#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Melihat Sejarah Kota Medan dari macam sumber / Sejarawan
dan menikmati lagu : Ini Medan Bung...!")
____________________________________________________________
"Sejarah, babad, hikayat, riwayat, atau tambo dalam bahasa Indonesia dapat
diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada
masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja
yang memerintah".
Demikian pengertian singkat sejarah. Sedangkan mengenai Ilmu Sejarah
pada wikipedia disebutkan :
Ilmu Sejarah adalah ilmu yang digunakan untuk mempelajari peristiwa
penting masa lalu manusia.Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan
akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara
berpikir secara historis. Orang yang mengkhususkan diri mempelajari
sejarah atau ahli sejarah disebut sejarawan.
Para kawan...!
Mengacu pada uraian diatas, maka pada malam ini, penulis ingin
mengetahui, "Bagaiamana Sebenarnya Sejarah Kota Medan". Hal ini
terasa penting mengingat Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatra
Utara dan di Medan ada namanya "Kesultanan Deli".
Hal lainnya sebagai pelengkap dari tulisan sebelumnya di blog ini
yang berjudul, "Doli Kota Medan Doli Haholongan"
Begitupun musikla dulu :
Berikut uraiannya :
__________________________________
Sebelum Indonesia Merdeka
__________________________________
* 1612 - ke bawah
Hal pokok yang perlu diketahui pada masa ini adalah :
1. Guru Patipus adalah orang yang pertama membuka kampung
di Kota Medan sekarang ini dan pada masa itu Kota Medan
ini disebut "Tanah Deli".
2. Yang dimaksud Tanah Deli pada masa itu dari Sungai Ular (Deli Serdang)
sampai ke Sungai Wampu di Langkat. Tanah Deli ini ada juga yang
menyebutnya Kampung Medan
3 Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang berfikiran
maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut
ilmu) membaca Al-Qur'an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian
memperdalam tentang agama Islam ke Aceh.
4. Keterangan yang menguatkan bahwa adanya Kampung Medan ini adalah
keterangan H. Muhammad Said yang mengutip melalui buku Deli: In
Woord en Beeld ditulis oleh N. ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan
bahwa dahulu kala Kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya
masih ada terdiri dari dinding dua lapis berbentuk bundaran yang
terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai Deli dan sungai
Babura. Rumah Administrateur terletak di seberang sungai dari
kampung Medan.
5. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah di Wisma
Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut adalah kantor
PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini.
6. Sampai tahun 1612 Tanah Deli ini telah diisi oleh banyak penduduk
yang pada kahirnya menjadi cikal bakal terbentuknya Kesultanan Deli
7. Berikut "Goyang Deli" sebagai pendukung bahwa Tanah Deli itu ada.
Musik...!
* 1612 - 1632 (Raja Aceh Sultan Iskandar Muda Memperluas kekuasannya
sampai ke Kampung Medan atau Tanah Deli
Berikut video musik "Iskandar Muda" sebagai pendukungnya :
Lewat situs wikipedia dikatakan :
Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan,
Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Kesultanan Aceh mengirim
Panglimanya bernama Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda
Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di
Tanah Deli.
Gocah Pahlawan membuka negeri baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku
Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan kebesaran
imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya,
sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli
sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung Gunung Klarus, Sampali,
Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan Sigara-gara.
* 1632 - 1669 (Kesultanan Deli lepas dari Kesultanan Aceh /
Kesultanan Deli Merdeka)
Tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal bergelar
"Sri Indra Baiduzzaman Surbakti". Setelah terjadi perkawinan ini raja-
raja di Kampung Medan menyerah pada Gocah Pahlawan.
Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya
Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan
Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya
di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.
______________
1669 - 1825
______________
Macam persoalan mengenai pertanian dan perkebunan diselesaikan pada
tahun-tahun ini.
___________________________________________________________
1825 - 1830 (Belanda mulai menguasai Tanah Jawa, Minang Kabau, Tanah
Batak dan Aceh)
___________________________________________________________
Belanda yang menjajah Nusantara kurang lebih tiga setengah abad namun
untuk menguasai Tanah Deli mereka sangat banyak mengalami tantangan
yang tidak sedikit. Mereka mengalami perang di Jawa dengan Pangeran
Diponegoro sekitar tahun 1825-1830. Belanda sangat banyak mengalami
kerugian sedangkan untuk menguasai Sumatera, Belanda juga berperang
melawan Aceh, Minangkabau, dan Sisingamangaraja XII di daerah Tapanuli.
* 1830 - 1864 (Belanda mulai memasuki Tanah Deli)
"Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan di
sana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman
penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya.
Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli
yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus
berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan
perekonomian di Sumatera Utara".
Demikian tulis wikipedia tentang hasil penelitian Volker terhadap
Tanah Deli atau Kampung Medan.
*1864 sampai 1942 (Belanda menguasai Tanah Deli dalam hubungannya
dengan Kerajaan Siak Sri Indra Pura)
Setelah perang Jawa berakhir barulah Gubernur Jenderal Belanda Johannes
van den Bosch mengerahkan pasukannya ke Sumatera dan dia memperkirakan
untuk menguasai Sumatera secara keseluruhan diperlukan waktu 25 tahun.
