#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar dunia Prangko sekaligus mengusulkan
pada Pemerintah RI agar di buat Prangko suku Batak Angkola)
_____________________________________________________________
______________
Kata Pengantar
______________
Horas...horas...horas...!
Malam ini penulis belajar mengenai Prangko dulu ba.
Dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan :
"Apakah Pemerintah RI bisa menerima usulan dari masyarakatnya/
pemerintah daerahnya atau Daerah Tapsel suku Batak Angkola
untuk di buat Prangko kesukuannya guna promosi daerah...?
Jika penulis menyimpulkan bisa, maka penulis akan mengusulkan
gambar dari prangko tersebut berikut beberapa alasannya.
Hal ini akan penulis sampaikan pada penutup tulisan. Dan mari
sama kita simak info-info mengenai prangko dibawah ini.
Selamat menyimak...!
_________________________
Sekilas mengenai Prangko
_________________________
* Prangko Dunia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa
Penny Black, prangko pertama di dunia yang diciptakan pada tahun 1840.
Prangko (Latin: franco) adalah secarik kertas berperekat
sebagai bukti telah melakukan pembayaran untuk jasa layanan pos,
seperti halnya mengirim surat. Prangko ditempelkan pada amplop,
kartu pos, atau benda pos lainnya sebelum dikirim.
Pembayaran menggunakan prangko menjadi cara pembayaran yang
paling populer dibanding cara lain, seperti menggunakan aerogram.
Prangko pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 Mei 1840 di
Britania Raya sebagai reformasi pos oleh Rowland Hill.
Oleh karena itu sampai sekarang Britania Raya mendapat perlakuan
khusus. Negara ini adalah satu-satunya negara yang tidak perlu
mencantumkan nama negara di atas prangko (bukan "Perangko", kata
ini resmi 1985 diseragamkan jadi Prangko oleh Richard Yani Susilo
pada buletin Berita Filateli (http://berifil.com/) .
Prangko pada hakekatnya adalah secarik kertas bergambar yang
diterbitkan oleh pemerintah yang pada bagian belakang umumnya
memuat perekat, sedangkan pada bagian depannya memuat suatu harga
tertentu yang dimaksudkan untuk direkatkan pada kiriman pos.
Dengan menempelkan prangko pada sepucuk surat berarti biaya
pengiriman surat tersebut telah dilunasi oleh pengirim surat,
dan sebagai imbalannya pos berkewajiban menyampaikan surat
tersebut kepada alamatnya di tempat tujuan.
Kegiatan surat-menyurat dan sistem perposan sebenarnya sudah dikenal
manusia sebelum dikenalnya prangko. Dan setiap pemerintahan membangun
sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan sistem perposan.
Sebagai contoh, Jalan Raya Anyer-Panarukan yang dibangun oleh gubernur
jenderal Hindia Belanda (Herman Willem Daendels), dikenal dengan nama
Jalan Pos Raya.
_________________
Sejarah prangko
_________________
Ket :
Prangko pertama di dunia yang diciptakan pada tahun 1840.
Prangko pertama yang merupakan hasil gagasan Sir Rowland Hill diterbitkan di Inggris
pada tanggal 6 Mei 1840, dan merupakan prangko pertama yang resmi di dunia. Sebelum
tanggal tersebut sudah ada prangko pula tetapi tidak resmi, tidak dapat dipakai oleh
masyarakat umum, tetapi hanya oleh kaum bangsawan tertentu. Prangko pertama resmi
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Memuat gambar kepala Ratu Victoria.
Dicetak dalam warna hitam.
Memuat kata postage pada bagian atasnya.
Memuat kata-kata one penny pada bagian bawahnya.
Mengingat warna tintanya hitam serta tulisan one penny yang menunjukkan harga
nominalnya, prangko tersebut kemudian dikenal oleh masyarakat luas dengan julukan The
Penny Black.
Kisah timbulnya gagasan untuk menerbitkan prangko oleh Sir Rowland Hill ternyata c
cukup menarik. Suatu ketika dilihatnya seorang pengantar menyerahkan sepucuk surat
kepada seorang gadis. Sejenak setelah mengamati surat itu dengan teliti, gadis itu
pun segera mengembalikan surat itu kepada pengantar pos dan menolak melunasi biaya
pengiriman surat dengan alasan bahwa ia tidak punya uang.
Sir Rowland Hill mendekati gadis seraya bertanya apa sebab ia menolak menerima
surat tersebut. Jawaban gadis tersebut ternyata mengejutkan. Surat yang ternyata
datang dari kekasihnya itu memuat beberapa tanda/kode yang hanya diketahui oleh
mereka berdua. Tanpa harus membuka surat itu pun gadis tersebut telah tahu apa
sebenarnya maksud/isi surat. Jadi, buat apa ia harus susah-susah membayar ongkos
kirim surat. Hal ini membuat Sir Rowland gusar, karena bila hal tersebut sering
terjadi, alangkah ruginya dinas pos dan juga bagaimana nasib karyawan yang bekerja
didalamnya.
Selain kasus tersebut, yang membuat Sir Rowland juga memikirkan prangko adalah
ketika Sir Rowland menekuni bidang perpajakan dan ilmu administrasi, sekaligus
mengamati perkembangan sosial ekonomi di Inggris pada masa itu.
Pada tahun 1930, ketika negara Inggris berkembang menjadi negara industri,
transportasi mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan. Jalan kereta api mulai
membentang dari Barat ke Timur dan dari Utara ke Selatan. Pada waktu itu, Rowland
Hill memikirkan bagaimana mendapatkan pemasukan uang untuk kaskerajaan dari pajak
pengiriman surat-surat.
Bahkan pikiran dari pajak pengiriman surat-surat. Bahkan pikiran Rowland Hill juga
diganggu dengan pemberian hak bagi anggota Majelis Rendah dan Majelis Tinggi dalam
parlemen untuk dapat mengirim surat secara cuma-cuma tanpa batas selain itu
sistem pembayaran biaya pengiriman surat oleh penerima juga banyak merugikan
dinas pos. Hal tersebut dilihat oleh Rowland Hill sebagai suatu pemborosan
dan sangat merugikan kas kerajaan.
Oleh karena itu, pada tahun 1837 Rowland Hill mengajukan usul kepada
parlemen yang antara lain mengemukakan hal-hal sebagai berikut.
Ongkos pengiriman surat harus diturunkan, dengan turunnya ongkos
pengiriman surat, diharapkan terjadi peningkatan jumlah surat yang
dikirim.
Untuk lebih merangsang masyarakat agar saling berkirim surat,
perlu ditetapkan tarif pos yang seragam dengan tidak memandang
jarak tempuh surat tersebut.
Untuk menghindari penyalahgunaan biaya pengiriman surat, biayanya
harus dibayar dimuka dengan menempelkan secarik kertas tanda
pelunasan yang saat ini kita kenal sebagai prangko.
Pemikiran ini awalnya mendapat tentangan dari Parlemen. Namun empat
tahun kemudian tepatnya pada tahun 1840 usul Rowland Hill diterima
Parlemen. Dari sinilah kemudian lahir prangko, carik kertas kecil yang
dipakai sebagai tanda pelunasan pengiriman surat.
