Tuesday, September 24, 2013

60 Tahun IISIP Jakarta : Liku-liku Serdadu Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta di Suatu Masa

#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Mengenang liku-liku perjalanan serdadu Institut Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Jakarta)
 * Ditulis dalam rangka menyambut 60 Tahun IISIP Jakarta
    Oleh : Rahmat Parlindungan Siregar
 
______________________________________________________









________________

1. Pendahuluan
________________

Hidup Tano Batak...! Hidup...
Hidup Sipirok...! Hidup...p...
Hidup Desa hutasuhut...! Hidup....pp...
Hidup Marga Hutasuhut...! Hidup...ppp...
Hidup Pergurua Tinggi Djurnalistik...! Hidup...pppp...
Hidup Perguruan Tinggi Publisistik...! Hidup...pppp...
Hidup Sekolah Tinggi Publisistik...! Hidup...ppppp...
Hidup Sekalah Tinggi Ilmu Komunikasi...! Hidup...pppppp....
Hidup IIISIP Jakarta...! Hidup...pppppp.....
Hidup para mahasiswanya...! Hidup....ppppppp....
Hidup para alumninya ...! Hidup...ppp...pppppp....

Merdeka...merdeka...merdeka...!

Merdeka...aaaa....aaaaa....

Saudara para pembaca angkolafacebook. blogspot.com
dimanapun berada...!

Assalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...!

Waalaikumsalamwarahmatullahiwabarakatuh...hhhh...hhhh....hhh....!

Horas...horas...horas...!

Horas.....sssssss......sssssss....

Serang...!

Serang....ggggg....ggggg.....

Tembak...!

Duar.....rrrrrr......rrrrrr......

Bom...!

Cuit....tttt........ttttttt.........buarrrrrrr....rrrrrrr....

Ehem...!

Penulis adalah serdadu tanah batak yang lahir di Sipirok tepatnya
desa Hutasuhut pada tahun 1967. Pun... salah seorang mahasiswa dari
Institur Ilmu Sosial dan Ilmu Pilitik Jakarta dari tahun 1987
sampai 1992 dengan NRp : 877181 a/n Parlindungan Siregar.

Terus...!

Juga...salah seorang mahasiswa yang pernah "diperbantukan" selama
3 tahun di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta dari
tahun 1987 - 1989.

Lanjut...!

Saya sebut diri saya "Serdadu" karena seperti itulah yang saya
rasakan ketika menjadi mahasiswa yang diperbantukan di IISIP
Jakarta dulunya.

Adapun yang jadi pimpinan batalion pada saat itu adalah
A.M Hoetasoehoet yang dalam panggilan tutur saya sebut
amangboru. Mengapa serdadu bukannya staf atau, karyawan,
buruh, rumput atau mahasiswa yang dibantu...!

Panggilan staf atau karyawan menurut penilaian penulis, adalah
panggilan bagi merekayang sudah punya status jelas, karena itu
gajinyapun jelas, gaji karyawan atau gaji staf, sedangkan penulis
bukan dapat gaji tapi uang saku.

Buruh lebih jelas lagi dan pada umumnya dipekerjakan di pabrik
pabrik, adapun rumput sesungguhnyalah kata sinonim dari jappurut
dan ini sangat sinonim dengan hatoban. Sementara hatoban sudah
tidak ada di tanah batak yang ada hanyalah raja, tak perduli apakah
rajanyasenang atau susah, kaya atu melarat "Pokoknya semuanya raja".
Artinya bagi penulis "Ada keharusan bagi setiap orang batak untuk
saling menghargai diantara mereka. Jika suku batak tak dapat
menghargai suku batak lainnya, bagaimana bisa suku lain menghargai
orang batak".

Sedangkan istilah mahasiswa yang diperbantukan adalah istilah
penulis sebelum memahami apa itu IISIP Jakarta. Dan setelah
memahami maka saya lebih suka untuk disebut "Serdadu".

Dan apakah serdadu itu, maka Iwan Fals yang juga pernah jadi
mahasiswa IISIP Jakarta ini akan memjawabnya.

Musik...!




Para kawan...!

Hidup terus berlangsung dan waktupun berlalu
hidup katanya penuh arti tapi banyak hal tak saya mengerti

Dan yang tak saya mengerti :
Hidup senang yang selalu kucari tapi kepedihan yang kudapati

Alhamdulillahhirobbilalamin...!
Hidup kepedihan yang kudapati tapi tetap aku syukuri.

 "Selamat Ulang Tahun IISIP Jakarta".

Semoga Perguruan Tinggi Ilmu Komunikasi Pertama di Indonesia
ini kemampuan berkomunikasinya lebih efektif. Efektif bukan
saja antara pihak pengelola dengan para karyawannya, dengan
para dosennya, mahasiwanya juga dengan serdadunya.

"Komunikasi akan efektif jika komunikator berorientasi pada
komunikan" Kata A.M Hoetasoehoet pada diktat pengantar
Komunikasinya di najolo.

Watku 60 tahun sesungguhnyalah bukan waktu yang singkat dan jika
hal ini kita kalikan dengan hari maka akan kita dapatkan angka kurang
lebih 21.900 hari.

Luar biasa...! Waktu yang pantas untuk dikatakan "Penuh liku-liku
IISIP Jakarta itu". Apakah liku-likunya dalam bentuk kesenangan
atau kepedihan, "Sangat tergantung pada orang yang mengalaminya
sekaligus menilainya bukan pada orang yang menilainya tapi tidak
mengalaminya"

Musik...!

Liku-liku kepedihan kualami
liku-liku pengalaman telah kujalani
sampai saat sinar terang yang kudapat kini
hanyalah ....










Mengacu pada kedua video diatas, maka tulisan inipun akan
sangat dihubungkan dengan pengalaman, pengamatan dan
penilaian penulis pada IISIP Jakarta dengan susunan,
tulisan sbb :

* Pendahuluan

* Liku-liku Perjalanan IISIP Jakarta 1953 - 2013 sebagai
   suatu lembaga atau yayasan

* Liku-liku A.M. Hoetasoehoet bersama mahasiswa yang
   diperbantukan dalam melancarkan proses belajar mengajar
   di IISIP Jakarta khsususnya tahun 1987-1992

* Liku-liku perjalanan hidup di IISIP Jakarta dalam proses berpikir
   dalam penilaian (Terjadi proses tanya jawab pada diri sindiri).

Adapun tujuan penulisan adalah untuk mendapatkan gambaran
kira-kira seperti apa sudah IISIP Jakarta ini di usianya yang
ke 60 ini.

