#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar Sejarah Polisi Wanita Indonesia dan melihat
hubungannya dengan Sitem Kekerabatan Masyarakat Bukit Tinggi)
____________________________________________________________________
_________________
Kata Pengantar
_________________
Dalam rangka menyambut Hari Polwan Indonesia yang jatuh pada tanggal
1 September 2015 ini, angkolafacebook.blogspot.com akan menyajikan
info pada pembacanya beberapa postingan yang penulis bagi, sbb :
Bab 1 :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2015/08/sejarah-polisi-wanita-indonesia-dalam.html
Bab 2 :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2015/08/sepolwan-dan-seluk-beluknya.html
Bab 3 :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2015/08/hari-polisi-wanita-2015-7-polwan-paling.html
Bab 4 :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2015/08/bukit-tinggi-tengok-la-tengok-apa-sama.html
Selamat menyimak...!
_______________________
Sekilas Sejarah
_______________________
Ket :
Logo Polwan RI (Esthi Bahkti Warapsari)
Sejarah kelahiran Polisi Wanita (Polwan) di Indonesia tak jauh
berbeda dengan proses kelahiran Polisi Wanita di negara lain, yang
bertugas dalam penanganan dan penyidikan terhadap kasus kejahatan
yang melibatkan kaum wanita baik korban maupun pelaku kejahatan.
Polwan di Indonesia lahir pada 1 September 1948, berawal dari kota
Bukittinggi, Sumatera Barat, tatkala Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia (PDRI) menghadapi Agresi Militer Belanda II, dimana
terjadinya pengungsian besar-besaran pria, wanita, dan anak-anak
meninggalkan rumah mereka untuk menjauhi titik-titik peperangan.
Untuk mencegah terjadinya penyusupan, para pengungsi harus diperiksa
oleh polisi, namun para pengungsi wanita tidak mau diperiksa apalagi
digeledah secara fisik oleh polisi pria.
Ket :
Ilustrasi Kesulitan Polisi Pria Jika berurusan dengan Wanita
(Yang ditengah itu pria juga-nya itu. Jangan bilang-bilang.
Pake kaca mata Cle'an-pen)
http://microsite.viva.co.id/cangkang_haji2014/news/read/411959-kabur-dari-bui--mafioso-ini-menyamar-jadi-wanita-psk
Untuk mengatasi masalah tersebut, Pemerintah Indonesia menunjuk SPN
(Sekolah Polisi Negara) Bukittinggi untuk membuka "Pendidikan
Inspektur Polisi" bagi kaum wanita.
Setelah melalui seleksi terpilihlah 6 (enam) orang gadis remaja yang
kesemuanya berdarah Minangkabau dan juga berasal dari Ranah Minang,
yaitu:
Mariana Saanin Mufti
Nelly Pauna Situmorang
Rosmalina Pramono
Dahniar Sukotjo
Djasmainar Husein
Rosnalia Taher
Ke enam gadis remaja tersebut secara resmi tanggal 1 September 1948
mulai mengikuti Pendidikan Inspektur Polisi di SPN Bukittinggi. Sejak
saat itu dinyatakan lahirlah Polisi Wanita yang akrab dipanggil Polwan.
Keenam Polwan angkatan pertama tersebut juga tercatat sebagai wanita
ABRI pertama di tanah air yang kini kesemuanya sudah pensiun dengan
rata-rata berpangkat Kolonel Polisi (Kombes).
Tugas Polwan di Indonesia terus berkembang tidak hanya menyangkut
masalah kejahatan wanita, anak-anak dan remaja, narkotika dan masalah
administrasi bahkan berkembang jauh hampir menyamai berbagai tugas
polisi prianya.
Bahkan di penghujung tahun 1998, sudah lima orang Polwan dipromosikan
menduduki jabatan komando (sebagai Kapolsek). Hingga tahun 1998 sudah 4
orang Polwan dinaikkan pangkatnya menjadi Perwira Tinggi berbintang satu.
Kenakalan anak-anak dan remaja, kasus perkelahian antar pelajar yang
terus meningkat dan kasus kejahatan wanita yang memprihatinkan dewasa
ini adalah tantangan amat serius Korps Polisi Wanita untuk lebih
berperan dan membuktikan eksistensinya di tubuh Polri.
Hingga saat ini juga sudah ada Polwan yang memegang jabatan
sebagai Kapolres.
