Monday, January 20, 2014

Romantisme Padati Batak (Sipirok)


#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak peran padati Sipirok pada masa penjajahan Jepang
dan romantisme anak dagang pada masa lampau)
__________________________________________________




___________________

Kata Pengantar
___________________

Gerobak atau garobak atau  pedati atau kereta adalah sebuah
kendaraan atau alat yang memiliki dua atau empat buah roda yang
digunakan sebagai sarana transportasi.

Gerobak dapat ditarik oleh hewan seperti kuda, sapi,
kambing, zebu atau dapat pula ditarik oleh manusia.

Kereta (Inggris: wagon) adalah sejenis gerobak dengan
empat buah roda untuk transportasi yang lebih berat
ditarik oleh sedikitnya dua kuda.

Gerobak telah disebut dalam berbagai literatur sejak
abad ke-2 SM. Kitab suci India Rgveda menulis bahwa pria
dan wanita bagaikan dua roda dari gerobak.

Demikian http://id.wikipedia.org/wiki/Gerobak mengartikan
gerobak atau pedati.

Khusus untuk tanah batak, maka kitapun mengenal "Padati"
yang dapat dipastikan penariknya adalah kerbau atau horbo.

"Bagaimana peran pedati ini di tanah batak khsusnya Sipirok
pada masa penjajahan Jepang..." adalah hal yang mau penulis
kutiipkan pada postingan ini.

Sedangkan yang mau penulis gambarkan adalah "Romantismenya,"
karena dibenak penulis romantisme padati ini juga cukup seru
mengingat sebagian tanah batak itu adalah luat harangan atau
desa-desa yang jauh dari pusat kota.

Untuk perluasan pengetahuan, penulis juga infokan macam hal
yanhg berhubungan dengan pedati ini. Singkat kata, postingan
ini disusun esbebe :

1. Sekilas pedati Sipirok Angkola jaman Jepang
2. Romantisme padati Batak (Sipirok)
3. Info samar-samar mengenai padati Sipirok Angkola
   sekaligus teka teki
4. Pedati paling besar/gede di Nusantara
5. Sekilas sarana (Peralatan utama) pedati
6. Tanya Jawab kerbau dengan pedati (Karya Sasastra)
7. Macam image padati
8. Penutup

Selamat menyimak...!
_____________________________________________

1. Sekilas Pedati Sipirok Angkola jaman Jepang
_____________________________________________

Kafilah ‘Padati’ Trayek Sipirok-Sidimpuan

Akhir Matua Harahap lewat alamat situs :
http://akhirmh.blogspot.com/2012/06/laskar-pelangi-sipirok-letnan-sahala.html
mengenai keberadaan padati ini sebagai berikut :

Seorang pemuda belia (lima belas tahun) kelahiran desa Sunge
Durian, Kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan. Kehidupan di
desanya di jaman pendudukan Jepang tidaklah begitu sulit,
bahkan berkecukupan, karena letak desa ini jauh dari jalan
raya di tengah hutan (luat harangan). Akan tetapi pemuda ini
selalu gelisah jika berdiam di huta, karena ia sendiri tidak
ingin selalu disuruh ibunya ke sawah-ladang.

Jika waktunya tiba hari poken (hari pasar) setiap hari kamis
ia mendapat tugas untuk mengangkut hasil-hasil bumi dengan
kuda beban ke suatu tempat di pinggir jalan raya Sipirok-Padang
Sidempuan di desa Situmba.
















Padati jaman 'doeloe' (Illustrasi/foto Basyral Hamidy Harahap)
Hasil-hasil bumi ini ditampung oleh pedagang pengumpul
untuk diteruskan ke pasar Padang Sidempuan. Pada masa
Jepang transportasi mobil (truk dan bis) dari Sipirok
ke Sidempuan digantikan dengan padati (pedati).

Konon, bis-bis yang ada di Sipirok semuanya disita oleh
militer/polisi Jepang untuk kebutuhannya sendiri. Karena
itu, angkutan barang dan orang dilakukan dengan pedati.

Jumlah pedati ini sangat banyak. Biasanya perjalanan
Sipirok-Padang Sidempuan (dan sebaliknya) ditempuh dalam
dua malam. Dari Sipirok/Situmba berangkat malam hari dan
pagi hari tiba di Aek Pargarutan.

