#SELAMAT MALAM PARA KAUM MUSLIMIN MUSLIMAT#
(Menyimak info Masjid Raya Bandung, Alun-Aun Kota Bandung dan
Pendiri Kota Bandung lewat wisata Religi Penulis Blog
bersama Keluarga)
____________________________________________________________
________________
Kata Pengantar
________________
Ada sajadah panjang terbentang
dari tepi buaian
sampai ke tepi kuburan hamba
kuburan hamba bila mati
Ada sajadah panjang terbentang
hamba tunduk dan sujud
diatas sajadah yang panjang ini
diselingi sekedar interupsi
Mencari rezeki mencari ilmu
mengukur jalanan seharian
begitu terdengar suara azan
kembali tersungkur hamba...
(Menyimak info Masjid Raya Bandung, Alun-Aun Kota Bandung dan
Pendiri Kota Bandung lewat wisata Religi Penulis Blog
bersama Keluarga)
____________________________________________________________
________________
Kata Pengantar
________________
Ada sajadah panjang terbentang
dari tepi buaian
sampai ke tepi kuburan hamba
kuburan hamba bila mati
Ada sajadah panjang terbentang
hamba tunduk dan sujud
diatas sajadah yang panjang ini
diselingi sekedar interupsi
Mencari rezeki mencari ilmu
mengukur jalanan seharian
begitu terdengar suara azan
kembali tersungkur hamba...
Maka tersungkur dan bersujudlah hamba di Masjid Raya Bandung
pada pelaksanaan Sholat Dzuhur Minggu, 8 November 2014 atau
14 Muharram 1436 H.
Al kisah...!
Sampailah penulis bersama keluarga dikota yang terkenal
itu "Kota Bunga", Kota PERSIB" atau Kota "Bandung pada tanggal 15
Muharram 1435 H atau 8 November 2014.
Pada saat sampai di tempat penulis sedikit agak kaget. Itu Masjid
sepertinya tidak punya pintu. Bagian samping dan depannya semua di
tutup seng/banner/spanduk yang penuh dengan macam merk.
Al hasil...!
Kamipun bertanya, untuk kemudian diberitahu bahwa pintu masuknya
dari celah sepotong banner atau spanduk yang ada di samping tempat
wudhu. Dan setelah masuk ternyata memang di dalam cukup banyak orang
yang melaksanakan sholat untuk kemudian giliran kami yang melaksana-
kannya yaitu Sholat Dzuhur.
Setelah selesai dan melaksanakan photo-photo sejenak dan bincang-
bincang dengan beberapa orang jemaah masjid kamipun kembali bertanya
tentang dimana sebenarnya pintu utama Masjid ini. Dan salah seorang
penjual makanan menjawab sambil menunjjukkan suatu arah.
Setelah kami ketempat yang dimaksud ternyata tidak ada pintu utama
masjid tersebut, yang kami lihat justru Pemakaman dari Pendiri Kota
Bandung.
Dan disekitar pemakaman ini kami bertanya lagi, tentang pintu utama
Masjid Raya Kota Bandung ini untuk kemudian kami ditunjuk pintunya
adalah dari arah datangnnya kami atau pintu utamanya adalah pintu
dimana kami bertanya pertama kali.
Karena penasaran...!
Maka kamipun bermaksud untuk mengelilingi Masjid ini, tapi ternyata
tak bisa pula dikelilingi karena sebagian dari masjid ini telah
merapat penuh dengan gedung-gedung atau pertokoan disekitar Masjid.
Al hasil...!
Kamipun kembali kearah kami pertama datang, spanduk/banner yang ada
disekitar masjid tersebut kami kelilingi untuk kemudian kami melihat
ada sekitar 1/2 meter dari spanduk tersebut tempat keluar masuknya
orang yang sedang bekerja.
Dan setelah melihatnya barulah penulis memahami bahwa "Alun-alun
yang ada di Depan Majid Raya Bandung sedang diperbaiki/renovasi dan
jika kejadian di atas di "Denahkan" maka tergambar seperti berikut :
Para kaum muslimin muslimat dimanapun berada...!
Postingan ini berisi sekitar :
1. Sekilas Masjid Raya Bandung
2. Sekilas Alaun-alun Kota Bandung
3. Sekilas Pendiri Kota Bandung
Selamat menyimak...!
________________________________
1. Sekilas Masjid Raya Bandung
________________________________
1.2. Sejarah Masjid Raya Bandung Jawa Barat
Ket :
Masjid Agung Bandung pada tahun 1929, dengan corak khas Sunda
Masjid Raya Bandung Jawa Barat sebelumnya bernama Masjid Agung
didirikan pertama kali pada tahun 1812. Masjid Agung Bandung
dibangun bersamaan dengan dipindahkannya pusat kota Bandung dari
Krapyak, sekitar sepuluh kilometer selatan kota Bandung ke pusat
kota sekarang.
Masjid ini pada awalnya dibangun dengan bentuk bangunan panggung
tradisional yang sederhana, bertiang kayu, berdinding anyaman
bambu, beratap rumbia dan dilengkapi sebuah kolam besar sebagai
tempat mengambil air wudhlu.