Perwira Tinggi Polwan
Brigadir Jenderal Polisi (Purn)
Jeanne Mandagi, SH (Jabatan terakhir : Kadivhumas Polri)
Brigadir Jenderal Polisi (Purn) Dra. Roekmini Koesoema Astoeti
(Jabatan terakhir : - )
Brigadir Jenderal Polisi (Purn) Paula Maria Renyaan Bataona (Jabatan
terakhir : Wakil Gubernur Provinsi Maluku 1998-2003)
Brigadir Jenderal Polisi (Purn) Dra. Sri Kusmaryati (Jabatan terakhir :
Lemdiklat Polri)
Brigadir Jenderal Polisi (Purn) Dra. Noldy Rata (Jabatan terakhir :
Konsultan Ahli Tim Asistensi Bidang Pencegahan BNN (sekarang)
Brigadir Jenderal Polisi (Purn) Hj. Rumiah Kartoredjo, S.Pd (Jabatan
terakhir : Kapolda Banten 2008-2010)
Ket :
Brigadir Jenderal Polisi Basaria Panjaitan, SH, MH (Jabatan terakhir :
Widyaiswara Madya Sespim Polri)
Brigadir Jenderal Polisi Soepartiwi, M.Pd (Jabatan terakhir :
Kadiklatsus Jatrans Lemdik Polri)
________________________________________________________________
Hubungan Sejarah Polwan dengan Sistem Kekerabatan Masyarakat
Bukit Tinggi, Padang Sumatra - Barat
________________________________________________________________
Para kawan...!
Penulis tidak tahu persis apakah ada hubungan Polwan ini dengan
sistem kekerabatan masyarakat Bukit Tinggi, namun wikipedia
mengatakan :
Matrilineal adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan
berasal dari pihak ibu. Kata ini seringkali disamakan dengan matriarkhat
atau matriarkhi, meskipun pada dasarnya artinya berbeda. Matrilineal
berasal dari dua kata bahasa Latin, yaitu mater yang berarti ibu, dan
linea yang berarti garis. Jadi, matrilineal berarti mengikuti garis
keturunan yang ditarik dari pihak ibu.
Sementara itu matriarkhat berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu
mater yang berarti ibu, dan archein yang berarti memerintah. Jadi,
matriarkhi berarti kekuasaan berada di tangan ibu atau pihak perempuan.
Penganut adat matrilineal adalah:
Suku Indian di Apache Barat
Suku Khasi di Meghalaya, India Timur Laut
Suku Nakhi di provinsi Sichuan dan Yunnan, Tiongkok
Suku Minangkabau di Sumatera Barat
Penduduk asli Amerika Serikat: Suku Navajo, sebagian besar suku Pueblo,
suku Crow, dll.
Beberapa suku kecil di kepulauan Asia Pasifik
Lawan dari matrilineal adalah patrilineal yaitu suatu adat masyarakat
yang menyatakan alur keturunan berasal dari pihak ayah. Penganut adat
patrilineal di Indonesia sebagai contohnya adalah suku Batak, suku Rejang,
dan suku Gayo.
Adat patrilineal lebih umum digunakan kelompok masyarakat dunia dibandingkan
matrilineal yang lebih jarang penggunaannya.
Mengacu pada uraian diatas, maka menurut hemat penulis "Sistem Matrileneal
ini "mendukung juga" atas sejarah Polwan yang bermula dari Bukit Tinggi
itu (Yang paling mendukungnya Sejarah Polwan dari Bukit Tinggi ni ada
pada link :
______________
Penutup
______________
Demikian infonya para kawan sekalian...!
Semoga dapat memperluas wawsan kita dibidang Polisi Republik
Idonesia dibidang Polwan-nya yang merupakan kekuatan RI juga
sebagai bagian dari yang kita sebut ABRI.
Dan sebagai saran untuk Polwan RI, penulis setuju dengan situs pada
alamat :
yang mengatakan :
http://humaspolresbantul.blogspot.com/2013/09/dalam-rangka-hut-polwan-upacara-bulanan.html
Di samping profesional, polwan juga harus mempunyai moral yang baik
dan selalu mengembangkan dirinya sesuai tuntutan zaman sehingga
kehadiran polwan pada organisasi polri dan di tengah-tengah
masyarakat tidak hanya sebagai penghias atau pelengkap saja,
tetapi juga sebagai pribadi yang bisa diandalkan seperti filosofi
“ bukan mawar penghias taman, tetapi melati pagar bangsa “ yang
artinya tidak hanya sebagai penghias keindahan saja, tetapi berperan
aktif sebagai sosok anggota polri yang responsif, adaptif dan proaktif.
Parakawan.....!
Selamat malam...!
