Wednesday, May 15, 2013

"Batak Suku Pemetik gitar"


#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menjawab pertanyaan "Batak suku kanibal atau pemetik gitar
pada website VOA Sipirok lewat uji kesimpulan sementara  / hipotesis)
________________________________________________________________







Para kawan...!

Jika kita menyimak VOA Sipirok, lewat alamat
http://voasipirok.blogspot.com/2013/03/batak-suku-kanibal-atau-pemetik-gitar.html
maka kita akan menemukan satu tulisan dengan judul "Batak, Suku Kanibal atau
Pemetik Gitar".

Pada pembukaan tulisan dikatakan :

"Orang Batak ya, pintar menyanyi dong?"

Itulah pertanyaan orang lain dari luar suku  Batak bila berkenalan
dengan orang Batak. Benarkah? Mungkin saja betul, bisa jadi melebih
lebihkan. Tapi, biarlah orang dari suku lain memiliki pandangan
seperti itu. Bukankah menyanyi menunjukkan sebuah laku positif?
Biarlah orang di luar suku Batak mempertahankan pemenilaian itu,
bahwa menyanyi bagi orang Batak adalah keseharian mereka,
seperti bernafas.

Selanjutnya dikatakan mengenai perbedaan rasa suka orang Ambon dan
Batak pada musik :

Orang Ambon, misalnya. Suku ini banyak menghasilkan penyanyi di
negeri ini. Para artis pemilik suara merdu, mereka yang kemudian
dikenal luas sebagai selebritis. Jumlahnya, barangkali, sangat
sedikit. Tapi, jumlah yang sedikit itu mampu membuat citra suku
Ambon dari sebagai bangsa yang keras menjadi bangsa yang mampu
melembutkan hati.

Berbeda dengan suku Batak. Meskipun dikenal sebagai bangsa yang
punya tradisi kuat dalam menyanyi, tapi tradisi itu tidak bisa
mengubah citra bangsa ini sebagai bangsa yang keras. "Orang Batak
itu keras!" Begitu kata seorang kawan, seorang intelektual, kutu
buku yang luar biasa. Kemudian ia mengutif penelitian sejumlah
antropolog tentang masyarakat Batak, dari yang paling baru sampai
yang paling awal. Intinya ia bicara berdasarkan fakta ilmiah,
tak mengada-ada, tak mengandai-andai.

Para kawan...!

Mengacu pada uraian diatas dan
kelengkapan tulisan pada website VOA
Sipirok penulis ingin mengambil kesimpulan
sementara, sebagai berikut : "Suku Batak
suku Pemetik Gitar, bukan suku kanibal"
Kesimpulan ini akan penulis uji / analisis
lewat sub judul :

1. Suku batak itu bukan suku kanibal
2. Suku batak itu memang suku pemetik gitar
2. Orang-orang batak itu memang pintar nyanyi
3. Lagu batak memang tidak bisa merubah
tradisi yang keras jadi lembut

Penulis berharap lewat uji naalisis isi ini (Bukan analisis sesungguhnya-pen)
akan menemukan suatu teori mengenai suku batak dalam hubungannya
dengan kanibalisme dan pemetik gitar.

Dengan teori ini, penulis berharap agar para masyarakat suku batak, tidak
punya keraguan akan sukunya sendiri. Botima.

Selamat menyimak dan mohon ijin untuk mengujinya...!
__________________________________________

1. Suku batak itu bukan suku kanibal
__________________________________________

Link berikut ini adalah jawaban lengkap penulis :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/05/betul-
batak-makan-orang-betul.html

___________________________________________

2. Suku Batak itu memang suku Pemetik Gitar
___________________________________________

Para kawan...!

Untuk menghinghindari salah tafsir ada
baiknya kita samakan dulu pemahaman
mengenai "Suku Pemetik Gitar".
Di pikiran penulis, istilah tersebut
adalah kalimat sinonim dari "Suku
cinta musik, suku pargondang, suku
parende atau suku paronang-onang.
Dengan kata kunci "Suku Pemusik".

Ya...! Suku batak memang suku
pemusik karena hampir semua aktifitas
kegiatan baik dalam kegiatan siriaon
maupun siluluton tergambar lewat
musik dan selalu di iringi musik.
Dan musik ini pada umumnya sudah
dikenakan sejat kecil.

Berikut tiga orang suku batak pemetik gitar dalam lagu "Marsitogol".
Marsak bope margambiraho...ooooo...marsitogol...sitogol...
sitogol...maho...oooo :



Begitupun, jika kita mengamati kemampuan bermusik dari stiap sub suku
batak, sedikit banyak akan kita temukan perbedaan khususnya dalam
olah seni vokal.

Suku Angkola misalnya, secara umum kemampuan  olah vokal mereka
masih di bawah rata-rata orang Toba, tapi mungkin sama dengan karo,
simalungun atau Mandailing jika kita meninjau aktivitas mereka dari
hasil uplound video di you tube atau dalam kehidupan sehari-harinya.

Dari hasil pengamatan penulis, agama berpengaruh besar pada kemampuan
olah vokal seseorang di tanah Batak. Ada kecenderungan mereka yang
beraga Kristen lebih bagus olah vokalnya dalam menyanyikan lagu-lagu
Batak, tapi dalam dalam menyanyikan lagu-lagu Qasidah dengan sendirinya
olah vokalnya yang paling mampu adalah yang beragama islam.

Hal lainya, dalam kehidupan sehari-hari orang batak itu juga tidak lepas
dari gitar. Apa lagi bagi mereka yang dalam usia remaja yang dalam
bahasa batak disebut naposo nauli bulung. "Nayaris masa haposoan
habis di lopoan untuk marende-ende".