Air kolam ini berfungsi juga sebagai sumber air untuk memadamkan
kebakaran yang terjadi di daerah Alun-Alun Bandung pada tahun 1825.
Setahun setelah kebakaran, pada tahun 1826 dilakukan perombakkan
terhadap bangunan masjid dengan mengganti dinding bilik bambu
serta atapnya dengan bahan dari kayu. Perombakan dilakukan lagi
tahun 1850 seiring pembangunan Jalan Groote Postweg (kini Jalan
Asia Afrika).
Masjid kecil tersebut mengalami perombakkan dan perluasan atas
instruksi Bupati R.A Wiranatakusumah IV atap masjid diganti
dengan genteng sedangkan didingnya diganti dengan tembok
batu-bata.
Ket :
Ilustrasi Mesjid Agung Bandung oleh W. Spreat 1852 dalam
buku De Zieke Reiziger
Kemegahan Masjid Agung Bandung waktu itu sampai-sampai di-abadikan
dalam lukisan pelukis Inggris bernama W Spreat pada tahun 1852.
Dari lukisan tersebut, terlihat atap limas besar bersusun tiga
tinggi menjulang dan mayarakat menyebutnya dengan sebutan bale
nyungcung. Kemudian bangunan masjid kembali mengalami perubahan
pada tahun 1875 dengan penambahan pondasi dan pagar tembok yang
mengelilingi masjid.
Seiring perkembangan zaman, masyarakat Bandung menjadikan masjid
ini sebagai pusat kegiatan keagamaan yang melibatkan banyak umat
seperti pengajian, perayaan Muludan, Rajaban atau hari besar Islam
lain bahkan digunakan sebagai tempat dilangsungkan akad nikah.
Sehingga pada tahun 1900 untuk melengkapinya sejumlah perubahan
pun dilakukan seperti pembuatan mihrab dan pawestren (teras di
samping kiri dan kanan).
Kemudian pada tahun 1930, perombakan kembali dilakukan dengan
membangun pendopo sebagai teras masjid serta pembangunan dua
buah menara pada kiri dan kanan bangunan dengan puncak menara
yang berbentuk persis seperti bentuk atap masjid sehingga semakin
mempercatik tampilan masjid. Konon bentuk seperti ini merupakan
bentuk terakhir Masjid Agung Bandung dengan kekhasan atap
berbentuk nyungcung.
Ket :
Masjid Agung Bandung dan Alun-alun Bandung tahun 1955-1970
Menjelang konferensi Asia Afrika pada tahun 1955, Masjid Agung
Bandung mengalamai perombakan besar-besaran. Atas rancangan
Presiden RI pertama, Soekarno, Masjid Agung Bandung mengalami
perubahan total diantaranya kubah dari sebelumnya berbentuk
“nyungcung” menjadi kubah persegi empat bergaya timur tengah
seperti bawang.
Selain itu menara di kiri dan kanan masjid serta pawestren berikut
teras depan dibongkar sehingga ruangan masjid hanyalah sebuah
ruangan besar dengan halaman masjid yang sangat sempit.
Keberadaan Masjid Agung Bandung yang baru waktu itu digunakan
untuk shalat para tamu peserta Konferensi Asia Afrika.
Kubah berbentuk bawang rancangan Sukarno hanya bertahan sekitar
15 tahun. Setelah mengalami kerusakan akibat tertiup angin kencang
dan pernah diperbaiki pada tahun 1967, kemudian kubah bawang
diganti dengan bentuk bukan bawang lagi pada tahun 1970.
Berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat tahun 1973, Masjid Agung
Bandung mengalami perubahan besar-besaran lagi. Lantai masjid
semakin diperluas dan dibuat bertingkat. Terdapat ruang basement
sebagai tempat wudlu, lantai dasar tempat shalat utama dan kantor
DKM serta lantai atas difungsikan untuk mezanin yang berhubungan
langsung dengan serambi luar. Di depan masjid dibangun menara
baru dengan ornamen logam berbentuk bulat seperti bawang dan atap
kubah masjid berbentuk Joglo.
Perombakan Terahir Tahun 2001
Perubahan total terjadi lagi pada tahun 2001 merupakan bagian dari
rencana penataan ulang Alun-alun Bandung dalam perencanaan tersebut
penataan Masjid Agung dan alun alun merupakan satu kesatuan yang
tak terpisahkan tanpa mengurangi arti alun alun sebagai ruang terbuka umum.
Proses pembangunan Masjid Raya Bandung dimulai dengan peletakan batu
pertama prose pembangunan kembali pada tanggal 25 Februari 2001.
Keseluruhan proses pembangunannya memakan waktu selama 829 hari
(2 tahun 99 hari) sejak peletakan batu pertama hingga diresmikan
tanggal 4 Juni 2003 oleh Gubernur Jawa Barat H.R. Nuriana. Secar
keseluruhan proses pembangunan dan penataan ulang kawasan alun alun
dan masjid Agung Bandung dinyatakan selesai pada tanggal tanggal
13 Januari 2006. Bersamaan dengan pergantian nama dari Masjid Agung
Bandung menjadi Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat serta
menyandang predikat sebagai masjid provinsi, namun masyarakat Bandung
kebanyakan masih menyebutnya sebagai Masjid Agung Bandung.
