#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar Wisuda dalam hubungannya dengan Pengertian,
Sejarah, Toga dan Jenis Toga)
____________________________________________________________________
_________________
Kata Pengantar
_________________
Para kawan sekalian...!
Insya Allah beberapa hari ke-Depan, anak saya akan di Wisuda.
Nah...! Untuk persiapan-nya, penulis malam ini belajar dikit
seputar Wisuda dalam hubungannya dengan Pengertian, Sejarah,
Toga dan Jenis Toga.
Bagi anda yang juga mungkin membutuhkan info ini...!
Selamat menyimak...!
_________________________________
Sekilas info tentang Wisuda
_________________________________
* Pemahaman Umum
Wisuda adalah suatu proses pelantikan kelulusan mahasiswa yang telah
menempuh masa belajar pada suatu universitas. Biasanya prosesi wisuda
diawali dengan prosesi masuknya rektor dan para pembantu rektor dengan
dekan-dekannya guna mewisuda para calon wisudawan.
Biasanya setelah acara selesai dilakukan acara foto-foto bersama dengan
orang tua, teman-teman serta suami/istri dari wisudawan/wisudawati atau
dengan pasangan wisudawan/wisudawati.
Dilakukan biasanya setiap akhir semester dalam kalender akademik baik
semester genap maupun semester gasal (ganjil). Pada wisuda biasanya
memakai pakaian yang ditentukan, pakaian pria menggunakan hem putih dan
celana hitam bersepatu hitam, pakaian wanita menggunakan kebaya tradisional
tipis dengan kain jarik, tapi secara umum menggunakan baju toga.
______________________________
Sekilas info Tentang Toga
______________________________
* Pemahaman Umum
Toga, pakaian ala Romawi kuna ini adalah sehelai kain sepanjang
kira-kira enam meter (20 kaki) yang dililitkan ke sekeliling tubuh,
dan umumnya dikenakan setelah mengenakan tunik.
Toga terbuat dari wol, dan tunik kerap terbuat dari linen. Setelah
abad ke-2 SM, toga menjadi busana khusus pria, dan hanya warga negara
Romawi yang diizinkan mengenakannya. Karena menjadi busana khusus pria,
maka kaum wanita mengenakan stola.
* Sejarah
Toga dalam bahasa latin adalah tego yang berarti penutup.
Meskipun biasanya dikaitkan dengan bangsa Romawi, toga sebenarnya
berasal dari semacam jubah yang dikenakan oleh pribumi Italia, yakni
bangsa Etruskan yang hidup di Italia sejak 1200 SM.
Toga merupakan busana orang-orang Romawi; sehelai mantel wol tebal
yang dikenakan setelah mengenakan cawat atau celemek. Toga diyakini
sudah ada sejak era Numa Pompilius, Raja Roma yang kedua.
Toga ditanggalkan bila pemakainya berada di dalam ruangan, atau bila
melakukan pekerjaan berat di ladang, namun toga dianggap sebagai
satu-satunya busana yang pantas bila berada di luar ruangan.
Hal ini terbukti dalam riwayat Cincinnatus: dia sedang membajak
ladangnya tatkala para utusan Senat datang untuk mengabarinya bahwa
dia telah dijadikan diktator, dan begitu melihat mereka dia menyuruh
isterinya mengambilkan toganya dari rumah untuk dikenakannya sehingga
utusan-utusan itu dapat disambut dengan layak.
Sekalipun kebenarannya boleh diragukan, riwayat itu tetap memper-
lihatkan sentimen Romawi terhadap toga.
Seiring berlalunya waktu, gaya berbusana pun berganti. Bangsa Romawi
mengadopsi baju (tunica, atau khiton dalam bahasa Yunani) yang
dikenakan orang-orang Yunani dan Etruskan, membuat toga menjadi
makin berisi, sehingga lilitannya perlu agak dilonggarkan bila
dikenakan.