Perkembangan prangko di seluruh dunia
Setelah Inggris menerbitkan prangko pada tahun 1840, beberapa negara-
negara lain pun segera mengikutinya antara lain Zurich, Jenewa, Basel
(ketiganya di Swiss), Mauritius, Perancis, Bavaria, Amerika Serikat,
dan Brasil.
* Prangko Indonesia
Pada tanggal 1 April 1864, pemerintah Hindia Belanda yang waktu itu menguasai
seluruh Nusantara menerbitkan prangko pertama kali. Prangko Hindia Belanda yang
baru lahir itu berwarna merah anggur dengan harga nominal 10 sen dan menampilkan
gambar Raja Willem III.
Jenis-jenis prangko
Prangko definitif
Prangko definitif atau prangko biasa yaitu prangko yang penerbitannya dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan prangko sehari-hari, tidak ada kaitannya dengan suatu
kejadian atau peristiwa. Prangko tersebut terdiri dari beberapa pecahan harga mulai
dari harga nominal rendah sampai yang harga nominal tinggi.
Oplah cetak untuk tiap pecahan harga juga tidak sama tergantung mana yang lebih
banyak digunakan. Prangko jenis ini apabila persediaannya menipis akan dicetak
ulang sesuai dengan kebutuhan. Masa jual prangko tersebut tidak terbatas sampai
ada instruksi dari Pemerintah. Contohnya adalah :
Prangko seri Hewan (1956)
Prangko seri Alat musik (1967)
Prangko seri Presiden Soekarno
Prangko seri Presiden Soeharto
Prangko seri PELITA (Pembangunan Lima Tahun)
Prangko peringatan
Prangko peringatan yaitu prangko yang penerbitannya dikaitkan dengan suatu
kejadian atau peristiwa dan dimaksudkan untuk memperingati kejadian atau
peristiwa, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Contoh dari
prangko ini adalah
100 tahun prangko Indonesia
10 tahun Konferensi Asia-Afrika
25 tahun ASEAN
Prangko istimewa
Prangko Istimewa yaitu prangko yang penerbitannya dimaksudkan untuk menarik
perhatian masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri mengenai kegiatan-
kegiatan yang dilancarkan oleh Pemerintah dalam berbagai bidang, baik yang
bersifat nasional maupun internasional. Contohnya adalah:
Prangko seri pariwisata 1988
Prangko seri Flora 1989
Prangko seri Fauna 1989
Prangko seri World Cup Italia 1990
Prangko amal
Prangko Amal yaitu prangko yang penerbitannya dimaksudkan untuk
menghimpun dana bagi kepentingan amal dan dijual dengan harga
tambahan.
Pendapatan dari hasil penjualan prangko ini setelah dikurangi
dengan harga prangko, ongkos pembuatan dan ongkos lainnya
kemudian disumbangkan kepada suatu badan amal yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah. Contohnya adalah:
Prangko Hari Sosial III (1960)
Prangko Hari Sosial IV (1961)
Prangko peringatan, prangko istimewa, dan prangko amal masa
jualnya di kantor pos terbatas yaitu selama tahun penerbitan
ditambah 2 tahun, sedangkan masa berlakunya selama tahun
penerbitan ditambah lima tahun.
Prangko Prisma
Prangko Prisma, singkatan dari Prangko Identitas Milik Anda
(personalised stamps), adalah prangko yang dapat menampilkan
foto atau identitas lainnya (logo, produk, lambang perusahaan,
tulisan / slogan bahkan tanda tangan atau apa pun) yang
dikehendaki oleh pemesan, yang dicetak di atas security paper
seperti halnya kertas berharga.
Prangko Prisma dapat digunakan untuk berkirim surat, juga
dapat dijadikan sebagai cinderamata.
Perangko Prisma diperkenalkan pertama kali oleh Australia Post
pada kesempatan "Australia 99" pameran filateli sedunia yang
diadakan di Melbourne Australia pada tanggal 19-24 Maret 1999,
dengan sebutan "personalised stamp". Konsep Australia Post untuk
meluncurkan prangko yang memiliki identitas pribadi didukung oleh
teknologi yang merupakan kombinasi teknologi cetak yang sudah
lazim dikenal dengan kecanggihan proses digital.
Indonesia merupakan negara kedua setelah Australia yang
memperkenalkan Prangko Prisma. Barulah Jepang memperkenalkan
Prangko Prisma di PhilaNippon 2001.
Prangko untuk tujuan khusus
Selain prangko-prangko tersebut di atas masih ada prangko-prangko
yang diterbitkan untuk tujuan khusus yaitu prangko pos kilat,
prangko pos udara, prangko dinas, prangko ekspres, dan prangko
pos udara ekspres.
Prangko-prangko tersebut sudah tidak lagi berlaku dan tidak
diterbitkan lagi.
Bentuk, ukuran, dan komposisi prangko
Komponen pokok pada sebuah prangko:
Ket :
1. Gambar
2. Perforasi
3. Harga
4. Nama negara
Pada mulanya prangko-prangko diterbitkan dalam bentuk persegi
panjang sesuai dengan bingkai potret raja (yang dijadikan gambar
prangko) dari negara penerbitnya. Kemudian digunakan bentuk persegi
panjang mendatar yang lebih serasi untuk prangko-prangko peringatan.
Beberapa bentuk prangko di antaranya ialah bentuk bujur sangkar
yang pertama kali dipergunakan oleh Bavaria pada tahun 1849, bentuk
segitiga yang pertama kali dipergunakan oleh Cape of Good Hope
(Afrika Selatan) pada tahun 1853, bentuk segi delapan dipergunakan
Yunani pada tahun 1898 dan masih ada lagi bentuk-bentuk lainnya.
Prangko-prangko yang pernah digunakan di Indonesia diterbitkan
dalam bentuk persegi panjang, segiempat sama sisi dan segitiga
sama sisi (terbitan pemerintah Hindia Belanda).
Ukuran prangko
Pada mulanya prangko-prangko dibuat sepraktis munkin, tidak terlalu
besar tetapi juga tidak terlalu kecil. Prangko-prangko pertama
kebanyakan diterbitkan dalam ukuran 25 x 18 mm. Kemudian ukurannya
disesuaikan denga kebutuhan penerbitannya.
Prangko terkecil adalah prangko Mecklenburg Scwein (Jerman) yang
diterbitkan pada tahun 1856 berukuran 9 x 9 mm, sedangkan prangko
terbesar adalah prangko Amerika Serikat yang diterbitkan pada
tahun 1856 berukuran 53 x 97 mm. Umumnya prangko-prangko yang
harga nominalnya lebih tinggi diterbitkan lebih besar daripada
yang harga nominalnya rendah seperti halnya dengan prangko-prangko
terbitan Hindia Belanda, Inggris, dan Belanda.
* Komposisi prangko
Komposisi prangko atau susunan prangko biasanya berjajar, satu
dengan yang lainnya dipisahkan dengan perforasi dan dalam satu
lembar (sheet) terdapat prangko dengan desain dan harga nominal
yang sama. Namun dewasa ini beberapa negara termasuk Indonesia
telah menerbitkan prangko bergandengan yaitu beberapa macam
prangko dicetak menjadi satu sehingga membentuk suatu kesatuan
prangko.