Penaklukan Belanda atas Sumatera ini terhenti di tengah jalan karena
Menteri Jajahan Belanda waktu itu Jean Chrétien Baud menyuruh mundur
pasukan Belanda di Sumatera walaupun mereka telah mengalahkan Minangkabau
yang dikenal dengan nama Perang Paderi.
Sultan Ismail yang berkuasa di Riau secara tiba-tiba diserang oleh
gerombolan Inggeris dengan pimpinannya bernama Adam Wilson. Berhubung
pada waktu itu kekuatannya terbatas maka Sultan Ismail meminta
perlindungan pada Belanda.
Sejak saat itu terbukalah kesempatan bagi Belanda untuk menguasai
Kesultanan Siak Sri Indrapura yang rajanya adalah Sultan Ismail.
Pada tanggal 1 Februari 1858 Belanda mendesak Sultan Ismail untuk
menandatangani perjanjian agar daerah taklukan kerajaan Siak Sri
Indrapura termasuk Deli, Langkat dan Serdang di Sumatera Timur masuk
kekuasaan Belanda.
Karena daerah Deli telah masuk kekuasaan Belanda otomatislah
Kampung Medan menjadi jajahan Belanda, tapi kehadiran Belanda belum
secara fisik menguasai Tanah Deli.
Pada tahun 1858 juga Elisa Netscher diangkat menjadi Residen Wilayah
Riau dan sejak itu pula dia mengangkat dirinya menjadi pembela
Sultan Ismail yang berkuasa di kerajaan Siak. Tujuan Netscher
itu adalah dengan duduknya dia sebagai pembela Sultan Ismail secara
politis tentunya akan mudah bagi Netscher menguasai daerah taklukan
Kesultanan Siak yakni Deli yang di dalamnya termasuk
Kampung Medan Putri.
* 1942 - 1945 (Masa Penjajahan Jepang)
Tahun 1942 penjajahan Belanda berakhir di Sumatera yang ketika itu
Jepang mendarat dibeberapa wilayah seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi
dan khusus di Sumatera Jepang mendarat di Sumatera Timur.
Tentara Jepang yang mendarat di Sumatera adalah tentara XXV yang
berpangkalan di Shonanto yang lebih dikenal dengan nama Singapura,
tepatnya mereka mendarat tanggal 11 malam 12 Maret 1942.
Pasukan ini terdiri dari Divisi Garda Kemaharajaan ke-2 ditambah
dengan Divisi ke-18 dipimpin langsung oleh Letjend. Nishimura.
Ada empat tempat pendaratan mereka ini yakni Sabang, Ulele, Kuala
Bugak (dekat Peureulak, Aceh Timur sekarang) dan Tanjung Tiram
(kawasan Batubara sekarang).
Pasukan tentara Jepang yang mendarat di kawasan Tanjung Tiram inilah
yang masuk ke Kota Medan, mereka menaiki sepeda yang mereka beli
dari rakyat di sekitarnya secara barter.
Mereka bersemboyan bahwa mereka membantu orang Asia karena mereka
adalah saudara Tua orang-orang Asia sehingga mereka dieluelukan
menyambut kedatangannya.
Ketika peralihan kekuasaan Belanda kepada Jepang Kota Medan kacau
balau, orang pribumi mempergunakan kesempatan ini membalas dendam
terhadap orang Belanda.
Keadaan ini segera ditertibkan oleh tentara Jepang dengan mengerahkan
pasukannya yang bernama Kempetai (Polisi Militer Jepang). Dengan
masuknya Jepang di Kota Medan keadaan segera berubah terutama
pemerintahan sipilnya yang zaman Belanda disebut gemeentebestuur
oleh Jepang dirobah menjadi Medan Sico (Pemerintahan Kotapraja).
Yang menjabat pemerintahan sipil di tingkat Kotapraja Kota Medan
ketika itu hingga berakhirnya kekuasaan Jepang bernama Hoyasakhi.
Untuk tingkat keresidenan di Sumatera Timur karena masyarakatnya
heterogen disebut Syucokan yang ketika itu dijabat oleh T.Nakashima,
pembantu Residen disebut dengan Gunseibu.
Penguasaan Jepang semakin merajalela di Kota Medan mereka membuat
masyarakat semakin papa, karena dengan kondisi demikianlah menurut
mereka semakin mudah menguasai seluruh Nusantara, semboyan saudara
Tua hanyalah semboyan saja. Di sebelah Timur Kota Medan yakni
Marindal sekarang dibangun Kengrohositai sejenis pertanian kolektif.
Di kawasan Titi Kuning Medan Johor sekarang tidak jauh dari lapangan
terbang Polonia sekarang mereka membangun landasan pesawat tempur Jepang.
_________________________________
Setelah Indonesia Merdeka
_________________________________
* 1945 (Indonesia Merdeka)
Dimana-mana di seluruh Indonesia
menjelang tahun 1945 bergema persiapan
Proklamasi demikian juga di Kota Medan
tidak ketinggalan para tokoh pemudanya
melakukan berbagai macam persiapan.
Mereka mendengar bahwa bom atom telah
jatuh melanda Kota Hiroshima, berarti
kekuatan Jepang sudah lumpuh. Sedangkan
tentara sekutu berhasrat kembali untuk
menduduki Indonesia.Khususnya di kawasan
kota Medan dan sekitarnya, ketika penguasa
Jepang menyadari kekalahannya segera
menghentikan segala kegiatannya, terutama yang
berhubungan dengan pembinaan dan pengerahan pemuda.