Selamat menyimak...! dan silahkan beripendapat jika ada pendapat
yang mau disampaikan.

Bismillahirrahmanirrahim...!
__________________________________________________

Liku-liku Perjalanan IISIP Jakarta 1953 - 2013
sebagai suatu lembaga atau yayasan

__________________________________________________

* Dalam bayangan penulis di tahun sekitar 1950 kebawah merantaulah
seorang putra batak asal desa Hutasuhut ke Jakarta yaitu Ali Muktar
Hutasuhut (alm). Link pendukung :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2012/03/am-hoetasoehoet.html

* Seperti halnya perantau dimanapun, tentu selain melaksanakan
kegiatan "Pertahanan Hidup", beliau juga merancang masa depan
dengan kuliah disalah satu perguruan tinggi (akademi) pada
masa itu.

* Seperti umumnya pula mahasiswa dimanapun berada, mereka
selalu berkeinginan untuk membentuk suatu wadah sebagai
tempat  menyampaikan aspirasi mereka khususnya pada pemerintah.

* Maka, bersama mahasiswa lainnya, A.M Hoetasoehoet inipun
mebentuk suatu organisasi yang namanya "Perhimpunan Mahasiswa
Akademi Wartawan". Dan yang jadi Ketua Umumnya pada masa itu
beliau sendiri.

* Banyak sudah aktivitas yang sudah dilakukan perhimpunan Mahasiswa
Akademi Wartawan ini dan salah satunya adalah mendirikan Sekolah
Tinggi Djurnalistik.

"Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta didirikan
tanggal 5 Desember 1953, dengan nama Perguruan Tinggi Djurnalistik
(PTD), oleh Perhimpunan Mahasiswa Akademi Wartawan yang dipimpin
oleh A.M. Hoeta Soehoet sebagai Ketua Umum". tulis wikipedia
lewat alamat .........................

* Perguruan Tinggi Djurnalistik inipun berjalan dan sepengetahuan
penulis pada masa ini gelar bagi yang lulus disebut BA (Bachelor
of Arts).

"Tanggal 20 Februari 1956 dengan Surat Keputusan Menteri P.P.
& K No. 12375/S ditetapkan, bahwa lulusan PTD hingga tingkat
bakaloreat diakui dan diberi penghargaan setara dengan tamatan
berijazah Bakaloreat pada Universitas Negeri dengan gelar
"Bachelor of Arts (in Journalism & Social Sciences)".

* Perguruan tinggi hasil bentukan Perhimpunan Akademi Wartawan
inipun berjalan terus, jumlah mahasiswapun bertambah banyak,
saatnya A.M Hoetasoehoehoet menunjukkan kemampuan komunikasinya.
Maka "Kemampuan berkomunikasi itupun ditunjukkannya".

Istilah-istilah komunikator, komunikan, umban balik, effeck
komunikasi, efektifitas komunikasi, mulai lebih dipopulerkan.

Bahkan menurut hemat penulis istilah propaganda, retorika, agitasi
psyward, dll mulai diperkenalkan Bapak Wartawan Indonesia ini
pada para mahasiswanya. Begitupun pada ahli-ahli komunikasi, para
pakar komunikasi hingga pada akhirnya beliau berkata :

"Komunikasi itu bukanlagi sebatas pengetahuan tapi sudah jadi
ilmu yang punya bidang tersendiri". dan hal ini dibuktikan oleh
A.M Hoetasoehoet.

* "Tanggal 4 Mei 1960 nama perguruan diubah menjadi Perguruan
Tinggi Publisistik (PTP), untuk menyesuaikan dengan perkembangan
ilmunya yang telah menjadi Ilmu Publisistik, yang tidak hanya
mempelajari persuratkabaran dan jurnalistik saja, tetapi merupakan
suatu ilmu yang berdiri sendiri, mengenai usaha manusia dalam
menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia lain.

* "Alhamdulillah...!" Itu mungkin yang disampaikan ayahanda dari
Ilham Parsauliah Hutasuhut ini atas dikeluarkannya Surat Keputusan
yang memberi Perguruan Tinggi Djurnalistik menjadi perguruan
Tinggi Publisistik.

* Tahunpun terus berlalu, jiwa kewartawan sang ketua umum inipun
bisa jadi semakin tinggi, keinginannya untuk melahirkan sarjana
dari Perguruan Tinggi Publisistik ini sudah tak dapat dibendung,
maka pada tanggal 27 Juli 1962 dilaksanakanlah Ujian Negara untuk
yang pertama kalinya :

"Sarjana publisistik yang pertama di Indonesia dihasilkan oleh
Perguruan Tinggi Publisistik dalam ujian negara yang diselenggarakan
tanggal 27 Juli 1962, yaitu Drs. A. M. Hoeta Soehoet". ungkap
situs yang cukup untuk dipercaya yaitu wikipedia.

* Dengan demikian A.M Hoetasoehoet adalah Sarjana Publisistik yang
pertama di Indonesia sekaligus sebagai pendiri dari Perguruan
Tinggi Publisistik itu sendiri.

* Didapatkannya gelar Sarjana Publisistik pertama di Indonesia bisa
jadi belum berupakan kekuatan bagi bapak yang senang memakai sandal
jopit swallow ini. Beliau juga ingin agar para mahasiswanya mendapatkan
gelar sarjana juga, maka pada tahun 1962 ini juga Perguruan Tinngi
Publisistik ini membuka program Sarjana.

* Dalam pikiran penulis, di Tahun ini telah mulai didirikan gedung
II yang letaknya dibelakang gedung sekretariat sekarang ini. Dan
tentunya hal ini seiring dengan perkembangan jumlah mahasiswanya.

* Mahiswapun tambah banyak, beberapa lulusannyapun bisa jadi sudah
mulai kelihatan sepakterjangnya dalam dunia Djurnalistik Indonesia,
maka tanggal 21 Oktober 1976 menteri P&K mengganti nama Perguruan
Tinggi Publisistik (PTP) menjadi Sekolah Tinggi Publisistik (STP).

* Ini artinya bagi penulis, "Telah ada ijin bagi A.M Hoetaoehoet
untuk membuka Fakultas dengan macam jurusan" sebagai pengembangan
dari publisistik itu sendiri dan semuanya akan terlaksana jika
semuanya pula dapat berjalan lancar.

* Alhamdulillah...! Keinginan dari abangda R.P. Hutasuhut ini
juga tercapai. Tahun 1984 Sekolah Tinggi Publisistik mulai
menerapkan program sarjana.

