Friday, February 27, 2015

Teka Teki Sapu Ijuk Tanah Batak Angkola dalam Jawaban


#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menjawab Teka Teki Sapu Ijuk Tanah Batak Angkola yang sering
disandarkan para orang tua, para oppung-oppung dibelakang pintu
rumahnya menjelang tidur malam hari. Jawab bo...!)
~ Informasi, Hiburan, Pemikiran dalam Budaya Batak dan Agama Islam.
  _________________________________________________________________







________________

Kata Pegantar
________________





















Alkisah pada perististiwa tempoe doeloe, bersepakatlah Bung Regar
dan bung Rambe, bertandang ke suatu Desa di Daerah Angkola.

Mereka berangkat di sore hari jelang malam minggu dengan tanpa
gitar. Mereka hanya bermodalkan sebungkus rokok dan sehelai kain 
untuk penutup sibuk/badan atas rasa dingannya tanah Angkola jika 
malam hari telah tiba.

Pada saat diperjalan, utuk mengusir kebosanan maka Bung Regarpun
berinisiatif untuk menyanyikan lagu, "Bukan lautan Hanya kolam
Susu". Sedangkan Bung Rambe adalah pemain gitarnya. Maka
keduanyapun bernyanyi :

Bukan lautan hanya kolam susu

Telolet....

Kail dan jala cukup menghidupimu

Telolet....

Tiada badai tiada topan kau temui

Telolet....

Ikan dan udang menghampiri dirimu

Telolet....

Orang bilang tanah kita tanah surga

Telolet....

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Telolet....

Orang bilang tanah kita tanah surga

Telolet....

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Telolet....

Teee...eeeee....ee........e...............lolet.

Dan tiba-tiba :

"Wei Rambe...! Idahode indu...! Kautengo ngak itu, Borhas
lagi manyapu indu. Dosik jo...!" Kata bung Regar.

Dan dengan gerakan reflek bung Ritongan pun mandosik :

Wei Boru Hasibuan...!
Cicuit....tttt...cuit...cuit...cuit.......

Para dongan...!
Khsusnya dongan sapandaratan dan sapartandangan...!

Mendengar dosikan ini, Borhas ini marahnya bukan main. Matanya
langsung merah, dan sorotan matanya bagaikan harimau betina yang
mau menerkam. Hingga dengan gerakan refleknya, "Sapu yang ditangan
nyapun meljit, melayang dan berputar-putar untuk kemudian menyangkut
di motor Sibualbuali ayani si Boru Hasibuan ini.

Melihat lejitan sapu-nya boru Hasibuan ini sedimikian koncangnya
hingga hampir bertengger di ulu kapalanya si Rambe ini, maka dengan
jurus "Ulok dari Ulok Sihim lihat kemari ulang mikim" bayo Rambe ini
berputar mengikuti arah sapu tersebut untuk kemudian menangkap dan
mendudukinya dengan sedemikian mantapnya.

Melihat gerakan bung Rambe ini, sang Boru Hasibuan-pun mikim-mikim
sambil berkata dalam hati, "Syukur mada Tuhan na sego motor sibual
buali ni ayakki".

Sementara Bung Regar, terheran-heran melihat Bung Rambe Habang
maroban motor Sibualbuali, entah bagi natu dia. Dan masih dalam
posisi habang ini, bung Rambepun mandosik Boru Hasbuan lagi :

Cicuit....tttt...cuit...cuit...cuit....











Para kawan perokok sigaret timbako...!

Tulilama tulilla
tulilla ni padang-padang
tudiama na tudia 
jolo mangidup majo sabatang



















Huugh...hhhhhhh...
Baru songon nadatar hurasa tano-on ba.

Mangidup-idup paitte potang
butuha male taringot rantang
sonaporduli au bahat utang
selagi adek cayang abang

Cayang abang dek...
cayang abang...
Alagleh...!

Mangan mada jolo narohakku borutulang da
baru marbasu ate...!

Ehem...! Ehem...! Ehem...!

