* Ada di pinggir jalan raya
Tumbuhan ini juga sering terlihat di tebing-tebing jalan
sepanjang provinsi Sumatra Utara.
* Hal manfaat
1. Dingding dan Atap Sopo
Tidak terlalu populer sikkut di Tanah Batak digunakan sebagai
atap rumah, tapi sebagai atap "Sopo atau tempat berteduh di
gunung".
2. Cetakan Gula Merah
Sikkut ini juga cukup sering digunakan sebagai cetakan gula
Merah oleh paragat atau mengambil aren di gunung-gunung tanah
Batak. Karena itu tidak heran jika gula merah di tanah batak
apalagi pada masa lampau bentuknya bergerigi seperti sikkut.
Karena daun sikkut ini mengandung minyak, maka gula merah
tersebut menjadi tidak menempel pada sikkut-nya. Diluar
sikkut masih ada lapisan lainnya.
3. Pembungkus Panggelong
https://instagr.in/t/panggelong
Makanan tradisonal Tanah Batak yang sedemikian terkenal-nya, enak
dan nik mat-nya juga di bukkus dengan sikkut. Khsusnya yang bernama
panggelong.
Penting-nya sikkut sebagai pembukkus Panggelong digambarkan si
Boru pade dengan kalimat, "Panggelong yang dibukus tidak dengan
sikkut maka itu nama-nya bukan panggelong".
4. Tanaman Hias Pekarangan
Tak jarang pula para putri tanah batak membuat tanaman sikkut
ini menjadi salah satu tanaman hias pekarangannya.
5. Payung
Dari cerita para oppung-oppung Tanah Batak, sikkut ini juga
difungsikan sebagai pengganti payung, khsusnya pada saat pulang
dari gunung-gunung di Tanah Batak.
Tapi fungsi ini kemudian digantikan oleh pisang Hutan yangbanyak
tumbuh di Angkola
* Sikkut Pengikat
Selain sebagai pembungkus panggelong, ternyata sikkut ini juga
dapat menjadi pengikat dari panggelong yang dibukkus tersebut.
Ini artinya sikkut ini juga cukup kuat / tidak mudah robek dan
warnanya akan menjadi putih ke-abu-abuan ketika kering.
______________
Penutup
______________
Demikian infonya para kawan sekalian...!
Jika ada yang mau ditambahkan, dipersilahkan.
Selamat malam...!
__________________________________________________________________
Cat :
(Menyimak info sekitar Daun Payung atau Sikkut dalam Bahasa
Batak Angkola)
________________________________________________________________
_________________
Kata Pengantar
_________________
Menurut hemat penulis, "Salah satu kelemahan bahasa di dunia ini,
adalah adanya ketidak samaan bahasa disetiap suku, daerah atau'
bahkan negara".
Kelemahan ini sangat tercermin, "Dari nama-nama yang digunakan
oleh banyak suku atau daerah pada suatu benda atau tumbuhan".
Dan akibatnya...!
Cukup sering orang menjadi tidak memahami suatu persoalan yang
sesungguhnya di pahami-nya.
Istilah "Daun Payung" misalnya, bisa jadi akan membuat orang
batak "Pusing 7 keliling" memikirkannya. Apa itu daun payung,
apakah bentuknya seperti payung, apakah dapat digunakan sebagai
alat mendayung atau apakah daun payung ini ada di Langga payung,
(Nama suatu daerah di tanah Batak) dan lain sebainya.
Ehem...!
Tentu akan menjadi sangat mudah dipahami ketika kita mengatakan
"Sikkut". yah...sikkut, yang mungkin semua orang batak dapat
bercerita berjam-jam tentang sikkut ini.
Para kawan diman-pun berada...!
Berikut info tentang "Daun Payung" ini yang dalam istilah Batak
di sebut "Sikkut".
Selamat menyimak...!
