Wednesday, July 8, 2015

Peran warga Tionghoa dalam Macam Aspek Kehidupan Guna Kelancaran Pembangunan Nasinoal dari Masa ke Masa (Bab 4)

#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar Peran Warga Tionghoa Bagi Republik Indonesia
dari masa ke masa sebagai bahan renungan untuk para Warga Indonesia)
______________________________________________________________


__________________

Kata Pengantar
__________________

Yah...!
Begitulah seharusnya hidup, "Kita hidup sudah sepatasnya punya peran
sesuai dengan keahlian, kesukaan dan kemampuan kita masing". Meski
demikian masih banyak juga manusia ini yang salah tafsir mengenai
peran ini, seperti dikatakan ....

Para pembaca angkolafacebook.blogspot.com yang penulis hormati...!

Postingan ini bukanlah postingan dengan "Peran pura-pura". Postingan
ini adalah postingan dengan peran sungguhan, karena fakta-faktanya
sampai sekarang ini tetap dapat anda lihat.

Berikut peran Nyata warga Tionghoa dalam keikutsertaannya membangun
Nusantara lewat macam Aspek kehidupan.

Selamat menyimak....!

Oya...!

Postingan ini juga merupakan bagian dari bab-bab di bawah ini :

Bab 1 :
Tionghoa/Cina dalam 7 bab : Pengertian Tionghoa dan Pemahaman Umum, Link :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2015/07/tionghoacina-dalam-8-bab-pengertian.html

Bab 2 :
Sejarah Warha Tionghoa (Cina) dari Masa ke Masa di Indonesia, Link :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2015/07/sejarah-warga-tionghoa-cina-dari-masa.html

Bab 3 :
Kerusuhan Rasial terhadap Warga
Tionghoa di Indonesia dari masa ke masa, Link :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2015/07/kerusuhan-rasial-terhadap-warga.html

Semat menyimak kembali
_________________________________________________________________

Macam Gambaran Peran Warga Tionghoa pada macam aspek kehidupan
dalam Pembangunan Nusantara (Peran Masa Lampau)
_________________________________________________________________

* Peran dalam Merebut Kemerdekaan



















Ket :
Daerah Pecinan di Banjarmasin.

Di masa kolonial, Belanda pernah mengangkat beberapa pemimpin komunitas
dengan gelar Kapiten Cina, yang diwajibkan setia dan menjadi penghubung
antara pemerintah dengan komunitas Tionghoa.

Beberapa di antara mereka ternyata juga telah berjasa bagi masyarakat
umum, misalnya So Beng Kong dan Phoa Beng Gan yang membangun kanal di
Batavia.

Di Batavia, Mohamad Djafar menjadi kapten Tionghoa muslim yang terakhir
(ke-dua). Di Yogyakarta, Kapiten Tan Djin Sing sempat menjadi Bupati
Yogyakarta.

Sebetulnya terdapat juga kelompok Tionghoa yang pernah berjuang
melawan Belanda, baik sendiri maupun bersama etnis lain. Bersama
etnis Jawa, kelompok Tionghoa berperang melawan VOC tahun 1740-1743.

Di Kalimantan Barat, komunitas Tionghoa yang tergabung dalam "Republik"
Lanfong berperang dengan pasukan Belanda pada abad XIX.

Dalam perjalanan sejarah pra kemerdekaan, beberapa kali etnis Tionghoa
menjadi sasaran pembunuhan massal atau penjarahan, seperti pembantaian
di Batavia 1740 dan pembantaian masa perang Jawa 1825-1830.

Pembantaian di Batavia tersebut melahirkan gerakan perlawanan dari
etnis Tionghoa yang bergerak di beberapa kota di Jawa Tengah yang
dibantu pula oleh etnis Jawa. Pada gilirannya ini mengakibatkan
pecahnya kerajaan Mataram.

Orang Tionghoa tidak lagi diperbolehkan bermukim di sembarang tempat.
Aturan Wijkenstelsel ini menciptakan pemukiman etnis Tionghoa atau
pecinan di sejumlah kota besar di Hindia Belanda.

* Peran Pengembangan dunia Pendidikan dan Kesusasastraan


















Ket :
Rumah Organisasi Tiong Hoa Hwee
Koan (THHK) - Bangka 1914


















Ket :
Muris-Murid Cina THHK

Didirikannya sekolah-sekolah Tionghoa oleh organisasi Tiong Hoa Hwee
Koan (THHK) sejak 1900, mendorong berkembangnya pers dan sastra
Melayu Tionghoa. Maka dalam waktu 70 tahun telah dihasilkan
sekitar 3000 buku, suatu prestasi yang luar biasa bila dibandingkan
dengan sastra yang dihasilkan oleh angkatan pujangga baru, angkatan
45, 66 dan pasca 66 yang tidak seproduktif itu.