Mengacu pada kejadian diatas, maka terpikirlah bagi penulis bahwa
sapu Angkola apakah lagi berada di tangan si Boru Hasibuan, si Boru
Lubis, si Boru Regar, dll sesungguhnya bukan saja gunanya sebagai
pembersih lantai rumah di Tanah Batak Angkola, juga beguna rupanya
sebagai senjata pembela diri ketika seseorang kita rasa mausuh.

Selain sebagai senjata pembela diri, sapu Angkola juga sesungguhnya
salah satu alat khsusnya bagi para kaum ibu untuk memberi pelajaran
bagi anaknya yang bandel-bandel.

Karena itu...!

Para putra batak cukup banyak juga yang mendapat pelajaran dari
ibunya lewat ancaman, "Manjujar Pucot".

"Ro boho tuson Utcok aso hujujarjo pucotmi, jogol naho sodung.
Mapiga kali idokkon ayamu, muda mulak sikola langsung tu bagas,
hape tu parbalanan doho kehe".








Ahado patida-tidahohononmu pucotmu tu borutulangmi. Ro boho tuson 
Utcok...roboho tuson" Kata sang ibu, sambil memegang tiang sapu 
ijuk tersebut yang mana ujungnya telah diarahkan pada pucot si 
Utcok.

Ehem...!

Selain sebagai panjujar pucot, sesungguhnya sapu Angkola juga cukup
sering digunakan para ibu-ibunya untuk manjujar yang namanya jeruk,
jambu dan pepaya.





Sedangkan bagi para prianya, khsusnya yang masih dalam usia sekolah
SMP dan SMA, sapu ini juga cukup sering dipakai para pelajar untuk
main-main adu ketaksasan bersama temannya :

Ehem...!

Selain sebagai panjujar pucot, sesungguhnya sapu Angkola juga cukup
sering digunakan para ibu-ibunya untuk manjujar yang namanya jeruk,
jambu dan pepaya.

Sedangkan bagi para prianya, khsusnya yang masih dalam usia sekolah
SMP dan SMA, sapu ini juga cukup sering dipakai para pelajar untuk
main-main adu ketaksasan bersama temannya :

Para kawan sekalian...!

Sesungguhnya yang manarik bagi penulis, dari semua kisah cerita Angkola
mengenai sapu adalah, seperti terlihat pada gambar di bawah ini :








Bagi penulis :

Kebeiasaan para orang Tua Tanah Batak membalikkan sapu di belakang
pintu rumah ketika mau tidur adalah teka-teki, tak pernah penulis
tahu apa alasan sebenarnya, apa tujuannya dan mengapa harus dibalikkan.

Hal lainnya adakah hubungan perbuatan ini dengan kepercayaan masyarakat
Batak pada animisme masa lampau dan bagimana pula hubungannya dengan
agama Islam, karena kita semua tahu bahwa masyarakat Angkola sekarang
ini sudah cukiup banyak juga yang lebih memilih pedoman hidup berdasarkan
ajaran agama Islam dari pada berdasarkan anismisme atau budaya batak.

Para kawan...!

Mohon ijin, penulis memberikan pendapat pribadi mengenai hal ini di
"Subjudul sebelum penutup tulisan". Dan sebelum saya memberi pendapat
tentu akan sangat baik kita terlebih dahulu mengenal macam hal yang
berhubungan dengan Sapu.

Selamat menyimak...!
_______________________

Sekilas Tentang Sapu
________________________

* Pengertian

Wikipedi mengatakan :

Sapu adalah salah satu alat pembersih yang terdiri dari bagian
serat atau serabut kaku dan biasanya terpasang atau terikat
kepada suatu pegangan silindris.

Menurut hemat penulis, pengertian wikipedia ini masih kurang
lengkap dan kurang mantap pun kurang spesifik, karena itu menulis
akan melengkapi, titik dua :

* Macam model Sapu











* Hal yang biasa disapu

1. Lantai
2. Dingding
3. Loteng

* Bahan Sapu Ijuk dalam Proses








































___________________________________________________________

Macam Mitos tentang Sapu di Nusantara dan Sekilas
analisanya untuk kemudian menyimpulkannya
__________________________________________________________

* Sapu bersih sebagai pencegahan dapat suami yang brewokan

Yah...!