________________________________________________
Sekilas info tentang Daun Payung secara Umum
________________________________________________
* Pemahaman Umum
Daun payung, daun sang, dan salo (Johannesteijsmannia altifrons)
adalah sejenis palem yang memunyai daun yang besar, lebar, dan
relatif kuat.
Di pedalaman Semenanjung Malaya dan Sarawak, ia dipergunakan sebagai
atap. Oleh karena itu, pihak LIPI -dalam buku Palem Indonesia, yang
ditulis S. Sastrapradja dkk. (1981)- tumbuhan ini dinamakan daun
payung.
Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan nama sang gajah, sang
minyak (Sumut), daun sang (Sumatera), dan daun salo (Mly. R.).
Daun raksasa adalah salah satu tanaman di Indonesia tepatnya di
Sumatera Utara. Tanaman ini dapat ditemukan daerah Aras Napal
dekat dengan Taman Nasional Gunung Leuser.
Daun raksasa termasuk dalam jenis tanaman palem. Masyarakat
setempat juga sering menyebutnya dengan istilah daun sang.
Nama ilmiah daun raksasa adalah Johannestijsmania altifrons.
Jenis ini merupakan salah satu dari empat anggota genus
Johannestijsmania.
Tanaman ini masuk ke dalam keluarga pinang-pingangan atau disebut
palem. Beberapa negara memiliki sebutan berbeda untuk daun raksasa
ini yaitu daun payung sal untuk Malaysia, bang soon untuk Thailand,
dan di negara Inggris menyebutnya dengan umbrella leaf palm.
Nama ilmiah dari daun raksasa diambil dari nama Profesor Teijsman
atau Elias Teymann Johannes. Profesor tersebut ialah seorang ahli
botani Belanda yang pertama kali menemukan genus yang unik dari
tanaman di pedalaman Sumatera tersebut. Tanaman daun raksasa
ditemukan pada awal abad ke-19 .
* Karakteristik
Daun payung adalah tanaman yang tumbuh tunggal. Nama daun raksasa
diambil dari ukuran daun tanaman tersebut yang sangat besar.
Panjang daun raksasa antara 3 sampai 6 meter dnegan lebar satu meter.
Jika dilihat dari jauh, tanaman ini nampak tidak berbatang. Tajuknya
terdiri atas 20-30 daunan. Panjang daunnya 2,5 m dengan tepi yang
keras dan berduri.
Bercuping kecil dan berpangkal dengan urat ke pokok daun. Warna
daun raksasa hijau dengan tepi daun bergerigi. Tekstur daun raksasa
sangat kuat dan permukaannya mengkilat seperti daun kelapa.
Bentuk daun raksasa meruncing diujung dan pangkal daun serta melebar
dibagian tengan daun. Perbungaannya berbentuk malai, terletak di
ketiak daun, bentuknya tegak.
Pangkalnya berbentuk seludang, berukuran 40 × 20 cm. Brakteanya berjumlah
5-6, melanset, berukuran 10-20 cm. Bunganya putih, lunak, panjangnya
5 mm, berukuran 4 × 2 mm. Buahnya kasar, dengan permukaan kasar. Garis
tengahnya 4 cm, ditutupi benjolan gabus yang berbentuk kerucut.
Tanaman daun raksasa tidak tahan apabila terletak di bawah matahari
langsung, oleh karena itu tanaman ini sering ditemukan tumbuh di
antara pepohonan yang lebat.
Tanaman yang termasuk jenis palem ini, tumbuh berkelompok membentuk
rumpun. Meskipun memiliki biji, tumbuhan ini lebih sering berkembang
biak menggunakan tunas karena kulit bijinya ditutup oleh kulit yang
tebal dan keras.
Tanaman daun raksasa yang masih baru akan tumbuh menyembul dari dalam
tanah. Keberadaan tanaman raksasa saat ini sudah semakin berkurang
karena banyak kebakaran hutan sehingga pohon tempat berlindung
tanaman ini juga berkurang. Akar tumbuhan daun raksasan berjenis
akar serabut seperti tumbuhan palem lainnya.