Akibatnya toga menjadi tidak berguna dalam aktivitas-aktivitas yang
memerlukan kegesitan, misalnya dalam perang. Oleh karena itu toga
digantikan oleh sagum (mantel wol) yang lebih ringan dalam semua
kegiatan militer. Pada masa-masa damai sekalipun toga akhirnya
tergeser oleh laena, lacerna, paenula, dan macam-macam mantel
berkancing atau tertutup lainnya. Meskipun demikian, toga tetap
menjadi pakaian sidang kekaisaran sejak sekitar tahun 44 SM.
* Signifikansi
Proses yang telah menggeser toga dari kehidupan sehari-hari itu,
juga telah mengangkat derajat toga menjadi pakaian seremonial,
sebagaimana yang sering terjadi dalam dunia busana. Toga dapat pula
dikenakan untuk menunjukkan jenjang-jenjang kekuasaan.
Seawal abad ke-2 SM, dan mungkin sekali bahkan sebelumnya, toga
{beserta calceus) dipandang sebagai lambang Kewarganegaraan Romawi.
Toga terlarang bagi orang asing, dan bahkan bagi orang-orang Romawi
yang diasingkan.
Toga dikenakan oleh para magistratus dalam setiap kesempatan sebagai
lambang jabatan mereka. Seorang magistratus yang tampil mengenakan
mantel Yunani (pallium) dan kasut akan terlihat sangat tidak sopan
di mata semua orang, jika tidak dianggap melakukan tindakan kriminal.
Augustus, misalnya, saking murkanya menyaksikan sebuah pertemuan
warga tanpa toga, sambil mengutip kata-kata angkuh Virgilus, "Romanos,
rerum dominos, gentemque togatam" ("Orang-orang Romawi, para penguasa
dunia, ras pemakai toga"), dia bertitah kepada para aedile agar
kelak tak seorang pun boleh tampil di Forum atau Sirkus tanpa
mengenakan toga.
Karena tidak dikenakan oleh para serdadu, maka toga dipandang sebagai
simbol perdamaian. Warga sipil kadang-kadang disebut togatus,
"pemakai toga", bertolak belakang dengan para serdadu pemakai-sagum.
De Officiis karya Cicero berisi frasa cedant arma togae: secara
harafiah berarti, "biarlah lengan takluk pada toga", maksudnya
"biarlah perdamaian menggantikan perang", atau "biarlah kekuatan
militer takluk pada kekuasaan sipil."
* Toga Menurut tradisi, para Raja Roma.
Orang-orang yang berhak mengenakan toga praetexta kadang-kadang dijuluki
laticlavius, "punya garis ungu lebar". Nama toga ini juga menjadi sumber
etimologis dari istilah sastra Romawi, praetexta.
* Macam-macam toga
lukisan toga picta
Ada bermacam-macam toga, penggunaannya pun berbeda-beda.
1. Toga virilis (toga alba atau toga pura):
Toga putih sederhana, untuk acara-acara resmi, dikenakan oleh kaum
pria Romawi yang sudah mencapai usia legal, umumnya antara 14 sampai
18 tahun, tetapi dapat pula pada umur berapa saja semasih berusia
belasan tahun. Pemakaian perdana toga virilis adalah bagian dari
perayaan memasuki usia dewasa.
2. Toga candida: "Toga cemerlang";
toga yang diputihkan dengan kapur sehingga terlihat putih menyilaukan
(Isidorus Orig. xix. 24, 6), dikenakan oleh para kandidat jabatan publik.
Kebiasaan inilah yang disinggung oleh Persius ketika berbicara tentang
cretata ambitio, "ambisi berkapur".
Tampaknya kebiasaan ini dilarang melalui sebuah plebiscita (jajak
pendapat) pada 432 SM, namun larangan tersebut tidak pernah dipaksakan.
Nama toga ini menjadi sumber etimologis dari kata kandidat.
3. Toga praetexta:
Toga putih biasa dengan garis lebar berwarna ungu sepanjang tepinya.