"Mulai Tahun kuliah 1984 -1985 STP mulai menerapkan Program Sarjana S1 
dengan Sistem Kredit Semester (SKS) pada ketiga jurusan yaitu :

1. Jurusan Komunikasi Massa (Jurnalistik)
2. Jurusan Hubungan Masyarakat dan Periklanan (Hubungan Masyarakat)
3. Jurusan Komunikasi Sosial (Penerangan).

* Jika hal ini penulis hubungkan dengan sarana pendidikan yang ada,
bisa jadi gedung V (Di tengah Kampus) sudah mulai dibangun).
Begitupun beberap sarana pendukung lainnya, seperti lapangan
untuk main bola basket atau Voly.

* Jitu nian amattua dari Hutasuhut Budi ini memainkan Planning,
Organizing, Actuating dan Controling demi kemajuan Sekolah Tinggi
Publisistik ini hingga pada tahun 1985 sekolah ini harus ganti
nama juga karena perkembangan ilmu Komunikasinya demikian pesat.

Tanggal 14 Mei 1985 dengan SK Mendikbud No. 0234/0/1985, nama STP
diubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi meliputi tiga jurusan :

1. Jurusan Ilmu Jurnalistik
2. Jurusan Ilmu Hubungan Masyarakat
3. Jurusan Ilmu Penerangan

* Luar biasa bapak yang mungkin sama tingginya dengan penulis ini
(kurang lebih 160 cm), bagaimana tidak, "Sekolah Tinggi Ilmu
Komunikasi" itu bukanlah sebutan biasa. Ada pertanggungjawaban
penuh didalamnya baik pada saat kuliah maupun setelah lulus.

* Pada saat kuliah, lewat Kuliah Kerja Nyatanya atau istilah
lainnya maka para mahasiswapun berpraktek di macam perusahaan,
macam organisasi tentang penerapan ilmu-ilmu komunikasi dan
tak jarang menjadi bahan pula untuk diangkat menjadi rumusan
masalah pada saat menyusun skripsi.

* Dan Setelah lulus, nasib manusia memang tidak mesti sama, demkian
Allah Swt mengaturnya. Mereka yang dapat kerja diperusahaan sesuai
dengan bidangnya sungguh pantas di syukuri. Menjadi wartawan
misalnya di salah satu media terkenal. Atau menjadi Humas di
perusahaan ternama.

Dan pada mereka yang tak punya kesempatan, pertanggungjawan sebagai
lulusan perguruan tinggi komunikasi tetap harus dilaksanakan. Maka
tak heran juga, sebagian dari para almuni ini tidak lagi menginginkan
untuk bekerja pada media orang lain, tapi "justru beliau sendiri
yang mendirikan medianya". Hebat bukan...?

Ya hebat...! apalagi yang melakukannya itu adalah orang-orang
yang tidak terlalu berharap pada petolongan saudara. "Siap
berdiri diatas kaki sendiri" itu mungkin kata lainnya, meski
kadang harus diakaui, "Tidak siap untuk menopang kaki orang
lain".

* Dan nama "Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik" pun pada akhirnya
harus dikeluarkan pada Perguruan tinggi yang telah 4 kali berganti
nama ini.

Tanggal 27 Juli 1985 dengan SK Mendikbud No. 0333/O/1985, bentuk Sekolah
Tinggi Ilmu Komunikasi/Sekolah Tinggi Publisistik dikembangkan menjadi
Institut dengan nama Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta.

* Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta yang lebih dikenal dengan
nama IISIP Jakarta inipun terus maju pesat. Peran para dosen, asisten dosen
pun para mahasiswa yang diperbantukan tak dapat dipungkiri.

* Khususus untuk mahasiswa yang diperbantukan, setelah rektor, dosen dan
asisten dosen pulang kerumah, mahasiswa yang diperbantukan masih harus
kerja keras guna terciptanya keamanan yang kondusif di IISIP Jakarta.
Begitu juga dengan macam aktivitas lainnya, semuanya harus dipersiapkan
dengan mantap guna kelancaran kuliaah besok harinya.

"Suatu perjuangan dari mahasiswa yang diperbantukan yang tidak
sepantasnya untuk dilupakan, apalagi dianggap tidak ada" begitu
kata hati ini apalagi perjuangan pada saat dikeluarkannya surat
keputusan penambahan Fakultas di IISIP Jakarta.

"Berdasarkan SK Mendikbud No : 0546/O/1990 tanggal 20 Agustus 1990, pada
tahun kuliah 1990-1991, IISIP Jakarta membuka dua fakultas lagi, yaitu :

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan dua jurusan yaitu
Jurusan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial.

Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) dengan satu jurusan, yaitu :
Jurusan Ilmu Administrasi Niaga" lanjut wikipedia tersebut.

* Dengan demkian, 3 Fakultas telah ada di IISIP Jakarta sampai tahun
1991. Penulis masih merasakan pada saat ini bagaimana susahnya
management (Rektorat) mempertahnakan Fakultas / jurusan ini agar
tetap berdiri. Mampu memenuhi stadard yang telah ditetapkan baik
dalam stadrd mata kuliah maupun jumlah para mahasiswanya. Dan
jika stadard terpenuhi, maka penambahan jurusanpun dengan sendirinya
mendapat ijin dari pihak yang berwenang.

* Dan Alhamdulillah untuk yang kesekian kalinya, standard itu
terpenuhi seiring dengan berjalannya waktu. Maka pada tahun 1999
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pilitik pun menambah jurusan baru
yaitu Jurusan Ilmu Hubungan Internasional.

Mulai tahun kuliah 1999-2000, sesuai dengan SK Direktur Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan No. 09/DIKTI/Kep/1999
tanggal 12 Januari 1999 IISIP Jakarta membuka Jurusan Ilmu Hubungan
Internasional pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

* Penambahan jurusan ini rupanya belum berakhir, penulis yang dulunya
memilih jurusan Hubungan Masyarakat dengan salah satu matakuliahnya
periklanan ternyata harus dipisah.

"Mulai tahun kuliah 2006/2007 Jurusan Ilmu Periklanan menjadi
jurusan yang mandiri terpisah dari Jurusan Ilmu Hubungan Masyarakat".
ungkap wikipedia tersebut untuk kemudian mengahiri tulisannya
dengan menghitung jumlah jurusan yang ada saat ini di IISIP Jakarta.