Apa yang selama ini mereka lakukan untuk merekrut massa pemuda seperti
Heiho, Romusha, Gyu Gun dan Talapeta mereka bubarkan atau kembali
kepada masyarakat. Secara resmi kegiatan ini dibubarkan pada tanggal
20 Agustus 1945 karena pada hari itu pula penguasa Jepang di Sumatera
Timur yang disebut Tetsuzo Nakashima mengumumkan kekalahan Jepang.
Ia juga menyampaikan bahwa tugas pasukan mereka dibekas pendudukan
untuk menjaga status quo sebelum diserah terimakan pada pasukan sekutu.
Sebagian besar anggota pasukan bekas Heiho, Romusha, Talapeta dan
latihan Gyu Gun merasa bingung karena kehidupan mereka terhimpit
dimana mereka hanya diberikan uang saku yang terbatas, sehingga
mereka kelihatan berlalu lalang dengan seragam coklat di tengah kota.
Beberapa tokoh pemuda melihat hal demikian mengambil inisiatif untuk
menanggulanginya. Terutama bekas perwira Gyu Gun di antaranya Letnan
Achmad Tahir mendirikan suatu kepanitiaan untuk menanggulangi para
bekas Heiho, Romusha yang famili/saudaranya tidak ada di kota Medan.
Panitia ini dinamai dengan “Panitia Penolong Pengangguran Eks Gyu Gun“
yang berkantor di Jl. Istana No.17 (Gedung Pemuda sekarang).
Tanggal 17 Agustus 1945 gema kemerdekaan telah sampai ke kota Medan
walupun dengan agak tersendat-sendat karena keadaan komunikasi
pada waktu itu sangat sederhana sekali. Kantor Berita Jepang “Domei"
sudah ada perwakilannya di Medan namun mereka tidak mau menyiarkan
berita kemerdekaan tersebut, akibatnya masyarakat tambah bingung.
Sekelompok kecil tentara sekutu tepatnya tanggal 1 September 1945 yang
dipimpin Letnan I Pelaut Brondgeest tiba di kota Medan dan berkantor
di Hotel De Boer (sekarang Hotel Dharma Deli). Tugasnya adalah
mempersiapkan pengambilalihan kekuasaan dari Jepang. Pada ketika itu
pula tentara Belanda yang dipimpin oleh Westerling didampingi perwira
penghubung sekutu bernama Mayor Yacobs dan Letnan Brondgeest berhasil
membentuk kepolisian Belanda untuk kawasan Sumatera Timur yang anggotanya
diambil dari eks KNIL dan Polisi Jepang yang pro Belanda.
Akhirnya dengan perjalanan yang berliku-liku para pemuda mengadakan
berbagai aksi agar bagaimanapun kemerdekaan harus ditegakkan di Indonesia
demikian juga di kota Medan yang menjadi bagiannya. Mereka itu adalah
Achmad Tahir, Amir Bachrum Nasution, Edisaputra, Rustam Efendy, Gazali
Ibrahim, Roos Lila, A.malik Munir, Bahrum Djamil, Marzuki Lubis dan
Muhammad Kasim Jusni.
* 1945 - 1990 (Medan mulai membangun)
* 1990-an dan 2000-an (Macam kerusuhan di Kota Medan)
Pada tahun 1998, dari 1 hingga 12 Mei,
Medan dilanda kerusuhan besar yang
menjadi titik awal kerusuhan-kerusuhan
besar yang kemudian terjadi di sepanjang
Indonesia, termasuk Peristiwa Mei 1998 di
Jakarta seminggu kemudian.
Dalam kerusuhan yang terkait dengan
gerakan "Reformasi" ini, terjadi pembakaran,
perusakan, maupun penjarahan yang tidak
dapat dihentikan aparat keamanan.
Pada durasi Tragedi Trisakti hingga
Kerusuhan Mei 1998 selama pada
tanggl 12 Mei hingga sekarang karena tidak dapat bekerja kantor dan
pendidikan lagi waktunya menjelang libur umum semasa pada tidak terbit
dari media massa, Sementara Bandar Udara Internasional Polonia dari
seluruh dibuka selama 24-jam setiap hari, Pada tanggal 21 Mei tepat
pada pukul 02:00 WIB sebagai libur umum besar sudah upacara penutup
telah berhenti bandar udara dari semuanya berkumpul pindah ke Kuala
Lumpur (adalah ibu kota negara Malaysia) yang tidak kembali tempat
tinggal lagi dan bandar udara ke dari pesawat terbang milik penerbangan
Malaysia Airlines Penerbangan Airbus A330 tiba ke Bandar Udara
Internasional Kuala Lumpur (dulu Bandar Udara Sultan Abdul Aziz Shah)
dari kawasan Subang Jaya, Kota Petaling, Negara Bagan Selangor,
Daerah Semenanjung Malaysia, Negara Malaysia.
______________
*2000 - Saat Ini
Saat ini kota Medan telah kembali
berseri. Pembangunan sarana dan
prasarana umum gencar dilakukan.
Meski jumlah jalan-jalan yang rusak,
berlobang masih ada, namun jika
dibandingkan dahulu, sudah sangat
menurun. Kendala klasik yang dihadapi
kota modern seperti Medan adalah
kemacetan akibat jumlah kenderaan
yang meningkat pesat dalam hitungan bulan,
tidak mampu diimbangi dengan peningkatan
sarana jalan yang memadai.