___________________________________________________________________
Cat :
(Menyimak info sekitar Sejarah Polisi Wanita Indonesia dan melihat
hubungannya dengan Sitem Kekerabatan Masyarakat Bukit Tinggi)
____________________________________________________________________
_________________
Kata Pengantar
_________________
Dalam rangka menyambut Hari Polwan Indonesia yang jatuh pada tanggal
1 September 2015 ini, angkolafacebook.blogspot.com akan menyajikan
info pada pembacanya beberapa postingan yang penulis bagi, sbb :
Bab 1 :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2015/08/sejarah-polisi-wanita-indonesia-dalam.html
Bab 2 :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2015/08/sepolwan-dan-seluk-beluknya.html
Bab 3 :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2015/08/hari-polisi-wanita-2015-7-polwan-paling.html
Bab 4 :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2015/08/bukit-tinggi-tengok-la-tengok-apa-sama.html
_______________________
Sekilas Sejarah
_______________________
Ket :
Logo Polwan RI (Esthi Bahkti Warapsari)
Sejarah kelahiran Polisi Wanita (Polwan) di Indonesia tak jauh
berbeda dengan proses kelahiran Polisi Wanita di negara lain, yang
bertugas dalam penanganan dan penyidikan terhadap kasus kejahatan
yang melibatkan kaum wanita baik korban maupun pelaku kejahatan.
Polwan di Indonesia lahir pada 1 September 1948, berawal dari kota
Bukittinggi, Sumatera Barat, tatkala Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia (PDRI) menghadapi Agresi Militer Belanda II, dimana
terjadinya pengungsian besar-besaran pria, wanita, dan anak-anak
meninggalkan rumah mereka untuk menjauhi titik-titik peperangan.
Untuk mencegah terjadinya penyusupan, para pengungsi harus diperiksa
oleh polisi, namun para pengungsi wanita tidak mau diperiksa apalagi
digeledah secara fisik oleh polisi pria.
Ket :
Ilustrasi Kesulitan Polisi Pria Jika berurusan dengan Wanita
(Yang ditengah itu pria juga-nya itu. Jangan bilang-bilang.
Pake kaca mata Cle'an-pen)
http://microsite.viva.co.id/cangkang_haji2014/news/read/411959-kabur-dari-bui--mafioso-ini-menyamar-jadi-wanita-psk
Untuk mengatasi masalah tersebut, Pemerintah Indonesia menunjuk SPN
(Sekolah Polisi Negara) Bukittinggi untuk membuka "Pendidikan
Inspektur Polisi" bagi kaum wanita.
Setelah melalui seleksi terpilihlah 6 (enam) orang gadis remaja yang
kesemuanya berdarah Minangkabau dan juga berasal dari Ranah Minang,
yaitu:
Mariana Saanin Mufti
Nelly Pauna Situmorang
Rosmalina Pramono
Dahniar Sukotjo
Djasmainar Husein
Rosnalia Taher
Ke enam gadis remaja tersebut secara resmi tanggal 1 September 1948
mulai mengikuti Pendidikan Inspektur Polisi di SPN Bukittinggi. Sejak
saat itu dinyatakan lahirlah Polisi Wanita yang akrab dipanggil Polwan.
Keenam Polwan angkatan pertama tersebut juga tercatat sebagai wanita
ABRI pertama di tanah air yang kini kesemuanya sudah pensiun dengan
rata-rata berpangkat Kolonel Polisi (Kombes).
Tugas Polwan di Indonesia terus berkembang tidak hanya menyangkut
masalah kejahatan wanita, anak-anak dan remaja, narkotika dan masalah
administrasi bahkan berkembang jauh hampir menyamai berbagai tugas
polisi prianya.
Bahkan di penghujung tahun 1998, sudah lima orang Polwan dipromosikan
menduduki jabatan komando (sebagai Kapolsek). Hingga tahun 1998 sudah 4
orang Polwan dinaikkan pangkatnya menjadi Perwira Tinggi berbintang satu.
Kenakalan anak-anak dan remaja, kasus perkelahian antar pelajar yang
terus meningkat dan kasus kejahatan wanita yang memprihatinkan dewasa
ini adalah tantangan amat serius Korps Polisi Wanita untuk lebih
berperan dan membuktikan eksistensinya di tubuh Polri.
Hingga saat ini juga sudah ada Polwan yang memegang jabatan
sebagai Kapolres.