Setiap prangko memuat harga nominal sendiri-sendiri dan antara
prangko yang satu dengan prangko yang lainnya diberi perforasi
sehingga mudah dipisahkan. Termasuk dalam katagori prangko
bergandengan ialah:
Prangko Se-tenant (atau Prangko Damping, diciptakan kata ini
oleh Richard Yani Susilo tahun 1985)
Beberapa prangko yang dicetak bergandengan dan keseluruhannya
membentuk sebuah gambar yang utuh. Contoh prangko seri
Borobudur 1868, Olimpiade Mexico 1968, Seni Lukis Tradisional
1981, Bangsa Peduli Lingkungan 1993.
Beberapa prangko yang masing-masing memuat gambar yang berlainan,
tetapi dicetak bergandengan. Contoh Prangko seri Amphilex 1971,
Sensus Ekonomi 1986 dan Cinta Puspa dan Satwa 1993.
Tete-Beche (atau Damping Sungsang, diciptakan kata ini oleh
Richard Yani Susilo tahun 1985): Dua keping dicetak bergandengan
yang satu terletak terbalik terhadap yang lainnya. Apabila letak
2 prangko tersebut berdampingan, maka disebut tete-beche
horizontal, dan apabila letak 2 prangko tersebut yang satu
berada di bawah yang lainnya, maka disebut tete-beche vertikal.
Gutter-Pair: Antara dua prangko terdapat satu bidang berbentuk
prangko tanpa harga nominal dan tidak dapat digunakan untuk
harga nominal dan ridak dapat digunakan untuk melunasi biaya
pengeposan. Pada bidang tersebut biasanya dimuat suatu pesan
khusus, logo, atau disain lain yang menarik. Prangko seri
"100 Tahun Museum Zoologicum Bogoriense" dengan harga nominal
Rp 1000,- (1994).
Teknik pencetakan prangko
Pada umumnya prangko dicetak oleh percetakan negara. Di
Indonesia, prangko dicetak oleh Perum Peruri. Dewasa ini,
pencetakan dilakukan dengan menggunakan mesin-mesin modern
namun secara garis besar tetap mengikuti prinsip-prinsip di
bawah ini:
Cetak tinggi (typography)
Cetak dalam (engraving)
Cetak rata (lithography)
Cetak limpah (offset)
Dalam keadaan darurat, ada prangko-prangko yang dicetak dengan klise terdiri d
ari huruf-huruf lepas (typeset) seperti halnya orang mencetak kartu nama sebagai
contoh prangko yang dikeluarkan oleh Malta pada tahun 1925. Kadang-kadang masih d
isetai klise gambar seperti pada prangko milik British Guiana (1856) yang merupakan p
rangko termahal di dunia. Prangko-prangko yang dicetak dengan menggunakan cetaktindih
umumnya menggunakan typeset sebagai contoh prangko edisi RIS, RIAU, UNTEA.
Umumnya ada prangko-prangko yang tercetak menyimpang dari prangko umumnya.
Karena jumlahnya sedikit, prangko-prangko yang cetakannya menyimpang menjadi
incaran para filatelis, karena langka dan harganya sangat mahal.
Sebagai gambaran bila prangko yang bergambar penari piring tercetak dengan
piring yang menghadap ke atas, maka ada prangko yang bergambar penari piring
tercetak dengan piring yang menghadap ke bawah, dan prangko inilah yang kemudian
menjadi incaran para kolektor.
Kertas
Dewasa ini prangko dicetak pada kertas putih, tetapi ada juga yang dicetak pada kertas
berwarna dengan maksud tertentu. Kertas juga menggambarkan masa atau negara mana yang
mengeluarkan prangko tersebut.
Perekat
Prangko-prangko umumnya sudah diberi perekat (gom) yang akan menempel
apabila terkena air.
Sebagai identitas negara, maka prangko-prangko diterbitkan
dengan gambar kepala negara, raja atau tokoh terkenal suatu negara,
kemudian memuat angka tahun atau harga nominal dengan hiasan seperlunya.
Namun selain gambar tokoh atau kepala negara, prangko diterbitkan
dengan gambar-gambar lain sebagai sarana promosi, peringatan atau lainnya.
Nama negara
Prangko memuat nama negara, ada yang memuat nama resmi negara baik
dalam bahasa Inggris atau bahasa resmi negaranya, ada yang memuat
dua bahasa seperti prangko Belgia, Kanada, Afrika Selatan, Srilanka
dan Finlandia, bahkan ada yang mempergunakan 3 bahasa seperti Cyprus
dan Israel. Swiss menggunakan nama latinnya "Helvetia".
Nama-nama negara ada juga yang disingkat sebagai contoh DDR
(Jerman Timur), CCCP (Uni Sovyet), RSA (Afrika Selatan), UAR
(Mesir), USA (Amerika Serikat) dan lain sebagainya. Di Indonesia,
pada masa revolusi, prangko-prangko Hindia Belanda dan Jepang
dicetak tindih dengan NRI.
Adakalanya prangko-prangko yang sama digunakan 2 atau 3 negara
bersama-sama, sehingga nama negaranya dicantumkan bersama seperti
Rhodesia-Nyassa dan Kenya-Uganda-Tanganyika.
Satu-satunya negara tanpa menuliskan nama negaranya pada prangko adalah Inggris.
karena dianggap pelopor penerbitan prangko di dunia dimana prangko resmi pertama
di dunia berasal dari Inggris (Richard Yani Susilo, Mengenal Filateli di Indonesia).
Teks
Dari teks yang terdapat pada prangko dapat diketahui bahwa beberapa prangko
tertentu diterbitkan untuk keperluan khusus misalnya prangko dengan teks
"pos Udara", "dinas", dan lain lain.
Warna
Pemberian warna pada prangko bertujuan untuk membedakan jenis maupun harga prangko.
Selain itu, variasi warna pada prangko bertujuan untuk menarik perhatian konsumen.
Tanda air
Tanda air atau watermark adalah identitas yang diberikan oleh pembuat kertas berharga
seperti uang, prangko atau sertifikat. Watermark adalah gambar yang khusus dilihat
bila kertas tersebut dibentangkan cahaya atau detektor khusus, hal ini digunakan untuk
menghindari pemalsuan.
Prangko yang dikeluarkan oleh persemakmuran Inggris bertanda air "mahkota" yang
bentuknya berlainan dan memakai huruf CC (Crown Colony) atau CA (Crown Agency).
Prangko-prangko Jepang bertanda air garis-garis gelombang dan
prangko Belanda bertanda air lingkara-lingkaran kecil, Jerman
menggunakan garis-garis silang. Selain itu, gambar lambang
negara juga diguanakan sebagai tanda air prangko. Prangko
Republik Indonesia tidak bertanda air , hanya seri porto 1950
cetak tindih pada prangko Ned. Indie (Nederland Indie atau Hindia
Belanda) bertanda air C of A karena prangko tersebut dicetak di
Australia dengan kertas prangko negara tersebut yang bertanda
air Cof A (Commonwealth of Australia).
Prangko-prangko pada zaman revolusi Indonesia ada yang dicetak pada
kertas bertanda air "Padalarang" atau "Made in USA" (1949).
Perforasi
Perforasi merupakan baris lubang-lubang di antara deretan prangko
dalam lembaran, diadakan dengan maksud agar prangko-prangko tersebut
mudah disobek. Preforasi yang disobek merupakan "gigi-gigi" pada prangko.