______________________________
Penutup (Ini Medan Bung...!)
______________________________
Para kawan....!
Sejarah memang tidak pernah berulang, tapi
sejarah cukup sering memberi bukti "Telah terjadi
perobahan dari yang lembut menjadi lebih keras".
Tahun 1980-an penulis sudah mengenal kota
Medan. Pada saat itu penulis masih merasakan
kelembutannya baik dalam bidang silaturrahmi
keluarga maupun kehidupan masyarakatnya.
"Nyaris semua marga di Medan pada
saat itu punya persatuan" itu kata lainnya.
Di tahun 2008 adalah tahun terakhir
penulis ke Kota Medan dan penulis
melihat ada perbedaan dalam
pembangunannya maupun kehidupan
masyarakatnya. Karena itu jika ada yang berkata, "Keras Kota
Jakarta Lebih Keras Kota Medan" sepertinya penulis setuju.
* Setuju atas kerasnya Kota Medan tapi pembangunan tetap terlaksana.
* Setuju atas kerasnya Kota Medan tapi kerjasama tetap terlaksana
* Setuju atas slogan Kota Medan dan mudah-mudahan terlaksana
Slogan Kota Medan :
Ini Medan Bung...!
*Setuju keras Pulo Gadung dan Cililitan lebih keras sewiampu dan Sambu
(Penulis 15 Tahun di Jakarta No Problem, cuma 2 hari di Kota Medan
sekali kecopetan. Kawan penulis cuma satu hari ke Kota Medan dan 2 kali
pula kecopetan, benar-benar "Ini Medan Bung...!" Kakakakak....kkk....
Kawan penulis bilang "Lain kali kalau ke Medan katanya bawa golok sama
parang bekkok....hehehehehe...ini Medan Bung...!)
*Setuju keras Kampung Melayu dan Pocol lebih keras Kampung Durian dan
Padang Bulan (Memang lah anak Medan "Ini Medan Bung...!" Darimanapun
anda datang, dan seberapa besarpun otot anda dan seberapa jauhpun
jingkangan anda, sebaiknya biasa-biasa saja, Dan jika keadaan darurat
bela diri anda).
"Pisau datang pisau silat, parang datang parang bekkok.
Eat...! Lading doda gobang, parang doda gupak.
Kanan rumah sakit, kiri kuburan. Pilih mana...?" nimmu.
*Setuju ini Medan Bung, jika anda berkunjung ke rumah saudara di Medan
sebaiknya jangan lama-lama dan ingat...! Makan jangan banyak-banyak dan
cuci piring sendiri. Laki dan prempuan sama galaknya di sana. Hahahaha...
Nanggo botulda...botuldo tehe. Inda...! Ah...botuldo. Botul pe jadi.
*Setuju jika anda pencinta kelembutan, tidak suka panyaor-nyaorkon dan
tidak mau panyaor-nyaorkon atau caci maki, "Jangan memilih kota Medan
sebagai tempat perantauan" Dulunya kota Medan itu kota Doli, kota tempat
senang-senang dan manghabis-habiskon., penuh dengan kelem butan.
Sekarang "Ini Medan Bung" Konyang boleh, kelaparan jangan.
*Setuju "Ini Medan Bung...!" agar anda hati-hati ketika sampai di
Medan, "Pajeges pangalaho, jaga sopan santun dan jangan lupa....!
rantai doppet anda.".
"Ini Medan Bung" sebagai penutup tulisan. "Selamat membangun kota Medan
dan semoga Kota Medan dibawah kepemimpinan bang ganteng (Gubsu) lebih
maju nian. Dan kalau bisa bang, tangkap itu copet kota Medan. Lagaknya aja
kaya pejuang 45, ngaktaunya copet. Bikin susah orang lain saja.Tangkap bang. Tan...ggggg....kap......pppppppp....ppppppppp......!
Wei...! maulari kemana kau bucuk. Belum tobat-tobat kau ya...!
Udah berapa banyak korbanmu...ngak takut apa kau sama polisi...?
Heh...! "Ngak pak...! kawan saya itu polisi.
"Apa kau bilang...! Kawanmu polisi, awas kau ya...! Apa margamu...
bilang dulu...? "Kho Ping Khoo pak...!" marga saya. "Oh...! itunya
margamu...! kukira kau orang batak Siregar...!".
"Sini-sini kau Regar...! Udah taunya kau apa itu kho ping kho...?".
Belum pak...! "Oh...kalau begitu baca dulu ini, biar tau kau...!
"Iya pak...! Permisi dulu, kubacapun nanti sekalian saya pulangkan
doppet bapak ini ya...!"
Ah...!!!!!$$$$$$#####@@@@...betulla kau kho ping kho ba...!
Ini Medan Bung....!
Hei...ulang songon na anggar ho..
ulang songon jagoan ho.....
dang marlapatan ni di au...
Selamat malam para kawan dan ...horas...Kota Medan.
____________________________________________________________________
Cat :
* Wikipedia http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kota_Medan
* http://nurudin.jauhari.net/mengenal-kota-medan.jsp/kota-medan-dari-laintai-21-swiss-belhotel
br />
(Melihat Sejarah Kota Medan dari macam sumber / Sejarawan
dan menikmati lagu : Ini Medan Bung...!")