"Dengan demikian saat ini di IISIP Jakarta terdapat 8 (delapan) jurusan
yaitu Ilmu Jurnalistik, Ilnu Hubungan Masyarakat, Ilmu Manajemen Komunikasi,
Ilmu Periklanan, Ilmu Politik, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Ilmu Hubungan
Internasional, dan Ilmu Administrasi Niaga pada jenjang sarjana (S1).

* Hebat bukan IISIP Jakarta itu...!

Tapi sehebat-hebatnya pengelola Perguruan Tinggi, jauh lebih hebat
yang dikelola perguruan tinggi itu sendiri yaitu para mahasiswanya.
Artinya, "Tidak akan ada arti Rektor, Purek, Dekan, dosen dan asisten
dosen jika mahasiswanya tidak ada".

"Sungguh mahasiswa adalah ujung tombak dari suatu perguruan tinggi,
yang memang perlu diperlakukan sebagaimana seharusnya seorang
mahasiswa diperlakukan.

* Dan perlakukan ini bisa jadi telah dilaksanakan para pengelola
IISIP Jakarta dengan seharusnya begitu juga dengan bidang-bidang
lainnya yang semuanya berhubungan dengan kemahasiswaan. Hingga
akhirnya tercapai jugalah niat yang memang mungkin telah di niatkan
oleh para generasi penerus dari A.M. Hoetasoehoet yaitu membuka
program pascasarjana Ilmu Komunikasi (S2).

Tahun 2008 telah dibuka program pascasarjana Ilmu Komunikasi, dengan
izin dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi No. 896/D/T/2008.
Tanggal 24 Maret 2008 tentang Ijin Penyelenggaraan Program Studi Ilmu
Komunikasi (S2) pada Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP)
Jakarta.

* Dengan demkian gelar S2 telah bisa anda dapatkan saat ini dari
IISIP Jakarta. Dan anda yang mungkin jadi alumni IISIP Jakarta
dengan gelar S1 ingin diganti menjadi S2 dapat menghubungi sekretariat
IISIP Jakarta, Jl. Raya Lenteng Agung No.32 Jakarta Selatan.
Botima anggia...! untuk menghindari tulisan ini sedikit dari
keseriusan.

Dan ingat...!

"Tobangpe tolado S2...!". Tua juga boleh S2...!

Ehem...!

Jika uraian diatas adalah gambaran jawaban dari suatu rumusan
masalah yang mempertanyakan "Sejauh mana liku-liku IISIP Jakarta
dalam mengikuti perkembangan dunia pendidikan perguruan tinggi....?"
maka terjawab sudah.

Dan jika variabel liku-liku ini harus kita kasih atribut, seru,
kurang seru dan tidak seru. Maka atribut tertingginya atau pilihan
atributnya adalah seru.

"Seru IISIP Jakarta mempertahankan dunia pendidikannya sampai
mencapai 60 tahun" itu kata lainnya. Ima hata lainna.
_______________________________________________________

Liku-liku A.M. Hoetasoehoet bersama mahasiswa yang
diperbantukan dalam melancarkan proses belajar mengajar
di IISIP Jakarta khsususnya tahun 1987-1992
_______________________________________________________

* Hal Ucapan Terimakasih

Sebelum penulis mengemukan isi hati dan pikiran, penulis
terlebih dahulu ingin berkata :

1. Ya Allah terimakasih saya ucapkan pada amangboru sekaligus
rektor penulis pada saat kuliah dulu atas jasa atau bimbingan
yang diberikannya padaku selama tinggal di IISIP Jakarta 1987
sampai 1992 yaitu A.M Hoetasoehoet.

Beliau telah berpulang padamu ya Allah, maka tempatkanlah beliau
di tempat yang di ridoiMu. Amin ya robbal alamin.

2. Salam hormat pada para ananda dari A.M Hoetasoehoet atau para
ipar yang sekarang ini menjadi penerus dari IISIP Jakarta. Saya
menulis pada postingan ini tidaklah untuk menganggu ketenangan
tapi ingin menyampaikan perasaan dan pemikiran saya selama
mengenal almarhum lewat IISIP Jakarta.

3. Juga salam hormat pun persahabat pada para kawan yang pernah
menjadi mahasiswa yang diperbantukan di IISIP Jakarta khsusnya
untuk angkatan '85,86,87,88,89,90,91. Semoga kalian semua
dalam kesehatan dan salam tuk keluarga masing-masing...!

* Hal gambaran umum hubungan A.M. Hoetasoehoet dengan
  Mahasiswa yang diperbantukan (Serdadu)

Begininya para kawan...!

Terpikir olehku, mengapalah bapak A.M Hoetasoehoet ini dulunya
memberi ijin pada kita untuk tinggal di IISIP Jakarta sekaligus
kuliah, dapat uang saku lagi. Inikan luar biasa kawan dalam
penilaian kebaikan dan rasa peduli pada tano hatubuan.

Bukan tidak mungkin, banyak yang lebih hebat dari bapak ini
yang berasal dari tanah batak tapi tidak sedemikian perdulinya.

Saya yakin tidak seorangpun diantara kita mengenal beliau sebelum
masuk IISIP Jakarta karena memang usia kita sungguh beda jauh
dengan beliau. Tapi kalau orang tua kita, saya yakin mereka
pasti saling mengenal.

Ya saling mengenal. Dan mereka saling mengenal bukanlah seperti
saling mengenalnya dua orang yang berada dalam kesenjangan
antara yang kaya dan yang miskin, antara yang pintar dan yang
bodoh, antara yang mengharap dengan yang diharap, antara yang
dimanfaatkan dan memanfaatkan, tapi mereka saling mengenal
lewat pengajaran budaya batak yang kita sebut dengan "Dalihan
Na Tolu".

"Namarkahanggi, namarmora, namar anakboru" Itulah mungkin dasar
pekenalan orang tua kita dengan A.M Hoetasoehoet ini. Dan
tentunya akan sangat mudah memahami hal ini bagi para kita yang
umumnya lahir dan besar ditanah batak, tapi akan sangat susah
bagi seseorang yang lahir dan besar di luar tanah batak.

"Istilah dalihan natolu, peraktek dalihan na tolu" bisa saja di
pelajari setiap orang termasuk ahli budaya, ahli kemasyarakatan
diluar suku batak. Tapi "rasa dalam pelaksanaan dalihan natolu"
akan sangat susah dipelajari karena musuknya istilah "tondi"
pada prakteknya. "Horas tondi ma dingin pir tondi matogu" ning
halak hita.