Siang hari para kafilah ini beristirahat (memasak, tidur,
mengumpulkan rumput dan memberi kesempatan kerbau untuk
beristirahat juga). Malam hari kafilah berangkat lagi dan
tiba di Kantin/Padang Sidempuan pagi hari. Pedati di parkir
di dekat jembatan Siborang (kerbau di arahkan ke sungai,
para crew padati beristirahat, memasak dan bongkar muat
barang. Untuk sarana angkutan dari terminal padati ke pasar
Sidempuan dilakukan oleh para kuli angkut dengan menggunakan
osaka. Pada sore hari memuat barang dan malam hari perjalanan
kembali ke Sipirok dilakukan lagi.

Diharapkan pagi hari tiba di sub terminal di Aek Pargarutan
dan malam harinya perjalanan dilanjutkan ke Sipirok.

Pemuda belia tadi turut dalam kafilah ini, bahkan dilakukan
bertahun-tahun, sebagai crew padati trayek Sipirok-Padang
Sidempuan. Rupanya pemuda ini merasa lebih nyaman dengan
cara ikut kafilah jika dibandingkan harus ke sawah-ladang
dan lagi pula hanya sekali sepekan melihat keramaian.

Memang ia hanya sampai SR kelas tiga plus sedikit-sedikit
kosa kata bahasa Belanda, tapi dengan berinteraksi dengan
banyak orang (terutama dengan orang ‘kota’ di Sipirok dan
Padang Sidempuan) ia merasakan arti kegunaan pelajaran yang
diperolehnya di SR. Apalagi interaksinya itu dilakukan di
dunia perniagaan.

Mungkin ia berpikir, dari pada menghitung apporik (buruk pipit)
dan mendengar suara imbo (Hylobates sindactylus) tiap hari di
huta lebih menarik menghitung rumah-rumah besar di kota atau
sepanjang perjalanan dan menghitung orang yang lalu lalang di
pasar. Yang mungkin lebih penting, di dalam pikirannya,
pengetahuan, pengalaman dan kematangan di dalam dirinya semakin
meningkat. Pemuda ini menjadi matang dengan sendirinya jauh di
luar huta.

Setelah Indonesia merdeka, pasukan Jepang baik di Sidempuan
maupun di Siprok lumpuh (akibat Hirosima dan Nagasaki).
Kehidupan yang bertahun-tahun mencekam (menderita) tiba-tiba
menyeruak menjadi normal kembali (sebagaimana di jaman Belanda).

Akan tetapi denyut perekonomian belum sepenuhnya pulih. Bis atau
truk yang dulunya disita militer/polisi Jepang diambil kembali
oleh para pemiliknya. Kafilah padati pun lambat laun bubar
digantikan oleh angkutan mobil kembali untuk trayek Sipirok-
Padang Sidempuan.

Pemuda belia itu kehilangan dunia barunya yang mengasikkan.
Oleh karena umur yang masih muda dan tidak memiliki kerabat
di Padang Sidempuan ia pun tidak memutuskan memilih karir di
Padang Sidempuan. Ia kembali ke huta di luat harangan, Sipirok.

Komentar penulis :
Demikian kutipannya. Kelanjutan cerita diatas sangat bagus di
ketahui karena berhubungan erat dengan lahirnya "Laskar Pelangi
Tapanuli Selatan".
__________________________________________

2. Romantisme Padati Batak khususnya Sipirok
__________________________________________



















Setelah membaca uraian Akhir Matua Hrp diatas, penulis merasakan
ada sedikit bayangan untuk tidak dikatakan kabur "Tentang roman
tisme para putra-putri batak khsusnya orang Sipirok pada masa
yang telah berlalu.

Romantisme ini tergambar lewat istilah :

2.1. Anak Dagang

"Anak dagang" adalah istilah umum yang penulis ketahui digunakan
orang Angkola Sipirok pada murid-murid yang berasal dari luat
harangan Sipirok.

Mereka ini biasanya berdagang (Mengontrak/kost) disekitar pasar
Sipirok hingga lebih dekat ke sekolah SMP, SMEA atau SMA pada
masa lampau (th.80-an ke bawah).

Mereka ini biasanya pulang seminggu sekali kedesanya yaitu setiap
hari sabtu sore untuk kemudian datang lagi pada hari minggu sore
harinya.

Hubungannya dengan romantisme padati Sipirok, "Tergambar oleh
penulis bagaimana mereka bisa sampai ke hutanya/luat harangan
dengan menaiki pedati" yang mungkin saja pedati tersebut memang
pedati jemputan yang disuruh orang tuanya atau pedati tumpangan
dari seorang yang berbaik hati agar para anak dagang tersebut
tidak terlalu cape berjalan kaki atau mardalan pat.