Begitula mungkin, pendapat para orang tua masa lampau dan mungkin juga
sebagian dari para orang tua masa sekarang ini. Mereka selalu menyarankan
putrinya "Agar setiap menyapu selalu bersih"


"Ulang asal nai sapu da Butet...! Tokinnai dapotko lalu haklahi na
jambangon...!" egitu bahasa Batak Angkola-nya yang jika di artikan,
"Jangan asal di sapu putri...! Nanti kau dapat suami yang brewokan".

Waktupun berlalu, pandangan manusiapun tidak selalu sama, jika pada
masa lampau para orang tua menghindari putrinya untuk tidak bersuamikan
putra yang berewokan, maka sekarang ini bisa sebaliknya.

Karena itu...!

Cukup banyak juga sekarang ini para pria rela mengeluarkan biaya
untuk memlihara brewoknya dengan macam obat menumbuh rambut,
seperti :

Begitupun...!

Jika penulis boleh menafsir, maka dipikiran para orang tua masa lalu
itu yang brewoan itu adalah seperti gambar di bawah ini :








Sedangkan para putri masa sekarang, yang brewokan itu adalah seperti
gambar di bawah ini :






Kesimpulan :
Seharusnya tidak ada hubungan "Cara menyapu seorang putri 
dengan brewoknya seorang pria".


* Sapu sebagai penangkal petir sekaligus sebagai cara jitu menagkap
  hantu atau begu-begu

Entah macam mana pula ceritanya, situs dengan alamat  :

Mengatakan :

- Salah satu cara untuk menghindari tersambar petirnya antena TV kita,
  maka kita harus memasang sapu di Antena tersebut. Dan hal ini sangat
  diperlukan terutama untuk rumah-rumah yang menggunakan antena TV
  panjang masa lalu.

- Dari hasil percobaannya, ternyata 1000 dari antena TV yang dipasang
  atau di ikat sapu di antena tersebut, 1-pun tidak ada yang tersambar.
  Karena petir lebih suka menyambar sapu tersebut daripada antena itu
  sendiri.

Pendapat penulis :
Masuk diakalba...!
Akupun kupasangla sapu di antena TV-ku. Dan ini hasilnya.








Bagimana pendapat para kawan sekalian...!
Mau ikut juga...?
Silahkan...!

- Hal lainnya, sapu yang di antena TV tersebut juga ternyata sangat
  disukai setan-setan, hantu dan begu-begu, sebagai tempat mereka
  nongkrong untuk melihat-lihat macam aktivitas manusia.

_ Semakin tinggi antena dan sapu tersebut dipasang semakin disukai
  para hantu dan begu-begu, karena dengan sendirinya mereka juga dapat
  melihat lebih luas.

- Karena mereka suka tempat yang tinggi maka dengan sendirinya pula
  mereka menjadi jarang masuk kerumah ki sendiri.

Bagimna pendapat kalian para kawan...?

Nah...!

- Pada saat mereka lagi, nongkrong diatas antena inilah kita berharap
  agar petir datang untuk menyambar para hantu dan begu-begu ini hingga
  mereka terbakar dan rumah kitapun menjadi lebih aman.

Bagaimana...?
Jitu bukan pemikiran itu...?
Masuk diakal-kan...?

Kesimpulan :
.....................................................................
.....................................................................
...........................(terserah pembaca)

__________________________________________

Sekilas tentang Teka-Teki Sapu Angkola
__________________________________________








Begini para kawan...!

Saya sebut ini teka-teki, karena memang penulis tidak tahu mengapa
hal ini dilakukan para orang tua Tanah Batak.

Karena itu...!

Postingan inipun mencoba menjawabnya. Dan benar tidaknya pembacalah
yang memberi penilaian. Sisi tinjuan penjawabannya adalah Animisme
Angkola Masa Lampau, Kondisi Alam Tanah Batak dan Agama Islam.