1.2. Masjd Raya Bandung Masa Kini (2014)
* Hal Lokasi
Masjid Raya Bandung berada di Alun-alun Bandung dekat ruas
Jalan Asia-Afrika, pusat Kota Bandung.
* Hal Luas Tanah dan Bagunan
Kini luas tanah keseluruhan masjid adalah 23.448 m² dengan luas
bangunan 8.575 m² dan dapat
* Hal Kapasitas Jemaah
Mampu menampung sekitar 12.000 -14.000 jamaah
* Hal Nama Masjid Agung Bandung
Sesungguhnya nama ini sama dengan nama Masjid Raya Bandung yang
sekarang ini, tapi dahulunya lebih dikenal dengan nama Masjid
Agung Bandung.
Masjid ini diganti namanya pada pada tanggal 13 Januari 2006.
dengan pridikat menjadi Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat
* Hal beda Masjid Agung Bandung yang dahulu dan Masjid Raya
Bandung yang sekarang
Berbedaan utamanya hanyalah dari coraknya. Yang dulu lebih
berorientasi pada Kebudayaan Sunda sedangkan yang sekarang
lebih berorientasi pada Arab
* Hal Renovasi
Masjid ini pertama dibangun tahun 1810, dan sejak
didirikannya, Masjid Agung telah mengalami delapan kali perombakan
pada abad ke-19, kemudian lima kali pada abad 20 sampai akhirnya
direnovasi lagi pada tahun 2001 sampai peresmian Masjid Raya Bandung
4 Juni 2003 yang diresmikan oleh Gubernur Jabar saat itu, H.R. Nuriana.
Masjid baru ini, yang bercorak Arab, menggantikan Masjid Agung yang
lama, yang bercorak khas Sunda.
Masjid Raya Bandung, seperti yang kita lihat sekarang, terdapat dua
menara kembar di sisi kiri dan kanan masjid setinggi 81 meter yang
selalu dibuka untuk umum setiap hari Sabtu dan Minggu. Atap masjid
diganti dari atap joglo menjadi satu kubah besar pada atap tengah dan
yang lebih kecil pada atap kiri-kanan masjid serta dinding masjid
terbuat dari batu alam kualitas tinggi.
1.3. Sekilas Penampilan Luar Masjid Raya Bandung
* Hal Kubah dan menara
Masjid ini memiliki 3 Kubah dan 2 menara. Kubah tersebut
berdiameter 30 meter kubah luarnya). Sedangkan menaranya
setinggi 81 meter.
Masjid Raya Bandung yang kini kita lihat merupakan hasil rancangan 4
orang perancang kondang dari Bandung masing masing adalah Ir. H. Keulman,
Ir. H. Arie Atmadibrata, Ir. H. Nu’man dan Prof. Dr. Slamet Wirasonjaya.
Rancangan awalnya akan tetap mempertahankan sebagian bangunan lama Masjid
Agung Bandung termasuk jembatan hubung masjid dengan alun alun yang
melintas di atas jalan alun alun barat dan dinding berbentuk sisik ikan
di sisi depan masjid.
Satu satunya perubahan pada bangunan lama adalah perubahan bentuk
atap masjid dari bentuk atap limas diganti dengan kubah besar
setengah bola berdiameter 30 meter sekaligus menjadi kubah utama.
Untuk mengurangi beban, kubah tersebut dibangun dengan konstruksi
space frame yang kemudian ditutup dengan material metal yang dipanaskan
dalam suhu sangat tinggi. Selain satu kubah utama Masjid Raya Bandung
dilengkapi lagi dengan dua kubah yang ukurannya lebih kecil masing
masing berdiameter 25 meter diletakkan diatas bangunan tambahan.
Sama seperti kubah utama dua kubah tambahan ini menggunakan konstruksi
space frame namun ditutup dengan material transfaran untuk memberi
efek cahaya ke dalam masjid.
Bangunan tambahan didirikan di atas lahan yang sebelumnya merupakan
ruas jalan alun alun barat di depan masjid. Bangunan tambahan ini
dilengkapi dengan sepasang menara (rencananya setinggi 99 meter) namun
kemudian dikurangi menjadi 81 meter saja, terkait dengan keselamatan
penerbangan sebagaimana masukan dari pengelola Bandara Husein
Sastranegara – Bandung. Saat ini, dua menara kembar yang mengapit
bangunan utama masjid dapat dinaiki pengunjung. Di lantai paling atas,
lantai 19, pengunjung dapat menikmati pemandangan 360 derajat kota Bandung
Sementara itu halaman depan masjid yang dirombak. Parkir kendaraan
ditempatkan di basement sementara bagian atasnya adalah taman, sebuah
area publik tempat masyarakat berkumpul. Ini adalah salah satu upaya
pemkot mengembalikan nilai Alun-alun seperti dahulu kala. Ruang bawah
tanah untuk tempat parkir itu juga semula direncanakan untuk menampung
para pedagang jalanan (PKL).
1, 4. Penampilan Dalam Masjid Raya Bandung (Tampilan Interior)
Ruang dalam bagian depan yang cukup luas dan ruang sholat utama.
Ruang Dalam Bagian Depan masjid ini digunakan sebagai aula untuk acara
pengajian, pernikahan dan tentu saja untuk istirahat warga yang kebetulan
singgah di situ.