Perforasi pada prangko diberlakukan oleh Archer di Inggris pada
tahun 1864, sebelumnya prangko diterbitkan tanpa perforasi sehingga
untuk menggunakan, prangko tersebut perlu digunting dari lembarannya.
Prangko tanpa perforasi memiliki harga yang lebih mahal daripada
prangko dengan jenis yang sama yang diterbitkan tanpa gigi.
Perforasi ada 3 macam:
Perforasi baris
Perforasi sisir
Perforasi blok
Perforasi sendiri tidakhanya berbentuk lubang, tetapi dapat berbentuk :
Tusuk jarum (pin perporation)
Tusuk pisau (roulette)
Cetak tindih
Prangko yang sudah beredar kemudian diberi tanda cetakan lagi
disebut cetak tindih. Kadang-kadang tambahan cetakan ini dilakukan
dengan mesin cetak yang sederhana yang dapat menimbulkan bermacam-
macam perbedaan, penyimpangan dan kesalahan.
Adapula yang hurufnya rusak (cetak tindih UNTEA 1962) . Adapula
yang dilakukan dengan cap tangan/cap karet (Pendudukan Jepang dan
masa Revolusi Indonesia). Prangko-prangko yang diberi cetak tindih
berjumlah lebih sedikit daripada prangko aslinya, sehingga nilainya
menjadi lebih tinggi dan menjadi incaran kolektor, dengan cetak
tindih yang ada, para kolektor dapat memahami peristiwa sejarah
yang dialami suatu negara atau wilayah.
Umumnya, cetaktindih dilakukan secara darurat atau lokal oleh
kantor pos setempat.
Perubahan harga nominal yang mendadak
Biasanya bila terjadi perubahan tarif pos untuk menghabiskan
persediaan lama yang masih banyak. Sebagai contoh pada Desember
1965 prangko Indonesia dibubuhi cetak tindih "sen" menggantikan
"rupiah" berhubung revaluasi mata uang rupiah. Pada masa revolusi,
prangko di Sumatera banyak sekali prangko yang harga nominalnya
diberi tindihan.
Digunakan untuk daerah tertentu
Sebagai contoh prangko "RIAU" (1954-1960) dan "IRIAN BARAT"
(1963-1970) yang masing masing memakai mata uang Str $ (Strait
Dollar) dan Gulden.
Keperluan khusus
Prangko-prangko tersebut dicetak untuk keperluan khusus dimana
tidak sempat diterbitkan prangkonya, sebagai contoh prangko Seri
Bencana Alam (1953) dan 1961, cetak tindih "Pos Udara"
prangko Sumatera dan cetak tindih "Resmi" pada serti Cetakan Wina.
Perubahan nama negara
Pada pergantian kekuasaan dari tangan Belanda ke tangan Jepang
(1942) prangko Hindia-Belanda dibubuhi cetaktindih Jepang, ada
yang dilakukan secara setempat atau darurat dan ada pula yang
dilakukan secara mekanis di kota-kota besar. Jenisnya banyak
sekali. Di Indonesia Timur oleh Angkatan Laut (Kaigun) dan di
Jawa dan Sumatera oleh Angkatan Darat (Rikugun).
Pada tahun 1945 cetak tindih "R.I.", "N.R.I.", "Rep. Indonesia",
"Republik Indonesia" diterakan pada:
Prangko Hindia (Nederl. Indie)
Prangko Hindia Blanda yang sudah dibubuhi cetaktindih oleh Jepang;
Prangko yang diterbitkan oleh Jepang sendiri.
Cetak tindih sebagai peringatan
Prangko Cetakan Wina antara lain dibubuhi cetak tindih:
"Merdeka Djokjakarta 6 Djuli 1949"
"Republik Indonesia Serikat 27 Des. 1949"
Peralihan pemerintah
Di Irian Jaya (Papua), prangko "Nederl. Nieuw Guinea" selama
pemerintahan peralihan oleh PBB dibubuhi cetak tindih UNTEA
(United Nations Temporary Executive Authority) yang berlaku
mulai Oktober 1962 sampai Maret 1963. Cetak tindih tersebut
dilakukan di Holandia (Jayapura) dan di Haarlem (Nederland).
Cetak tindih di dalam dunia filateli dikenal 2 macam istilah yaitu
Surcharge
Cetak tindih yang dibubuhi akan berakibat pada perubahan harga
pada prangko aslinya.
Overprint
Yakni, jika cetak tindih hanya dimaksudkan untuk mengubah nama
negara untuk peringatan dan sebagainya yang tidak ada kaitannya
dengan perubahan harga.
____________
Penutup
____________
Dari uraian-uraian diatas penulis menyimpulkan :
1. Prangko adalah hasil temuan dari Sir Rowland Hill pada
tahun 1840'an (174 tahun yang lalu)
2. D Indonesia Prangko ini mulai digunakan Pemerintah Hindia
Belanda pada tahun 1864.
3. Yang berwenang mencetak Prangko Indonesia adalah Peruri
4. Sungguh banyak alasan mengapa suatu Pranko (Gambar) diterbitkan
oleh Pemerintah RI. Dan jika alasannya dibagi maka akan di
ketahui ada alasan umum dan ada alasan khsus
5. Prangko yang diterbitkan Pemerintah RI dengan alasan khusus
disebut dengan "Prangko Prisma".
Dengan demikian...!
"Sesungguhnya Pemerintah (Pemda Tapsel) atau Suku Batak Angkola
berwenang memberikan usul pada pemerintah RI untuk menerbitkan
"Prangko Suku Batak Angkola", yang tentunya dengan alasan-alasan
khsus.
Dan jika penulis yag harus mewakili suku batak Angkola, maka
inilah usulnya :
- Istilah Angkola di Nusantara ini sesungguhnya tidaklah begitu
populer dibandingkan istilah Toba, dan Mandailing, padahal
sama-sama bagian dari sub suku Batak itu sendiri.
- Untuk membuat masyarakat Angkola leih mencintai sub suku bataknya
- Untuk lebih mengenalkan suku Angkola pada suku-suku lainnya
di Nusantara ini
- Untuk membikin Suku Angkola lebih diperhatikan oleh Pemerintah,
baik daerah maupun pusat.
...dan...
Inilah gambar usulan prangko Angkola tersebut, adapun masalah
ukurannya, kertasnya, lemnya, warnanya, cara cetaknya dan harga
prangkonya diserahkan pada pemerintah RI (Peruri) dalam
pengurusannya.
Ini usulan prangkonya :
Para kawan...!
Bagaimana usulan penulis diatas dan pilihlah jawaban anda :
a. Setuju
b. Tidak Setuju
c. Perlu Musyawarah lebih Lanjut
d. Tak perduli Pemeritah itu
e. Baginabiama / Macam manapun jadilah
...dan....mari sama menunggu.....dan....
Selamat malam...!
______________________________________________________________
Cat : Pada Pemerintar RI (PERURI)
Besarnya harapan masyarakat Batak Angkola jika suatu saat/
masa yang akan datang agar negara ini membikin dulu
Prangko yang berhubungan dengan Tano Batak.
Kenapa rupanya...? Biar lebih terasa Sila Keadilan itu.
Madung...?