____________________________________________________________
"Sejarah, babad, hikayat, riwayat, atau tambo dalam bahasa Indonesia dapat
diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada
masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja
yang memerintah".
Demikian pengertian singkat sejarah. Sedangkan mengenai Ilmu Sejarah
pada wikipedia disebutkan :
Ilmu Sejarah adalah ilmu yang digunakan untuk mempelajari peristiwa
penting masa lalu manusia.Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan
akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara
berpikir secara historis. Orang yang mengkhususkan diri mempelajari
sejarah atau ahli sejarah disebut sejarawan.
Para kawan...!
Mengacu pada uraian diatas, maka pada malam ini, penulis ingin
mengetahui, "Bagaiamana Sebenarnya Sejarah Kota Medan". Hal ini
terasa penting mengingat Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatra
Utara dan di Medan ada namanya "Kesultanan Deli".
Hal lainnya sebagai pelengkap dari tulisan sebelumnya di blog ini
yang berjudul, "Doli Kota Medan Doli Haholongan"
Begitupun musikla dulu :
Berikut uraiannya :
__________________________________
Sebelum Indonesia Merdeka
__________________________________
* 1612 - ke bawah
Hal pokok yang perlu diketahui pada masa ini adalah :
1. Guru Patipus adalah orang yang pertama membuka kampung
di Kota Medan sekarang ini dan pada masa itu Kota Medan
ini disebut "Tanah Deli".
2. Yang dimaksud Tanah Deli pada masa itu dari Sungai Ular (Deli Serdang)
sampai ke Sungai Wampu di Langkat. Tanah Deli ini ada juga yang
menyebutnya Kampung Medan
3 Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang berfikiran
maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut
ilmu) membaca Al-Qur'an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian
memperdalam tentang agama Islam ke Aceh.
4. Keterangan yang menguatkan bahwa adanya Kampung Medan ini adalah
keterangan H. Muhammad Said yang mengutip melalui buku Deli: In
Woord en Beeld ditulis oleh N. ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan
bahwa dahulu kala Kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya
masih ada terdiri dari dinding dua lapis berbentuk bundaran yang
terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai Deli dan sungai
Babura. Rumah Administrateur terletak di seberang sungai dari
kampung Medan.
5. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah di Wisma
Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut adalah kantor
PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini.
6. Sampai tahun 1612 Tanah Deli ini telah diisi oleh banyak penduduk
yang pada kahirnya menjadi cikal bakal terbentuknya Kesultanan Deli
7. Berikut "Goyang Deli" sebagai pendukung bahwa Tanah Deli itu ada.
Musik...!
* 1612 - 1632 (Raja Aceh Sultan Iskandar Muda Memperluas kekuasannya
sampai ke Kampung Medan atau Tanah Deli
Berikut video musik "Iskandar Muda" sebagai pendukungnya :
Lewat situs wikipedia dikatakan :
Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan,
Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Kesultanan Aceh mengirim
Panglimanya bernama Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda
Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di
Tanah Deli.
Gocah Pahlawan membuka negeri baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku
Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan kebesaran
imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya,
sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli
sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung Gunung Klarus, Sampali,
Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan Sigara-gara.
* 1632 - 1669 (Kesultanan Deli lepas dari Kesultanan Aceh /
Kesultanan Deli Merdeka)
Tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal bergelar
"Sri Indra Baiduzzaman Surbakti". Setelah terjadi perkawinan ini raja-
raja di Kampung Medan menyerah pada Gocah Pahlawan.
Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya
Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan
Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya
di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.
______________
1669 - 1825
______________
Macam persoalan mengenai pertanian dan perkebunan diselesaikan pada
tahun-tahun ini.
___________________________________________________________
1825 - 1830 (Belanda mulai menguasai Tanah Jawa, Minang Kabau, Tanah
Batak dan Aceh)
___________________________________________________________
Belanda yang menjajah Nusantara kurang lebih tiga setengah abad namun
untuk menguasai Tanah Deli mereka sangat banyak mengalami tantangan
yang tidak sedikit. Mereka mengalami perang di Jawa dengan Pangeran
Diponegoro sekitar tahun 1825-1830. Belanda sangat banyak mengalami
kerugian sedangkan untuk menguasai Sumatera, Belanda juga berperang
melawan Aceh, Minangkabau, dan Sisingamangaraja XII di daerah Tapanuli.
* 1830 - 1864 (Belanda mulai memasuki Tanah Deli)
"Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan di
sana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman
penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya.
Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli
yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus
berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan
perekonomian di Sumatera Utara".
Demikian tulis wikipedia tentang hasil penelitian Volker terhadap
Tanah Deli atau Kampung Medan.
*1864 sampai 1942 (Belanda menguasai Tanah Deli dalam hubungannya
dengan Kerajaan Siak Sri Indra Pura)
Setelah perang Jawa berakhir barulah Gubernur Jenderal Belanda Johannes
van den Bosch mengerahkan pasukannya ke Sumatera dan dia memperkirakan
untuk menguasai Sumatera secara keseluruhan diperlukan waktu 25 tahun.
Penaklukan Belanda atas Sumatera ini terhenti di tengah jalan karena
Menteri Jajahan Belanda waktu itu Jean Chrétien Baud menyuruh mundur
pasukan Belanda di Sumatera walaupun mereka telah mengalahkan Minangkabau
yang dikenal dengan nama Perang Paderi.