Ruang ini juga digunakan untuk sholat bagi mereka yang enggan untuk ke ruang
sholat utama yang berada di ruang terpisah. Ruang Sholat Utama berada
di ruang terpisah dari ruang dalam bagian depan. Di antara kedua ruang
ini dihubungkan dengan jembatan yang di bawahnya terdapat ruang wudlu
(selain ruang wudlu bagian luar). Ruang sholat utama ini memiliki ruang
yang luas dan berlantai dua.
Interior bangunan tambahan ini dirancang dengan ornamen ukiran Islami
dengan mengutamakan seni budaya Islami tatar sunda.
Selain itu...!
Masjid Raya Bandung dilengkapi dengan dua lantai basemen yang dibagian atasnya
tetap dipertahankan sebagai ruang terbuka untuk publik. Bagian atap masjid
diganti dari atap joglo menjadi satu kubah besar pada atap tengah dan kubah
lebih kecil pada atap kiri-kanan masjid, dinding masjid terbuat dari batu
alam kualitas tinggi.
____________________________________________________
2. Sekilas Alun-alun Kota Bandung
____________________________________________________
* Pemahaman Umum
Mengacu pada gambar di atas jelas kita ketahui, baha alun-alun Kota
Bandung itu adalah tempat beristirahatnya atau melepaskan lelahnya
atau tempat makan-minumnya atau wisatakulinernya masyarakat Bandung.
Alun-alun ini keberadaannya tepat didepan Masjid Raya Bandung, hingga
persefsipun masyarakatpun macam-macam terhadap hal ini :
1. Ada yang menganggap bagian terpisah dari Masjid hingga masyarakat
umum yang berpenampilan bagaimanapun (Bukan penampilan islami) boleh
ketempat tersebut,
2. Ada yang berpendapat adalah bagian atau termasuk pekarangan masjid
hingga aturan-aturan main dilingkungan masjidpun harus diterapkan.
* Masa Sekarang (Nov'14)
Pada saat penulis kunjungi alun-alun tersebut sedang di perbaiki/
renovasi yang menurut masyarakat sekitar akan menjadi lebih baik
dari penampilan sebelumnya.
______________________________________________
3. Sekilas Pendiri Kota Bandung
______________________________________________
R.A. Wiranatakusumah II atau yang sering dijuluki "Dalem Kaum I"
adalah seorang Bupati untuk kabupaten Bandung yang keenam. Ia
menjadi bupati sejak tahun 1794 hingga tahun 1829. Dalam pandangan
masyarakat pribumi, ia adalah “Bapak Pendiri Kota Bandung”. Ia pun
juga termasuk seorang bupati Bandung yang pada masa kolonial
kepemimpinan dan kinerjanya cukup menonjol selain R.A. Wiranatakusumah IV
(1846-1874), R.A. Kusumadilaga (1874-1893), dan R.A.A. Martanagara (1893-1918).
Ketika kabupaten Bandung dipimpin olehnya, kekuasaan di Nusantara
yang awalnya dikuasai VOC diambil alih ke pemerintahan Hindia Belanda,
dengan Gubernur Jenderal pertama Herman Willem Daendels (1808-1811).
Untuk kelancaran menjalankan tugasnya di Jawa, Daendels pun
membangun sebuah Jalan Raya Pos dari Anyer ke Panarukan (kira-kira
1000 km). Pembangunan jalan raya itu dilakukan oleh rakyat pribumi
di bawah pimpinan bupati daerah masing-masing. Di daerah Bandung,
jalan tersebut mulai dibangun pada pertengahan tahun 1808 dengan
memperbaiki dan memperlebar jalan yang telah ada. Untuk kelancaran
pembangunan jalan raya dan agar pejabat pemerintah kolonial mudah
mendatangi kantor bupati, Daendels (dengan melalui surat) pada
tanggal 25 Mei 1810 meminta bupati Bandung dan bupati Parakanmuncang
untuk memindahkan ibukota kabupaten ke daerah Cikapundung dan
Andawadak (Tanjungsari). Rupanya Daendels tidak mengetahui, bahwa
jauh sebelum surat itu keluar, bupati Bandung sudah merencanakan
untuk memindahkan ibukota kabupaten Bandung, bahkan telah menemukan
tempat yang cukup baik dan strategis bagi pusat pemerintahan.
Hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti berapa lama
kota Bandung dibangun. Akan tetapi, kota itu dibangun bukan atas
prakarsa Daendels, melainkan atas prakarsa Bupati Bandung, bahkan
pembangunan kota itu langsung dipimpin oleh bupati. Dengan kata
lain, Bupati R. A. Wiranatakusumah II adalah pendiri kota Bandung.
Kota Bandung diresmikan sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung
dengan surat keputusan tanggal 25 September 1810.
_________
Penutup
_________
Denikian infonya para kaum muslimin muslimat...!
semoga dapat memperluas wawasan kita khususnya dibidang Masjid tak
terkecuali dibidang alun-alun masjid kota Bandung pun tentang pendiri
Kota Bandung itu sendiri.