Kemesraan bisa saja terjadi pada masa ini, masa dimana seorang
bayo dan seorang boru saling menyukai, mereka bercanda, bersenda
garau diatas pedati yang kemudian untuk tidak terulang lagi
karena pemuda tersebut telah merantau, sementara pedati yang
jadi kenangan itupun sekarang hanya tinggal rodanya karena
tergilas oleh kemajuan jaman. Tergantikan oleh honda atupun
motor.

Ahhhh....masa yang indah bagi anda siapun yang telah pernah
menglaminya dari luat harangan Sipirok sana.

Dang naso huboto lungun ito...
manangg arsak nadirohami...
alai ikkkon borhat do au hasian...
manguduti sikolakki...

Molo leleng marbarita au...
sian luat parjalnganki
ulang pola ganggu rohami...
tontong doho dirohakki....

























2.2. Manaru eme

Masa manaru eme atau masa sabion, bisa juga terjadi romantisme
dari seorang bayo atau boru di Sipirok sana pada masa lampau
yang mana masa ini biasanya melipatkan seluruh anggota keluarga
guna menyelesaikan sabion tepat pada waktunya.

Romantisme berlangsung ketika keduanya sama-sama di sawah
mengantarkan pada atau keperluan lainnya ke pinggir jalan,
dimana pedati telah disiapkan untuk membawanya kedesa/rumah
tempat tinggalnya.

Ah...hhh...romantis padati Sipirok...! Sekilas peranmu
telihat kabur, tapi sesungguhnya ada dan cukup berarti dan
bukan saja untuk kelancaran perputaran perekonomian juga
perputaran holong putra-putri Sipirok masa lampau.

2.3. Dll (Adalah kenangan yang pasti dari para oppung-oppung
   halak batak najoloi dan mungkin saja sebagian dari anda
   pernah mengalaminya bagaimana romantisnya romantisme
   padati Sipirok hingga mampu mengantar mereka kejenjang
   pernikahan untuk kemudian mengulang lagi romantisme yang
   sama.

Sebuah lagu dari Iwan Fals untuk anda pemilik romatisme
padati Sipirok, yang mungkin sudah tidak akan pernah
terulang lagi. Waktu terus berlalu, tidak pernah mundur,
andapun mungkin sudah tua dan tidak akan kembali muda
lagi.

"Situa Sais Pedati" Judulnya dan selamat mendengarkan :



Lirik Lagu "Situa Sais Pedati" Iwan Fals

Bergerak pelahan dengan pasti
di jalan datar yang berlumpur
Sesekali terdengar
gletar cemeti diiringi teriakan lantang
Si tua sais pedati

Derap pedati sebentar berhenti
tampak situa sais pedati
mulai membuka bungkusan nasi
yang dibekali sang istri

Derap pedati lalu jalan lagi
singgah disetiap desa
tanpa ragu-ragu, tanpa malu-malu
napas segar berhembus dari sepasang lembu
yang tak pernah merasakan sesak polusi

Ia tak pernah memerlukan
ia tak pernah membutuhkan
solardan ganti oli,
bensin dan ganti gusi
apalagi cass aki

Ia tak pernah kebingungan
ia tak pernah ketakutan
apa kata orang tentang gawatnya
krisis energi

Derap pedati dan lenguh lembu
seember rumput dan gletar cemeti
seakan suara zan yang dicasetkan
sementara itu  sang bilal pulas mendengkur

____________________________________________________

3. Info samar-samar mengenai padati Sipirok Angkola
   sekaligus teka teki
____________________________________________________

* Entah dimana tempatnya, betak naidia hutana lupa au.
Namun di dingding ni bagasi sande soban. Disaming ni
sobanon sande muse sada roda ni padati. Idia mai
dohot dibagas nise.

* Diantara ni dalan Sipirok-Sidempuan, sering do tarida
di dalan pamintasan nai parkir gerobak ni padati, sementara
disamping ni dalani tari da horbo lagi manjappal. Idia
mai dohot aha nai jappal ni horboi...?

* Salah sada kekhasan ni padati Sipirok ima dibidang
tarup. Biama bentukni tarup ni padati Angkola dohot
sian aha bahan ni tarup nai...?

* Betak aha goarna nahuboto, namun boratna bukan main.
Ungada huangkat dopak menek tai inda tarangkat au.
Biasana naso tarangkat auonma na dipayakkon tu takkuhuk
ni horboi. Aha ma goar ni.i...?

