Monday, September 7, 2015

Sejarah Masuknya Islam ke Suku Bugis dan Suku Batak (Bab 3)

#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info sekitar Sejarah Masuknya Agama Islam ke Suku Bugis
dan Kerabatnya (Sulawesi Selatan) yang berasal dari Padang Sumatra
Barat dan melihat Perbandingannya dengan Sejarah Masuknya Agama
Islam ke Tanah Batak yang juga dari Padang Sumatra Barat)
_______________________________________________________________________



____________________

Kata Pengantar
____________________

Postingan ini pendalaman dari link :

Bab 1 :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2015/09/suku-bugis-sulawesi-selatan-masa.html

Bab 2 :
http://angkolafacebook.blogspot.com/2015/09/suku-bugis-sulawesi-selatan-masa.html

Para pembaca angkolafaceboook.blogspot.com dimanapun berada...!

Rupa-rupanya pembahasan mengenai "Suku Bugis" ini cukup menarik
juga, hingga membawa penulis pada suatu pertanyaan :

1. Bagaimanakah Sejarah Masuknya Islam ke Suku Bugis...?
2. Bagimana pula perbandingannya dengan masuknya agama Islam ke
   Tanah Batak dengan fokus pada Batak Angkola dan mandailing...?

Nah...!

Postingan ini akan memberikan gambaran-nya. Adapun mengenai
penilaian-nya penuslis serahkan pada pembaca.

Selamat menyimak...!
_______________________________________________________________

Sekilas Sejarah Masuknya Agama Islam ke Suku Bugis dan
kerabatnya (Sulawesi Selatan)
________________________________________________________________















 Ket :
Masjid Raya Makasar


KAPAN ajaran Islam masuk Sulawesi Selatan? Pertanyaan itu
hanya akan bisa terjawab dengan penelusuran sejarah. Menilik
jejak sejarah Islam di Sulawesi Selatan, akan selalu
diidentikkan dengan kedatangan tiga mubalig dari Minangkabau
yakni Datuk ri Bandang, Datuk ri Tiro, dan Datuk ri Patimang.

Kedatangan mereka pada abad ke-17 dianggap sebagai peletak
dasar ajaran Islam di daerah ini.

Tiga mubalig ini berhasil mengislamkan elite-elite kerajaan
Gowa-Tallo dan menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan
pada tahun 1607.

Menurut pakar sejarah Islam Sulsel Prof Ahmad M. Sewang,
keberhasilan penyebaran Islam terjadi setelah memasuki awal
Abad XVII dengan kehadiran tiga orang mubalig yang bergelar
datuk dari Minangkabau. Lontara Wajo menyebutkan bahwa ketiga
datuk itu datang pada permulaan Abad XVII dari Koto Tangah.

Mereka dikenal dengan nama Datuk Tellue (Bugis) atau Datuk Tallua
(Makassar), yaitu: Abdul Makmur, Khatib Tunggal, yang lebih
populer dengan nama Datuk ri Bandang; Sulaiman, Khatib Sulung,
yang lebih populer dengan nama Datuk Patimang; serta Abdul Jawad,
Khatib Bungsu, yang lebih dikenal dengan nama Datuk ri Tiro.
Ketiga ulama tersebut diutus secara khusus oleh Sultan Aceh
dan Sultan Johor untuk mengembangkan dan menyiarkan agama
Islam di Sulawesi Selatan.

Namun, inisiatif untuk mendatangkan mubalig khusus ke Makassar
sudah ada sejak Anak Kodah Bonang. Ia adalah seorang ulama
dari Minangkabau sekaligus pedagang yang berada di Gowa pada
pertengahan Abad XVI (1525).

Dia memaparkan, berdasarkan teori Islamisasi di Makassar yang
digagas penulis Belanda J Noor Duyn, periode perkembangan Islam
di daerah ini dibagi atas tiga, masing-masing kedatangan Islam,
penerimaan Islam, dan yang ketiga adalah penyebaran Islam.

"Namun teori yang kita gunakan dan diketahui secara umum adalah
teori penerimaan Islam di Sulsel pada abad ke-17. Sementara
teori tentang masuknya Islam di Sulsel sudah ada pada abad ke-16,"
jelas Pembantu Rektor I Universitas Negeri Islam (UIN) Alauddin
Makassar ini.

Dia menjelaskan, setiba di Makassar, ketiga ulama ini tidak
langsung melaksanakan misinya, tetapi lebih dulu menyusun
strategi dakwah. Mereka memperoleh keterangan dari orang-orang
Melayu yang banyak tinggal di Gowa, bahwa raja yang paling
dimuliakan dan dihormati adalah Datuk Luwu, sedangkan yang
paling kuat dan berpengaruh ialah Raja Tallo dan Raja Gowa

Setelah mendapat penjelasan, mereka berangkat ke Luwu untuk
menemui Datuk Luwu, La Patiware Daeng Parabu. Datuk Luwu adalah
raja yang paling dihormati, karena kerajaannya dianggap
kerajaan tertua dan tempat asal nenek moyang raja-raja
Sulawesi Selatan.