Dikenakan oleh Anak-anak lelaki yang terlahir merdeka dan belum akil-balig.
Seluruh Magistratus Curulis.
Para mantan Magistratus Curulis dan diktator, pada upacara pemakaman
dan tampaknya juga pada festival-festival dan perayaan-perayaan lainnya.
Sebagian imam (mis. Flamen Dialis, Collegium Pontificum, Tresviri Epulones,
para augur, dan Fratres Arvales).
Pada era kekaisaran, hak mengenakan toga praetexta kadangkala diberikan
sebagai anugerah kehormatan tanpa memandang jabatan resmi si penerima hak.
4. Toga pulla:
Secara harafiah berarti "toga gelap". Terutama dikenakan oleh sidang
perkabungan, namun dapat pula dikenakan di saat-saat seseorang terancam
bahaya atau masyarakat mengalami kecemasan.
Toga ini kadang-kadang digunakan sebagai ungkapan protes—tatkala Cicero
diasingkan, senat memutuskan untuk mengenakan togae pullae sebagai suatu
demonstrasi menentang keputusan pengasingan tersebut.
Para magistratus yang berhak mengenakan toga praetexta, hanya mengenakan
toga pura sederhana, bukannya pulla.
5. Toga picta:
Toga ini, tidak seperti semua toga lainnya, tidak saja diwarnai namun juga
dibordir dan diberi hiasan. Toga ini berwarna ungu gelap, dihiasi sulaman
dari benang emas.
Pada era repubrik, toga ini dikenakan oleh para jenderal dalam parade
kemenangan mereka, dan oleh Praetor Urbanus tatkala berkendara dengan
kereta para dewa ke dalam sirkus di Ludi Apollinares.
Pada era kekaisaran, toga picta dikenakan oleh para magistratus dalam
pertujukan gladiator untuk umum, dan oleh para konsul, serta kaisar
pada kesempatan-kesempatan istimewa.
6. Toga trabea:
Menurut Servius, ada tiga macam trabea: yang pertama trabea ungu,
diperuntukkan bagi dewa-dewa; yang kedua trabea ungu dan sedikit putih,
bagi raja-raja; dan yang ketiga trabea dengan garis merah manyala dan
tepian ungu, bagi para augur dan Salii.
Dionysius dari Halicarnassus mengatakan bahwa orang-orang dari kelas
Equites juga mengenakannya, namun tidak ada bukti lain yang menguatkan
pernyataannya.
7. Toga pastor Katolik
Di Indonesia, jubah yang dikenakan para imam Katolik (bahasa Inggris:
Cassock, bahasa Perancis: Soutane, bahasa Italia: Abito talare) jubah
para pendeta Protestan (bahasa Inggris: Geneva gown), jubah akademik atau
jubah wisuda (bahasa Inggris: Academic dress), serta jubah yang dikenakan
dalam persidangan (bahasa Inggris: Court dress), disebut juga Toga,
meskipun berbeda-beda pola dan bahannya.
* Penggunaan Toga dewasa di Universitas / Perguruan Tinggi
Di beberapa negara, tradisi pesta toga (bahasa Inggris: toga party) telah
populer dalam beberapa dekade terakhir, umumnya di kolose-kolose dan
universitas-universitas, yang digambarkan dengan sangat bagus dalam
(jika tidak terinspirasi oleh) film Animal House.
Kebiasaan ini practice trades on the exaggerated legend of Roman debauchery,
dan para undangan yang mengenakan "toga", yang biasanya dibuat dari seprai.
"Toga-toga" semacam ini hanya sedikit kemiripannya dengan toga Romawi
kuna karena lebih sederhana dan pendek.
* Galeri Animasi Wisuda dan Toga
__________
Penutup
__________
Demikian info sekilas-nya para kawan sekalian...!
...dan...
Jika sekarang anda sudah sarjana.
Semoga bukan sarjana yang resah mencari kerja.
Selamat malam...!