* Warnana rata, kadang payak do on di dalan-dalani. Molo
borngin kadang tardege iba do on. Salah satu sub batak
ipangan halai do ninna on. Ahamai ate...?
___________________________________

4. Pedati paling besar/gede dari Nusantara
___________________________________


















Pedati Gede Pekalongan, itulah nama dari pedati yang bisa jadi
merupakan pedati atau kereta terbesar hingga saat ini di
Indonesia bahkan bisa jadi di dunia. Kereta ini memang punya
ukuran yang tak wajar yakni dengan panjang total 8,6 meter,
tinggi 3,5 meter dan lebar 2,6 meter.

Kereta ini berjalan di atas enam roda ukuran besar dengan
diameter 2 meter dengan panjang jari-jari roda sepanjang
90 cm dan dua roda kecil yang berdiameter 1,5 meter dengan
panjang jari-jari roda 70 cm. Tidak hanya besarnya ukuran
yang membuat pedati ini begitu istimewa tapi juga teknologi
yang terdapat dalam kereta itu dinilai oleh banyak pengamat
sebagai kereta yang melampaui teknologi zamannya.

Teknologi itu bisa dilihat dari terdapatnya semacam as terbuat
dari kayu bulat berdiameter 15 cm yang menghubungkan antar
roda melalui poros yang ada di tiap-tiap roda tersebut dengan
pelumas dari getah pohon damar di tiap pertemuan antara roda
tersebut dengan poros agar disamping pertemuan antara as dan
porosnya tetap lancar juga membuat as tidak cepat aus.

Satu hal lainnya yang mengundang decak kagum adalah sistem
rangkaian dari Pedati Gede Pekalangan ini menggunakan sistem
knock down layaknya kereta api hingga jika pada saat itu yang
diangkut tak cukup hanya dengan menggunakan pedati ini maka
digunakan pedati-pedati lainnya dengan cara mencangkolkan
pedati tambahan itu dibelakangnya dan ditarik dengan tenaga
kerbau bule yang diyakini memiliki tenaga di atas rata-rata
kerbau biasa pada umumnya.

Berdasarkan catatan dan dipercaya oleh beberapa ahli dibuat
pada tahun 1371 ketika Cirebon masih berbentuk katumenggungan
dan dipimpin oleh Pangeran Cakrabuwana. Dan pedati ini masih
tetap digunakan hingga jaman kesultanan Sunan Gunung Jati di
abad ke-15. Salah satu peran penting pedati ini adalah ketika
pembangunan Masjid Agung Sang Ciptarasa tahun 1480 sebagai alat
angkut bangunan dan juga sebagai alat transfortasi ketika
menginfasi Sakiawarman yang bersembunyi di desa Girinata
(kini wilayah Palimanan).

Sakiawarman merupakan adik kandung Prabu Purnawarman yang merupakan
Kerajaan Tarumanegara di daerah Cisadane, Bogor, yang memberontak
kepada kakaknya tapi karena gagal kemudian melarikan diri ke
Desa Girinata. Karena Girinata waktu itu merupakan wilayah
Kerajaan Indraprasta, maka Purnawarman meminta bantuan kepada
Wiryabanyu, Raja Indraprasta untuk menumpas para pemberontak
ini. Dan karena Kerajaan Indraprasta dan Kesultanan Cirebon
waktu itu bersahabat dengan Kerajaan Tarumanegara maka Kesultanan
Cirebon pun ikut mengirimkan pasukannya berikut dengan alat-alat
logistiknya menggunakan pedati gede ini untuk kemudian ikut
membantu kerajan tersebut menumpas para pemberontak yang
bersembunyi di Girinata. Kontur tanah Desa Girinata yang
becek dan berbukit-bukit membuat Pasukan Cirebon sangat
terbantu dengan adanya pedati gede Pekalangan ini. Disamping itu, tak
hanya sebagai alat angkut, postur badan pedati gede ini yang
sangat besar dan kokoh pun bisa dijadikan sebagi benteng dikala
pasukan musuh menyerang.

bahkan menurut Juru Kunci (Kuncen) Pedati Gede Ibu Sayi, bahwa
pada saat pendirian Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Keraton
Kasepuhan pun, Pedati Gede ini turut andil besar dalam mengankut
keperluan bangunan masjid tersebut.

Konon diceritakan bahwa panjang sebenarnya Pedati Gede ini mencapai
15 meter, yang terdiri dari 2 pasang roda besar dan 4 pasang roda
kecil, panjangnya roda ini dimampaatkan untuk mengankut kayu-kayu
besar dan panjang untuk pendirian Masjid Agung tersebut...