Dengan demikian komunitas ini telah berjasa dalam membentuk satu
awal perkembangan bahasa Indonesia.

* Peran dalam Lahirnya Sumpah Pemuda dan Perkembangan Media














Ket :
Lukisan Sumpah Pemuda

Sumbangsih warga Tionghoa Indonesia juga terlihat dalam koran Sin Po,
dimana koran Sin Po menjadi koran pertama yang menerbitkan teks
lagu Indonesia Raya setelah disepakati pada Sumpah Pemuda tahun 1928.

Nama Sie Kok Liong memang sangat jarang didengar oleh masyarakat
Indonesia, namun Sie Kok Liong merupakan seorang warga Tionghoa yang
menyewakan rumahnya bagi para pemuda dalam menyelenggarakan Sumpah
Pemuda.

Hanya sedikit catatan mengenai Sie Kok Liong, seiring dengan tumbuhnya
sekolah-sekolah pada awal abad ke-20 di Jakarta tumbuh pula pondokan-
pondokan pelajar untuk menampung mereka yang tidak tertampung di
asrama sekolah atau untuk mereka yang ingin hidup lebih bebas di luar
asrama yang ketat. Salah satu di antara pondokan pelajar itu adalah
Gedung Kramat 106 milik Sie Kok Liong.

Di Gedung Kramat 106 inilah sejumlah pemuda pergerakan dan pelajar
sering berkumpul. Gedung itu, selain menjadi tempat tinggal dan sering
digunakan sebagai tempat latihan kesenian Langen Siswo juga sering
dipakai untuk tempat diskusi tentang politik para pemuda dan pelajar.

Terlebih lagi setelah Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI)
didirikan pada September 1926. Selain dijadikan kantor PPPI dan kantor
redaksi majalah Indonesia Raya yang diterbitkan oleh PPPI, berbagai
organisasi pemuda sering menggunakan gedung ini sebagai tempat kongres.
Bahkan pada 1928 Gedung Kramat 106 jadi salah satu tempat
penyelenggaraan Kongres Pemuda II tanggal 27 - 28 Oktober 1928.

* Peran dalam Pembangunan Dunia Pendidikan



















Ket :
Univ. Trisakti Jakarta

Universitas Trisakti yang kini menjadi salah satu universitas terkenal
di Indonesia juga merupakan salah satu sumbangsih warga Tionghoa di
Indonesia. Pada tahun 1958, universitas ini didirikan oleh para petinggi
Baperki yang kebanyakan keturunan Tionghoa salah satunya yaitu
Siauw Giok Tjhan, pada tahun 1962 oleh Presiden Soekarno nama
universitas ini diganti menjadi Universitas Res Publika hingga 1965,
dan sejak Orde Baru, universitas ini beralih nama menjadi Universitas
Trisakti hingga sekarang.

Lainnya :

Kebangkitan nasionalisme di Hindia Belanda tidak terlepas dari perkembangan
yang terjadi pada komunitas Tionghoa. Tanggal 17 Maret 1900 terbentuk di
Batavia Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) yang mendirikan sekolah-sekolah, seperti
di kota Garut dirintis dan didirikan pada tahun 1907 oleh seorang pengusaha
hasil bumi saat itu bernama Lauw O Teng beserta kedua anak lelakinya bernama
Lauw Tek Hay dan Lauw Tek Siang,dengan maksud agar orang Tionghoa bisa pintar,
(kemudian jumlahnya mencapai 54 buah sekolah dan pada tahun 1908 dan mencapai
450 sekolah tahun 1934).

Inisiatif ini diikuti oleh etnis lain, seperti keturunan Arab yang mendirikan
Djamiat-ul Chair meniru model THHK. Pada gilirannya hal ini menyadarkan
priyayi Jawa tentang pentingnya pendidikan bagi generasi muda sehingga
dibentuklah Budi Utomo.

* Peran dalam Perkembangan Agama Islam / organisasi Islam

















Ket :
Masjid Raya Medan

Di Medan dikenal kedermawanan Tjong A Fie, rasa hormatnya terhadap
Sultan Deli Makmun Al Rasyid diwujudkannya pengusaha Tionghoa ini
dengan menyumbang sepertiga dari pembangunan Mesjid Raya Medan.
Rumah peninggalan Tjong A Fie sampai sekarang masih ada di kota
Medan walaupun bangunannya terlihat tidak terurus lagi.