* Manfaat
Daun raksasa untuk membuat dinding dan atap gubuk
Daunya yang tebal dan kuat sering dimanfaatkan oleh warga untuk membuat
atap dan dinding rumah. Daun raksasa mampu menahan air hujan dalam
jangka waktu yang lama.
Sampai sekarang masih ada masyarakat di daerah Besitang dan Langkat
yang masih menggunakan daun raksasa untuk membuat rumah atau gubug
di ladang.
Daun raksasa, di negara Thailand bahkan ada yang menggunakannya untuk
atap sebuah sekolah ramah lingkungan Sering pula dijadikan sebagai
payung darurat serupa daun pisang karena lebar daunnya.
Perawakan tanaman ini indah, apalagi daunnya; mungkin, dapat juga
dijadikan tanaman hias. Pernah tanaman ini hendak diujicobakan
sebagai tanaman hias, tapi kurang begitu berhasil karena mungkin
akarnya yang bekerjasama dengan jamur mikrorrhiza, yang bisa
ditemui di tempat asalnya.
Sebenarnya, daun payung ini bisa digunakan untuk tanaman hias,
tapi belum begitu dimanfaatkan. Jumlah populasi daun payung ini -
pada tahun '80-an-, tapi banyak digunakan oleh masyarakat, di
sisi lain, perkembangbiakan tumbuhan ini lambat.
Tumbuhan ini dikembangbiakan melalui biji. Daun payung membentuk
tajuk yang cukup indah, yang menyebabkan bisa digunakan sebagai
tanaman hias.
* Penyebaran
Tanaman daun raksasa tumbuh di hutan tropis dengan daun lebar.
Hal tersebut dikarenakan tumbuhan ini selalu hidup dibawah naungan
pohon untuk melindungi diri dari pasanya sinar matahari. Tanaman
ini tumbuh di hutan wilayah Asia Tenggara seperti Thailand dan
Malaysia.
Di Malaysia Barat, bisa ditemui di Kelantan, dan Johor Bahru. Di
Malaysia Timur, bisa didapati di Sarawak. Di Sumatera, tanaman ini
bisa ditemui di Riau dan Sumut. Menurut Sastrapradja dkk. dalam
bukunya, Palem Indonesia disebutkan bahwa antara tahun 1880-1940,
tumbuhan ini tersebar di Aceh dan Sumatera Timur.
Di Semenanjung Malaya dan Sarawak, serta Kalimantan Timur, daun
payung sering pula ditemui. Daun payung tumbuh di hutan-hutan yang
lebat dan di hutan yang terdapat di bagian bawah.
Jarang ditemui di tempat terbuka, dan bisa didapati di ketinggian
25-1200 mdpl. Apabila tanaman ini ditanami di hutan yang baru dibuka,
tanaman ini akan lekas merana. Di Besitang, Langkat, Sumatera Utara
misalnya, setelah hutan dibuka dan dijadikan sebagai perkebunan jeruk,
tanaman ini perlahan menyusut.
Tanaman ini bisa didapati di TNGL bersama dengan Rafflesia hasseltii.
Di sana, dikatakan bahwa jumlah individu agak kurang, lk. (lebih
kurang) cuma 5 saja - karenanya mulai sulit dicari.
Pada tahun 1860, tanaman ini masih bisa dijumpai di Padang,
Sumatera Barat. Adapun di Sumut, diketemukan setelah adanya
eksplorasi alam tahun 1972. Di Riau, barulah tanaman ini ditemukan
tahun 1992.
Tanaman ini sendiri sudah mulai agak kurang Di Kebun Raya Bogor
sendiri, tanaman ini ditemui bertumbuh dengan tinggi 2 m dengan
ukuran daun 150 × 50 cm.