Sumber :
https://www.facebook.com/permalink.php?id=259859720725460&story_fbid=418217144889716
_________________________________________

5. Sekilas sarana (Peralatan utama) pedati
_________________________________________

* Hal Bingkai Besi Roda
























Zaman dahulu, roda pedati atau delman dibuat dari kayu yang
dibingkai dengan besi dan karet. Untuk memasang bingkai besi,
bingkai diusahakan dalam keadaan panas karena dalam keadaan
dingin bingkai tidak dapat masuk pada roda. Setelah dipanaskan,
bingkai akan mengalami pemuaian sehingga besar lingkaran dalam
bingkai membesar dan dapat masuk pada roda delman. Saat dingin,
bingkai besi akan mengerut dan menempel pada roda dengan kuat.

Sumber :
http://pustakafisika.wordpress.com/2013/02/15/penerapan-prinsip-pemuaian-dalam-teknologi/

* Hal jual roda pedati




















RODA PEDATI TER BUAT DARI BAHAN KAYU JATI
DIAMETER : 100 Cm, TEBAL RUJI 6,5 / 7, TEBAL AS 33 Cm
TERDAPAT EROSI KARENA KE TUA'AN DAN RETAKAN PADA
SALAH 1 SISI AS RODA, SE BALIK NYA UTUH ( LIHAT GAMBAR )

Sumber :
http://studioantik.blogspot.com/2012/07/roda-pedati-mxmks.html
_____________________________________________________

6. Tanya Jawab kerbau dengan pedati (Karya Sasastra)
______________________________________________________

Berikut ilustrasi pertanyaan kerbaunya atau horbonya :




Artinya dalam bahasa horbo :

Sejak kapan romatisme padati batak itu berlangsung
dan apakah ada pengaruh panjampalan (rumput) pada
romantisme...? Atau apakah ada pengaruh kemelaratan
hidup pada rasa holong...?


Dan berikut jawaban pedati atau padatinya :





Romantisme padati batak sudah berlangsung sejak zaman ni
oppung ni oppung ni oppung ta najoloi. Dan yang paling
romantis bisa jadi halak padang bolak.

Adapun panjappalan yang semakin susah atau hangoluan yang
semakin melarat jelas berpengaruh besar pada romantisme.
Kapan romantisnya halak hita itu kalau setiap hari hanya
tusaba, pulangnya langsung ke kode kopi untuk kemudian
mulak tu bagas dan langsung modom. Torus tu saba muse,
tu kode kopi muse dan modom muse.

"Sesekali gandenganlah pula...! Jangan romantisnya hanya
pada masa pacaran aja..."

Hahahahaha....hanya anekdot sebagai tanda syukur
maruntung ma iba na horbo, sugari horbo...?

Potong cerita :

http://www.gramediapustakautama.com/buku-detail/77662/Bertanya-Kerbau-Pada-Pedati
memberikan sinopsisnya untuk anda sbb :

"Bisakah seekor kerbau bertanya kepada pedati kenapa ia harus
terus menariknya melalui jalan yang mendaki? Mungkinkah Chairil
Anwar, Stalin, Gandhi dan Marilyn Monroe ada dalam sebuah forum
yang mendiskusikan tentang pendamaian dunia?

Dapatkah seekor ayam berubah menjadi manusia? Bagaimana bisa
sepotong kaus kaki menjadi ujung tombak sebuah demonstrasi?

Jawabannya semua ada di kumpulan cerpen kaya A.A. Navis ini.
Setiap cerpen disajikan dengan gaya bertutur yang memikat dan
kaya akan metafora serta perlambangan yang dikaitkan dengan
realitas kehidupan dewasa ini".

Demikian sinopsisnya dan silahkan berburu bukunya...! dan
jangan lupa buku tersebut adalah karangan AA. Navis.

__________________________________________

7. Macam stock image padati 
__________________________________________

















________________________________________
















_________________________________________

Sunda :












________________________________________

Jawa Timur :






___________________________________________

Kalimantan :





Sumber :
_________

Penutup
_________

Untuk lebih memberi guna atau manfaat, maka postingan ini
penulis tutup dengan ceramah ni halak hita dengan judul
"Kerbau dan Kerja Keras". yang bisa jadi sebagai bahan masukan
bagi kita atau bahan parsiajaran.

Penulis tidak tahu dalam rangka apa ceramah ini dikemukakan,
namun tergambar sangat dekat dengan yang namanya "Shio Kerbau".
dalam kelender cina.

Selamat mendengarkan dan selamat malam...!



____________________________________________________
Cat : Tulisan lainnya di blog ini yang berhubungan dengan horbo
atau kerbau :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/02/kerbau-mandi-di-sungai-bogor-jawa-barat.html


PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork

No comments:

Post a Comment