Perwira Tinggi Polwan
Brigadir Jenderal Polisi (Purn)
Jeanne Mandagi, SH (Jabatan terakhir : Kadivhumas Polri)
Brigadir Jenderal Polisi (Purn) Dra. Roekmini Koesoema Astoeti
(Jabatan terakhir : - )
Brigadir Jenderal Polisi (Purn) Paula Maria Renyaan Bataona (Jabatan
terakhir : Wakil Gubernur Provinsi Maluku 1998-2003)
Brigadir Jenderal Polisi (Purn) Dra. Sri Kusmaryati (Jabatan terakhir :
Lemdiklat Polri)
Brigadir Jenderal Polisi (Purn) Dra. Noldy Rata (Jabatan terakhir :
Konsultan Ahli Tim Asistensi Bidang Pencegahan BNN (sekarang)
Brigadir Jenderal Polisi (Purn) Hj. Rumiah Kartoredjo, S.Pd (Jabatan
terakhir : Kapolda Banten 2008-2010)
Ket :
Brigadir Jenderal Polisi Basaria Panjaitan, SH, MH (Jabatan terakhir :
Widyaiswara Madya Sespim Polri)
Brigadir Jenderal Polisi Soepartiwi, M.Pd (Jabatan terakhir :
Kadiklatsus Jatrans Lemdik Polri)
________________________________________________________________
Hubungan Sejarah Polwan dengan Sistem Kekerabatan Masyarakat
Bukit Tinggi, Padang Sumatra - Barat
________________________________________________________________
Para kawan...!
Penulis tidak tahu persis apakah ada hubungan Polwan ini dengan
sistem kekerabatan masyarakat Bukit Tinggi, namun wikipedia
mengatakan :
Matrilineal adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan
berasal dari pihak ibu. Kata ini seringkali disamakan dengan matriarkhat
atau matriarkhi, meskipun pada dasarnya artinya berbeda. Matrilineal
berasal dari dua kata bahasa Latin, yaitu mater yang berarti ibu, dan
linea yang berarti garis. Jadi, matrilineal berarti mengikuti garis
keturunan yang ditarik dari pihak ibu.
Sementara itu matriarkhat berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu
mater yang berarti ibu, dan archein yang berarti memerintah. Jadi,
matriarkhi berarti kekuasaan berada di tangan ibu atau pihak perempuan.
Penganut adat matrilineal adalah:
Suku Indian di Apache Barat
Suku Khasi di Meghalaya, India Timur Laut
Suku Nakhi di provinsi Sichuan dan Yunnan, Tiongkok
Suku Minangkabau di Sumatera Barat
Penduduk asli Amerika Serikat: Suku Navajo, sebagian besar suku Pueblo,
suku Crow, dll.
Beberapa suku kecil di kepulauan Asia Pasifik
Lawan dari matrilineal adalah patrilineal yaitu suatu adat masyarakat
yang menyatakan alur keturunan berasal dari pihak ayah. Penganut adat
patrilineal di Indonesia sebagai contohnya adalah suku Batak, suku Rejang,
dan suku Gayo.
Adat patrilineal lebih umum digunakan kelompok masyarakat dunia dibandingkan
matrilineal yang lebih jarang penggunaannya.
Mengacu pada uraian diatas, maka menurut hemat penulis "Sistem Matrileneal
ini "mendukung juga" atas sejarah Polwan yang bermula dari Bukit Tinggi
itu (Yang paling mendukungnya Sejarah Polwan dari Bukit Tinggi ni ada
pada link :
______________
Penutup
______________
Demikian infonya para kawan sekalian...!
Semoga dapat memperluas wawsan kita dibidang Polisi Republik
Idonesia dibidang Polwan-nya yang merupakan kekuatan RI juga
sebagai bagian dari yang kita sebut ABRI.
Dan sebagai saran untuk Polwan RI, penulis setuju dengan situs pada
alamat :
yang mengatakan :
http://humaspolresbantul.blogspot.com/2013/09/dalam-rangka-hut-polwan-upacara-bulanan.html
Di samping profesional, polwan juga harus mempunyai moral yang baik
dan selalu mengembangkan dirinya sesuai tuntutan zaman sehingga
kehadiran polwan pada organisasi polri dan di tengah-tengah
masyarakat tidak hanya sebagai penghias atau pelengkap saja,
tetapi juga sebagai pribadi yang bisa diandalkan seperti filosofi
“ bukan mawar penghias taman, tetapi melati pagar bangsa “ yang
artinya tidak hanya sebagai penghias keindahan saja, tetapi berperan
aktif sebagai sosok anggota polri yang responsif, adaptif dan proaktif.
Parakawan.....!
Selamat malam...!
___________________________________________________________________
Cat :
No comments:
Post a Comment