Khusus untuk tinjauan Isalam penulis akan coba memberikan solusi,
karena menurut penulis inilah yang penting untuk masa-masa yang
akan datang. Karena penulis yakin hal ini masih tetap dilaksanakan
di Tanah Batak Angkola khususnya.

* Tinjauan Animisme








Seperti kta ketahui, sebelum masuk agama Islam dan Kristen ke Tanah
Batak, para nenek moyang kita adalah penganut animisme yang mana mereka
sangat percaya pada kekuatan roh yang dalam bahasa hita disebut, begu,
porhas, dll.

Jika dihubungakan dengan tindakan penempatan sapu terbalik tersebut,
bukan tidak mungkin ini adalah sejenis kepercayaan mereka agar
terhindar dari gangguan begu-begu tersebut pada saat sedang tidur.

Penulis pernah melihat, "Salah satu cara para Datu Angkola untuk
mengusir begu dari badan seseorang dengan cara memukulkan sapu
(Ijuk dan lidi) pada badang orang yang hona begu tersebut.

Hal ini juga akan sedikit masuk diakal jika kita coba menghubungkannya
dengan para penyihir tanah erofa, yang mana sihir juga tidak lepas
dari'begu.

Hal lainnya, "Tidak adanya alasan dari para orang tua" mengapa
melakukan hal tersebut, sehingga memberi kesan memang ada hubungannya
dengan "Salah satu teknik orang Btak" dalam menghindari keluarganya
dari begu-begu.







Catatan :
Kurang masuk diakal jika sapu tersebut adalah cara untuk mengetahui
datangnya pencuri harta, karena tanah batak tidak punya cerita yang
hebat mengenai pencuri harta.

Kesimpulan :
Begu adalah salah satu penyebabnya...!

* Tinjauan Kondisi Alam Angkola Masa lampau

Jika kita memperhatikan alam Angkola dari segi Alam dan Binatang
buasnya maka dapat kita ketahui, bahwa harimau atau babiat adalah
yang paling ditakuti. Dan menurut legendanya, baiat inipun ada yang
nyata sebagai mana adanya dan ada pula dalam bentuk abstrak (Babiat
Jadi-jadian".









Nah...!

Bukan tidak mungkin ini juga menjadi alasan mengapa sapu tersebut
di tempatkan sedemikian rupa. Dengan kata lain para penghuni rumah
dapat mengetahui apakah babiat ada di pintu rumah atau tidak, karena
akan terasa pada goyangan sapu tersebut.

Cat :
Rumah-rumah Angkola masa lampau pada umumnya kolongnya rendah, karena
hanya bertujuan sebagai tempat menyimpan kayu bakar dan kandang ayam,
beda dengan rumah-rumah di Palembang atau tempat lainnya yang kolongnya
tinggi, hingga kemanan orangnya lebih terjamin dari binatang buas.

Kesimpulan :
Babiat adalh penyebabnya...!

* Tinjauan Masa Kolonial Bolanda















350 tahun tentu bukan waktu yang singkat dalam penjajahan. Bukan tidak
mungkin pada masa lampau, masa penjajahan Bolanda para sibottar mata
ini berbuat sewenang-wenang pada putri Batak yang mungkin pada masa
sekarang disebut pelecehan seksual di tengah malam.

Mereka datang diam-diam kerumah-rumah penduduk untuk kemudian berlaku
sewenang-wewenang, setelah kaum prianya mungkin mereka suruh kerja
paksa ditempat yang jauh.

Kesimpulan :
Trauma pada Bolanda sibottar mata bisa juga menjadi penyebabnya


* Tinjauan Keamanan / Pencuri





















"Biar ketahuan ada yang mencuri" Bija juga menajadi alasannya.
Tapi, pencuri yang pentar biasanya tidaklah masuk dari pintu.
BIasanya mereka lebih suka masuk dari jendela atau mungkin
dari loteng.