(Menyimak info sekitar Wisuda dalam hubungannya dengan Pengertian,
Sejarah, Toga dan Jenis Toga)
____________________________________________________________________
_________________
Kata Pengantar
_________________
Para kawan sekalian...!
Insya Allah beberapa hari ke-Depan, anak saya akan di Wisuda.
Nah...! Untuk persiapan-nya, penulis malam ini belajar dikit
seputar Wisuda dalam hubungannya dengan Pengertian, Sejarah,
Toga dan Jenis Toga.
Bagi anda yang juga mungkin membutuhkan info ini...!
Selamat menyimak...!
_________________________________
Sekilas info tentang Wisuda
_________________________________
* Pemahaman Umum
Wisuda adalah suatu proses pelantikan kelulusan mahasiswa yang telah
menempuh masa belajar pada suatu universitas. Biasanya prosesi wisuda
diawali dengan prosesi masuknya rektor dan para pembantu rektor dengan
dekan-dekannya guna mewisuda para calon wisudawan.
Biasanya setelah acara selesai dilakukan acara foto-foto bersama dengan
orang tua, teman-teman serta suami/istri dari wisudawan/wisudawati atau
dengan pasangan wisudawan/wisudawati.
Dilakukan biasanya setiap akhir semester dalam kalender akademik baik
semester genap maupun semester gasal (ganjil). Pada wisuda biasanya
memakai pakaian yang ditentukan, pakaian pria menggunakan hem putih dan
celana hitam bersepatu hitam, pakaian wanita menggunakan kebaya tradisional
tipis dengan kain jarik, tapi secara umum menggunakan baju toga.
______________________________
Sekilas info Tentang Toga
______________________________
* Pemahaman Umum
Toga, pakaian ala Romawi kuna ini adalah sehelai kain sepanjang
kira-kira enam meter (20 kaki) yang dililitkan ke sekeliling tubuh,
dan umumnya dikenakan setelah mengenakan tunik.
Toga terbuat dari wol, dan tunik kerap terbuat dari linen. Setelah
abad ke-2 SM, toga menjadi busana khusus pria, dan hanya warga negara
Romawi yang diizinkan mengenakannya. Karena menjadi busana khusus pria,
maka kaum wanita mengenakan stola.
* Sejarah
Toga dalam bahasa latin adalah tego yang berarti penutup.
Meskipun biasanya dikaitkan dengan bangsa Romawi, toga sebenarnya
berasal dari semacam jubah yang dikenakan oleh pribumi Italia, yakni
bangsa Etruskan yang hidup di Italia sejak 1200 SM.
Toga merupakan busana orang-orang Romawi; sehelai mantel wol tebal
yang dikenakan setelah mengenakan cawat atau celemek. Toga diyakini
sudah ada sejak era Numa Pompilius, Raja Roma yang kedua.
Toga ditanggalkan bila pemakainya berada di dalam ruangan, atau bila
melakukan pekerjaan berat di ladang, namun toga dianggap sebagai
satu-satunya busana yang pantas bila berada di luar ruangan.
Hal ini terbukti dalam riwayat Cincinnatus: dia sedang membajak
ladangnya tatkala para utusan Senat datang untuk mengabarinya bahwa
dia telah dijadikan diktator, dan begitu melihat mereka dia menyuruh
isterinya mengambilkan toganya dari rumah untuk dikenakannya sehingga
utusan-utusan itu dapat disambut dengan layak.
Sekalipun kebenarannya boleh diragukan, riwayat itu tetap memper-
lihatkan sentimen Romawi terhadap toga.
Seiring berlalunya waktu, gaya berbusana pun berganti. Bangsa Romawi
mengadopsi baju (tunica, atau khiton dalam bahasa Yunani) yang
dikenakan orang-orang Yunani dan Etruskan, membuat toga menjadi
makin berisi, sehingga lilitannya perlu agak dilonggarkan bila
dikenakan.