Dan sebagai penutup, mohon ijin memperkenalkan Masjid Sri Alam Dunia
Sipirok Mashalipada DKM, Remaja Masjid atau Panitia PHBI-nya Masjid
Raya Bandung. Ini dia masjidnya :
Adapun oleh-oleh wisatanya baik wisata religinya mapun wisata
....inidia, silakan anda pesan pada si boru angin dibawah ini :
Dan mohon ijin...!
Memeperkenalkan "Masjid Sri Alam Dunia (MSAD) Sipirok Mashali"
kepada DKM, Remaja Masjid pun Panitia PHBI-nya Masjid Raya
Kota Bandung.
Ini masjidnya :
Wassalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...!
_____________________________________________________________________
Cat :
*Postingan ini bagian dari link Wisata Religi penulis blog :
http://galeri1msad.blogspot.com/2013/07/sejarah-masjid-raya-medan-dalam.html
Sampailah penulis bersama keluarga dikota yang terkenal
itu "Kota Bunga", Kota PERSIB" atau Kota "Bandung pada tanggal 15
Muharram 1435 H atau 8 November 2014.
Pada saat sampai di tempat penulis sedikit agak kaget. Itu Masjid
sepertinya tidak punya pintu. Bagian samping dan depannya semua di
tutup seng/banner/spanduk yang penuh dengan macam merk.
Al hasil...!
Kamipun bertanya, untuk kemudian diberitahu bahwa pintu masuknya
dari celah sepotong banner atau spanduk yang ada di samping tempat
wudhu. Dan setelah masuk ternyata memang di dalam cukup banyak orang
yang melaksanakan sholat untuk kemudian giliran kami yang melaksana-
kannya yaitu Sholat Dzuhur.
Setelah selesai dan melaksanakan photo-photo sejenak dan bincang-
bincang dengan beberapa orang jemaah masjid kamipun kembali bertanya
tentang dimana sebenarnya pintu utama Masjid ini. Dan salah seorang
penjual makanan menjawab sambil menunjjukkan suatu arah.
Setelah kami ketempat yang dimaksud ternyata tidak ada pintu utama
masjid tersebut, yang kami lihat justru Pemakaman dari Pendiri Kota
Bandung.
Dan disekitar pemakaman ini kami bertanya lagi, tentang pintu utama
Masjid Raya Kota Bandung ini untuk kemudian kami ditunjuk pintunya
adalah dari arah datangnnya kami atau pintu utamanya adalah pintu
dimana kami bertanya pertama kali.
Karena penasaran...!
Maka kamipun bermaksud untuk mengelilingi Masjid ini, tapi ternyata
tak bisa pula dikelilingi karena sebagian dari masjid ini telah
merapat penuh dengan gedung-gedung atau pertokoan disekitar Masjid.
Al hasil...!
Kamipun kembali kearah kami pertama datang, spanduk/banner yang ada
disekitar masjid tersebut kami kelilingi untuk kemudian kami melihat
ada sekitar 1/2 meter dari spanduk tersebut tempat keluar masuknya
orang yang sedang bekerja.
Dan setelah melihatnya barulah penulis memahami bahwa "Alun-alun
yang ada di Depan Majid Raya Bandung sedang diperbaiki/renovasi dan
jika kejadian di atas di "Denahkan" maka tergambar seperti berikut :
Para kaum muslimin muslimat dimanapun berada...!
Postingan ini berisi sekitar :
1. Sekilas Masjid Raya Bandung
2. Sekilas Alaun-alun Kota Bandung
3. Sekilas Pendiri Kota Bandung
Selamat menyimak...!
________________________________
1. Sekilas Masjid Raya Bandung
________________________________
1.2. Sejarah Masjid Raya Bandung Jawa Barat
Ket :
Masjid Agung Bandung pada tahun 1929, dengan corak khas Sunda
Masjid Raya Bandung Jawa Barat sebelumnya bernama Masjid Agung
didirikan pertama kali pada tahun 1812. Masjid Agung Bandung
dibangun bersamaan dengan dipindahkannya pusat kota Bandung dari
Krapyak, sekitar sepuluh kilometer selatan kota Bandung ke pusat
kota sekarang.
Masjid ini pada awalnya dibangun dengan bentuk bangunan panggung
tradisional yang sederhana, bertiang kayu, berdinding anyaman
bambu, beratap rumbia dan dilengkapi sebuah kolam besar sebagai
tempat mengambil air wudhlu.
Air kolam ini berfungsi juga sebagai sumber air untuk memadamkan
kebakaran yang terjadi di daerah Alun-Alun Bandung pada tahun 1825.
Setahun setelah kebakaran, pada tahun 1826 dilakukan perombakkan
terhadap bangunan masjid dengan mengganti dinding bilik bambu
serta atapnya dengan bahan dari kayu. Perombakan dilakukan lagi
tahun 1850 seiring pembangunan Jalan Groote Postweg (kini Jalan
Asia Afrika).
Masjid kecil tersebut mengalami perombakkan dan perluasan atas
instruksi Bupati R.A Wiranatakusumah IV atap masjid diganti
dengan genteng sedangkan didingnya diganti dengan tembok
batu-bata.
Ket :
Ilustrasi Mesjid Agung Bandung oleh W. Spreat 1852 dalam
buku De Zieke Reiziger
Kemegahan Masjid Agung Bandung waktu itu sampai-sampai di-abadikan
dalam lukisan pelukis Inggris bernama W Spreat pada tahun 1852.