Ketiganya mengislamkan Datuk Luwu yang kemudian diberi nama
Islam, Sultan Muhammad Mahyuddin pada bulan Februari tahun 1605,
lalu Raja Tallo Imalingkaan Daeng Mayonri Karaeng Katangka
(Sultan Abdullah Awalul Islam) yang hampir bersamaan dengan
raja Gowa Sultan Alauddin pada 22 September 1605. "Jadi sebenar
nya dari Luwu dulu yang masuk Islam, namun yang lebih dikenal
adalah Kerajaan Tallo dan Gowa, karena memang besar dan diumumkan
kepada masyarakatnya," ungkap Ahmad Sewang.

Selain itu, kata dia, Sultan Alauddin pula yang menggelar salat
Jumat besar-besaran pada tahun 1607 dan mengumumkan secara formal
bahwa agama kerajaan adalah adalah Islam dan menjadikan kerajaan
Gowa sebagai pusat penyebaran Islam.

Sejak agama Islam menjadi agama resmi di Gowa-Tallo, kedudukan
Sultan Alauddin makin kuat. Sultan Alauddin dipandang sebagai
pemimpin Islam di Sulawesi Selatan. Beliau diakui sebagai Amirul
Mukminin (kepala agama Islam).

Dalam buku Menyingkap Tabir Sejarah dan Budaya di Sulawesi Selatan
oleh HA Massiara Dg Rapi, disebutkan penyebaran Islam dilakukan
baik melalui pendekatan struktural maupun kultural. Adapun
pendekatan kultural dilakukan dengan cara kerajaan mengutus
para mubalig ke seluruh pelosok-pelosok daerah. Sementara,
pendekatan struktural dilakukan Kerajaan Gowa-Tallo dengan
menyebarkan Islam kepada rakyat Gowa-Tallo dan juga segera
menyebarkannya ke kerajaan-kerajaan lainnya.

Cara pendekatan yang dilakukan oleh Sultan Alauddin dan pembesar
Kerajaan Gowa adalah mengingatkan perjanjian persaudaraan lama
antara Gowa dan negeri atau kerajaan yang takluk atau bersahabat
yang berbunyi antara lain: barang siapa di antara kita (Gowa dan
sekutunya atau daerah taklukannya) melihat suatu jalan kebajikan,
maka salah satu dari mereka yang melihat itu harus menyampaikan
kepada pihak lainnya.

Karena itu, dengan dalih bahwa Gowa sudah melihat jalan kebajikan,
yaitu agama Islam, Kerajaan Gowa meminta kepada kerajaan-kerajaan
taklukannya agar turut memeluk agama Islam.

Sementara, menurut salah seorang keturunan Datuk ri Bandang, Ince
Muhammad Anas Hasan, kondisi kehidupan sosial, budaya, dan cara
perniagaan pedagang Islam lambat laun terdengar oleh Raja Gowa IX
Daeng Matanre Karaeng Mapirisika Kallonna pada abad ke-15.

Raja kemudian membandingkan kultur yang dipakai dan sosial budaya
yang dibawa oleh orang- orang yang beragama Islam, yang memang sudah
mempunyai ketentuan-ketentuan yang bermaktub dalam satu kitab yang
mereka (pedagang Islam) patuhi. "Mulai saat itu, raja tertarik
kepada tata tertib kemasyarakatan yang di bawah untuk dapat
diterapkan dan dikerjakan," jelas Ince yang juga Ketua Yayasan
Dato (Datuk) ri Bandang Sulsel.

source:
http://daerah.sindonews.com/read/881803/29/jelajah-tiga-datuk-di-sulawesi-selatan-1404994262

____________________________________________________________________

Sekilas Perbandingan Masuknya Agama Islam ke Suku Bugis dan
kerabatnya (Sulawesi Selatan) dengan Musuk-nya Agama Islam
ke Suku Batak Angkola dan Kerabanya juga
____________________________________________________________________

* Dalam Hubungannya dengan Orang / Kelompok yang membawa
  ajaran agama Islam

  1. Datuk ri Bandang, Datuk Patimang dan Datuk ri Tiro adalah nama-
     nama tokoh penyebar Agama Islam yang berasal dari Padang Sumbar.
     Di Sulawesi Selatan mereka juga dipangil dengan nama tersendiri.