(Menyimak info sekitar dunia Prangko sekaligus mengusulkan
pada Pemerintah RI agar di buat Prangko suku Batak Angkola)
_____________________________________________________________
______________
Kata Pengantar
______________
Horas...horas...horas...!
Malam ini penulis belajar mengenai Prangko dulu ba.
Dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan :
"Apakah Pemerintah RI bisa menerima usulan dari masyarakatnya/
pemerintah daerahnya atau Daerah Tapsel suku Batak Angkola
untuk di buat Prangko kesukuannya guna promosi daerah...?
Jika penulis menyimpulkan bisa, maka penulis akan mengusulkan
gambar dari prangko tersebut berikut beberapa alasannya.
Hal ini akan penulis sampaikan pada penutup tulisan. Dan mari
sama kita simak info-info mengenai prangko dibawah ini.
Selamat menyimak...!
_________________________
Sekilas mengenai Prangko
_________________________
* Prangko Dunia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa
Penny Black, prangko pertama di dunia yang diciptakan pada tahun 1840.
Prangko (Latin: franco) adalah secarik kertas berperekat
sebagai bukti telah melakukan pembayaran untuk jasa layanan pos,
seperti halnya mengirim surat. Prangko ditempelkan pada amplop,
kartu pos, atau benda pos lainnya sebelum dikirim.
Pembayaran menggunakan prangko menjadi cara pembayaran yang
paling populer dibanding cara lain, seperti menggunakan aerogram.
Prangko pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 Mei 1840 di
Britania Raya sebagai reformasi pos oleh Rowland Hill.
Oleh karena itu sampai sekarang Britania Raya mendapat perlakuan
khusus. Negara ini adalah satu-satunya negara yang tidak perlu
mencantumkan nama negara di atas prangko (bukan "Perangko", kata
ini resmi 1985 diseragamkan jadi Prangko oleh Richard Yani Susilo
pada buletin Berita Filateli (http://berifil.com/) .
Prangko pada hakekatnya adalah secarik kertas bergambar yang
diterbitkan oleh pemerintah yang pada bagian belakang umumnya
memuat perekat, sedangkan pada bagian depannya memuat suatu harga
tertentu yang dimaksudkan untuk direkatkan pada kiriman pos.
Dengan menempelkan prangko pada sepucuk surat berarti biaya
pengiriman surat tersebut telah dilunasi oleh pengirim surat,
dan sebagai imbalannya pos berkewajiban menyampaikan surat
tersebut kepada alamatnya di tempat tujuan.
Kegiatan surat-menyurat dan sistem perposan sebenarnya sudah dikenal
manusia sebelum dikenalnya prangko. Dan setiap pemerintahan membangun
sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan sistem perposan.
Sebagai contoh, Jalan Raya Anyer-Panarukan yang dibangun oleh gubernur
jenderal Hindia Belanda (Herman Willem Daendels), dikenal dengan nama
Jalan Pos Raya.
_________________
Sejarah prangko
_________________
Ket :
Prangko pertama di dunia yang diciptakan pada tahun 1840.
Prangko pertama yang merupakan hasil gagasan Sir Rowland Hill diterbitkan di Inggris
pada tanggal 6 Mei 1840, dan merupakan prangko pertama yang resmi di dunia. Sebelum
tanggal tersebut sudah ada prangko pula tetapi tidak resmi, tidak dapat dipakai oleh
masyarakat umum, tetapi hanya oleh kaum bangsawan tertentu. Prangko pertama resmi
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Memuat gambar kepala Ratu Victoria.
Dicetak dalam warna hitam.
Memuat kata postage pada bagian atasnya.
Memuat kata-kata one penny pada bagian bawahnya.
Mengingat warna tintanya hitam serta tulisan one penny yang menunjukkan harga
nominalnya, prangko tersebut kemudian dikenal oleh masyarakat luas dengan julukan The
Penny Black.
Kisah timbulnya gagasan untuk menerbitkan prangko oleh Sir Rowland Hill ternyata c
cukup menarik. Suatu ketika dilihatnya seorang pengantar menyerahkan sepucuk surat
kepada seorang gadis. Sejenak setelah mengamati surat itu dengan teliti, gadis itu
pun segera mengembalikan surat itu kepada pengantar pos dan menolak melunasi biaya
pengiriman surat dengan alasan bahwa ia tidak punya uang.
Sir Rowland Hill mendekati gadis seraya bertanya apa sebab ia menolak menerima
surat tersebut. Jawaban gadis tersebut ternyata mengejutkan. Surat yang ternyata
datang dari kekasihnya itu memuat beberapa tanda/kode yang hanya diketahui oleh
mereka berdua. Tanpa harus membuka surat itu pun gadis tersebut telah tahu apa
sebenarnya maksud/isi surat. Jadi, buat apa ia harus susah-susah membayar ongkos
kirim surat. Hal ini membuat Sir Rowland gusar, karena bila hal tersebut sering
terjadi, alangkah ruginya dinas pos dan juga bagaimana nasib karyawan yang bekerja
didalamnya.
Selain kasus tersebut, yang membuat Sir Rowland juga memikirkan prangko adalah
ketika Sir Rowland menekuni bidang perpajakan dan ilmu administrasi, sekaligus
mengamati perkembangan sosial ekonomi di Inggris pada masa itu.
Pada tahun 1930, ketika negara Inggris berkembang menjadi negara industri,
transportasi mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan. Jalan kereta api mulai
membentang dari Barat ke Timur dan dari Utara ke Selatan. Pada waktu itu, Rowland
Hill memikirkan bagaimana mendapatkan pemasukan uang untuk kaskerajaan dari pajak
pengiriman surat-surat.
Bahkan pikiran dari pajak pengiriman surat-surat. Bahkan pikiran Rowland Hill juga
diganggu dengan pemberian hak bagi anggota Majelis Rendah dan Majelis Tinggi dalam
parlemen untuk dapat mengirim surat secara cuma-cuma tanpa batas selain itu
sistem pembayaran biaya pengiriman surat oleh penerima juga banyak merugikan
dinas pos. Hal tersebut dilihat oleh Rowland Hill sebagai suatu pemborosan
dan sangat merugikan kas kerajaan.
Oleh karena itu, pada tahun 1837 Rowland Hill mengajukan usul kepada
parlemen yang antara lain mengemukakan hal-hal sebagai berikut.
Ongkos pengiriman surat harus diturunkan, dengan turunnya ongkos
pengiriman surat, diharapkan terjadi peningkatan jumlah surat yang
dikirim.
Untuk lebih merangsang masyarakat agar saling berkirim surat,
perlu ditetapkan tarif pos yang seragam dengan tidak memandang
jarak tempuh surat tersebut.
Untuk menghindari penyalahgunaan biaya pengiriman surat, biayanya
harus dibayar dimuka dengan menempelkan secarik kertas tanda
pelunasan yang saat ini kita kenal sebagai prangko.
Pemikiran ini awalnya mendapat tentangan dari Parlemen. Namun empat
tahun kemudian tepatnya pada tahun 1840 usul Rowland Hill diterima
Parlemen. Dari sinilah kemudian lahir prangko, carik kertas kecil yang
dipakai sebagai tanda pelunasan pengiriman surat.