Lainya :

Tahun 1909 di Buitenzorg (Bogor) Sarekat Dagang Islamiyah didirikan oleh
RA Tirtoadisuryo mengikuti model Siang Hwee (kamar dagang orang Tionghoa)
yang dibentuk tahun 1906 di Batavia. Bahkan pembentukan Sarekat Islam
(SI) di Surakarta tidak terlepas dari pengaruh asosiasi yang lebih dulu
dibuat oleh warga Tionghoa.

Pendiri SI, Haji Samanhudi, pada mulanya adalah anggota Kong Sing,
organisasi paguyuban tolong-menolong orang Tionghoa di Surakarta.
Samanhudi juga kemudian membentuk Rekso Rumekso yaitu Kong Sing-nya
orang Jawa.

* Peran Dalam Perkembangan Perekonomian

Target pemerintah kolonial untuk mencegah interaksi pribumi dengan etnis
Tionghoa melalui aturan passenstelsel dan Wijkenstelsel itu ternyata
menciptakan konsentrasi kegiatan ekonomi orang Tionghoa di perkotaan.

Ketika perekonomian dunia beralih ke sektor industri, orang-orang Tionghoa
paling siap berusaha dengan spesialisasi usaha makanan-minuman, jamu,
peralatan rumah tangga, bahan bangunan, pemintalan, batik, kretek dan
transportasi.

* Peran dalam Perkembangan Parawisata

















Ket :
Bagan Siapi-api

Di Bagansiapiapi terdapat Ritual Bakar Tongkang sebagai ucapan rasa
syukur masyarakat Tionghoa Bagansiapiapi atas perlindungan Dewa
Kie Ong Ya. Ritual Bakar Tongkang sangat diandalkan pemerintah
daerah setempat sebagai daya tarik wisata daerah dimana setiap
tahunnya menyedot puluhan ribu kunjungan wisatawan baik dalam
maupun luar negeri.
_________________________________________________________________

Macam Gambaran Peran Warga Tionghoa pada macam aspek kehidupan
dalam Pembangunan Nusantara (Peran Masa Kini)
_________________________________________________________________

Jika masa kini dalam hal ini kita gambarkan dari Tahun 1990 - 2015,
tentunya kita semua akan punya banyak gambaran dan hal ini dapat
kita ketahui lewat macam prestasi atau macam hal yang diperbuat
oleh orang-orang dubawah ini :










Ket :
Macam photo orang-orang
berpertasi warga Tionghoa, Dll
____________________________

Penutup dan Renungan
____________________________

Demikian yang dapat penulis sampaikan lewat postingan ini para pembaca
angkolafacebook.blogspot sekalian. Semoga dapat menjadi bahan renungan
kita bersama untuk dapat lebih bersikap bijak dalam berurusan dengan
warga Tionghoa ini di tempat manapun kita berada.

Adapun stimuli atau pemancing renungannya sebagai berikut :

1. Jelas dan cukup jelas...!
Dari sejak Nenek Moyang warga Tionghoa sampai warga Tionghoa saat
ini telah membuktikan bahwa keberadaan mereka di Nusantara ini tidaklah
mutlak untuk mengeruk kekayaan alam Nusantara, seperti halnya Belanda
dan Jepang.

Penulis tak pernah mendengar bahwa, Bangsa Indonesia pernah di jajah
Warga Tionghoa, seperti cara menjajahnya Belada dan Jepang.

2. Dalam bentuk duga-duga, bisa saja Warga Negara Indonesia menafsir
bahwa keberadaan peran-peran diatas sebagai bentuk ketakutan warga
Cina pada warga Pribumi.

Jika demkian pendapat anda maka ketahuilah...!

"Tak ada yang di takutkan Warga Tionghoa di Nusantara ini, karena
Nusantara ini adalah bagian dari Dunia yang merupakan hasil ciptaan
sang Pencipta. Mereka punya ajaran atau keyakinan yang kuat mengenai
halini, hingga yang bukan beragama Khongkhucupun tahu bahwa mereka
punya yang namanya dDewa Tanah, Dewa Api dewa ini dan dewa itu.
Dan jika mereka penakut, niscaya mereka tak perlu datang merantau
ke Nusantara ini.

3. Membandingkan peran warga Tionghoa dengan kerusuhan atau ketidak
adilan yang mereka terima sebagimana digambarkan pada bab 3 dari
postingan ini, sesungguhnyalah warga Pribumi telah memberi
gambaran sebagai warga yang tak tahu berterimaksih.

Renungkanlah...hhhhh.....!

Selamat malam...!
____________________________________________________________________
Cat :


No comments:

Post a Comment