Sultan Ismail yang berkuasa di Riau secara tiba-tiba diserang oleh
gerombolan Inggeris dengan pimpinannya bernama Adam Wilson. Berhubung
pada waktu itu kekuatannya terbatas maka Sultan Ismail meminta
perlindungan pada Belanda.
Sejak saat itu terbukalah kesempatan bagi Belanda untuk menguasai
Kesultanan Siak Sri Indrapura yang rajanya adalah Sultan Ismail.
Pada tanggal 1 Februari 1858 Belanda mendesak Sultan Ismail untuk
menandatangani perjanjian agar daerah taklukan kerajaan Siak Sri
Indrapura termasuk Deli, Langkat dan Serdang di Sumatera Timur masuk
kekuasaan Belanda.
Karena daerah Deli telah masuk kekuasaan Belanda otomatislah
Kampung Medan menjadi jajahan Belanda, tapi kehadiran Belanda belum
secara fisik menguasai Tanah Deli.
Pada tahun 1858 juga Elisa Netscher diangkat menjadi Residen Wilayah
Riau dan sejak itu pula dia mengangkat dirinya menjadi pembela
Sultan Ismail yang berkuasa di kerajaan Siak. Tujuan Netscher
itu adalah dengan duduknya dia sebagai pembela Sultan Ismail secara
politis tentunya akan mudah bagi Netscher menguasai daerah taklukan
Kesultanan Siak yakni Deli yang di dalamnya termasuk
Kampung Medan Putri.
* 1942 - 1945 (Masa Penjajahan Jepang)
Tahun 1942 penjajahan Belanda berakhir di Sumatera yang ketika itu
Jepang mendarat dibeberapa wilayah seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi
dan khusus di Sumatera Jepang mendarat di Sumatera Timur.
Tentara Jepang yang mendarat di Sumatera adalah tentara XXV yang
berpangkalan di Shonanto yang lebih dikenal dengan nama Singapura,
tepatnya mereka mendarat tanggal 11 malam 12 Maret 1942.
Pasukan ini terdiri dari Divisi Garda Kemaharajaan ke-2 ditambah
dengan Divisi ke-18 dipimpin langsung oleh Letjend. Nishimura.
Ada empat tempat pendaratan mereka ini yakni Sabang, Ulele, Kuala
Bugak (dekat Peureulak, Aceh Timur sekarang) dan Tanjung Tiram
(kawasan Batubara sekarang).
Pasukan tentara Jepang yang mendarat di kawasan Tanjung Tiram inilah
yang masuk ke Kota Medan, mereka menaiki sepeda yang mereka beli
dari rakyat di sekitarnya secara barter.
Mereka bersemboyan bahwa mereka membantu orang Asia karena mereka
adalah saudara Tua orang-orang Asia sehingga mereka dieluelukan
menyambut kedatangannya.
Ketika peralihan kekuasaan Belanda kepada Jepang Kota Medan kacau
balau, orang pribumi mempergunakan kesempatan ini membalas dendam
terhadap orang Belanda.
Keadaan ini segera ditertibkan oleh tentara Jepang dengan mengerahkan
pasukannya yang bernama Kempetai (Polisi Militer Jepang). Dengan
masuknya Jepang di Kota Medan keadaan segera berubah terutama
pemerintahan sipilnya yang zaman Belanda disebut gemeentebestuur
oleh Jepang dirobah menjadi Medan Sico (Pemerintahan Kotapraja).
Yang menjabat pemerintahan sipil di tingkat Kotapraja Kota Medan
ketika itu hingga berakhirnya kekuasaan Jepang bernama Hoyasakhi.
Untuk tingkat keresidenan di Sumatera Timur karena masyarakatnya
heterogen disebut Syucokan yang ketika itu dijabat oleh T.Nakashima,
pembantu Residen disebut dengan Gunseibu.
Penguasaan Jepang semakin merajalela di Kota Medan mereka membuat
masyarakat semakin papa, karena dengan kondisi demikianlah menurut
mereka semakin mudah menguasai seluruh Nusantara, semboyan saudara
Tua hanyalah semboyan saja. Di sebelah Timur Kota Medan yakni
Marindal sekarang dibangun Kengrohositai sejenis pertanian kolektif.
Di kawasan Titi Kuning Medan Johor sekarang tidak jauh dari lapangan
terbang Polonia sekarang mereka membangun landasan pesawat tempur Jepang.
_________________________________
Setelah Indonesia Merdeka
_________________________________
* 1945 (Indonesia Merdeka)
Proklamasi Kemerdekaan RI (Soekarno Hatta) |
menjelang tahun 1945 bergema persiapan
Proklamasi demikian juga di Kota Medan
tidak ketinggalan para tokoh pemudanya
melakukan berbagai macam persiapan.
Mereka mendengar bahwa bom atom telah
jatuh melanda Kota Hiroshima, berarti
kekuatan Jepang sudah lumpuh. Sedangkan
tentara sekutu berhasrat kembali untuk
menduduki Indonesia.Khususnya di kawasan
kota Medan dan sekitarnya, ketika penguasa
Jepang menyadari kekalahannya segera
menghentikan segala kegiatannya, terutama yang
berhubungan dengan pembinaan dan pengerahan pemuda.