Perkembangan prangko di seluruh dunia
Setelah Inggris menerbitkan prangko pada tahun 1840, beberapa negara-
negara lain pun segera mengikutinya antara lain Zurich, Jenewa, Basel
(ketiganya di Swiss), Mauritius, Perancis, Bavaria, Amerika Serikat,
dan Brasil.
* Prangko Indonesia
Pada tanggal 1 April 1864, pemerintah Hindia Belanda yang waktu itu menguasai
seluruh Nusantara menerbitkan prangko pertama kali. Prangko Hindia Belanda yang
baru lahir itu berwarna merah anggur dengan harga nominal 10 sen dan menampilkan
gambar Raja Willem III.
Jenis-jenis prangko
Prangko definitif
Prangko definitif atau prangko biasa yaitu prangko yang penerbitannya dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan prangko sehari-hari, tidak ada kaitannya dengan suatu
kejadian atau peristiwa. Prangko tersebut terdiri dari beberapa pecahan harga mulai
dari harga nominal rendah sampai yang harga nominal tinggi.
Oplah cetak untuk tiap pecahan harga juga tidak sama tergantung mana yang lebih
banyak digunakan. Prangko jenis ini apabila persediaannya menipis akan dicetak
ulang sesuai dengan kebutuhan. Masa jual prangko tersebut tidak terbatas sampai
ada instruksi dari Pemerintah. Contohnya adalah :
Prangko seri Hewan (1956)
Prangko seri Alat musik (1967)
Prangko seri Presiden Soekarno
Prangko seri Presiden Soeharto
Prangko seri PELITA (Pembangunan Lima Tahun)
Prangko peringatan
Prangko peringatan yaitu prangko yang penerbitannya dikaitkan dengan suatu
kejadian atau peristiwa dan dimaksudkan untuk memperingati kejadian atau
peristiwa, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Contoh dari
prangko ini adalah
100 tahun prangko Indonesia
10 tahun Konferensi Asia-Afrika
25 tahun ASEAN
Prangko istimewa
Prangko Istimewa yaitu prangko yang penerbitannya dimaksudkan untuk menarik
perhatian masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri mengenai kegiatan-
kegiatan yang dilancarkan oleh Pemerintah dalam berbagai bidang, baik yang
bersifat nasional maupun internasional. Contohnya adalah:
Prangko seri pariwisata 1988
Prangko seri Flora 1989
Prangko seri Fauna 1989
Prangko seri World Cup Italia 1990
Prangko amal
Prangko Amal yaitu prangko yang penerbitannya dimaksudkan untuk
menghimpun dana bagi kepentingan amal dan dijual dengan harga
tambahan.
Pendapatan dari hasil penjualan prangko ini setelah dikurangi
dengan harga prangko, ongkos pembuatan dan ongkos lainnya
kemudian disumbangkan kepada suatu badan amal yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah. Contohnya adalah:
Prangko Hari Sosial III (1960)
Prangko Hari Sosial IV (1961)
Prangko peringatan, prangko istimewa, dan prangko amal masa
jualnya di kantor pos terbatas yaitu selama tahun penerbitan
ditambah 2 tahun, sedangkan masa berlakunya selama tahun
penerbitan ditambah lima tahun.
Prangko Prisma
Prangko Prisma, singkatan dari Prangko Identitas Milik Anda
(personalised stamps), adalah prangko yang dapat menampilkan
foto atau identitas lainnya (logo, produk, lambang perusahaan,
tulisan / slogan bahkan tanda tangan atau apa pun) yang
dikehendaki oleh pemesan, yang dicetak di atas security paper
seperti halnya kertas berharga.
Prangko Prisma dapat digunakan untuk berkirim surat, juga
dapat dijadikan sebagai cinderamata.
Perangko Prisma diperkenalkan pertama kali oleh Australia Post
pada kesempatan "Australia 99" pameran filateli sedunia yang
diadakan di Melbourne Australia pada tanggal 19-24 Maret 1999,
dengan sebutan "personalised stamp". Konsep Australia Post untuk
meluncurkan prangko yang memiliki identitas pribadi didukung oleh
teknologi yang merupakan kombinasi teknologi cetak yang sudah
lazim dikenal dengan kecanggihan proses digital.
Indonesia merupakan negara kedua setelah Australia yang
memperkenalkan Prangko Prisma. Barulah Jepang memperkenalkan
Prangko Prisma di PhilaNippon 2001.
Prangko untuk tujuan khusus
Selain prangko-prangko tersebut di atas masih ada prangko-prangko
yang diterbitkan untuk tujuan khusus yaitu prangko pos kilat,
prangko pos udara, prangko dinas, prangko ekspres, dan prangko
pos udara ekspres.
Prangko-prangko tersebut sudah tidak lagi berlaku dan tidak
diterbitkan lagi.
Bentuk, ukuran, dan komposisi prangko
Komponen pokok pada sebuah prangko:
Ket :
1. Gambar
2. Perforasi
3. Harga
4. Nama negara
Pada mulanya prangko-prangko diterbitkan dalam bentuk persegi
panjang sesuai dengan bingkai potret raja (yang dijadikan gambar
prangko) dari negara penerbitnya. Kemudian digunakan bentuk persegi
panjang mendatar yang lebih serasi untuk prangko-prangko peringatan.
Beberapa bentuk prangko di antaranya ialah bentuk bujur sangkar
yang pertama kali dipergunakan oleh Bavaria pada tahun 1849, bentuk
segitiga yang pertama kali dipergunakan oleh Cape of Good Hope
(Afrika Selatan) pada tahun 1853, bentuk segi delapan dipergunakan
Yunani pada tahun 1898 dan masih ada lagi bentuk-bentuk lainnya.
Prangko-prangko yang pernah digunakan di Indonesia diterbitkan
dalam bentuk persegi panjang, segiempat sama sisi dan segitiga
sama sisi (terbitan pemerintah Hindia Belanda).
Ukuran prangko
Pada mulanya prangko-prangko dibuat sepraktis munkin, tidak terlalu
besar tetapi juga tidak terlalu kecil. Prangko-prangko pertama
kebanyakan diterbitkan dalam ukuran 25 x 18 mm. Kemudian ukurannya
disesuaikan denga kebutuhan penerbitannya.
Prangko terkecil adalah prangko Mecklenburg Scwein (Jerman) yang
diterbitkan pada tahun 1856 berukuran 9 x 9 mm, sedangkan prangko
terbesar adalah prangko Amerika Serikat yang diterbitkan pada
tahun 1856 berukuran 53 x 97 mm. Umumnya prangko-prangko yang
harga nominalnya lebih tinggi diterbitkan lebih besar daripada
yang harga nominalnya rendah seperti halnya dengan prangko-prangko
terbitan Hindia Belanda, Inggris, dan Belanda.
* Komposisi prangko
Komposisi prangko atau susunan prangko biasanya berjajar, satu
dengan yang lainnya dipisahkan dengan perforasi dan dalam satu
lembar (sheet) terdapat prangko dengan desain dan harga nominal
yang sama. Namun dewasa ini beberapa negara termasuk Indonesia
telah menerbitkan prangko bergandengan yaitu beberapa macam
prangko dicetak menjadi satu sehingga membentuk suatu kesatuan
prangko.