Hubungannya dengan A.M Hoetasoehoet, penulis rasakan rasa itu
ada dalam dirinya karena itu beliaupun sesungguhnya tidaklah
menempatkan dirinya sebagai bos yang memang ada gap dengan
bahawannya.

Buktinya :

Beliau tidak sungkam-sungkap menghaol / memeluk para mahasiswa
yang diperbantukan, beliaupun selalu bertanya apakah kita-kita
sudah makan atau belum. Dan jika belum tak jarang pula untuk di
ajaknya makan bersama. Dan hebatnya, bukan hanya keadaan kita yang
selalu dia tanya, keadaan para orang tua kitapun cukup sering
di tanyanya. Termasuk kondisi badan kita, ditanya beliau apakah
lagi sehat atau tidak.

"Suatu hal yang istimewa" jika ada seorang pimpinan yang melakukan
seperti itu pada bahwannya" demikian isi hati saya dengan tetap
berharap semoga pimpinan dimanapun di portibion / dunia bisa
melakukannya.

Singkat kata :

Disekitar tahun 1984/1985 membuka dirilah beliau untuk bersedia
membantu mengkuliahkan siapa saja yang mau kuliah di IISIP Jakarta
dengan syarat harus bersedia pula tinggal dikampus tersebut yang
sekaligus harus bersedia pula mengerjakan segala macam pekerjaan
yang berhubungan dengan kelancaran perkuliahan.

Dari hasil pengamatan penulis, kesediaan ini tidak saja disampaikan
pada lingkungan masyarakat Desa Hutasuhut dan sekitarnya, juga
disampaikan pada para kaum kerabat beliau yang memang ada di
beberapa tempat di Sumatra, seperti Mandailing, padang bolak, dll.
termasuk dari Medan.

Tidak hanya sampai disitu, bersedia pula beliau mengkuliahkan
orang-orang yang berada dilingkungan kampus bagi yang memang ingin
kuliah. Sungguh suatu keluarbiasaan yang mungkin saat ini jarang
diketahui orang.

Dan akibatnya, para mahasiswa yang diperbantukan di IISIP Jakartapun
tidak lagi hanya terdiri dari suku batak, tapi juga jawa, madura
dan sunda. "Benar-benar bhineka tunggal ika" diterapkan oleh sang
pelopor Ilmu Komunikasi ini.

* Hal gambaran masalah dari mahasiswa yang 
   diperbantukan (Serdadu)

Al hasil macam persoalanpun timbul dari para mahasiswa yang di
perbantukan ini :

- Ada yang merasa "Pak A.M. Hoetasoehoet ini Terlalu". Terlalu
  karena dia merasa tidak pantas untuk mamakkur di Jakarta karena
  beliau sudah meninggalkan pakkur di Sipirok.

- Ada yang merasa bukan pak A.M Hoetasoehoet ini yang membantunya,
  tapi justru dialah yang membantu pak Hutasuhut karena beliau
  telah bekerja di kampus tersebut dan kuliah itu bukanlah hal
  penting bagi beliau.

- Ada yang merasa justru kuliahnyalah yang paling penting, sedang
  pekerjaannya tidak diperdulikannya.

- Ada pula yang merasa justru berkejanyalah yang lebih penting
  sedangkan waktu kuliahnya di gunakannya untuk modom-modom
  alias tidur karena kecapean.

Begitu juga masalah yang timbul pada saat bekerja itu sendiri,
sungguh sangat banyak. Jiwa muda yang selalu bergelora, keinginan
untuk tahu lebih banyak mengenai Jakarta, emosi dan perasaan yang
tidak stabil, rasa rendah diri yang kadang datang menghantui dan
perasaan cape membuat berberapa pekerjaan para mahasiswa yang
diperbantukan ini menjadi tidak fokus.

OHP hilang entah kemana rimbanya karena tangan jahilnya para
mahasiswa. Kran air pun kadang martaldusan dibuat para mahasiswa
yang mungkin saja sedang dapat nilai rendah. Begitu juga generator
yang seharus setiap saat harus siap dinyalakan jika listrik mati,
ternyata penjaganya entah dimana.

Begitu juga dengan pekerjaan lainnya, meskipun antisivasi sudah
dilaksanakan tapi beberapa hambatan masih saja terjadi. Kerja
team yang seharusnya berjalan lancar ternyata harus berantakan
hanya gara-gara tarsontuk perkataan kawan sendiri. Duel antara
yang berkawanpun kadang tak dapat di elakkan.

Alhasil pak A.M Hoetasoehoet inipun kewalahan mengatasinya. Dan
solusinya diciptakanlah tangan kanan yang mungkin sama fungsinya
dengan hulubalang dalam suatu kerajaan.

Dan namanya hulubalang tak jarang pula membikin dirinya jadi
tumbal guna menyelamatkan kawan terhindar dari skorsing atau
pemecatan. Begitupun permasalah tetap saja tak dapat dihindari,
hingga tiba saatnya bagi pak Hutasuhut ini tidak lagi memacat
anak buah hulubalang, tapi justru hulubalannya yang di pecat.

Demikian berlangsung dari tahun ketahun pada masa itu dibawah
kepemimpinan pak Hutasuhut ini. Dan semuanya dapat beliau
selesaikan dengan baik meskipun dengan terpaksa "Hukum Alam
harus diterapkan".

Mereka yang mampu menjunjung tinggi disiplin, bekerja dengan
baik, serta kuliah pada waktunya dengan sendirinya akan lulus
dengan gelar sarjana. Tapi sebaliknya, mereka yang tak mampu
melaksanakan disiplin dan ketentuan lainnya dengan sendrinya
akan KO dari kampus tersebut seperti penulis yang KO pada
tahun ketiganya. KO itu sama artinya dengan,  cari sopo
sendiri, cari makan sendiri dan bayar uang kuliah sendiri.

"Sungguh cara mendidik yang benar" begitu pikir penulis pada
saat ini, karena cara itulah yang sadar atau tidak sadar telah
membentuk suatu kepribadian dengan mentalitas tinggi untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik di tano parjalangan ini.

"Terimakasih sekali lagi pada alm. A.M Hoetasoehoet, dan kalau
boleh saya mewakili para kawan, kami ingin berkata : "Kami
bangga atas apa yang telah bapak perbuat pada kami, dan tak
ada yang yang kami sesali. "Ridho Allah Swt semoga tetap
bersamamu bapak kami". Amin.