Apa yang selama ini mereka lakukan untuk merekrut massa pemuda seperti
Heiho, Romusha, Gyu Gun dan Talapeta mereka bubarkan atau kembali
kepada masyarakat. Secara resmi kegiatan ini dibubarkan pada tanggal
20 Agustus 1945 karena pada hari itu pula penguasa Jepang di Sumatera
Timur yang disebut Tetsuzo Nakashima mengumumkan kekalahan Jepang.
Ia juga menyampaikan bahwa tugas pasukan mereka dibekas pendudukan
untuk menjaga status quo sebelum diserah terimakan pada pasukan sekutu.
Sebagian besar anggota pasukan bekas Heiho, Romusha, Talapeta dan
latihan Gyu Gun merasa bingung karena kehidupan mereka terhimpit
dimana mereka hanya diberikan uang saku yang terbatas, sehingga
mereka kelihatan berlalu lalang dengan seragam coklat di tengah kota.
Beberapa tokoh pemuda melihat hal demikian mengambil inisiatif untuk
menanggulanginya. Terutama bekas perwira Gyu Gun di antaranya Letnan
Achmad Tahir mendirikan suatu kepanitiaan untuk menanggulangi para
bekas Heiho, Romusha yang famili/saudaranya tidak ada di kota Medan.
Panitia ini dinamai dengan “Panitia Penolong Pengangguran Eks Gyu Gun“
yang berkantor di Jl. Istana No.17 (Gedung Pemuda sekarang).
Tanggal 17 Agustus 1945 gema kemerdekaan telah sampai ke kota Medan
walupun dengan agak tersendat-sendat karena keadaan komunikasi
pada waktu itu sangat sederhana sekali. Kantor Berita Jepang “Domei"
sudah ada perwakilannya di Medan namun mereka tidak mau menyiarkan
berita kemerdekaan tersebut, akibatnya masyarakat tambah bingung.
Sekelompok kecil tentara sekutu tepatnya tanggal 1 September 1945 yang
dipimpin Letnan I Pelaut Brondgeest tiba di kota Medan dan berkantor
di Hotel De Boer (sekarang Hotel Dharma Deli). Tugasnya adalah
mempersiapkan pengambilalihan kekuasaan dari Jepang. Pada ketika itu
pula tentara Belanda yang dipimpin oleh Westerling didampingi perwira
penghubung sekutu bernama Mayor Yacobs dan Letnan Brondgeest berhasil
membentuk kepolisian Belanda untuk kawasan Sumatera Timur yang anggotanya
diambil dari eks KNIL dan Polisi Jepang yang pro Belanda.
Akhirnya dengan perjalanan yang berliku-liku para pemuda mengadakan
berbagai aksi agar bagaimanapun kemerdekaan harus ditegakkan di Indonesia
demikian juga di kota Medan yang menjadi bagiannya. Mereka itu adalah
Achmad Tahir, Amir Bachrum Nasution, Edisaputra, Rustam Efendy, Gazali
Ibrahim, Roos Lila, A.malik Munir, Bahrum Djamil, Marzuki Lubis dan
Muhammad Kasim Jusni.
* 1945 - 1990 (Medan mulai membangun)
* 1990-an dan 2000-an (Macam kerusuhan di Kota Medan)
Peta Medan |
Medan dilanda kerusuhan besar yang
menjadi titik awal kerusuhan-kerusuhan
besar yang kemudian terjadi di sepanjang
Indonesia, termasuk Peristiwa Mei 1998 di
Jakarta seminggu kemudian.
Dalam kerusuhan yang terkait dengan
gerakan "Reformasi" ini, terjadi pembakaran,
perusakan, maupun penjarahan yang tidak
dapat dihentikan aparat keamanan.
Pada durasi Tragedi Trisakti hingga
Kerusuhan Mei 1998 selama pada
tanggl 12 Mei hingga sekarang karena tidak dapat bekerja kantor dan
pendidikan lagi waktunya menjelang libur umum semasa pada tidak terbit
dari media massa, Sementara Bandar Udara Internasional Polonia dari
seluruh dibuka selama 24-jam setiap hari, Pada tanggal 21 Mei tepat
pada pukul 02:00 WIB sebagai libur umum besar sudah upacara penutup
telah berhenti bandar udara dari semuanya berkumpul pindah ke Kuala
Lumpur (adalah ibu kota negara Malaysia) yang tidak kembali tempat
tinggal lagi dan bandar udara ke dari pesawat terbang milik penerbangan
Malaysia Airlines Penerbangan Airbus A330 tiba ke Bandar Udara
Internasional Kuala Lumpur (dulu Bandar Udara Sultan Abdul Aziz Shah)
dari kawasan Subang Jaya, Kota Petaling, Negara Bagan Selangor,
Daerah Semenanjung Malaysia, Negara Malaysia.
______________
*2000 - Saat Ini
Kota Medan 211 |
berseri. Pembangunan sarana dan
prasarana umum gencar dilakukan.
Meski jumlah jalan-jalan yang rusak,
berlobang masih ada, namun jika
dibandingkan dahulu, sudah sangat
menurun. Kendala klasik yang dihadapi
kota modern seperti Medan adalah
kemacetan akibat jumlah kenderaan
yang meningkat pesat dalam hitungan bulan,
tidak mampu diimbangi dengan peningkatan
sarana jalan yang memadai.
______________________________
Penutup (Ini Medan Bung...!)
______________________________
Para kawan....!