Setiap prangko memuat harga nominal sendiri-sendiri dan antara
prangko yang satu dengan prangko yang lainnya diberi perforasi
sehingga mudah dipisahkan. Termasuk dalam katagori prangko
bergandengan ialah:
Prangko Se-tenant (atau Prangko Damping, diciptakan kata ini
oleh Richard Yani Susilo tahun 1985)
Beberapa prangko yang dicetak bergandengan dan keseluruhannya
membentuk sebuah gambar yang utuh. Contoh prangko seri
Borobudur 1868, Olimpiade Mexico 1968, Seni Lukis Tradisional
1981, Bangsa Peduli Lingkungan 1993.
Beberapa prangko yang masing-masing memuat gambar yang berlainan,
tetapi dicetak bergandengan. Contoh Prangko seri Amphilex 1971,
Sensus Ekonomi 1986 dan Cinta Puspa dan Satwa 1993.
Tete-Beche (atau Damping Sungsang, diciptakan kata ini oleh
Richard Yani Susilo tahun 1985): Dua keping dicetak bergandengan
yang satu terletak terbalik terhadap yang lainnya. Apabila letak
2 prangko tersebut berdampingan, maka disebut tete-beche
horizontal, dan apabila letak 2 prangko tersebut yang satu
berada di bawah yang lainnya, maka disebut tete-beche vertikal.
Gutter-Pair: Antara dua prangko terdapat satu bidang berbentuk
prangko tanpa harga nominal dan tidak dapat digunakan untuk
harga nominal dan ridak dapat digunakan untuk melunasi biaya
pengeposan. Pada bidang tersebut biasanya dimuat suatu pesan
khusus, logo, atau disain lain yang menarik. Prangko seri
"100 Tahun Museum Zoologicum Bogoriense" dengan harga nominal
Rp 1000,- (1994).
Teknik pencetakan prangko
Pada umumnya prangko dicetak oleh percetakan negara. Di
Indonesia, prangko dicetak oleh Perum Peruri. Dewasa ini,
pencetakan dilakukan dengan menggunakan mesin-mesin modern
namun secara garis besar tetap mengikuti prinsip-prinsip di
bawah ini:
Cetak tinggi (typography)
Cetak dalam (engraving)
Cetak rata (lithography)
Cetak limpah (offset)
Dalam keadaan darurat, ada prangko-prangko yang dicetak dengan klise terdiri d
ari huruf-huruf lepas (typeset) seperti halnya orang mencetak kartu nama sebagai
contoh prangko yang dikeluarkan oleh Malta pada tahun 1925. Kadang-kadang masih d
isetai klise gambar seperti pada prangko milik British Guiana (1856) yang merupakan p
rangko termahal di dunia. Prangko-prangko yang dicetak dengan menggunakan cetaktindih
umumnya menggunakan typeset sebagai contoh prangko edisi RIS, RIAU, UNTEA.
Umumnya ada prangko-prangko yang tercetak menyimpang dari prangko umumnya.
Karena jumlahnya sedikit, prangko-prangko yang cetakannya menyimpang menjadi
incaran para filatelis, karena langka dan harganya sangat mahal.
Sebagai gambaran bila prangko yang bergambar penari piring tercetak dengan
piring yang menghadap ke atas, maka ada prangko yang bergambar penari piring
tercetak dengan piring yang menghadap ke bawah, dan prangko inilah yang kemudian
menjadi incaran para kolektor.
Kertas
Dewasa ini prangko dicetak pada kertas putih, tetapi ada juga yang dicetak pada kertas
berwarna dengan maksud tertentu. Kertas juga menggambarkan masa atau negara mana yang
mengeluarkan prangko tersebut.
Perekat
Prangko-prangko umumnya sudah diberi perekat (gom) yang akan menempel
apabila terkena air.
Sebagai identitas negara, maka prangko-prangko diterbitkan
dengan gambar kepala negara, raja atau tokoh terkenal suatu negara,
kemudian memuat angka tahun atau harga nominal dengan hiasan seperlunya.
Namun selain gambar tokoh atau kepala negara, prangko diterbitkan
dengan gambar-gambar lain sebagai sarana promosi, peringatan atau lainnya.
Nama negara
Prangko memuat nama negara, ada yang memuat nama resmi negara baik
dalam bahasa Inggris atau bahasa resmi negaranya, ada yang memuat
dua bahasa seperti prangko Belgia, Kanada, Afrika Selatan, Srilanka
dan Finlandia, bahkan ada yang mempergunakan 3 bahasa seperti Cyprus
dan Israel. Swiss menggunakan nama latinnya "Helvetia".
Nama-nama negara ada juga yang disingkat sebagai contoh DDR
(Jerman Timur), CCCP (Uni Sovyet), RSA (Afrika Selatan), UAR
(Mesir), USA (Amerika Serikat) dan lain sebagainya. Di Indonesia,
pada masa revolusi, prangko-prangko Hindia Belanda dan Jepang
dicetak tindih dengan NRI.
Adakalanya prangko-prangko yang sama digunakan 2 atau 3 negara
bersama-sama, sehingga nama negaranya dicantumkan bersama seperti
Rhodesia-Nyassa dan Kenya-Uganda-Tanganyika.
Satu-satunya negara tanpa menuliskan nama negaranya pada prangko adalah Inggris.
karena dianggap pelopor penerbitan prangko di dunia dimana prangko resmi pertama
di dunia berasal dari Inggris (Richard Yani Susilo, Mengenal Filateli di Indonesia).
Teks
Dari teks yang terdapat pada prangko dapat diketahui bahwa beberapa prangko
tertentu diterbitkan untuk keperluan khusus misalnya prangko dengan teks
"pos Udara", "dinas", dan lain lain.
Warna
Pemberian warna pada prangko bertujuan untuk membedakan jenis maupun harga prangko.
Selain itu, variasi warna pada prangko bertujuan untuk menarik perhatian konsumen.
Tanda air
Tanda air atau watermark adalah identitas yang diberikan oleh pembuat kertas berharga
seperti uang, prangko atau sertifikat. Watermark adalah gambar yang khusus dilihat
bila kertas tersebut dibentangkan cahaya atau detektor khusus, hal ini digunakan untuk
menghindari pemalsuan.
Prangko yang dikeluarkan oleh persemakmuran Inggris bertanda air "mahkota" yang
bentuknya berlainan dan memakai huruf CC (Crown Colony) atau CA (Crown Agency).
Prangko-prangko Jepang bertanda air garis-garis gelombang dan
prangko Belanda bertanda air lingkara-lingkaran kecil, Jerman
menggunakan garis-garis silang. Selain itu, gambar lambang
negara juga diguanakan sebagai tanda air prangko. Prangko
Republik Indonesia tidak bertanda air , hanya seri porto 1950
cetak tindih pada prangko Ned. Indie (Nederland Indie atau Hindia
Belanda) bertanda air C of A karena prangko tersebut dicetak di
Australia dengan kertas prangko negara tersebut yang bertanda
air Cof A (Commonwealth of Australia).
Prangko-prangko pada zaman revolusi Indonesia ada yang dicetak pada
kertas bertanda air "Padalarang" atau "Made in USA" (1949).
Perforasi
Perforasi merupakan baris lubang-lubang di antara deretan prangko
dalam lembaran, diadakan dengan maksud agar prangko-prangko tersebut
mudah disobek. Preforasi yang disobek merupakan "gigi-gigi" pada prangko.