Akibatnya toga menjadi tidak berguna dalam aktivitas-aktivitas yang
memerlukan kegesitan, misalnya dalam perang. Oleh karena itu toga
digantikan oleh sagum (mantel wol) yang lebih ringan dalam semua
kegiatan militer. Pada masa-masa damai sekalipun toga akhirnya
tergeser oleh laena, lacerna, paenula, dan macam-macam mantel
berkancing atau tertutup lainnya. Meskipun demikian, toga tetap
menjadi pakaian sidang kekaisaran sejak sekitar tahun 44 SM.
* Signifikansi
Proses yang telah menggeser toga dari kehidupan sehari-hari itu,
juga telah mengangkat derajat toga menjadi pakaian seremonial,
sebagaimana yang sering terjadi dalam dunia busana. Toga dapat pula
dikenakan untuk menunjukkan jenjang-jenjang kekuasaan.
Seawal abad ke-2 SM, dan mungkin sekali bahkan sebelumnya, toga
{beserta calceus) dipandang sebagai lambang Kewarganegaraan Romawi.
Toga terlarang bagi orang asing, dan bahkan bagi orang-orang Romawi
yang diasingkan.
Toga dikenakan oleh para magistratus dalam setiap kesempatan sebagai
lambang jabatan mereka. Seorang magistratus yang tampil mengenakan
mantel Yunani (pallium) dan kasut akan terlihat sangat tidak sopan
di mata semua orang, jika tidak dianggap melakukan tindakan kriminal.
Augustus, misalnya, saking murkanya menyaksikan sebuah pertemuan
warga tanpa toga, sambil mengutip kata-kata angkuh Virgilus, "Romanos,
rerum dominos, gentemque togatam" ("Orang-orang Romawi, para penguasa
dunia, ras pemakai toga"), dia bertitah kepada para aedile agar
kelak tak seorang pun boleh tampil di Forum atau Sirkus tanpa
mengenakan toga.
Karena tidak dikenakan oleh para serdadu, maka toga dipandang sebagai
simbol perdamaian. Warga sipil kadang-kadang disebut togatus,
"pemakai toga", bertolak belakang dengan para serdadu pemakai-sagum.
De Officiis karya Cicero berisi frasa cedant arma togae: secara
harafiah berarti, "biarlah lengan takluk pada toga", maksudnya
"biarlah perdamaian menggantikan perang", atau "biarlah kekuatan
militer takluk pada kekuasaan sipil."
* Toga Menurut tradisi, para Raja Roma.
Orang-orang yang berhak mengenakan toga praetexta kadang-kadang dijuluki
laticlavius, "punya garis ungu lebar". Nama toga ini juga menjadi sumber
etimologis dari istilah sastra Romawi, praetexta.
* Macam-macam toga
lukisan toga picta
Ada bermacam-macam toga, penggunaannya pun berbeda-beda.
1. Toga virilis (toga alba atau toga pura):
Toga putih sederhana, untuk acara-acara resmi, dikenakan oleh kaum
pria Romawi yang sudah mencapai usia legal, umumnya antara 14 sampai
18 tahun, tetapi dapat pula pada umur berapa saja semasih berusia
belasan tahun. Pemakaian perdana toga virilis adalah bagian dari
perayaan memasuki usia dewasa.
2. Toga candida: "Toga cemerlang";
toga yang diputihkan dengan kapur sehingga terlihat putih menyilaukan
(Isidorus Orig. xix. 24, 6), dikenakan oleh para kandidat jabatan publik.
Kebiasaan inilah yang disinggung oleh Persius ketika berbicara tentang
cretata ambitio, "ambisi berkapur".
Tampaknya kebiasaan ini dilarang melalui sebuah plebiscita (jajak
pendapat) pada 432 SM, namun larangan tersebut tidak pernah dipaksakan.
Nama toga ini menjadi sumber etimologis dari kata kandidat.
3. Toga praetexta:
Toga putih biasa dengan garis lebar berwarna ungu sepanjang tepinya.
Dikenakan oleh Anak-anak lelaki yang terlahir merdeka dan belum akil-balig.