Sejarah memang tidak pernah berulang, tapi
sejarah cukup sering memberi bukti "Telah terjadi
perobahan dari yang lembut menjadi lebih keras".
Tahun 1980-an penulis sudah mengenal kota
Medan. Pada saat itu penulis masih merasakan
kelembutannya baik dalam bidang silaturrahmi
keluarga maupun kehidupan masyarakatnya.
"Nyaris semua marga di Medan pada
saat itu punya persatuan" itu kata lainnya.
Di tahun 2008 adalah tahun terakhir
penulis ke Kota Medan dan penulis
melihat ada perbedaan dalam
pembangunannya maupun kehidupan
masyarakatnya. Karena itu jika ada yang berkata, "Keras Kota
Jakarta Lebih Keras Kota Medan" sepertinya penulis setuju.
* Setuju atas kerasnya Kota Medan tapi pembangunan tetap terlaksana.
* Setuju atas kerasnya Kota Medan tapi kerjasama tetap terlaksana
* Setuju atas slogan Kota Medan dan mudah-mudahan terlaksana
Slogan Kota Medan :
Ini Medan Bung...!
*Setuju keras Pulo Gadung dan Cililitan lebih keras sewiampu dan Sambu
(Penulis 15 Tahun di Jakarta No Problem, cuma 2 hari di Kota Medan
sekali kecopetan. Kawan penulis cuma satu hari ke Kota Medan dan 2 kali
pula kecopetan, benar-benar "Ini Medan Bung...!" Kakakakak....kkk....
Kawan penulis bilang "Lain kali kalau ke Medan katanya bawa golok sama
parang bekkok....hehehehehe...ini Medan Bung...!)
*Setuju keras Kampung Melayu dan Pocol lebih keras Kampung Durian dan
Padang Bulan (Memang lah anak Medan "Ini Medan Bung...!" Darimanapun
anda datang, dan seberapa besarpun otot anda dan seberapa jauhpun
jingkangan anda, sebaiknya biasa-biasa saja, Dan jika keadaan darurat
bela diri anda).
"Pisau datang pisau silat, parang datang parang bekkok.
Eat...! Lading doda gobang, parang doda gupak.
Kanan rumah sakit, kiri kuburan. Pilih mana...?" nimmu.
*Setuju ini Medan Bung, jika anda berkunjung ke rumah saudara di Medan
sebaiknya jangan lama-lama dan ingat...! Makan jangan banyak-banyak dan
cuci piring sendiri. Laki dan prempuan sama galaknya di sana. Hahahaha...
Nanggo botulda...botuldo tehe. Inda...! Ah...botuldo. Botul pe jadi.
*Setuju jika anda pencinta kelembutan, tidak suka panyaor-nyaorkon dan
tidak mau panyaor-nyaorkon atau caci maki, "Jangan memilih kota Medan
sebagai tempat perantauan" Dulunya kota Medan itu kota Doli, kota tempat
senang-senang dan manghabis-habiskon., penuh dengan kelem butan.
Sekarang "Ini Medan Bung" Konyang boleh, kelaparan jangan.
*Setuju "Ini Medan Bung...!" agar anda hati-hati ketika sampai di
Medan, "Pajeges pangalaho, jaga sopan santun dan jangan lupa....!
rantai doppet anda.".
"Ini Medan Bung" sebagai penutup tulisan. "Selamat membangun kota Medan
dan semoga Kota Medan dibawah kepemimpinan bang ganteng (Gubsu) lebih
maju nian. Dan kalau bisa bang, tangkap itu copet kota Medan. Lagaknya aja
kaya pejuang 45, ngaktaunya copet. Bikin susah orang lain saja.Tangkap bang. Tan...ggggg....kap......pppppppp....ppppppppp......!
Wei...! maulari kemana kau bucuk. Belum tobat-tobat kau ya...!
Udah berapa banyak korbanmu...ngak takut apa kau sama polisi...?
Heh...! "Ngak pak...! kawan saya itu polisi.
"Apa kau bilang...! Kawanmu polisi, awas kau ya...! Apa margamu...
bilang dulu...? "Kho Ping Khoo pak...!" marga saya. "Oh...! itunya
margamu...! kukira kau orang batak Siregar...!".
"Sini-sini kau Regar...! Udah taunya kau apa itu kho ping kho...?".
Belum pak...! "Oh...kalau begitu baca dulu ini, biar tau kau...!
"Iya pak...! Permisi dulu, kubacapun nanti sekalian saya pulangkan
doppet bapak ini ya...!"
Ah...!!!!!$$$$$$#####@@@@...betulla kau kho ping kho ba...!
Ini Medan Bung....!
Hei...ulang songon na anggar ho..
ulang songon jagoan ho.....
dang marlapatan ni di au...
Selamat malam para kawan dan ...horas...Kota Medan.
____________________________________________________________________
Cat :
* Wikipedia http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kota_Medan
* http://nurudin.jauhari.net/mengenal-kota-medan.jsp/kota-medan-dari-laintai-21-swiss-belhotel
Bagus sob informasinya buat nambah pengetahuan tentang sejarah kota medan. Terimakasih banyak
ReplyDeleteSama-sama sob...! Kebetulan saat ini saya sedang di Medan juga. Ternyata apa yang tertulis dan apa yang terlihat di video memang benar adanya. Trims comentarnya dan horas...!
Delete