* Ringkasan
Daun payung
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
(tidak termasuk) Angiospermae
(tidak termasuk) Monokotil
(tidak termasuk) Commelinids
Ordo: Arecales
Famili: Arecaceae
Upafamili: Coryphoideae
Bangsa: Corypheae
Genus: Johannesteijsmannia
Spesies: J. altifrons
Nama binomial
Johannesteijsmannia altifrons
_______________________________________________________________
Sikkut dan Seluk Beluknya di Tanah Batak Angkola sekitarnya
_______________________________________________________________
Mengacu pada uraian diatas maka ini yang dapat penulis sampaikan :
* Hal Nama
Maka tumbuhan "Daun Payung" dalam Bahasa batak Angkola disebut
sikkut, tidak jelas apa yang menjadi alasan masyarakat Batak
mengapa menamakannya dengan "Sikkut".
Begitupun...!
Jika penulis memberi pendapat yang masih perlu di rujuk, maka
"istilah sikkut berasal dari istilah sakkot". karena sikkut ini
sering sakkot atau nyangkut diantara pepohonan ditanah-tanah
Batak. Dan tak jarang pula orang batak yang mengambil sikkut ini
sering celana atau bajun-ya dan bahkan topinya sakkot atau
menyangkut di pepohonan lain pada saat mengambil sikkut ini.
* Hal Tumbuh Sendiri
Meski-pun tumbuhan ini dibutuhkan masyarakat Batak, tapi tumbuhan
ini jarang dan bahkan tidak pernah ditanam secara sengaja.
Ontah-lah kalu keadaan sekarang ini (2015), bisa jadi sudah
mulai ditanam guna kelestarian makanan khas tanah Batak yaitu
panggelong.
* Ada di pinggir jalan raya
Tumbuhan ini juga sering terlihat di tebing-tebing jalan
sepanjang provinsi Sumatra Utara.
* Hal manfaat
1. Dingding dan Atap Sopo
Tidak terlalu populer sikkut di Tanah Batak digunakan sebagai
atap rumah, tapi sebagai atap "Sopo atau tempat berteduh di
gunung".
2. Cetakan Gula Merah
Sikkut ini juga cukup sering digunakan sebagai cetakan gula
Merah oleh paragat atau mengambil aren di gunung-gunung tanah
Batak. Karena itu tidak heran jika gula merah di tanah batak
apalagi pada masa lampau bentuknya bergerigi seperti sikkut.
Karena daun sikkut ini mengandung minyak, maka gula merah
tersebut menjadi tidak menempel pada sikkut-nya. Diluar
sikkut masih ada lapisan lainnya.
3. Pembungkus Panggelong
https://instagr.in/t/panggelong
Makanan tradisonal Tanah Batak yang sedemikian terkenal-nya, enak
dan nik mat-nya juga di bukkus dengan sikkut. Khsusnya yang bernama
panggelong.
Penting-nya sikkut sebagai pembukkus Panggelong digambarkan si
Boru pade dengan kalimat, "Panggelong yang dibukus tidak dengan
sikkut maka itu nama-nya bukan panggelong".
4. Tanaman Hias Pekarangan
Tak jarang pula para putri tanah batak membuat tanaman sikkut
ini menjadi salah satu tanaman hias pekarangannya.
5. Payung
Dari cerita para oppung-oppung Tanah Batak, sikkut ini juga
difungsikan sebagai pengganti payung, khsusnya pada saat pulang
dari gunung-gunung di Tanah Batak.
Tapi fungsi ini kemudian digantikan oleh pisang Hutan yangbanyak
tumbuh di Angkola
* Sikkut Pengikat
Selain sebagai pembungkus panggelong, ternyata sikkut ini juga
dapat menjadi pengikat dari panggelong yang dibukkus tersebut.
Ini artinya sikkut ini juga cukup kuat / tidak mudah robek dan
warnanya akan menjadi putih ke-abu-abuan ketika kering.
______________
Penutup
______________
Demikian infonya para kawan sekalian...!
Jika ada yang mau ditambahkan, dipersilahkan.
Selamat malam...!
__________________________________________________________________
Cat :
No comments:
Post a Comment