Dari lukisan tersebut, terlihat atap limas besar bersusun tiga
tinggi menjulang dan mayarakat menyebutnya dengan sebutan bale
nyungcung. Kemudian bangunan masjid kembali mengalami perubahan
pada tahun 1875 dengan penambahan pondasi dan pagar tembok yang
mengelilingi masjid.
Seiring perkembangan zaman, masyarakat Bandung menjadikan masjid
ini sebagai pusat kegiatan keagamaan yang melibatkan banyak umat
seperti pengajian, perayaan Muludan, Rajaban atau hari besar Islam
lain bahkan digunakan sebagai tempat dilangsungkan akad nikah.
Sehingga pada tahun 1900 untuk melengkapinya sejumlah perubahan
pun dilakukan seperti pembuatan mihrab dan pawestren (teras di
samping kiri dan kanan).
Kemudian pada tahun 1930, perombakan kembali dilakukan dengan
membangun pendopo sebagai teras masjid serta pembangunan dua
buah menara pada kiri dan kanan bangunan dengan puncak menara
yang berbentuk persis seperti bentuk atap masjid sehingga semakin
mempercatik tampilan masjid. Konon bentuk seperti ini merupakan
bentuk terakhir Masjid Agung Bandung dengan kekhasan atap
berbentuk nyungcung.
Ket :
Masjid Agung Bandung dan Alun-alun Bandung tahun 1955-1970
Menjelang konferensi Asia Afrika pada tahun 1955, Masjid Agung
Bandung mengalamai perombakan besar-besaran. Atas rancangan
Presiden RI pertama, Soekarno, Masjid Agung Bandung mengalami
perubahan total diantaranya kubah dari sebelumnya berbentuk
“nyungcung” menjadi kubah persegi empat bergaya timur tengah
seperti bawang.
Selain itu menara di kiri dan kanan masjid serta pawestren berikut
teras depan dibongkar sehingga ruangan masjid hanyalah sebuah
ruangan besar dengan halaman masjid yang sangat sempit.
Keberadaan Masjid Agung Bandung yang baru waktu itu digunakan
untuk shalat para tamu peserta Konferensi Asia Afrika.
Kubah berbentuk bawang rancangan Sukarno hanya bertahan sekitar
15 tahun. Setelah mengalami kerusakan akibat tertiup angin kencang
dan pernah diperbaiki pada tahun 1967, kemudian kubah bawang
diganti dengan bentuk bukan bawang lagi pada tahun 1970.
Berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat tahun 1973, Masjid Agung
Bandung mengalami perubahan besar-besaran lagi. Lantai masjid
semakin diperluas dan dibuat bertingkat. Terdapat ruang basement
sebagai tempat wudlu, lantai dasar tempat shalat utama dan kantor
DKM serta lantai atas difungsikan untuk mezanin yang berhubungan
langsung dengan serambi luar. Di depan masjid dibangun menara
baru dengan ornamen logam berbentuk bulat seperti bawang dan atap
kubah masjid berbentuk Joglo.
Perombakan Terahir Tahun 2001
Perubahan total terjadi lagi pada tahun 2001 merupakan bagian dari
rencana penataan ulang Alun-alun Bandung dalam perencanaan tersebut
penataan Masjid Agung dan alun alun merupakan satu kesatuan yang
tak terpisahkan tanpa mengurangi arti alun alun sebagai ruang terbuka umum.
Proses pembangunan Masjid Raya Bandung dimulai dengan peletakan batu
pertama prose pembangunan kembali pada tanggal 25 Februari 2001.
Keseluruhan proses pembangunannya memakan waktu selama 829 hari
(2 tahun 99 hari) sejak peletakan batu pertama hingga diresmikan
tanggal 4 Juni 2003 oleh Gubernur Jawa Barat H.R. Nuriana. Secar
keseluruhan proses pembangunan dan penataan ulang kawasan alun alun
dan masjid Agung Bandung dinyatakan selesai pada tanggal tanggal
13 Januari 2006. Bersamaan dengan pergantian nama dari Masjid Agung
Bandung menjadi Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat serta
menyandang predikat sebagai masjid provinsi, namun masyarakat Bandung
kebanyakan masih menyebutnya sebagai Masjid Agung Bandung.
1.2. Masjd Raya Bandung Masa Kini (2014)
* Hal Lokasi
Masjid Raya Bandung berada di Alun-alun Bandung dekat ruas
Jalan Asia-Afrika, pusat Kota Bandung.
* Hal Luas Tanah dan Bagunan
Kini luas tanah keseluruhan masjid adalah 23.448 m² dengan luas
bangunan 8.575 m² dan dapat
* Hal Kapasitas Jemaah
Mampu menampung sekitar 12.000 -14.000 jamaah
* Hal Nama Masjid Agung Bandung
Sesungguhnya nama ini sama dengan nama Masjid Raya Bandung yang
sekarang ini, tapi dahulunya lebih dikenal dengan nama Masjid
Agung Bandung.