  2. Umumnya masyarakat Batak (Angkola dan Mandailing) masuknya agama
     Islam ke Tanah Batak karena dibawa para alim ulma pada saat
     terjadi Perang Padri

* Dalam hubungannya dengan Tahun Masuknya Ajaran Agama Islam

  1. Sulawesi Selatan masuk pada abad ke-17 atau sekitar tahun 1607
  2. Tanah Batak masuk ababd 19 Tahun 1800-an

* Dalam hubungannya dengan 3 Datuk Yang di Utus

1. Ketiga Datuk diatas jelas merupakan utusan dari Kerajaan Aceh
   pada 3 Datuk di Padang untuk mengislamkan Masyarakat Sulawesi
   Selatan

2. Tidak secara spesifik disebutkan nama-nama orang minangkabau
   yang membawa agama Islam ke Tanah Batak, namun nama-nama
   seperti ......berperan besar dalam pengislaman Tanah batak

* Dalam hubungannya dengan Transportasi yang dipakai pada saat
  menuju lokasi pengislaman

1. Tidak ada info yang memberitahu bahwa ke Tiga Datuk tersebut
   menggunakan KUda untuk sampai ke Sulawesi Selatan. Karena itu
   besar kemungkinan menggunakan perahu

2. Transportasi yang digunakan oleh .....untuk samapai ke Tanah
   Batak adalah Kuda. Dan tidak ada info yang memberitahu bahwa
   dari Padang ke Tanah batak bisa naik perahu.

* Dalam hubungannya dengan Korban manusia pada saat pegislaman

1. Tidak ada info yang memberitahu ada korban yang mati dalam
   jumlah sekian ketika ajaran agama Islam di masukkan ke Sulawesi
   Selatan

2. Ribuan korban nyawa dan mungkin ratusan jiwa masyarakat batak
   yang melayang sebelum mereka bersedia masuk agama Islam

* Dalam Hubungannya dengan Perjanjian Persaudaraan

1. "Barang siapa di antara kita (Gowa dan sekutunya atau daerah
   taklukannya) melihat suatu jalan kebajikan, maka salah satu dari
   mereka yang melihat itu harus menyampaikan kepada pihak lainnya".
   adalah isi perjanjian persaudaraan untuk menjadi ummat muslim di
  Sulawesi Selata

2. "Barang siapa orang batak para penganut anismisme yang menolak,
   ajaran agama Islam maka orang tersebut harus di potong hidup-
   hidup" adalah mungkin dan sekali lagi mungkin isi perjanjian
   pengislaman di Tanah Batak masa lampau.
___________

Penutup
___________





















Ket :
Masjid Padang Sidempuan, Angkola, Tapsel - Sumut

Demikian infonya para kawan sekalian, khsusnya bagi anda pembaca
angkolafaceboook.blogspot.com yang berasal dari Sulawesi Selatan.

Jika penulis mau menyimpulkan sesuatu dari postingan ini dalam
hubungannya dengan pen Suku Bugis dan Suku Batak, maka penulis
ingin berkata :

1. Pengislaman yang dilakukan para alim ulama yang berasal dari Padang
   pada masyarakat Bugis tempoe doeloe adalah pengislaman dengan cara
   pembujukan / persuasif yang prakteknya menyerupai praktek Wali Songo.

2. Pengislaman yang dilakukan para alim ulama yang berasal dari Padang
   pada masyarakat Batak (Angkola Mandailing)  tempoe doeloe adalah
   pengislaman dengan cara kekerasan.

Dan jika kita mencari alasan mengapa pengislaman dilakukan dengan
cara kekerasan, maka penulis berasumsi, "Kekerasan ini tak lepas dari
suatu kisah, dimana Salah satu tokoh Alim Ulama orang Padang tersebut
sesungguhnya adalah orang batak Juga.

Para kawan...!

Selamat malam...!
____________________________________________________________________
Cat :
- Sejarah masuknya Agama Islam Ke Tanah Batak lebih terperinci
dapat anda ketahui lewat Link-link :
http://galeri1msad.blogspot.com/2013/07/tanya-jawab-sejarah-masuknya-islam-ke.html
http://angkolafacebook.blogspot.com/2014/10/tanku-rao-dari-danau-toba-sampai-ke.html
http://angkolafacebook.blogspot.com/2014/10/resensi-dan-saran-buku-tuanku-rao-buku.html
http://angkolafacebook.blogspot.com/2014/10/letleti-itu-itu-juga-tuanku-rao-pongki.html

- Sejarah Tuanku Rao, sebagai orang yang tak lepas dari
  masuknya Islam ke Tanah Batak ada pada link :

- Sejarah Masuknya Islam ke Tanah Batak sesungguhnya adalah Sejarah
  "Antara Khayal dengan Fakta" karena itu anda, saya atau kita perlu
  banyak tahu mengenai isi buku "Tuanku Rao" Karangan Mangaraja Onggang
  Parlindungan dan "Antara Khayal dengan Fakta" Karangan Buya Hamka.

- Penulis telah membaca beberapa sejarah Pengislaman suku-suku di
  Nusantara, sepertinya Sejarah Pengislaman Tanah Batak-lah yang
  paling seru.

- Jika isi buku Tuanku Rao adalah suatu kebenaran/Fakta maka dapat
  dikatakan yang mengislamkan orang Batak adalah orang Batak juga
  yang menyamar menggunakan nama orang Padang dan tinggal di
  Padang untuk suatu masa.





PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork

No comments:

Post a Comment