* Hal kerja keras rela berkorban dari mahasiswa yang
diperbantukan (Serdadu)

Tentunya disamping terjadinya masalah-masalah di atas beberapa
hal juga telah dilaksanakan para mahasiswa yang diperbantukan
ini dengan baik

Buktiya :

Cukup banyak para mahasiswa ini yang dapat bertahan untuk
tetap tinggal di kampus tersebut sama masa studynya selesai.
Intinya "Kerja 24 Jam bukan masalah bagi para serdadu tersebut
asalkan IISP Jakrta lebih maju".




Kepala Batalion berkata :

- Besok tengah malam pasang spanduk
  di semua pertigaan besar di Jakarta...!
  Maka sang serdadupun memasang dengan
  terlebih dahulu membagi tugas.

- Lusa brosur sudah harus sampai di semua
SMA di Jakarta,  maka sang serdadupun
melaksanakannya.

- Dua jam dari sekarang gedung II ini harus dikosongkon...!
  maka satu jam kemudian telah kosong diobikin para serdadu

- Matolbak tembok natuari haran ni gogo ni udan, maka besok
  temboknya harus diangkat...! maka sang serdadu pun berkata
  Siap...! 1,2,3...angkat...ttt...maka tembok itupun mangkat

- Jam 1 tepat...saatnya makan...toko lonceng...! ceng....ceng...
  ceng...ceng...maka sang serdadupun makan. Yang belakangan
  hadir. Gale...!


Maro nabahatan sian kompas (bukan komunitas parsipirokda
tapi kompas korando), moraban gupak, lindis dohot soban.
Tahan....nnnn...ulang paloas masuk....!

Maka sang serdadupun yang sudah lulus keperamukaan,
kepetigakaan dan kepencesilatan segera menyiapkan shitos,
kunci inggiris, dan batu panggilangan.

"Tuktuk...! perintah kepala batalion pada sang serdadu,
maka sang serdadupun yang umumnya hidup segan mati tak
mau "menuntuk" para demostran tersebut satu persatu...!

"Tuk...tuk...tuk...keni mulak...!" kata sang serdadu.
"Napolalu kajimu tu sejarah ni yayasan on" lanjutnya
pula. Untuk kemudian sang demontranpun pulang la pula.
setelah terlebih dahulu etalase, ohp, kompor, dll di
parsipakkon halai.

"Siapa bilang mahasiswa yang diperbantukan tidak

sama dengan serdadu...?"
________________________________________________________

Liku-liku perjalanan hidup di IISIP Jakarta dalam proses berpikir
 dalam penilaian (Terjadi proses tanya jawab pada diri sindiri)
________________________________________________________

1. Tanya :

Bagaimana pendapat penulis tentang lika-liku IISIP Jakarta 1953
sampai 2013...?

Jawab :

Masuk diakal lika-likunya atau sejarahnya. Terbayang olehku di
tahun 1953 IISIP Jakarta itu hanyalah satu gedung kecil yang
dikelilingi oleh pohon-pohon rindang dengan jalan becek hinga
nyaris tak diketahui orang  ada, apalagi didepan dan belakang
adalah sungai.

Sedangkan melihatnya di tahun 2013 ini adalah suatu kewajaran
atau memang begitulah seharusnya, dapat bertahan dan terus
berkembang.
________________

2. Tanya :

Bagaimana dengan perkembangan fakultas dan jurusan di
IISIP Jakarta penulis...?

Jawab :

Hahahaha...hidup ini memang penuh pilihan dan penuh perhitungan
untuk banyak orang. Jumlah penghasilan terkadang lebih penting
dari pada identitas.

IISIP Jakarta dipikiran saya adalah perguruan tinggi yang
identik dengan istilah komunikasi dan ini sangat dijunjung tinggi
oleh pendirinya. Bahkan bisa dibilang hidup almarhum ini hanyalah
dipergunakannya untuk perkembangan komunikasi yang bukan saja
di Jakarta tapi juga di Indonesia.

Pelajaran Politik, Kesejahteraan Sosial dan management memang
bagian dari Ilmu Komunikasi itu untuk dipelajari. Tapi ketika dia
di buat menjadi jurusan maka "pelajaran ilmu komunikasi menjadi
tidak jelas atau tidak lagi fokus utama. Dan pada saat IISIP
Jakarta hanya memiliki 1 fakultas, mata kuliah seperti politik
dan management hanyalah matakuliah pilihan.
________________

3. Tanya :

Apa artinya bagi penulis...?

Jawab :

Artinya IISIP Jakarta sekarang ini kurang memiliki identitas
karena banyaknya jurusan. Jika ditahun  80-an ada orang yang
kesasar di Sulawesi, terus minta di antar ke Fakultas Komunikasi
di Indonesia maka dapat di pastikan beliau pasti di antar ke
Jl. Raya Lenteng Agung No.32. Apalagi cuma diwilayah Jabotabek..
_________________

4. Tanya :

Kalau sekarang penulis...?

Jawab :

Bisa diantar kemana-mana karena fakultas komunikasi juga sudah
ada di mana-mana. Atau mungkin sudah tak perlu diantar lagi
karena bisa jadi di Sulawesi juga sudah ada fakultas komunikasi.
_________________

5. Tanya :

Bagaimana fakultas komunikasi bisa sedemikian pesatnya berkembang
dalam 10 tahun terakhir ini...?

Jawab :

Rahasia Ilmu Komunikasi (Cara pengajaran dalam teori) pada awalnyakan
hanya dimiliki oleh para dosen di IISIP Jakarta, tapi karena mereka
banyak yang keluar dari IISIP Jakarta maka bisa jadi mereka membuka
fakultas komunikasi ini di perguruan lain. Atau bisa juga orang
yang bersangkutan yang membuka perguruan tingginya. Kenapa rupanya...!
_______________

6. Tanya :

Bagaimana pendapat penulis, tentang A.M Hoetasoehoet khususnya untuk
disebut sebagai bapak komunikasi atau jurnalistik...?

Jawab...!

Bapak ini bukan hanya jago di teori, tapi juga di praktek. Sungguh
sangat jarang orang tidak melaksanakan apa yang diperintahnya.
Ayunan nada suara atau intonasi suara, mimik muka, pembacaan situasi
komunikasi atau yang dalam istilah komunikasi lambang verbal dan
non verbal sungguh sangat di kuasainya.

Jika saja keahliannya ini digunakannya untuk marah, maka kehebatannya
nyaris seperti petir yang menyambar. Apalagi digabungkannya dengan
identitas sebagai seorang halak batak. "Bolanda (Penjajah) juga bisa
lari terbirit-birit disenggaknya. Dan jika IISIP Jakarta adalah suatu
batalion sungguhan maka akan menjadi batalion terbaik (di siplin sangat
diutamakan pada saat itu).