Perforasi pada prangko diberlakukan oleh Archer di Inggris pada
tahun 1864, sebelumnya prangko diterbitkan tanpa perforasi sehingga
untuk menggunakan, prangko tersebut perlu digunting dari lembarannya.
Prangko tanpa perforasi memiliki harga yang lebih mahal daripada
prangko dengan jenis yang sama yang diterbitkan tanpa gigi.
Perforasi ada 3 macam:
Perforasi baris
Perforasi sisir
Perforasi blok
Perforasi sendiri tidakhanya berbentuk lubang, tetapi dapat berbentuk :
Tusuk jarum (pin perporation)
Tusuk pisau (roulette)
Cetak tindih
Prangko yang sudah beredar kemudian diberi tanda cetakan lagi
disebut cetak tindih. Kadang-kadang tambahan cetakan ini dilakukan
dengan mesin cetak yang sederhana yang dapat menimbulkan bermacam-
macam perbedaan, penyimpangan dan kesalahan.
Adapula yang hurufnya rusak (cetak tindih UNTEA 1962) . Adapula
yang dilakukan dengan cap tangan/cap karet (Pendudukan Jepang dan
masa Revolusi Indonesia). Prangko-prangko yang diberi cetak tindih
berjumlah lebih sedikit daripada prangko aslinya, sehingga nilainya
menjadi lebih tinggi dan menjadi incaran kolektor, dengan cetak
tindih yang ada, para kolektor dapat memahami peristiwa sejarah
yang dialami suatu negara atau wilayah.
Umumnya, cetaktindih dilakukan secara darurat atau lokal oleh
kantor pos setempat.
Perubahan harga nominal yang mendadak
Biasanya bila terjadi perubahan tarif pos untuk menghabiskan
persediaan lama yang masih banyak. Sebagai contoh pada Desember
1965 prangko Indonesia dibubuhi cetak tindih "sen" menggantikan
"rupiah" berhubung revaluasi mata uang rupiah. Pada masa revolusi,
prangko di Sumatera banyak sekali prangko yang harga nominalnya
diberi tindihan.
Digunakan untuk daerah tertentu
Sebagai contoh prangko "RIAU" (1954-1960) dan "IRIAN BARAT"
(1963-1970) yang masing masing memakai mata uang Str $ (Strait
Dollar) dan Gulden.
Keperluan khusus
Prangko-prangko tersebut dicetak untuk keperluan khusus dimana
tidak sempat diterbitkan prangkonya, sebagai contoh prangko Seri
Bencana Alam (1953) dan 1961, cetak tindih "Pos Udara"
prangko Sumatera dan cetak tindih "Resmi" pada serti Cetakan Wina.
Perubahan nama negara
Pada pergantian kekuasaan dari tangan Belanda ke tangan Jepang
(1942) prangko Hindia-Belanda dibubuhi cetaktindih Jepang, ada
yang dilakukan secara setempat atau darurat dan ada pula yang
dilakukan secara mekanis di kota-kota besar. Jenisnya banyak
sekali. Di Indonesia Timur oleh Angkatan Laut (Kaigun) dan di
Jawa dan Sumatera oleh Angkatan Darat (Rikugun).
Pada tahun 1945 cetak tindih "R.I.", "N.R.I.", "Rep. Indonesia",
"Republik Indonesia" diterakan pada:
Prangko Hindia (Nederl. Indie)
Prangko Hindia Blanda yang sudah dibubuhi cetaktindih oleh Jepang;
Prangko yang diterbitkan oleh Jepang sendiri.
Cetak tindih sebagai peringatan
Prangko Cetakan Wina antara lain dibubuhi cetak tindih:
"Merdeka Djokjakarta 6 Djuli 1949"
"Republik Indonesia Serikat 27 Des. 1949"
Peralihan pemerintah
Di Irian Jaya (Papua), prangko "Nederl. Nieuw Guinea" selama
pemerintahan peralihan oleh PBB dibubuhi cetak tindih UNTEA
(United Nations Temporary Executive Authority) yang berlaku
mulai Oktober 1962 sampai Maret 1963. Cetak tindih tersebut
dilakukan di Holandia (Jayapura) dan di Haarlem (Nederland).
Cetak tindih di dalam dunia filateli dikenal 2 macam istilah yaitu
Surcharge
Cetak tindih yang dibubuhi akan berakibat pada perubahan harga
pada prangko aslinya.
Overprint
Yakni, jika cetak tindih hanya dimaksudkan untuk mengubah nama
negara untuk peringatan dan sebagainya yang tidak ada kaitannya
dengan perubahan harga.
____________
Penutup
____________
Dari uraian-uraian diatas penulis menyimpulkan :
1. Prangko adalah hasil temuan dari Sir Rowland Hill pada
tahun 1840'an (174 tahun yang lalu)
2. D Indonesia Prangko ini mulai digunakan Pemerintah Hindia
Belanda pada tahun 1864.
3. Yang berwenang mencetak Prangko Indonesia adalah Peruri
4. Sungguh banyak alasan mengapa suatu Pranko (Gambar) diterbitkan
oleh Pemerintah RI. Dan jika alasannya dibagi maka akan di
ketahui ada alasan umum dan ada alasan khsus
5. Prangko yang diterbitkan Pemerintah RI dengan alasan khusus
disebut dengan "Prangko Prisma".
Dengan demikian...!
"Sesungguhnya Pemerintah (Pemda Tapsel) atau Suku Batak Angkola
berwenang memberikan usul pada pemerintah RI untuk menerbitkan
"Prangko Suku Batak Angkola", yang tentunya dengan alasan-alasan
khsus.
Dan jika penulis yag harus mewakili suku batak Angkola, maka
inilah usulnya :
- Istilah Angkola di Nusantara ini sesungguhnya tidaklah begitu
populer dibandingkan istilah Toba, dan Mandailing, padahal
sama-sama bagian dari sub suku Batak itu sendiri.
- Untuk membuat masyarakat Angkola leih mencintai sub suku bataknya
- Untuk lebih mengenalkan suku Angkola pada suku-suku lainnya
di Nusantara ini
- Untuk membikin Suku Angkola lebih diperhatikan oleh Pemerintah,
baik daerah maupun pusat.
...dan...
Inilah gambar usulan prangko Angkola tersebut, adapun masalah
ukurannya, kertasnya, lemnya, warnanya, cara cetaknya dan harga
prangkonya diserahkan pada pemerintah RI (Peruri) dalam
pengurusannya.
Ini usulan prangkonya :
Para kawan...!
Bagaimana usulan penulis diatas dan pilihlah jawaban anda :
a. Setuju
b. Tidak Setuju
c. Perlu Musyawarah lebih Lanjut
d. Tak perduli Pemeritah itu
e. Baginabiama / Macam manapun jadilah
...dan....mari sama menunggu.....dan....
Selamat malam...!
______________________________________________________________
Cat : Pada Pemerintar RI (PERURI)
Besarnya harapan masyarakat Batak Angkola jika suatu saat/
masa yang akan datang agar negara ini membikin dulu
Prangko yang berhubungan dengan Tano Batak.
Kenapa rupanya...? Biar lebih terasa Sila Keadilan itu.
Madung...?
No comments:
Post a Comment