Kesimpulan :
Kurang tepat alasannya

* Tinjauan Agama Islam

Kalau saja cara penempatan sapu ini adalah cara didikan Islam tentu
sudah dikatakan para orang-orang tua, para guru-guru agama Islam,
para ustat bahwa ini dilaukan dengan bacaan tertentu dan landasan
agamnyapun bisa jadi akan dikatakan.

Sepertihalnya pernyataan orang tua, akan membaca bismillah bila apa,
akan membaca assalamu'alaikum bula apa, akan mebaca alhmadulillah bila
apa.

Tapi adakah bacaan islami untuk tindakan penempatan sapu ini...?

Kesimpulan :
Tidak ada ajaran agama Islam pada tindakan yang merupakan kebiasaan
para orang tua Tanah Batak masa lampau ini.
______________________________________________________________

Solusi Islami pada kebiasaan Masyarakat Batak Angkola yang
menutup pintu rumahnya dengan menopang pakai sapu ijuk
khususnya pada perbuatan opung-ompung masa lampau
______________________________________________________________



* Landasan Islami-nya :

Para kawan khsusnya kaum muslimin muslimat Tanah batak dimanpun
berada...!

Penulis pernah berkata, "Bahwa agama Islam bukanlah agama yang setengah
setengah dalam ajaranya, agama Islam adalah agama yang lengkap-lengkip
dalam menyelesaikan semua persoalan ummat, karena itulah mengapa agama
Islam sampai menetapkan 10 hal yang dapat menjadi Dasar Hukum Islam.
yaitu Qur'an, Hadits, Ijtihad, Ijma, Qiyas, Urf....

Kalaualah perbuatan masyarakat Islami Angkola ini sudah merupakan
kebiasan yang dilakukan dengan "Tanpa alasan yang jelas", maka inilah
saran Islami penulis pada kebiasaan ini :

“Jika malam menjelang atau kamu masuk pada sore hari, tahanlah
anak anak kecil kamu. Karena syaiton bertebaran pada waktu itu,
dan Apabila malam telah terlewati sesaat, maka biarkanlah
mereka, Kuncilah pintu-pintu dan sebut nama Allah (membaca:
Basmillaah), karena Sesungguhnya setan tidak membuka pintu
yang terkunci. Tutuplah tempat tempat air kalian ( qirbah)
dan sebutlah nama Allah. Tutuplah bejana bejana kalian dan
sebutlah nama Allah, meskipun kalian meletakan sesuatu yang
melintang diatasnya. Dan padamkan lampu-lampumu kalian.” [288]
Hadits Riwayat Al-Bukhari dengan Fathul Bari 10/88, Muslim 3/1595.

Hal ini juga pernah ditanyakan seorang muslim lewat link :
http://www.konsultasisyariah.com/tutup-pintu-menjelang-malam/

Mau tanya, apakah semua pintu harus tertutup? kalau salah satunya
terbuka (pintu utama tertutup tapi pintu samping terbuka),
apakah masih bisa menyebabkan mudharat? Terima kasih,
wassalamu ‘alaikum wa rahmatullah.

Jawaban:

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada teks hadits yang
disebutkan oleh penanya:

Pertama, kata syaithan mencakup seluruh jenis syaithan, baik
dari kalangan jin maupun manusia, karena, dalam Al-Qur`an,
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ menyebut syaithan dari kalangan jin
dan manusia sebagaimana dalam firman-Nya,

“Dan demikianlah Kami mengadakan musuh bagi tiap-tiap nabi itu,
yaitu syaithan-syaithan (dari jenis) manusia dan (dari jenis)
jin, sebagian mereka membisikkan perkataan-perkataan indah
kepada sebagian yang lain untuk menipu (manusia).” [Al-An’am; 112]

Kedua, berkaitan dengan perintah menutup pintu, Ibnu Daqîq Al-‘ÃŽd
rahimahullâh menjelaskan, “Pada perintah menutup pintu, terdapat
berbagai kemashlahatan agama dan dunia berupa penjagaan jiwa
dan harta dari para pelaku kejelekan dan kerusakan, terutama
para syaithan ….” (Fath Al-Bâry, 11/87)

Dengan memperhatikan dua keterangan di atas, pintu samping (yang
disebutkan oleh penanya) bila tidak ditutup akan mungkin
berdampak tidak baik maka hadits di atas adalah anjuran untuk
menutupnya. Bila dia merasa aman dari hal yang membahayakannya,
pintu tersebut boleh saja tidak ditutup.