Adapun dalam prakteknya; gedung II adalah gedung belajar terbesar
dan terluas di IISIP Jakarta, jika sudah beliau yang menjadi
dosennya maka semua mahasiswa dapat dipastikan turut mendengar.
Karena itu saya sangat setuju untuk menyebut bapak ini sebagai
pakar dari Ilmu Komunikasi.
__________________

7. Tanya :

Bagaimana pendapat penulis saat ini sehubungan dengan dibuatnya
mahasiswa yang diperbantukan atau serdadu di IISIP Jakarta khususnya
di tahun 1984 sampai 1992...?

Jawab :

Saya pikir Bapak A.M Hoetasoehoet ini adalah orang yang sangat
bijaksana. Tahun 1984 - 1992 dapat dikatakan adalah tahun-tahun
dimana sekolah ini sedang mendapat perhatian dari banyak pihak
di bidang Ilmu Komunikasi. Sedangkan kawan-kawan seperjuangannya
biasa jadi sudah makin jauh kecuali Pak Bakri dan pak Ginting
yang mungkin masih loyal.

Bapak ini tahu untuk dapat terus bertahan perguruan tinggi ini
yang dibutuhkannya bukan saja orang yang mau bekerja tapi juga
harus loyal, harus tinggi rasa memilikinya pada IISIP Jakarta
hingga tak perlu hitung-hitungan kapan harus bekerja dan kapan
harus istirahat.

Dan jika ini yang menjadi landasannya, maka siapapun halak hita
dengan sendirinya akan memilih halak hita juga yang jadi teman
kerjasamanya atau yang membantunya.

"Kekuatan dalihan natolu dalam sistem kekerabatan nihalak hita
pada umumnya menghindar dari perhitungan tenaga". Artinya jika
seseorang itu sudah kita panggil Uwa atau Amattua, maka dengan
sendirinya kita harus taat kepadanya.

Karena itu sungguh sangat masuk diakal, jika bapak A.M Hoetasoehoet
menginginkan mahasiswa yang diperbantukan tersebut adalah anak
dari orang-orang yang dikenalnnya atau saudaranya.

Hal lainnya, dia akan memberikan imbalan dengan "Mengkuliahkan"
anak dari para kaum kerabatnya ini. Dan bagi kaum kerabat pada
umumnya istilah mengkulliahkan adalah sesuatu yang "sangat besar
dan hebat".

Karena itu, dalam prakteknya tidak lagi terkesan bahwa bapak
Hutasuhut yang  membutuhkan mahasiswa yang diperbantukan, tapi
justru kaum kerabatnya inilah yang membutuhkannya.

Kenyataan berkata, tidak semua yang datang ke IISIP itu memang
dia suka kuliah dan tidak ada seleksi apakah yang datang tersebut
memang cukup pintar dan pantas untuk kuliah atau tidak. Ini sama
artinya bukanlah orang yang pintar yang dibutuhkan Bapak A.M.
Hoetasoehoet tapi orang yang loyal atau setia / rela mendukungnya
100 % tanpa pamrih karena adanya imbalan tersebut.
_______________

8. Tanya :

Apa maksud penulis bahwa A.M. Hoetasoehoet itu lebih membutuhkan
yang loyal atau setia dari pada pintar...?

Jawab :

Wau...! Menurut hemat penulis, sebutan kampus tercinta bukanlah
difokuskan pada para mahasiswa, karena mahasiswa kuliah atau tidak
kuliah, cinta atau tidak cinta jika sudah tiba masanya membayar
maka bayarlah.

Tapi para staf IISIP Jakarta, atau para dosen atasu asisten dosen
atau mahasiswa yang diperbantukan, jika sudah menjadi karyawan
IISIP Jakarta maka cintailah kampus ini. Jika tidak kau akan
dipecat.

Maka dipecatlah mereka-mereka itu yang dianggap sudah tidak loyal,
tidak setia dan tidak cinta. Dan tak perduli sebesar apa  jasa
yang pernah kau perbuat sebelumnya pada kampus ini. Dan tak
perduli apakah kau anak udaku anak tulangku atau tetanggaku.
______________

9. Tanya :

Hebat itu penulis...?

Jawab :

Memang hebat IISIP Jakarta itu kawan...! Jika semua pengalaman dari
mereka yang pernah jadi mahasiswa diperbantukan di sana harus di
tulis maka maka sama tebal dan banyaknya dengan buku yang ada di
Perpustakaan IISIP Jakarta. Hahahaha....
________________

10. Tanya :

Adakah sesuatu kejadian di IISIP Jakarta yang tidak dapat
penulis mengerti...?

Jawab :

Ada...! Rotua Hutasuhut namanya, saya tidak tahu apakah tujuannya
datang ke IISIP Jakarta tercapai atau tidak. Saya berkeyakinan
tidak dia dapatkan. Tapi kalaupun sudah dia dapatkan sesungguhnyalah
menjadi tidak begitu berarti padahal loyalitasnya pada Kampus.
tercinta bukan main.

Saya masih ingat bagaimana ketakutan beliau jika tidak ada yang
menjaga pagar takut-takut pak Hutasuhut datang tiba-tiba. Saya
juga ingat bagaimana beliau harus tiap malam mengontrol para
anak buahnya apakah sudah tidur atau tidak, karena beliau memang
penjab pada saat itu.

Begitu juga dengan kesalahan-kesalahan anak bauahnya yang kadang
harus ditutupinya agar tidak diskorsing atau dipecat. 

Dari semua liku-liku perjalanan yang dialami, saya merasa kepedihan
paling memuncak pada saat beliau saya kunjungi bersama Rahmat 
pemain gitar Sipirok di sekitar Senen beberapa tahun yang lalu.

Ah...! Sungguh sangat susah menceritakannya, tapi sepertinya El Suraya
lewat suara indahnya Nur Asiah Jamil dapat memberikan jawaban :


Al kisah setelah saya temui beliau, beberapa bulan kemudian saya
dengar kabar beliau telah berpulang kerahmatulloh, "Innalillahi wa
Innailahi roziun"

Karena itu lewat postingan ini, saya juga ingin mengajak para kawan
untuk membacakan surah Al-fatihah untuk beliau.

Allah maha kuasa, kuasa akan apa yang dirasakan hambanya, :
Al-Fatiha...!