Seluruh Magistratus Curulis.
Para mantan Magistratus Curulis dan diktator, pada upacara pemakaman
dan tampaknya juga pada festival-festival dan perayaan-perayaan lainnya.
Sebagian imam (mis. Flamen Dialis, Collegium Pontificum, Tresviri Epulones,
para augur, dan Fratres Arvales).
Pada era kekaisaran, hak mengenakan toga praetexta kadangkala diberikan
sebagai anugerah kehormatan tanpa memandang jabatan resmi si penerima hak.
4. Toga pulla:
Secara harafiah berarti "toga gelap". Terutama dikenakan oleh sidang
perkabungan, namun dapat pula dikenakan di saat-saat seseorang terancam
bahaya atau masyarakat mengalami kecemasan.
Toga ini kadang-kadang digunakan sebagai ungkapan protes—tatkala Cicero
diasingkan, senat memutuskan untuk mengenakan togae pullae sebagai suatu
demonstrasi menentang keputusan pengasingan tersebut.
Para magistratus yang berhak mengenakan toga praetexta, hanya mengenakan
toga pura sederhana, bukannya pulla.
5. Toga picta:
Toga ini, tidak seperti semua toga lainnya, tidak saja diwarnai namun juga
dibordir dan diberi hiasan. Toga ini berwarna ungu gelap, dihiasi sulaman
dari benang emas.
Pada era repubrik, toga ini dikenakan oleh para jenderal dalam parade
kemenangan mereka, dan oleh Praetor Urbanus tatkala berkendara dengan
kereta para dewa ke dalam sirkus di Ludi Apollinares.
Pada era kekaisaran, toga picta dikenakan oleh para magistratus dalam
pertujukan gladiator untuk umum, dan oleh para konsul, serta kaisar
pada kesempatan-kesempatan istimewa.
6. Toga trabea:
Menurut Servius, ada tiga macam trabea: yang pertama trabea ungu,
diperuntukkan bagi dewa-dewa; yang kedua trabea ungu dan sedikit putih,
bagi raja-raja; dan yang ketiga trabea dengan garis merah manyala dan
tepian ungu, bagi para augur dan Salii.
Dionysius dari Halicarnassus mengatakan bahwa orang-orang dari kelas
Equites juga mengenakannya, namun tidak ada bukti lain yang menguatkan
pernyataannya.
7. Toga pastor Katolik
Di Indonesia, jubah yang dikenakan para imam Katolik (bahasa Inggris:
Cassock, bahasa Perancis: Soutane, bahasa Italia: Abito talare) jubah
para pendeta Protestan (bahasa Inggris: Geneva gown), jubah akademik atau
jubah wisuda (bahasa Inggris: Academic dress), serta jubah yang dikenakan
dalam persidangan (bahasa Inggris: Court dress), disebut juga Toga,
meskipun berbeda-beda pola dan bahannya.
* Penggunaan Toga dewasa di Universitas / Perguruan Tinggi
Di beberapa negara, tradisi pesta toga (bahasa Inggris: toga party) telah
populer dalam beberapa dekade terakhir, umumnya di kolose-kolose dan
universitas-universitas, yang digambarkan dengan sangat bagus dalam
(jika tidak terinspirasi oleh) film Animal House.
Kebiasaan ini practice trades on the exaggerated legend of Roman debauchery,
dan para undangan yang mengenakan "toga", yang biasanya dibuat dari seprai.
"Toga-toga" semacam ini hanya sedikit kemiripannya dengan toga Romawi
kuna karena lebih sederhana dan pendek.
* Galeri Animasi Wisuda dan Toga
__________
Penutup
__________
Demikian info sekilas-nya para kawan sekalian...!
...dan...
Jika sekarang anda sudah sarjana.
Semoga bukan sarjana yang resah mencari kerja.
Selamat malam...!
__________________________________________________________________
Cat :
http://amzn.to/1VW0ktU
No comments:
Post a Comment