* Solusi Islaminya







Mengacu pada uraian Islami ini, maka dapat ditarik pemikiran untuk
disimpulkan :

- Kalaulah kebiasaan Masyarakat Tanah Batak Angkola ini merupakan
  suatu budaya yang dilakukan dengan tanpa landasan sama sekali dan
  dapat menyebabkan seseorang menjadi susah tidur karenanya.

  Maka...!

- Demi seiringnya, "Adat atau Budaya dengan Agama" sesuai dengan
  prinsif masyarakat Batak Angkola (Budaya selaras Agama), maka
  menulis menyarankan :

  Tetaplah lakukan...!

  Dan pada saat melakukannya atau menyandarkan sapu tersebut di
  belakang pintu rumahnya, maka bacalah "Bismillahirrahmanirahim".

- Dan ini tidak sama artinya dengan "Sapu tersebutlah yang memberi
  keselamatan / terhindar dari setan dan begu-begu".

  Keselamatan kita Tetap ada ditangan Allah Swt. Adapun fungsi sapu
  tersebut hanyalah "Pengingat" atau "Tafsir" lain atau pendalam
  dari hadits Bukhari dan Muslim di atas.

  Yang mana kita yakini cara menempatkan Sapu ijuk secara terbalik
  dibelakng pintu rumah adalah salah satu usaha manusia untuk
  terhindar dari gangguan syetan baik dari jenis jin maupun dari
  jenis manusia.

Wallâhu A’lam.





















___________

Penutup
___________

Demikian info sapu menyapunya para kawan...!

Tanah Batak itu memang seru, bukan saja karena kondisi alamnya yang
berbatu-batu, berbukit-bukit dan bertebing-tebing juga menjadi seru
karena adanya budaya dan agama  yang saling sikut menyikut untuk
tetap dapat hidup di tanah batak
.
Ada yang berpendapat, "Ajaran budaya lebih penting dari ajaran
agama-nya dalam kegiatan budaya, ada yang berpendapat ajaran
agamanya yang paling penting meskipun dalam kegiatan budaya dan
ada pula yang berpendapat di sejarjarkan aja".

Ajaran Tanah Batak Angkola yang mensejajarkan, "Budaya dengan agama"
memang memberi kesan adanya harmonisasi dalam kehidupan bermasyarakat,
karena timbul toleransi bergama dan penghargaan pada ajaran Nenek
Moyang dan antara sesama masyarakat batak.

Tapi...!

Pensejajaran itu sendiri, "Sesungguhnya telah mengaburkan ajaran
agama itu sendiri, hingga memberi kesan "Dosa dan Pahalapun 
menjadi sejajar".

Para kawan dimanpun berada...!

1. Adakah dosa dan pahala dalam ajaran budaya Tanah Batak Angkola...?

   a. Ada
   b. Tidak ada

2. Marahkah menurut anda, nenek moyang anda, jika anda tinggalkan
   ajaran-nya karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman
   dan ajaran agama Islam yang anda anut...?

   a. Marah
   b. Tidak marah

3. Jika ajaran budaya adalah suatu kekuatan dalam mengatur kehidupan
   bermasyarakat di Tanah Batak Angkola, begitu juga ajaran agama
   islam merupakan suatu kekuatan.

   Manakah yang "Seharusnya menang" jika kedua kekuatan di adu dalam
   setiap kegiatan masyarakatnya...?

   a. Budaya yang menang
   b. Agama yang menang
   c. Budaya dan agama sama-sama menang.

Para kawan...!
"Marpikir kho da mang butet...!"

Selamat malam....!

___________________________________________________________________
Cat :


__________________________ 

No comments:

Post a Comment