Bismillahirrahmanirrahim"

Alhamdulillahi rabbil alamin,

Arrahmaanirrahiim

Maaliki yaumiddiin,

Iyyaka nabudu waiyyaaka nastaiin,

Ihdinashirratal mustaqim,

shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi alaihim waladhaalin,

Amin...

Ya Allah...tuhan kami...! Jika memang adanya pahala dari surah
Al-Fatiha yang kami bacakan ini, maka pahalanya berikanlah ya
Allah kepada abang kami, kepada kawan kami almarhum Rotua
Hutasuhut. Tempat kan beliau ya Allah ditempat yang diridhoiMu.
Begitupun ya Allah pada Bang Nas, Marzuki Hutasuhut dan
Mahlil.

Amin ya robbal alamin...!

Bila terdengar suara azan
bergema sayup menjelang pagi
dalam irama kukirim pesan
sebagai tanda akudah pergi...


11. Tanya :

Adakah hal lain yang ingin penulis sampaikan sebelum tulisan ini
ditutup...?

Jawab :

Sungguh kita tak tahu apa yang ada dalam hati setiap manusia.
Pak Hoetasoehoet yang dalam konsep ini penulis ibaratkan sebagai
pimpinan dari suatu batalion, bisa jadi menginginkan kehidupan para
serdadunya bersama IISIP Jakarta.

Tapi karena ketidak sempurnaan manusia, maka para serdadu terse
butpun banyak yang keluar dari IISIP Jakarta. "Dan saya yakin kami-
kami semua tidak akan pernah menyalahkan pimpinan batalion tapi
juga kami tidak akan menyalahkan diri kami sendiri sebagai serdadu.

Yang penulis inginkan adalah :

"Boleh saja siapapun menuliskan sejarah IISIP Jakarta termasuk
wikipedia dan boleh saja para penulis tersebut tidak menuliskan
para serdadu ini sebagai bagian dari sejarah itu.

Tapi :

Fakta berkata, "Sejarah IISIP Jakarta mungkin tidak akan seperti
sekarang ini jika para serdadu tersebut tidak ada.

Sekali lagi :

Selamat ulang tahun IISIP Jakarta yang ke-60,  teruslah berjaya
dan kami para serdadu akan tetap memantau...! Kami memantau
bukan karena kami mengenal IISIP Jakarta, tapi karena kami
mengenal A.M Hoetasoehoet.

Dan kami adalah antara lain : Bahasar Hst, Bahal, Rotua Hst, Ucok,
Ujang, Mahlil, Halomoan, Suara, Parlin, Nasaruddin, Marzuki, Arifin,
\Syamsul Bahri, Mulyana, Arifin, Marhot, Hasyim, Irfan, Rahman, Mirzat,
Illyn, Rosyid, Ali Sip, Ali Md, Dahlan, Darto, Armaini, Paimpo,
Arif, Sudin Hsb, Muslim, Legi, Sahlan, Arif, Rudi, Soleh.
__________

Penutup
__________


Inong...ggg...inong....gggg
Inong...ggg...inong....gggg
Inong...ggg...inong....gggg
...........................
Inong...ggg...inong....gggg
Inong...ggg...inong....gggg
Inong...ggg...inong....gggg
...........................
Inong...ggg...inong....gggg
Inong...ggg...inong....gggg
Inong...ggg...inong....gggg
...........................
inong...inong...inong......











"Benar adanya pada kehidupan ini tidak ada yang sempurna".

Niat baik bapak tokoh Pers Nasional ini untuk memajukan pendidikan
di Sipirok, Mandailing dll cukup pantas untuk diacungkan jempol.
Tapi tak dapat didustai niat baik tak tercapai semua, beberapa orang
harus mengalami "malitondi" bahkan terkesan "mati tondi (mandele)"

Ini juga bisa jadi bukan salahnya, tapi salah para orang tua yang tidak
terlalu menyiapkan anaknya "Siap Tempur" bagaikan serdadu dalam
suatu batalion juga bisa jadi salah para guru yang terlalu banyak
mengajarkan hal-hal teoritis dibandingkan mentalis.

Hal positif dari kejadian ini, untuk para orang tua dimanapun berada,
khsusnya Tapanuli Selatan, "Siapkan anak anda tondi yang pir, sebelum
beliau diberangkatkan untuik merantau".

Dengan tondi yang pir...Isya Allah...! Seberapa berat, besar, rumitpun
masalah yang dihadapinya akan terselesaikan dengan baik. Sungguh
"Horas tondi madingin pir tondi matogu itu bukan hanya slogan".

Tapi suatu keinginan besar dari para ompung-ompungta untuk dapat
di praktekkan dalam hidup guna tercapainya kebahagian dunia dan
akhirat.

Masa kepemimpinan Bapak ini memang sudah berakhir dan dari hasil
pengamatan telah beralih pada generasinya. Tentang bagaimana para
generasi ini dalam hubungannya dengan serdadu penulis tidak
mengetahuinya.

Selamat malam para kawan dan horas....!

Kijom ale kijom...
kijom ale kijom...
kijom ale dongan...
ma dongan...dongan...

Kijom ale kijom...
kijom ale kijom...
kijom ale dongan...
da dongan...dongan...

Leleng ma nada tulilla ale...
madungdung sabi da tu bonanna...
leleng maho nada huida ale....
malungun au da di toppana...

Kijom ale kijom...
kijom ale kijom...
kijom ale dongan...
ma dongan...dongan...

Kijom ale kijom...
kijom ale kijom...
kijom ale dongan...
da dongan...dongan...







____________________________________________________
Cat :
Situs pendukung yang berhubungan dengan A.M Hoetasoehoet  dan
IISIP Jakarta :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2012/03/am-hoetasoehoet.html
http://akhirmh.blogspot.com/2011/02/m-hoeta-soehoet-tokoh-pers-dan-pendiri.html
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/09/cabut-bupati-tapanuli-selatan-ece-ece.html
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/10/pesan-cinta-dari-kampus-tercinta.html
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/10/mandailing-polit-uji-hipotesis-status.html
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/10/silaturrahmi-himabes-stp-iisip-jakarta.html
http://angkolafacebook.blogspot.com/2013/11/dr-uli-kuzok-2-satu-font-untuk-semua.html
*Kepada pemilik photo, mohon ijin tuk di pinjam posting
*seru, goyak, lucu, benci, pedih, sodih dan
  bingung...!!!???***&&&&77@@@@@XXXX = 7 rasa


PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork

No comments:

Post a Comment