Dan marende-ende lewat petikan gitar ini, akan semakin sodap karena
banyaknya pilihan lagu sesuai dengan selera pemusiknya.

Molo margitar au ito ...begema soaranai....


____________________________________________________________

3. Lagu batak memang tidak bisa merubah tradisi yang keras jadi lembut /
   ( Perbandingan lagu batak dan lagu ambon)
____________________________________________________________

Pada postingan penulis sebelumnya lewat blog ini, pernah menafsir
bunyi seruling Nusantara dengan mengambil sampel tafsiran subjektif
seruling Aceh, Padang, Sunda, Bali, dayak, Banten, dll.

Dari hasil tafsiran tersebut penulis berkesimpulan, hanya seruling
batak yang paling lengkap hasil tafsirnya dan juga paling keras.

Hubungannya dengan tulisan ini, jika Budi Hatees mengatakan lewat
kutipan antropolognya bahwa kehidupan masyarakat batak itu keras,
maka penulis ingin berkata, memang keras.

Artinya bagi penulis, "MUSIK BAGI SUKU BATAK BUKANLAH MUSIK
DARI PADA TAK ADA  MUSIK SITIRIP MUSIK SANDIWARA, TAPI
MUSIK BAGI ORANG BATAK ADALAH MUSIK APA ADANYA, MUSIK
DALAM KENYATAAN ATAU MUSIK DALAM FAKTA".












Jika  motif musik menyampaikan rasa senang, maka musiknyapun senang,
jika motif musik menyampaikan rasa sedih maka musiknyapun akan bernada
sendu sitirip sodih. Jika motif musiknya menyampaikan rasa miskin maka
kemiskinan yang ditunjukkan dan bukan sebaliknya.

Dan dalam kesedihan hidup, tak jarang pula orang batak itu berkata setengah
mati, bahkan ada yang ingin mati, "Tumagon nama au langge ulang pado-
pado.....hahahaha...Trio Ambisi memperjelasnya sebagai gambaran musik
dalam kenyataan. Silakan :



Hah....bagaimana dengan musik Ambon, bukan tidak mungkin karena
optiminsya hidup, "Yang  hidup miskinpun tetap merasa kaya" Hahaha....
Senang pula lagi. Salut untuk Ambon.

Musik...!



Mengacu pada kedua video di atas, apa yang dikatakan oleh VOA Sipirok
benar juga, bahwa orang Ambon bisa jadi lebih berhasil dalam melembutkan
nusantara, apalagi lewat suara indahnya Broery Marantika.

sedangkan orang batak hahahahaha..."Hidup ini keras", kelembutan
nusantara bukan urusan  vokalis batak.

Ya...! Bukan urusan vokalis batak itu yang saya tangkap kawan. "Meskipun
orang Batak banyak yang bisa nyanyi, sepertinya mereka menyanyi bukanlah
untuk mengejar popularitas, bukan pula mengejar kelembutan. "Mereka menyanyi
karena mereka ingin menyanyi, seperti inginnya mereka bernapas." Itu saja.

Begitupun, antara penyanyi Ambon dan Batak cukup terjaga kekompakkanya
karena itu, "Tak heran pula jika lagu  batak dinyanyikan sama orang ambon
atau sebaliknya".


_________

Teori
_________

Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan
adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami
sebuah fenomena. Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu
kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu
cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.

Tiga hal yang perlu diperhatikan jika kita ingin mengenal lebih lanjut tentang
teori adalah:

Teori merupakan suatu proporsi yang terdiri dari konstrak yang sudah didefini
sikan secara luas sesuai dengan hubungan unsur-unsur dalam proporsi tersebut
secara jelas.

Teori menjelaskan hubungan antar variable sehingga pandangan yang sistematik
dari fenomena yang diterangkan variabel-variabel tersebut dapat jelas
Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variable yang saling
berhubungan.

Para kawan...!

Uraian diatas sedikit banyak telah memberikan gambaran"Apa artinya teori".
Tentunya dengan penekanan pada variabel "Suku batak" dalam hubungannya dengan
"Pemetik Gitar".

Hubungan variabel tersebut pun telah penulis uraiakan (Uraian analisis isi
pesan / tidak melakukan penelitian baik dalam bentuk quesioner ataupun
wawancara-pen), seperti tergambar lewat penjelasan di atas.

Karena itu pantas kiranya penulis mengeluarkan hipotesis, "Jika suku batak bukan
suku kanibal, maka suku batak adalah suku pemetik gitar". Hahahahaha...bisa-bisa
aku ini ba.

Berikut tabel, bisa-bisa penulis juga sebagai gambaran hasil penelitiannya
tentang pendapat macam suku batak pada "Batak suku kanibal atau pemetik gitar"
Hasil ini sekaligus untuk mendukung kekuatan hipotesis :






Jika hipotesis sudah keluar, sudah di uji baik lewat uraian mapun tabel maka
kelengkapannya tidak lain dan tidak bukan adalah pengeluaran teori. Dan teori
itu adalah : "Suku batak suku pemetik gitar bukan suku kanibal"








Sedangkan pantun kelengkapannya, sekaligus sebagai praktek dari
teori, penutup tulisan adalah :

Potang-potang ninna kehe marbal
marayak magorib pe anso bubar
suku batak bukan suku kanibal
tapi suku pemetik gitar

Kakakakakakakaka...kkk...kkkk.....mantap....! Marhorja hita, potong
horbo, jangan potong  orang,  pasang musik aso sonang....!

Musik...! Ah...lama kalipun.



Selamat malam para kawan dan horas suku pemetik gitar...!
_____________________________________________________________________
Cat :
Semoga info ini memberi manfaat juga bagi para anggi yang lagi
menyusun skripsi.
br />
PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork

No comments:

Post a Comment