Masjid ini diganti namanya pada pada tanggal 13 Januari 2006.
dengan pridikat menjadi Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat
* Hal beda Masjid Agung Bandung yang dahulu dan Masjid Raya
Bandung yang sekarang
Berbedaan utamanya hanyalah dari coraknya. Yang dulu lebih
berorientasi pada Kebudayaan Sunda sedangkan yang sekarang
lebih berorientasi pada Arab
* Hal Renovasi
Masjid ini pertama dibangun tahun 1810, dan sejak
didirikannya, Masjid Agung telah mengalami delapan kali perombakan
pada abad ke-19, kemudian lima kali pada abad 20 sampai akhirnya
direnovasi lagi pada tahun 2001 sampai peresmian Masjid Raya Bandung
4 Juni 2003 yang diresmikan oleh Gubernur Jabar saat itu, H.R. Nuriana.
Masjid baru ini, yang bercorak Arab, menggantikan Masjid Agung yang
lama, yang bercorak khas Sunda.
Masjid Raya Bandung, seperti yang kita lihat sekarang, terdapat dua
menara kembar di sisi kiri dan kanan masjid setinggi 81 meter yang
selalu dibuka untuk umum setiap hari Sabtu dan Minggu. Atap masjid
diganti dari atap joglo menjadi satu kubah besar pada atap tengah dan
yang lebih kecil pada atap kiri-kanan masjid serta dinding masjid
terbuat dari batu alam kualitas tinggi.
1.3. Sekilas Penampilan Luar Masjid Raya Bandung
* Hal Kubah dan menara
Masjid ini memiliki 3 Kubah dan 2 menara. Kubah tersebut
berdiameter 30 meter kubah luarnya). Sedangkan menaranya
setinggi 81 meter.
Masjid Raya Bandung yang kini kita lihat merupakan hasil rancangan 4
orang perancang kondang dari Bandung masing masing adalah Ir. H. Keulman,
Ir. H. Arie Atmadibrata, Ir. H. Nu’man dan Prof. Dr. Slamet Wirasonjaya.
Rancangan awalnya akan tetap mempertahankan sebagian bangunan lama Masjid
Agung Bandung termasuk jembatan hubung masjid dengan alun alun yang
melintas di atas jalan alun alun barat dan dinding berbentuk sisik ikan
di sisi depan masjid.
Satu satunya perubahan pada bangunan lama adalah perubahan bentuk
atap masjid dari bentuk atap limas diganti dengan kubah besar
setengah bola berdiameter 30 meter sekaligus menjadi kubah utama.
Untuk mengurangi beban, kubah tersebut dibangun dengan konstruksi
space frame yang kemudian ditutup dengan material metal yang dipanaskan
dalam suhu sangat tinggi. Selain satu kubah utama Masjid Raya Bandung
dilengkapi lagi dengan dua kubah yang ukurannya lebih kecil masing
masing berdiameter 25 meter diletakkan diatas bangunan tambahan.
Sama seperti kubah utama dua kubah tambahan ini menggunakan konstruksi
space frame namun ditutup dengan material transfaran untuk memberi
efek cahaya ke dalam masjid.
Bangunan tambahan didirikan di atas lahan yang sebelumnya merupakan
ruas jalan alun alun barat di depan masjid. Bangunan tambahan ini
dilengkapi dengan sepasang menara (rencananya setinggi 99 meter) namun
kemudian dikurangi menjadi 81 meter saja, terkait dengan keselamatan
penerbangan sebagaimana masukan dari pengelola Bandara Husein
Sastranegara – Bandung. Saat ini, dua menara kembar yang mengapit
bangunan utama masjid dapat dinaiki pengunjung. Di lantai paling atas,
lantai 19, pengunjung dapat menikmati pemandangan 360 derajat kota Bandung
Sementara itu halaman depan masjid yang dirombak. Parkir kendaraan
ditempatkan di basement sementara bagian atasnya adalah taman, sebuah
area publik tempat masyarakat berkumpul. Ini adalah salah satu upaya
pemkot mengembalikan nilai Alun-alun seperti dahulu kala. Ruang bawah
tanah untuk tempat parkir itu juga semula direncanakan untuk menampung
para pedagang jalanan (PKL).
1, 4. Penampilan Dalam Masjid Raya Bandung (Tampilan Interior)
Ruang dalam bagian depan yang cukup luas dan ruang sholat utama.
Ruang Dalam Bagian Depan masjid ini digunakan sebagai aula untuk acara
pengajian, pernikahan dan tentu saja untuk istirahat warga yang kebetulan
singgah di situ.
Ruang ini juga digunakan untuk sholat bagi mereka yang enggan untuk ke ruang
sholat utama yang berada di ruang terpisah. Ruang Sholat Utama berada
di ruang terpisah dari ruang dalam bagian depan. Di antara kedua ruang
ini dihubungkan dengan jembatan yang di bawahnya terdapat ruang wudlu
(selain ruang wudlu bagian luar). Ruang sholat utama ini memiliki ruang
yang luas dan berlantai dua.
Interior bangunan tambahan ini dirancang dengan ornamen ukiran Islami
dengan mengutamakan seni budaya Islami tatar sunda.
Selain itu...!
Masjid Raya Bandung dilengkapi dengan dua lantai basemen yang dibagian atasnya
tetap dipertahankan sebagai ruang terbuka untuk publik. Bagian atap masjid
diganti dari atap joglo menjadi satu kubah besar pada atap tengah dan kubah
lebih kecil pada atap kiri-kanan masjid, dinding masjid terbuat dari batu
alam kualitas tinggi.
____________________________________________________
2. Sekilas Alun-alun Kota Bandung
____________________________________________________
* Pemahaman Umum
Mengacu pada gambar di atas jelas kita ketahui, baha alun-alun Kota
Bandung itu adalah tempat beristirahatnya atau melepaskan lelahnya
atau tempat makan-minumnya atau wisatakulinernya masyarakat Bandung.
Alun-alun ini keberadaannya tepat didepan Masjid Raya Bandung, hingga
persefsipun masyarakatpun macam-macam terhadap hal ini :
1. Ada yang menganggap bagian terpisah dari Masjid hingga masyarakat
umum yang berpenampilan bagaimanapun (Bukan penampilan islami) boleh
ketempat tersebut,
2. Ada yang berpendapat adalah bagian atau termasuk pekarangan masjid
hingga aturan-aturan main dilingkungan masjidpun harus diterapkan.
* Masa Sekarang (Nov'14)
Pada saat penulis kunjungi alun-alun tersebut sedang di perbaiki/
renovasi yang menurut masyarakat sekitar akan menjadi lebih baik
dari penampilan sebelumnya.
______________________________________________
3. Sekilas Pendiri Kota Bandung
______________________________________________
R.A. Wiranatakusumah II atau yang sering dijuluki "Dalem Kaum I"
adalah seorang Bupati untuk kabupaten Bandung yang keenam. Ia
menjadi bupati sejak tahun 1794 hingga tahun 1829. Dalam pandangan
masyarakat pribumi, ia adalah “Bapak Pendiri Kota Bandung”. Ia pun
juga termasuk seorang bupati Bandung yang pada masa kolonial
kepemimpinan dan kinerjanya cukup menonjol selain R.A. Wiranatakusumah IV
(1846-1874), R.A. Kusumadilaga (1874-1893), dan R.A.A. Martanagara (1893-1918).
Ketika kabupaten Bandung dipimpin olehnya, kekuasaan di Nusantara
yang awalnya dikuasai VOC diambil alih ke pemerintahan Hindia Belanda,
dengan Gubernur Jenderal pertama Herman Willem Daendels (1808-1811).
Untuk kelancaran menjalankan tugasnya di Jawa, Daendels pun
membangun sebuah Jalan Raya Pos dari Anyer ke Panarukan (kira-kira
1000 km). Pembangunan jalan raya itu dilakukan oleh rakyat pribumi
di bawah pimpinan bupati daerah masing-masing. Di daerah Bandung,
jalan tersebut mulai dibangun pada pertengahan tahun 1808 dengan
memperbaiki dan memperlebar jalan yang telah ada. Untuk kelancaran
pembangunan jalan raya dan agar pejabat pemerintah kolonial mudah
mendatangi kantor bupati, Daendels (dengan melalui surat) pada
tanggal 25 Mei 1810 meminta bupati Bandung dan bupati Parakanmuncang
untuk memindahkan ibukota kabupaten ke daerah Cikapundung dan
Andawadak (Tanjungsari). Rupanya Daendels tidak mengetahui, bahwa
jauh sebelum surat itu keluar, bupati Bandung sudah merencanakan
untuk memindahkan ibukota kabupaten Bandung, bahkan telah menemukan
tempat yang cukup baik dan strategis bagi pusat pemerintahan.
Hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti berapa lama
kota Bandung dibangun. Akan tetapi, kota itu dibangun bukan atas
prakarsa Daendels, melainkan atas prakarsa Bupati Bandung, bahkan
pembangunan kota itu langsung dipimpin oleh bupati. Dengan kata
lain, Bupati R. A. Wiranatakusumah II adalah pendiri kota Bandung.
Kota Bandung diresmikan sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung
dengan surat keputusan tanggal 25 September 1810.
_________
Penutup
_________
Denikian infonya para kaum muslimin muslimat...!
semoga dapat memperluas wawasan kita khususnya dibidang Masjid tak
terkecuali dibidang alun-alun masjid kota Bandung pun tentang pendiri
Kota Bandung itu sendiri.
Dan sebagai penutup, mohon ijin memperkenalkan Masjid Sri Alam Dunia
Sipirok Mashalipada DKM, Remaja Masjid atau Panitia PHBI-nya Masjid
Raya Bandung. Ini dia masjidnya :
Adapun oleh-oleh wisatanya baik wisata religinya mapun wisata
....inidia, silakan anda pesan pada si boru angin dibawah ini :
Dan mohon ijin...!
Memeperkenalkan "Masjid Sri Alam Dunia (MSAD) Sipirok Mashali"
kepada DKM, Remaja Masjid pun Panitia PHBI-nya Masjid Raya
Kota Bandung.
Ini masjidnya :
Wassalamu'alaikumwarahmatullahiwabarakatuh...!
_____________________________________________________________________
Cat :
*Postingan ini bagian dari link Wisata Religi penulis blog :
http://galeri1msad.blogspot.com/2013/07/sejarah-masjid-raya-medan-dalam.html
No comments:
Post a Comment